Anda di halaman 1dari 6

Apabila ibu dapat istirahat dirumah, maka tidak perlu dirawat .

Ibu (pasien) perlu dirawat


apabila perdarahan sudah terjadi beberapa hari, perdarahan berulang, atau tidak dapat istirahat
dirumah dengan baik misalnya tidaak ada yang merawat atau ibu merasa sungkan bila di rumah
hanya beristirahat saja. Perlu dijelaskan kepada ibu atau pasien dan keluarganya, bahwa
beristirahat baring dirumah atau dirumah bersalin/rumah sakit adalah sama saja pengaruhnya
terhadap kehamilannya. Apabila akan terjadi abortus inkomplitus, dirawat dimanapun tidak
dapat mencegahnya.
Diagnosa Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri
C. Intervensi
1. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan,
seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas. Intervensi :
Kaji kondisi status hemodinamika
R : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
o Ukur pengeluaran harian R : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah
dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
o Berikan sejumlah cairan pengganti harian R : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi
perdarahan masif
o Evaluasi status hemodinamika R : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui
pemeriksaan fisik
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi Tujuan : Kllien dapat melakukan
aktivitas tanpa adanya komplikasi Intervensi :
o Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas R : Mungkin klien tidak mengalami
perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien
lebih buruk
o Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan R : Aktivitas merangsang
peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
o Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari R : Mengistiratkan klilen secara
optimal
o Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien R :
Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
o Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas R : Menilai kondisi umum
klien
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri Tujuan : Klien dapat
beradaptasi dengan nyeri yang dialami Intervensi :
o Kaji kondisi nyeri yang dialami klien R : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan
dengan skala maupun dsekripsi.
o Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya R : Meningkatkan koping klien dalam
melakukan guidance mengatasi nyeri
o Kolaborasi pemberian analgetika R : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan
dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

A. Pengertian Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa
gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek
liewollyn&Jones, 2002).
B. Klasifikasi
1. Abortus spontanea (abortus yangberlangsung tanpa tindakan)
o Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
o Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
o Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
o Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
o Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur
28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi
dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
C. Etiologi
1. Kelainan Ovum Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang
kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,artinya makin muda kehamilan
saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum.
2. Kelainan genetalia ibu
o Anomali congenital (hipoplasia uteri,uterus bikornis dan lain-lain).
o Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
o Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah
dibuahi,seperti kurangnya progesterone atau astrogen,endometritis,mioma sub mukosa.
o Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola).
o Distosia uterus missal karena terdorong oleh tumor pelvis.
3. Gangguan sirkulasi plasenta Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit
nefrisis,hipertensi,toksemia gravidarum,anomaly plasenta.
D. Patofisiologi Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam
jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
F. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus.
5. Pemeriksaan ginekologi :
o Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva.
o Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
o Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak
nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Abortus A. Pengkajian
1. Pengkajian dasar data pasien Tinjauan ulang catatan prenatal sampai adanya terjadi abortus.
2. Sirkulasi Kehilangan darah selama terjadi perdarahan karena abortus.
3. Integritas Ego Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan,
marah atau menarik diri klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran
dalam pengalaman kelahiran. Mungkin mengekpresikan ketidak mampuan untuk menghadapi
suasana baru.
4. Eliminasi Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat, bising usus tidak ada.
5. Makanan/ cairan Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
6. Neurosensorik Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak anestesi spinal epidural.
7. Nyeri/ kenyamanan Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber : misal nyeri
penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek anestesi : mulut mungkin kering.
8. Pernapasan Bunyi paru jelas dan vesikuler.
9. Keamanan Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi karena pemasangan infus
dan nyeri tekan.
10. Seksualitas Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.
11. Pemeriksaan Diagnostik Jumlah darah lengkap, hemoglobin/ hematokrit (Hb/Ht). Mengkaji
perubahan dari kadar efek kehilangan darah pada pembedahan urinalisis, kultur urine, darah
vaginalm, dan lokhea : Pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.
(Doengoes, MZ, & Mary P.M., 2001).
B.

1)

Anda mungkin juga menyukai