Anda di halaman 1dari 12

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8

Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

STUDI GEOMORFOLOGI GUNUNG API DAN PETROGENESA BATUAN UNTUK


MEMAHAMI EVOLUSI VULKANOTEKTONIK PADA GUNUNG UNGARAN,
PROVINSI JAWA TENGAH

Jenian Marin1, Agung Harijoko1, Subagyo Pramumijoyo1, Hanik Humaida2


1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi, Yogyakarta
*corresponding author: jenianmarin@gmail.com

ABSTRAK
Gunung Ungaran terletak di ujung utara dari rangkaian gunung api aktif di dekatnya, yaitu Merapi,
Merbabu, dan Telomoyo yang terletak melintang terhadap busur utama pada arah NW- SE, dan
letaknya berada pada bagian sisi belakang busur. Orientasi ini dipengaruhi oleh arah gaya
maksimum horisontal regional yang mempengaruhi perkembangan geomorfologi dan deformasi tubuh
gunung api. Sedangkan tatanan tektonik penyebab kemunculan tubuh gunung api juga menghasilkan
karakteristik petrogenesa batuan vulkanik yang khas. Penelitian bertujuan untuk memahami evolusi
Gunung Ungaran dan kaitannya dengan tatanan tektonik, berdasarkan interpretasi citra DEM dan
karakteristik petrogenesa batuan Gunung Ungaran. Interpretasi citra DEM yang diturunkan dari peta
topografi digital skala 1:25,000 menghasilkan informasi geomorfologi dan struktur Gunung Ungaran.
Untuk mengetahui karakteristik mineralogi dan geokimia batuan, dilakukan analisis petrografi dan
analisis geokimia x- ray fluorescence.
Geomorfologi vulkanik Gunung Ungaran diklasifikasikan menjadi enam satuan utama, yaitu kubah
dan aliran lava Ungaran Tua, aliran piroklastik Ungaran Tua, kerucut sentral Ungaran Muda, aliran
lava Ungaran Muda, aliran piroklastik Ungaran Muda, dan endapan vulkaniklastik. Kenampakan
kubah dan kerucut parasit tersebar pada daerah sekitar puncak dan kaki Gunung Ungaran. Terdapat
beberapa pola kelurusan yang terdapat di sekitar Gunung Ungaran; yaitu kelurusan berpola radial
pada tubuh gunung api itu sendiri, kelurusan dominan NE – SW dan NNW – SSE, dan kelurusan
berbentuk melengkung di sekeliling tubuh gunung api. Beberapa runtuhan samping teridentifikasi
mengarah ke SE dan WNW. Pola ini didiskusikan sebagai akibat pengaruh arah tegasan utama gaya
tektonik regional dan pembebanan tubuh gunung api. Karakteristik petrogenesa batuan dari lava dan
kerucut parasit menunjukkan asal magma seri High K calc- alkaline yang menghasilkan kelompok
batuan calc - alkaline. Data geokimia menunjukkan karakteristik gunung api sisi belakang busur
berdasarkan tingginya alkalinitas dan perilaku khas dari unsur tidak kompatibel pada batuan Gunung
Ungaran.
konsekuensi dari keberadaan zona tektonik
I. PENDAHULUAN aktif di bawahnya (Hamilton, 1979), morfologi
Gunung Ungaran adalah bagian dari sabuk berlereng terjal, dan batuan teralterasi yang
gunung api Kuarter aktif Jawa yang terbentuk tidak stabil; potensi kejadian runtuhan pada
akibat subduksi lempeng samudera Indo – tubuh gunung api sangat mungkin terjadi.
Australia di bawah lempeng benua Eurasia Penelitian ini dapat meningkatkan mitigasi
yang seismisitasnya sangat aktif (Hamilton, bencana berdasarkan pengetahuan yang lebih
1979). Secara fisiografi, gunung api ini terletak mendalam mengenai karakteristik struktural
pada Sabuk Vulkanik Kuarter Zona Solo, antara dan vulkanologi Gunung Ungaran.
Zona Kendeng dan Pegunungan Serayu Utara
II. KONDISI GEOLOGI REGIONAL
(Van Bemmelen, 1949). Gunung Ungaran
diklasifikasikan sebagai gunung api tipe B Magmatisme di Pulau Jawa dan Sumatera
(Kusumadinata dkk., 1979) berdasarkan merupakan akibat dari subduksi Kenozoik ke
keberadaan kerucut vulkanik dan lapangan utara Lempeng Indo – Australia dan ke barat
manifestasi panasbumi aktifnya. Sebagai Lempeng Pasifik di bawah Lempeng Eurasia

447
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

yang bergerak sekitar 6 cm/tahun. Sistem Di dekat sistem Gunung Ungaran, tersingkap
busur magmatik dibagi menjadi dua segmen, batuan sedimen laut dalam berumur Neogen
yaitu Busur Sunda dan Busur Banda (Hamilton, yaitu Formasi Kerek (Thanden dkk., 1996).
1979). Sebagian besar gunung api aktif di Batuan sedimen flysch berupa perselingan
Pulau Jawa adalah gunung api strato yang batulempung dan batupasir mengandung
terdapat memanjang di bagian tengah pulau. foraminifera ditemukan dari daerah Karangjati
Komposisi batuan dominan adalah high- di timur Gunung Ungaran, memanjang di sisi
alumina basalt dan andesit piroksen (van utara Ungaran hingga ke Banyumanik.
Padang, 1951; Whitford dan Nicholls, 1976). Kemunculan singkapannya selalu berasosiasi
dengan sesar - sesar naik berarah barat –
Gunung Ungaran adalah gunung api bertipe
timur atau sesar turun berarah tenggara –
strato yang letaknya dekat dengan pantai
baratlaut.
utara Jawa. Berdasarkan peta fisiografis oleh
Van Bemmelen (1949), maka lokasi penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN
Gunung Ungaran termasuk ke dalam wilayah
Jawa Tengah bagian utara yang merupakan Dalam penelitian ini, digunakan data mentah
deretan pegunungan Serayu Utara dan zona berupa Peta Rupabumi Digital Skala 1: 25000
antiklinorium Kendeng. Aktivitas tertua (Oldest yang dikeluarkan Bakosurtanal. Kontur digital
Ungaran) pada Pleistosen Awal - Tengah, dengan interval 12.5 meter diolah dengan
terbentuk Formasi Damar yang merupakan perangkat lunak ArcGIS 9.3 menghasilkan
breksi lahar yang tersingkap di Perbukitan model elevasi digital (DEM) beresolusi 30 m.
Candi. Erosi yang terjadi setelahnya Citra turunan DEM ditafsirkan secara manual
membentuk konglomerat, batupasir tufan, untuk mengetahui kelurusan dan morfologi
breksi vulkanik, dan tuf yang menjadi bagian daerah penelitian. Pemetaan geologi lapangan
atas formasi ini. Kerucut Ungaran tertua ini dilakukan untuk mengambil data dan sampel
kemudian runtuh dengan sisa yang dapat batuan. Untuk mengetahui tekstur dan
ditemukan di lereng utara (Bemmelen, 1949; mineralogi batuan produk Gunung Ungaran,
Thanden dkk., 1976). dilakukan pengamatan sayatan tipis batuan.
Data geokimia diperlukan untuk mengetahui
Kedua, aktivitas Ungaran Tua pada karakteristik petrogenesa batuan, sehingga
Pleistosen Tengah yang menghasilkan andesit, dilakukan analisis XRF dengan instrumen
andesit basaltik, dan basalt. Produk ini tererosi spektrometer WDXRF PANalytical Axios FAST
dan terendapkan kembali sebagai breksi lahar milik BPPTKG, Yogyakarta.
berselingan dengan lapisan tuf yang disebut
Formasi Notopuro. G. Turun dan G. IV. DATA DAN ANALISIS
Kendalisodo adalah contoh dari perwujudan
Model elevasi digital (DEM) beresolusi 15 m x
kerucut parasit (Van Bemmelen, 1949).
15 m hasil interpolasi kontur topografi digital
Ungaran Muda mulai tumbuh selama
berskala 1:25,000 menampakkan perbedaan
Pleistosen Akhir – Holosen Awal. Aliran lava
tekstur permukaan geomorfologi tubuh
pada daerah puncak cukup tebal dan
Gunung Ungaran.
merupakan kubah lava fasies sentral yang
terkekarkan, tersusun oleh aliran lava basalt Interpretasi citra DEM dilakukan pada citra
olivin-augit dan lava andesit-hornblende. turunannya; (a) overlay hillshade dengan arah
Endapan piroklastik tersebar dari bagian penyinaran 315°, 0°, 45°, dan 90° setinggi 45°,
sentral menuju proksimal berupa breksi (b) slope yang telah direklasifikasi menjadi 7
andesit (Thanden dkk., 1976). kelas, dan (c) pola penyaluran sungai.

448
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

IV.1. Geologi dan Geomorfologi Daerah Keberadaannya menjadi batas morfologi yang
Penelitian tegas di kaki Gunung Ungaran.

Berdasarkan kenampakan visual hillshade, Kenampakan kelurusan di lapangan umumnya


distribusi kemiringan lereng, dan jenis pola teramati sebagai gawir atau lembah sungai
penyaluran sungai; daerah penelitian yang dalam. Pada daerah sekitar puncak,
dibedakan menjadi 6 satuan morfologi banyak terdapat gawir yang terjal seperti di
(Gambar 2.). Selain identifikasi kelurusan dari daerah Gedongsongo, Gintungan, dan
citra DEM baru, kenampakan yang telah Limbangan (Gambar 4.). Jalur kelurusan juga
dikenali berdasarkan penelitian terdahulu (Van membentuk zona hancuran batuan dan
Bemmelen, 1949; Thanden dkk., 1996) dan kemunculan rembesan mataair seperti di
observasi lapangan juga memberikan daerah Desa Bantir dan Losari.
informasi mengenai geomorfologi dan geologi
IV.3. Mineralogi Batuan
Gunung Ungaran. Setiap satuan memiliki
kenampakan khusus yang dirangkum dalam Analisis petrografi menunjukkan sebagian
Tabel 1. Pengamatan di lapangan memberikan besar sampel memiliki tekstur porfiritik
informasi jenis kelompok batuan vulkanik di dengan massa dasar gelas vulkanik dan atau
setiap satuan geomorfologi. mikrolit. Mineral utama adalah yang
teridentifikasi adalah plagioklas, piroksen, dan
IV.2. Pola Kelurusan Daerah Penelitian
hornblenda. Sampel berupa breksi umumnya
Interpretasi kelurusan dilakukan terhadap memiliki tekstur fenokris subhedral – euhedral
citra turunan DEM yang berupa hillshade yang tertanam pada massa dasar dominan
gelas vulkanik atau gabungan mikrolit dan
hasil overlay beberapa hillshade dengan
gelas vulkanik. Massa dasar pada lava
berbagai arah penyinaran sebagaimana
bervariasi, mulai dari gelas vulkanik, gabungan
disebutkan di atas. Terdapat sejumlah 322
mikrolit dan gelas vulkanik, hingga mikrolit
kelurusan (Gambar 3.) yang berhasil
saja. Sedangkan pada sampel batuan intrusi,
diidentifikasi secara visual, dengan panjang
massa dasar dominan mikrolit dan sedikit
minimum 300 m dan maksimum 7700 m.
gelas vulkanik. Plagioklas muncul baik sebagai
Aanalisis frekuensi arah kelurusan yang
fenokris (20% - 40%) maupun mikrolit dengan
dilakukan dengan diagram mawar (Gambar 3.)
komposisi mulai dari andesin hingga bitownit.
menunjukkan arah dominan kelurusan NNW –
Plagioklas berciri terzonasi dan memiliki
SSE dan NE – SW. Dari arah dominan tersebut,
kembaran Carlsbad – albit dan kembaran albit
sebagian kelurusan membentuk pola yang
(Gambar 5.). Pada beberapa sampel,
radial terhadap tubuh gunung api. Kelurusan
kristalisasi fenokris ini menunjukkan tekstur
tersebut adalah lembah – lembah sungai yang
khusus sub- ofitik dan pilotaksitik. Piroksen
berpola radial, mengalir dari daerah puncak ke
didominasi oleh klinopiroksen yang beberapa
kaki gunung. Pada bagian utara dan timur,
menunjukkan ciri terzonasi dan memiliki
pola kelurusan radial ini terpotong oleh
kembaran albit. Hornblenda lebih banyak
kelurusan berorientasi utara – selatan dan
muncul pada sampel berupa lava dan breksi.
baratlaut – tenggara pada satuan
geomorfologi Ungaran Tua. IV.4. Geokimia Batuan

Kelurusan lain yang teramati adalah adanya Analisis geokimia XRF dilakukan oleh peneliti
pola annular, atau melengkung ke arah dalam di Laboratorium BPPTKG terhadap 15 sampel
tubuh gunung api. Pola ini terdapat di bagian batuan yang berasal dari kerucut parasit.
utara dan terus melengkung ke arah timur. Penyajian ditambah dengan data geokimia 8
sampel asal lava oleh Kohno dkk. (2005)

449
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

mencakup 10 oksida utama dan beberapa dan barat Gunung Ungaran, tidak terbentuk
unsur jejak. endapan vulkaniklastik seperti di bagian utara
dan timur. Batas morfologi pada bagian barat
Kandungan SiO2 pada sampel batuan dari
dan selatan cukup kontras, tampak dari
Gunung Ungaran menunjukkan rentang variasi
tekstur morfologi yang berbeda dalam citra
antara 52.00 - 59.79 wt%, dengan nilai yang
hillshade. Berdasarkan morfostratigrafinya,
lebih tinggi pada produk lava. Pada diagram
aktivitas Gunung Ungaran telah mengalami
SiO2 vs K2O (Peccerillo & Taylor, 1976),
beberapa kali periode aktivitas. Aktivitas
keseluruhan sampel jatuh pada klasifikasi
Ungaran Tua terwujud pada satuan morfologi
andesit basaltik dan andesit. Sedangkan
dengan tekstur yang sangat kasar membentuk
alkalinitasnya jatuh pada daerah high K calc-
lembah dan punggungan terjal merupakan
alkaline (Gambar 6.). Secara umum, jumlah
hasil erosi tingkat lanjut. Dibandingkan satuan
alkali Na2O dan K2O berkorelasi positif dengan
morfologi lainnya, tingkat erosi satuan ini
SiO2 meskipun kandungan K2O cenderung
paling tinggi. Litologi lava dan breksi andesit
konstan dengan meningkatnya SiO2 pada lava
berada pada kondisi segar hingga lapuk dan
Gunung Ungaran (Gambar 6.). Korelasi negatif
teralterasi. Berdasarkan pentarikhan K – Ar
tampak pada plot TiO2, MgO, Fe2O3, P2O5, dan
pada lava dari Desa Pagertoyo, Kohno dkk
CaO terhadap SiO2. Beberapa pengecualian,
(2005) memastikan umur 1.4±0.5 Ma (fenokris
kandungan TiO2 cenderung berubah, dari
hornblenda) dan 0.52±0.06 Ma (massa dasar)
awalnya naik; lalu turun setelah SiO2 > 55%.
yang juga sesuai dengan perkiraan umur
Kecenderungan Al2O3 juga berubah yang
Pleistosen Tengah menurut Van Bemmelen
awalnya turun, menjadi cenderung konstan
(1949).
setelah SiO2 > 55% (Gambar 7.).
Kemudian, aktivitas Gunung Ungaran berjalan
Analisis batuan utuh dengan metode XRF pada
pada episode berikutnya yaitu Ungaran Muda
penelitian ini mendeteksi beberapa unsur
yang menutupi sebagian besar tubuh gunung
jejak pada kelompok unsur LIL (large ion
api. Satuan Kerucut Sentral Ungaran Muda
litophile), unsur HFS (high field strength), dan
merupakan pusat vulkanik yang terkini,
unsur transisi. Sampel memiliki
menutup daerah puncak sejauh radius ±2 km.
kecenderungan pengkayaan unsur LIL (Rb, K,
Satuan ini memiliki tekstur yang kasar, namun
Ba, Sr) yang juga merupakan unsur
tingkat erosinya lebih rendah dibandingkan
inkompatibel. Sedangkan unsur HFS seperti
blok Ungaran Tua. Bahkan pada Satuan Aliran
Nb, Hf, Zr, Ti, Sm, Y, dan Sc cenderung rendah
Lava Ungaran Muda dan Satuan Aliran
kecuali unsur Th yang nilainya cukup tinggi.
Piroklastik Ungaran Muda, secara umum
Konsentrasi unsur transisi (V, Cr, Co, dan Ni)
teksturnya halus menunjukkan tingkat erosi
atau juga merupakan unsur kompatibel relatif
yang rendah.
rendah, dengan nilai yang sangat bervariasi.
Pola ini sesuai dengan yang diharapkan dari Lava produk aktivitas ini berada pada kondisi
batuan vulkanik produk zona subduksi active lebih segar kecuali pada daerah manifestasi
continental margin (Wilson, 1989; Tatsumi dan panasbumi aktif yang mempercepat alterasi.
Eggins, 1995). Hasil pentarikhan umur absolut K – Ar oleh
Kohno dkk. (2005) pada sampel dari satuan ini
V. SEJARAH VULKANOTEKTONIK adalah 0.27±0.03 Ma (sampel Gedongsongo),
GUNUNG UNGARAN 0.22±0.05 Ma (sampel Losari) dan 0.3±0.2 Ma,
0.3±0.1 Ma (sampel Puncak Ungaran). Dengan
Penyebaran satuan morfologi Gunung
demikian, aktivitas Ungaran Muda terjadi
Ungaran sangat dipengaruhi oleh pola
sejak Pleistosen Akhir hingga Holosen.
aktivitas gunung api pada masa lampau dan
batas fisiografi di sekitarnya. Di bagian selatan
450
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Berdasarkan beberapa aktivitas tersebut, gunung api terbentuk, maka Gunung Ungaran
berarti pula bahwa Gunung Ungaran telah menjadi subjek perubahan struktur dan
mengalami tiga kali masa rehat. Masa rehat geomorfologi yang dikontrol faktor – faktor
pertama terjadi pada selang waktu antara tersebut.
aktivitas Ungaran Tertua hingga Ungaran Tua
Sistem sesar normal secara signifikan telah
yang sebagaimana dikutip di atas
terbentuk dengan pola melingkar mengikuti
menghasilkan endapan sedimen asal vulkanik
tubuh Gunung Ungaran Van Bemmelen, 1949).
di luar daerah penelitian. Masa rehat kedua
Berdasarkan analisis citra DEM yang dilakukan,
antara aktivitas Ungaran Tua hingga Ungaran
geometri dan pola sesar ini membuka ke
Muda. Pada masa ini terjadi perubahan
dalam dengan orientasi NW – SE. Terdapat
morfologi tubuh gunung api secara
dua arah runtuhan lateral yang dikenali, yaitu
destruksional, yaitu erosi tubuh Ungaran Tua
runtuhan pada satuan Ungaran Tua yang
secara intensif dan beberapa runtuhan
berarah WNW – ESE dan runtuhan pada
samping berarah relatif NW – SE. Hasil erosi
satuan Ungaran Muda yang berarah NW – SE.
dan runtuhan ini menghasilkan sisa
Dengan arah tegasan utama σ1 tektonik
bentuklahan berupa blok Ungaran Tua dan
regional yaitu berarah relatif NNE – SSW
bentuklahan baru, yaitu endapan
(Hamilton, 1979), maka orientasi sistem
vulkaniklastik pada kaki Gunung Ungaran.
ekstensi dan arah runtuhan ini berbeda
Runtuhan berarah NW – SE berakibat pada dengan model yang dikemukakan Nakamura
pengendapan material vulkaniklastik di bagian (1977) yang menyatakan arahnya akan paralel
tenggara Gunung Ungaran. Sebagai dengan σ1 regional. Orientasi sistem ekstensi
konsekuensinya adalah pembendungan aliran dan arah runtuhan ini lebih sesuai dengan
di sekitarnya yang membentuk Rawa Pening di rantai vulkanik Merapi – Merbabu – Telomoyo
daerah Ambarawa dan Salatiga. Rawa Pening – Ungaran yang berorientasi NW – SE,
bersumber pada aliran yang berhulu dari tegaklurus busur vulkanik utama Sunda.
Gunung Ungaran, Gunung Telomoyo, dan
Tubuh Gunung Ungaran mengalami
Gunung Merbabu. Sungai yang seharusnya
pemekaran (volcanic spreading) yang
mengalir ke utara terbendung secara alami
menyebabkan terbentuknya sistem ring fault.
oleh endapan vulkanikastik membentuk danau
Beberapa faktor pengontrol pemekaran dan
antarpegunungan.
deformasi tersebut dijelaskan melalui model
Geometri gunung api, perkembangan struktur, analog (Merle dan Borgia, 1996; van Wyk de
arah runtuhan lateral, dan longsoran sangat Vries dan Matela, 1998) adalah rasio yang
dipengaruhi oleh rezim stress yang berlaku. tinggi dari radius gunung api terhadap
Rezim tektonik regional bukanlah satu – ketebalan substrat, jenis batuan yang
satunya faktor pengontrol, tetapi kondisi didominasi endapan piroklastik yang diselingi
substrat dimana gunung api muncul dan gaya lava, dan waktu yang cukup untuk terjadinya
gravitasional yang berasal dari pembebanan deformasi dari Pleistosen Akhir hingga
tubuh gunung api itu sendiri turut sekarang.
mempengaruhi karakteristik tersebut (Tibaldi,
2005; Merle dan Borgia, 1996). VI. PETROGENESA BATUAN
GUNUNG UNGARAN
Vulkanisme kenozoik di Pulau Jawa yang
membentuk Gunung Ungaran terjadi pada Mineralogi batuan produk Gunung Ungaran
substrat batuan sedimen laut dalam yang menunjukkan komposisi andesitik dan andesit
bersifat lunak. Sedangkan dengan tektonisme basaltik dengan tekstur porfiritik. Secara
yang masih aktif sejak sebelum dan sesudah mineralogi, seluruh produk batuan Gunung

451
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Ungaran tidak memiliki banyak perbedaan seperti K, Rb, dan Cs. Selain itu, derajat partial
mencolok. melting pada kondisi ini relatif rendah
sehingga magma lebih bersifat alkali.
Analisis geokimia XRF menunjukkan bahwa
Gunung Ungaran merupakan produk gunung Fenomena pada busur vulkanik Sunda adalah
api dari seri magma high K calc – alkaline. adanya rantai ganda, yaitu pada sisi depan
Karakteristik petrogenetik produk Gunung busur (trench side) dan pada sisi belakang
Ungaran yang khas mewakili seri magma high busur (back arc side) (Tatsumi dan Eggins,
K calc – alkaline dibandingkan seri magma lain 1995). Gunung Ungaran termasuk ke dalam
pada Busur Vulkanik Sunda adalah konsentrasi sisi belakang busur pada kedalaman lempeng
K2O yang tinggi, yaitu rata – rata 2.58 wt% subduksi di bawahnya lebih dari 200 km.
pada sampel andesit basaltik dan 2.86 wt% Hamilton (1979) menyebutkan subduksi di
pada sampel andesit (Gambar 6.3). Sebagai bawah Pulau Jawa terjadi pada kemiringan 65°
perbandingan, pada gunung api berciri seri dengan kedalaman zona seismik aktif 100 -
magma calc – alkaline seperti G.Merbabu dan 650 km. Kemiringan yang lebih besar
G. Merapi yang konsentrasi K2O hanya berkisar dibanding subduksi di Sumatera
1.57 wt% dan 1.84 wt% pada andesit basaltik memungkinkan kemunculan rantai ganda ini,
dan andesit secara berurutan (Whitford dkk., pada jarak busur vulkanik terhadap palung
1979). yang lebih pendek.

Jelas pula terlihat nilai yang lebih tinggi dari VII. KESIMPULAN
unsur jejak inkompatibel K, Rb, Sr, Ba pada
batuan Gunung Ungaran dibandingkan dengan Rezim tektonik regional zona subduksi
pada lava Kuarter Busur Vulkanik Sunda dari mempengaruhi karakteristik petrogenetik dan
gunung api lain di dekatnya (Gambar 8.). vulkanotektonik Gunung Ungaran. Kedalaman
Dengan naiknya seri magma dari tholeiitic lempeng subduksi di bawah tubuh gunung
menjadi high K calc – alkaline lebih bersifat tempat terbentuknya magma mempengaruhi
alkali, pengkayaan unsur – unsur inkompatibel komposisi geokimia batuan. Gaya tektonik
tersebut juga mengalami kenaikan hampir regional menyumbangkan tegangan horisontal
satu orde magnitudo. Pengkayaan ini maksimum yang bergabung dengan tegangan
konsisten dengan model variasi geokimia gravitasional tubuh gunung api membentuk
melintang busur vulkanik utama, yang tampak struktur vulkanotektonik di Gunung Ungaran.
jelas pada rasio Rb/K batuan Gunung Ungaran.
VIII. ACKNOWLEDGEMENT
Magma asal di Gunung Ungaran terbentuk
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
pada mantel di bawah lempeng subduksi yang
Balai Penyelidikan dan Pengembangan
lebih dalam dibandingkan di gunung – gunung
Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG)
api pada sisi depan busur yang memiliki seri
yang telah memfasilitasi analisis geokimia
magma tholeiitic dan calc – alkaline. Pada
dalam penelitian ini.
kedalaman tersebut, pelelehan phlogopite
memperkaya kandungan unsur inkompatibel

DAFTAR PUSTAKA
Hamilton, W., 1979, Tectonic of Indonesian Region, U.S. Geological Survey Professional Paper 1078,
United States Government Printing Office, Washington, USA, 345 pp.

452
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Kohno, Y., Setijadji, L.D., Utami, P., Harijoko, A., Pecskay, Z., Imai, A., Watanabe, K., 2005,
Geochronology and petrogenetic aspects of Merapi-Merbabu-Telomoyo-Ungaran volcanoes, Central
Java, Indonesia, Proceedings Joint Convention HAGI-IAGI-PERHAPI, Surabaya, Indonesia.
Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., Reksowirogo, L.D., 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia,
Direktorat Vulkanologi, Direktorat Jendral Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan
Energi, Republik Indonesia.
Merle, O., Borgia, A., 1996, Scaled experiments of volcanic spreading, Journal of Geophysical
Research Vol. 101, pp. 13,805 – 13,817.
Nakamura, K., 1977, Volcanoes as possible indicators of tectonic stress orientation – principle and
proposal, Journal of Volcanology and Geothermal Research 2, pp. 1-16.
Tatsumi, Y., Eggins, S., 1995, Subduction Zone Magmatism, Blackwell Science, Inc, United States of
America, 211pp.
Thanden, R.E., Sumadirdja, H., Richards, P.W., Sutisna, K., Amin, T.C., 1996, Peta Geologi Lembar
Magelang dan Semarang, Jawa, Pusat Peneliti dan Pengembangan Geologi, Bandung, Indonesia.
Tibaldi, A., Lagmay, A.M.F.A., Ponomareva, V.V., 2005, Effects of basement structural and
stratigraphic heritages on volcano behavior and implications for human activities, The
UNESCO/IUGS/IGCP project 455, pp. 158 – 170.
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia Volume 1A, Government Printing Office, The
Hague, Netherlands. 732 pp.
Van Padang, M.N., 1951, Part I Catalogue of The Active Volcanoes of Indonesia, International
Volcanology Association, The Hague, Netherlands, 271 pp.
Van Wyk de Vries, B., Matela, R., 1998, Styles of volcano – induced deformation: numerical models of
substratum flexure, spreading, and extrusion, Journal of Volcanology and Geothermal Research 81,
pp. 1 – 18.
Van Wyk de Vries, B., Merle, O., 1998, Extension induced by volcanic loading in regional strike-slip
zones, Geology Vol. 26, pp. 983-986.
Whitford, D.J., Nicholls, I.A., Taylor, S.R., 1979, Spatial variations in the geochemistry of quaternary
lavas across the Sunda arc in Java and Bali, Contributions to Mineralogy and Petrology Vol. 70, pp.
341 – 356.

TABEL
Tabel 1. Klasifikasi Geomorfologi Gunung Ungaran
Satuan Luas Beda tinggi Tekstur dan Kenampakan geomorfologi
(%) (mdpl) tingkat erosi
Aliran lava Ungaran 8 600 - 1600 Sangat kasar dengan lembah Aliran lava
Tua tersayat dalam Runtuhan samping
Punggungan tererosi
Kerucut sentral 5 1000 - 2000 Kasar dengan lembah tersayat Kawah, Kubah lava utama
Ungaran Muda cukup dalam Aliran lava
Runtuhan samping
Endapan piroklastik 10 300 - 700 Kasar, bergelombang Kerucut piroklastik
Ungaran Tua dengan lembah dangkal Aliran piroklastik
tererosi
Aliran lava 12 500 - 1200 Agak kasar dengan lembah Kubah lava
Ungaran Muda dangkal hingga tersayat dalam Aliran lava
453
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Endapan piroklastik 20 200 - 500 Halus dengan lembah dangkal, Aliran piroklastik
Ungaran Muda kecuali bagian selatan. Dataran piroklastik
Kerucut parasit
Endapan 45 200 - 500 Bervariasi, halus hingga kasar Kerucut parasit
vulkaniklastik dengan lembah dangkal - dalam Aliran lahar tererosi
Kipas aluvial

GAMBAR

Gambar 1. Lokasi penelitian terletak di dekat pantai utara Jawa

454
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 2. Kondisi geologi dan geomorfologi Gunung Ungaran

455
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 3. Pola kelurusan di Gunung Ungaran dengan arah utama NNW – SSE dan NE – SW. Pola
radial umumnya menunjukkan arah lembah vulkanik. Pola melingkar membentuk depresi yang
membatasi satuan geologi dan geomorfologi.

Gambar 4. (a) Gawir yang menyingkap lava andesit di Gedongsongo, (b) Gawir dengan jalur sungai
yang dalam di Gintungan

456
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 5. Sayatan petrografi tubuh intrusi menunjukkan dominasi fenokris plagioklas yang berciri
zoning serta kembaran Carlsbad – albit dan albit. Massa dasar mikrolit plagioklas dan piroksen (atas).
Sayatan petrografi fragmen breksi, menunjukkan fenokris hornblenda yang dengan massa dasar gelas
vulkanik (bawah).

Gambar 6. Diagram alkalinitas batuan di daerah penelitian

457
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 7. Diagram Variasi Harker SiO2 vs beberapa senyawa oksida utama menunjukkan adanya
separasi dan kecenderungan tertentu. Sebagian sampel dari kerucut parasit memiliki kandungan SiO2
yang lebih rendah dibanding sampel lava.

Gambar 8. Rasio Sr/Rb yang rendah pada batuan Gunung Ungaran, sangat berbeda dengan pada
gunung api sisi depan busur di dekatnya. Data gunung api lain berdasarkan Kohno dkk. (2005)
458

Anda mungkin juga menyukai