Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

”KELARUTAN”

Dosen Pengampu :
Muhammad Dzakwan M.Si., Apt

Disusun Oleh :
1. Denny Adi Saputra (21154407A)

2. Bima Adi Prasetya (21154670A)

3. Wika Mawardany (21154674A)

4. Felicia Nathalie Kamsidi (21154692A)

LABORATORIUM FARMASI FISIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2016
I. TUJUAN

- Memahami dan mengetahui prinsip kelarutan

- Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif

- Memahami cara meningkatkan kelarutan suatu zat

II. DASAR TEORI

Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut

didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan

mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan

larut dalam 500 mL air. Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan

persen (1).

Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan

fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di absorpsi setelah zat

aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek

Farmakologi dari sediaaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya (1).

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut

(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah

maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil

disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu

pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih

tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat

murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat.

Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti

perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang

sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada
bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui

untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil

(5).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah :

- pH

- temperatur

- jenis pelarut

- bentuk dan ukuran partilel zat

- konstanta dielektrik pelarut

Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara.

Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair

misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut

(solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya

adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika

pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam

alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam

air disebut larutan garam (air tidak disebutkan).

Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam air misalnya

gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon dioksida, dan oksigen. Zat

cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka. Umumnya komponen larutan yang

jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut. Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air

disebut larutan alkohol. Larutan 60 % alkohol dengan 40 % air disebut larutan air dalam

alkohol. Larutan 60 % gula dengan 40 % air disebut larutan gula karena dalam larutan itu air

terlihat tidak berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal) menjadi terlarut

(menyerupai air).
Sebutir kristal gula pasir merupakan gabungan dari beberapa molekul gula. Jika kristal

gula itu dimasukkan ke dalam air, maka molekul-molekul gula akan memisah dari permukaan

kristal gula menuju ke dalam air (disebut melarut). Molekul gula itu bergerak secara acak

seperti gerakan molekul air, sehingga pada suatu saat dapat menumbuk permukaan kristal

gula atau molekul gula yang lain. Sebagian molekul gula akan terikat kembali dengan

kristalnya atau saling bergabung dengan molekul gula yang lain sehingga kembali

membentuk kristal (mengkristal ulang). Jika laju pelarutan gula sama dengan laju

pengkristalan ulang, maka proses itu berada dalam kesetimbangan dan larutannya disebut

jenuh.

Kristal gula + air ⇔ larutan gula

Sifat Larutan.

Sifat fisik zat dapat dikelmpokkan dalam sifat koligatif, aditif dan konstitutif. Dalam

bidang termodinamika, sifat termodinamika dari sistem digolongkan, dalam sifat ekstensif,

bergantung pada jumah zat dalam sistem (misalnya massa dan volume) dan sifat intensif ,

yang tidak bergantung jumlah zat dalam sistem (misalnya temperatur, tekanan kerapatan,

tegangan permukaan, dan viskositas dari cairan murni).

Sifat koligatif terutama bergantung pada jumlah partikel dalam larutan. Sifat koligatif

larutan adalah tekanan osmosis, penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, dan kenaikan

titik didih. Harga sifat koligatif kira-kira sama untuk konsentrasi yang setara dari berbagai zat

nonelektrolit dalam larutan tanpa mengindahkan jenis atau sifat kimiawi dari konstituen.

Dalam menetapkan sifat koligatif dari larutan zat padat dalam cairan, dianggap zat padat

tidak menguap dan tekanan uap di atas larutan seluruhnya berasal dari pelarut.

Sifat Aditif bergantung pada andil atom total dalam molekul atau pada jumlah sifat

konstituen dalam larutan. Contoh sifat aditif dari suatu senyawa adalah berat molekul, yaitu
jumlah massa atom konstituen. Massa dari komponen suatu larutan juga bersifat aditif, massa

total dari larutan adalah jumlah massa masing-masing komponen.

Sifat Konstitutif bergantung pada penyusunan dan untuk jumlah yang lebih sedikit, pada

jenis dan jumlah atom dalam suatu molekul. Sifat ini memberikan petunjuk terhadap aturan

senyawa tunggal, dan kelompok molekul dalam sistem. Banyak sifat fisik yang sebagian

aditif dan sebagian konstitutif. Pembiasan cahaya, sifat listrik, sifat permukaan dan

antarpermukaan dan kelarutan obat setidak-tidaknya sebagian berupa sifat konstitutif dan

sebagian sifat aditif.

Tipe Larutan

Larutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya zat terlarut dan pelarut,

dan karena tiga wujud zat (gas, cair, padat kristal), ada sembilan kemungkinan sifat campuran

homogen antara zat terlarut dan pelarut.

Zat Terlarut Pelarut Contoh


Gas Gas Udara
Zat Cair Gas Air dalam oksigen
Zat Padat Gas Uap iodium dalam udara
Gas Zat Cair Air berkarbonat
Zat Cair Zat Cair Alakohol dalam air
Zat Padat Zat Cair Larutan NaCl dalam air
Gas Zat Padat Hidrogen dalam paladium
Zat Cair Zat Padat Minyak mineral dalam parafin
Zat Padat Zat Padat Campuran emas-perak, campuran

alum

Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan

dengan fase padat (zat terlarut).Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan

yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk
penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu.Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang

mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada

temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (2).

Disamping itu, kelarutan adalah fungsi sebuah parameter molekul.Pengionan struktur


dan ukuran molekul stereokimia dan struktur elektronik. Semuanya akan mempengaruhi antar
aksi pelarut dan terlarut, seperti pada bagian terdahulu, air membentuk ikatan hydrogen
dengan ion atau dengan senyawa non ionik, sedangkan polar melalui gugus –OH, -NH, atau
dengan pasangan elektron tak mengikat pada atom oksigen atau nitrogen. Ion atau molekul
akan memperoleh sampel hidrat dan akan memisah dari bongkahan zat padat dan artinya
melarut.
(Thomas Nagrady, 1992)
Kelarutan dalam Farmakope Indonesia, diartikan dengan kelarutan pada suhu 20 0C
(FI III) atau 250C (FI IV) dinyatakan dalam satu bagian bobot zatpadat atau 1 bagian volume
zat cair dalam bagian volume tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain.
Kelarutan yang tanpa angka adalah kelarutan pada suhu kamar (25 0C) pernyataan
bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 gram zat padat atau 1 mL zat cair dalam sejumlah mL
pelarut.

Jumlah bagian pelarut yang diperlukan


Istilah Kelarutan
untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 – 10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 30 – 100
Sukar larut 100 – 1.000
Sangat sukar larut 1.000 – 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000
(Anief Moh, 2007)

Larutan yang mengandung zat terlarut dengan konsentrasi maksimum sama dengan
kelarutan yang disebut larutan jenuh. Pada suatu larutan jenuh, zat terlarut berada
dalamkesetimbangan antara fase padat dengan ion-ionnya.
MX(s) M+(aq) + X-(aq)
Karena reaksi merupakan kesetimbangan, maka dalam suatu larutan jenuh terdapat
suatu tetapan kesetimbangan yang disebut tetapan hasil kali kesetimbangan (Ksp).
(Anwar Budiman, 2004)
Penetapan blanko, jika dalam pengujian dikehendaki penetapan blanko , dimadsudkan
bahwa pengujian dilakukan dengan cara sama menggunakan pereaksi yang sama dan jumlah
sama (Anonim, 1979).
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik
dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan
minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat
ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air
(hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar
molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang
menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat
padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai
hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak.
Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara
bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil. (Jatmika, 1998)
Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air,
sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan minyak. Di
dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus
polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi
lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi
lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula sebaliknya,
bila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekulmolekul surfaktan tersebut akan
diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan
minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu.
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan
permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan
walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi
konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya
misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun
hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang
menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam
keseimbangan dinamis dengan monomernya (Genaro, 1990).
Tween 80 dapat menurunkan tegangan antarmuka antara obat dan mediumsekaligus
membentuk misel sehingga molekul obat akan terbawa oleh misel larut ke dalammedium
(Martinet al., 1993). Penggunaan surfaktan pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul
membentuk agregat yang disebut misel. Selain itu pada pemakaiannya dengan kadar tinggi
sampai Critical Micelle Concentration (CMC) surfaktan diasumsikan mampu berinteraksi
kompleks dengan obat tertentu selanjutnya dapat pula mempengaruhi permeabilitas membran
tempat absorbsi obat karena surfaktan dan membranmengandung komponen penyusun yang
sama (Attwood & Florence, 1985;Sudjaswadi,1991).
Salah satu sifat penting dari surfaktan adalah kemampuan untuk
meningkatkankalarutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium dispersi.
Surfaktan pada konsentrasi rendah, menurunkan tegangan permukaan dan menaikkan laju
kelarutan obat (Martinet al., 1993). Sedangkan pada kadar yang lebih tinggi surfaktan akan
berkumpul membentuk agregat yang disebut misel (Shargelet al.,1999)
Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan yaitu:
1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion. Contohnya
adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat, garam sulfonat asam lemak rantai
panjang.
2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation. Contohnya
garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium dan garam alkil dimethil
benzil ammonium.
3. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya ester
gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil
amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina
oksida.
4. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan
negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat : Bahan:
Spektrofotometer UV-Vid Paracetamol
Labu takar Propilen glikol
Mikropipet Aquadest
Pipet volume Etanol 96%
Orbital shaker Tween 80
Kertas saring whatman Metanol
Tabung reaksi
Beaker glass

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

Buatlah 50 ml larutan Tween 80 dengan konsentrasi 0; 0.1; 0.5; 1.0; 5.0; 10.0; 50.0; dan
100 mg/100ml.

tambahkan 1 gram paracetamol ke dalam masing-masing larutan Tween 80

kocok larutan dengan orbital shaker selama 1 jam. jika ada


endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi
sejumlah tertentu paracetamol sampai diperoleh larutan yang
jenuh kembali.

saring larutan. Ambil filtratnya sebanyak 1 ml masukkan ke kedalam


labu takar volume 25 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas.

baca absorbansinya dengan spektofotometer UV-Vis pada λ=244 nm

dengan persamaan kurva baku hitung kadar yang terlarut (mg/ml).

buat kurva baku hubungan antara kelarutan parasetamol dengan


konsentrasi Tween 80

tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) Tween 80.

V. DATA DAN PERHITUNGAN


Pengenceran 125 ml
Konsentrasi Absorbansi
0 0.352
0.1 0.254
0.5 0.271
1.0 0.313
5.0 0.314
10.0 0.346
Tween 50 0.197

a = 0.0465
b = 0.01593
y = a + bx
0.197 = 0.0465 + 0.01593 x
0.1505 = 0.01593 x
x = 9.4475 µg/ml × 125
x = 1180.9375 µg/ml
= 1.1809 mg/ml

VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini diawali dengan melakukan pencampuran larutan yaitu antara air dan
surfaktan dengan perbandingan yang berbeda-beda sesuai dengan yang telah ditentukan.
Kemudian sampel (parasetamol) dilarutkan dalam pelarut yang telah ditambahkan surfaktan
tersebut dan dilakukan pengocokan dengan menggunakan pengocok orbital selama 1 jam.
Larutan kemudian difiltrasi dengan kertas saring untuk memisahkan endapan dan pengotor.
Lalu diambil filtratnya untuk dilakukan pengenceran dan absorbannya dibaca pada alat
spektofotometer UV-Vis dengan λ = 244 nm.
Pembacaan absorbansi pada kelompok kami adalah tween 50 dengan absorbansi 0.197.
Didapatkan kadar parasetamol sebesar 1.1809 mg/ml. Pada pelarut campur, semakin tinggi
nilai konstanta dielektrik maka kelarutan zat semakin meningkat, akan tetapi yang diperoleh
dari hasil percobaan hasilnya tidak sesuai. Hal ini karena adanya faktor kesalahan dalam
menimbang residu, salah dalam pengadukan, dan sebagainya. Semakin tinggi proses
pengadukan, semakin tinggi tingkat kelarutannya. Pada penambahan ion sejenis, menurunkan
tingkat kelarutan, sedangkan penambahan surfaktan meningkatkan kelarutan.
Pada pengaruh surfaktan, penambahan surfaktan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat, yaitu:
a. pH dan temperatur
b. Jenis pelarut dan adanya zat-zat lain
c. Bentuk dan ukuran partikel zat
d. Konstanta dielektrik pelarut
Adapun aplikasi kelarutan dalam bidang farmasi yaitu sebagai landasan teori dalam
pembuatan larutan dan mengetahui usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
kelarutan.

VII. KESIMPULAN
Kadar parasetamol yang didapatkan adalah 1.1809 mg/ml

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Anief, Moh. 2007. Farmasetika. Jakarta : UGM Press.
Kurniawan, D. W. 2009. Teknologi Sediaan Farmasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Langley, C. 2008. FASTtrack: Pharmaceutical Compounding and Dispensing. London:
Pharmaceutical Press.
Martin, A et.al. 1993. Farmasi Fisika. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Perrie, Y. 2010. FASTtrack: Pharmaceutics - Drug Delivery and Targeting. London:
Pharmaceutical Press.
R. Voight., (1994), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi Kelima, Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai