Laporan Praktekum
Laporan Praktekum
MENGKY MOOY
JHON RUPISIAU
NENSI F POTIMAU
ADELBERTUS F.ENO
FERDINAN MOYANA
ANTON BAKAEMANG
GREGORIUS HAUNA
SAMUEL TENUBOLO
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya makalah yang berjudul “Survei perikanan di Kabupaten Timor
Tengah Utara(Pantai Wini) Berdasarkan Pendekatan Indikator
EAFM”dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan moral maupun material sehingga laporan ini
dapat tersusun dengan baik.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah dipaparkan pada makalah ini
masih jauh dari tingkat sempurna baik menyangkut isi, teknis, maupun bahasa.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan laporan ini. Betapapun kekurangan itu, penilaian sepenuhnya
diserahkan kepada Bapak/Ibu dosen selaku pengampu mata kuliah Konservasi
Sumberdaya Perairan. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat sehingga dapat disimak dalam bentuk bahan bacaan.
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konservasi
Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana
konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam
untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi
sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Menurut IUCN (1994) dalam Supriharyono (2007) ada beberapa tujuan kawasan
konservasi atau konservasi laut diantara, yaitu :
Pada akhir abad lalu, diakui adanya 3 (tiga) pendekatan prinsip untuk
pengembangan Kawasan Konservasi Laut (KKL). Ketiga pendekatan tersebut
berkaitan langsung dengan pengelolaan sumberdaya ikan (UNCLOS pasal 61-68).
UNCLOS telah diratifikasi dengan UU 17/1985, yang menekankan perlunya
pengelolaan perikanan, karena sumberdaya ikan tidak tanpa batas kelestarian.
2. Mengembangkankerangkahukum.
7. Zonasi.
Pembagian wilayah menjadi berbagai zona yang dialokasikan untuk berbagai
penggunaan. Zonasi ini akan memberikan kepastian mengenai perlindungan
terhadap zona inti (core zone) sebagai bagian dan wilayah penggunaan
ganda yang lebih luas. Tahap-tahap yang diperlukan untuk membentuk
zonasi disusun pada Annex 3 dan buku panduan termaksud.
2.3 Peraturan Pusat tentang pengelolaan konservasi laut daerah
Sementara itu melalui Tap MPR kemudian ditetapkan Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN) yang berisikan konsepsi dan arah pembangunan, GBHN
kemudian dijabarkan oleh Pemerintah dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima
Tahun atau REPELITA.
Sidang Istimewa MPR (SI MPR) yang berlangsung pada bulan Nopember 1998
menghasilkan beberapa Ketetapan, yang diantaranya adalah tentang
Penyelenggaraan Otonomi Daerah: Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan
Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia3. Di dalam Tap
MPR No. XV/1998 tersebut disebutkan bahwa Penyelenggaraan Otonomi Daerah
dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab di
daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan
pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan
pusat dan daerah, dimana penyelenggaraan tersebut dilaksanakan dengan prinsip
demokrasi dan memperhatikan keanekaragaman daerah.
Baru-baru ini, melalui Keppres No. 192 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1998 tentang Kedudukan, Tugas, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Departemen sebagaiman telah Beberapa Kali Diubah
Terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 144 Tahun 1998. Pemerintah
menggunakan nama baru untuk Ditjen PHPA yaitu Direktorat Jenderal
Perlindungan dan Konservasi Alam. Perbedaan istilah ini tentu saja dapat
memberikan konsekuensi hukum tertentu. Kedua, adanya dualisme kebijakan
pemerintah yang di satu sisi berupaya untuk melindungi kawasan-kawasan
tertentu dan menetapkannya sebagai kawasan konservasi, namun di sisi lain
membuka peluang kawasan-kawasan tersebut untuk dieksploitasi.
Hal ini dapat ditemukan di dalam PP No. 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan
Hutan, di dalam Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung dan di dalam SKB Menteri Pertambangan dan Menteri Kehutanan
Nomor 969.K/08/MPE/1989 dan Nomor 492/Kpts-II/1989 tentang Pedoman
Pengaturan Pelaksanaan Usaha Pertambangan dan Energi Dalam Kawasan Hutan,
yang hingga kini masih berlaku. SKB dua Menteri tersebut bahkan menegaskan
bahwa di Kawasan Cagar Alam dapat dilakukan kegiatan pertambangan, termasuk
di dalam kawasan yang akan ditetapkan sebagai Taman Nasional. Jika
sebelumnya telah ada kegiatan tambang, maka kawasan tambang tersebut
dikeluarkan dari penetapan taman nasional.
Keempat, kuatnya egosektoral, yang terlihat dari rekomendasi dan ijin yang
diberikan oleh Departemen Pertambangan untuk aktifitas pertambangan, baik di
Taman Nasional Lorentz maupun Taman Nasional Kutai, kendatipun UU No. 5
Tahun 1990 melarang. Dengan adanya kebijakan yang mendua, penggunaan
istilah yang tidak baku, lemahnya penegakan hukum dan begitu kuatnya
egosektoral, maka jelas ada persoalan mendasar di dalam kebijakan besar
pengelolaan sumber daya alam kita. Persoalan mendasar tersebut adalah tidak
adanya visi dalam pengelolaan sumber daya alam, termasuk visi pengelolaan
kawasan konservasi.
BAB III
METODE PRAKTEKUM
PEMBAHASAN
Segala sesuatu memiliki dasar untuk berkembang, jadi sebelum kita megetahui
tentang kondisi ekosistem laut saat ini ada baiknya kita terlebih dahulu
mengetahui dan mengerti tentang konservasi dan ekosistem.
Luas dan panjang garis pantai itu tentu akan menjadi potensi yang luar biasa
untuk pembangunan bidang perikanan dan pariwisata. Namun bila salah
mengelola, maka pantai-pantai ini akan menjadi sumber bencana, baik alam
maupun secara ekonomis.
1. Peran serta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah melalui berbagai kegiatan yang
berdaya guna dan berhasil guna.
2. Dalam mengembangkan peran serta rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat,
Pemerintah menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya dikalangan rakyat melalui pendidikan dan penyuluhan.
3. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan rakyat termasuk juga generasi muda sebagai
penerus bangsa. Salah satu upaya konservasi yang melibatkan dunia juga generasi
muda yaitu WOC (World Ocean Confrence). WOC adalah pertemuan tingkat
tinggi kepala pemerintahan yang memiliki wilayah laut dan pantai atau menjadi
bagian dari komunitas kelautan dunia. Salah satu maksud diadakannya WOC
karena terjadi penurunan kualitatif dan kuantitatif sumber daya kelautandan
perikanan, antara lain, terjadi penangkapan yang berlebihan, pencemaran laut dan
global warming. Hasil-hasil utamanya adalah mobilisasi sumber dana bagi
kalangan yang paling rawan terkena dampak perubahan iklim; mengembangkan
teknologi dan ilmu kelautan untuk mengkaji dampak perubahan iklim; dan
mendorong pertukaran informasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang
laut dan perubahan iklim. Dubes RI untuk Republik Federal Jerman, Eddy
Pratomo menegaskan kembali komitmen Pemerintah RI untuk mengedepankan
isu laut dalam pembahasan internasional perubahan iklim, baik melalui UNFCCC
dan badan-badan PBB lain serta berbagai fora internasional yang lain.
Tujuan yang ingin dicapai RI adalah melindungi laut dan daerah pantai dari
dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dan mendukung
pemahaman atas hubungan yang dinamis antara iklim dan laut, tujuan laindari
WOC ini adalah untuk menegaskan kembali mengenai pentingnya konservasi laut,
dan proses kontribusi sosial ekonomi bagi baik penduduk pesisir pantai maupun
bagi masyarakat dunia secara keseluruhan. Dr. Edward Allison, Direktur Policy,
Economics and Social Sciences dari The World Fish Center, menyampaikan
tantangan akibat perubahan iklim terhadap kelangsungan hidup nelayan dan
aquaculture system. “Sebanyak 520 juta penduduk dunia menggantungkan
kehidupannya pada sektor perikanan dan hampir 3 juta penduduk dunia sumber
proteinnya berasal dari ikan artinya laut memiliki peran penting dalam perubahan
iklim seperti laut sebagai buffer perubahan iklim. Laut juga menyerap lebih dari
95% radiasi matahari dan membuat udara menjadi layak bagi makhluk hidup; dan
laut menyediakan 85% uap air di atmosfer.
Berbagai pendapat dikemukakan partisipan WOC yang berharap agar WOC
benar-benar memperjuangkan alam dan masyarakat demi masa depan generasi
mendatang. Berikut beberapa petikan komentar dari mereka: Deklarasi Manado
bisa menciptakan situasi simbiosis mutualisme antara manusia dan alam (Nadine
Candrawinata, Putri Indonesia 2005).Diharapkan penyelanggarakan even-even
seperti ini bisa lebih “ecofriendly” agar sesuai dengan tema yang diusung dan
keterlibatan LSM lokal diharapkan diperkuat (Estradivari, Kepala Divisi Sains
Terangi).Semoga hasil dari penyelenggaraan even-even seperti ini bisa
dimanfaatkan oleh agen-agen implementasi melalui interaksi yang lebih kuat
dengan pelibatan sains dan teknologi yang terbaru dari hasil simposium. Hal ini
merupakan tantangan yang besar karena sepertinya even WOC kali ini masih
mempunyai gap yang cukup besar antara agen implementasi dan para saintis (Ria
Fitriani, Peserta). Semoga WOC bisa membawa wawasan baru. Isu-isu “lama”
sebaiknya di “up to date”, agar bisa berkembang sesuai dengan kebutuhan dan
situasi terkini. Diharapkan pula agar komitmen konservasi yang telah keluar dari
para pemerintah daerah benar-benar ditindaklanjuti sesuai komitmen tersebut,
jangan hanya dikeluarkan di WOC (Erdi Lazuardi, Conservancy International,
Sorong). WOC dan even-even terkait bisa menjadi ajang untuk saling berbagi
ilmu dan teknologi terbaru. Untuk bisa maksimal, komite seleksi harus dibekali
pengetahuan yang cukup dan harus berani untuk selektif. Ajang ini juga harus
bisa dipakai untuk membangun jejaring kerja antar saintis (Habeebollah,
Koordinator Perikanan Tangkap WWF Indonesia).Agar WOC bisa menjadi
jembatan untuk membawa saintis-saintis dari perguruan tinggi di Indonesia ke
ajang internasional. Dan agar WOC dapat membuka peluang jejaring antara
saintis nasional dan internasional (Arif Setyanto, Dosen Universitas Brawijaya).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
– Kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi
kelangsungan hidup manusia
5.2 Saran