Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka
secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh
dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Seorang dengan luka
bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka
dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan
hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar
75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar
biasa untuk memulangkan pasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini
untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka
dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-
rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi)
dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang
besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan
yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka
bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai
perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang
disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan
kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan
listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia
menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan
ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi
kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang
berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang

Keperawatan Medikal Bedah II 1


anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk
mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk
mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang
menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung
dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status
kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka
bakar dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami
kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota
keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus
dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk
menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka
bakar tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan luka bakar ?
2. Bagaimana anatomi sistem integumen ?
3. Apa saja etiologi luka bakar ?
4. Bagaimana patofisiologi luka bakar ?
5. Baggaimana fase luka bakar ?
6. Apa saja komplikasi luka bakar ?
7. Bagaiamana pathways luka bakar ?
8. Apa saja klasifikasi luka bakar ?
9. Bagaimana penatalaksanaan luka bakar ?
10. Apa saja klasifikasi tatalaksana luka bakar ?
11. Apa saja terapi pengantian cairan ?
12. Bagaimana pemindahan ke unit luka bakar
13. Bagaimana fase akut atau intermediet perawatan luka bakar ?
14. Bagaimana manajemen luka bakar ?
15. Bagaimana konsep asuhan keperawatan luka bakar ?

Keperawatan Medikal Bedah II 2


C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian luka bakar.
2. Untuk mengetahui dan memahami anatomi sistem integumen.
3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi luka bakar.
4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi luka bakar.
5. Untuk mengetahui dan memahami fase luka bakar.
6. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi luka bakar.
7. Untuk mengetahui dan memahami pathways luka bakar.
8. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi luka bakar.
9. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan luka bakar.
10. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi tatalaksana luka bakar.
11. Untuk mengetahui dan memahami terapi pengantian cairan.
12. Untuk mengetahui dan memahami pemindahan ke unit luka bakar.
13. Untuk mengetahui dan memahami fase akut atau intermediet perawatan
luka bakar.
14. Untuk mengetahui dan memahami manajemen luka bakar.
15. Untuk mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan luka bakar.

Keperawatan Medikal Bedah II 3


BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian Luka Bakar
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi
dari suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh
hantaran/radiasi electromagnet (Brunner & Suddarth, 2002).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontrak dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi (Moenajar, 2002).
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas,
kimia atau radio aktif (Wong, 2003).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api,
air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang
disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat
dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan
menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan
kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi
diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses
penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan
luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak,
semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat,
2003).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan
pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung faktor
penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebabnya.

Keperawatan Medikal Bedah II 4


Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas
kulit dan kematian sel-sel (Yepta, 2003).
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung
maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung
dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga (Sjamsuidajat, 2004)
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan
disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti
kabel listrik yang mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau
basa kuat (Triana, 2007).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
yang lebih dalam (Kusumaningrum, 2008).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari,
uap, listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa
saja hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat
yang mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang
intensif (PRECISE, 2011)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
yang lebih dalam. (Irna Bedah Dr. Soetomo, 2001).
Ada empat tujan utama yang berhubungan dengan luka bakar :
1. Pencegahan
2. Implementasi tindakan untuk menyelamatkan jiwa pasien – pasien luka
bakar yang
3. Pencegahan ketidakmampuan dan kecacatan melalui penanganan dini ,
spesialistik serta individual
4. Pemulihan atau rehabilitasi pasien melalui pembedahan rekontruksi dan
program rehabilitasi (brunner & suddarth vol 3:1912).

Keperawatan Medikal Bedah II 5


2. Anatomi Sistem Integumen
Anatomi fisiologi sistem integumen terdiri dari kulit, stuktur
tambahannya, seperti folikel rambut dan kelenjar keringat, dan jaringan
subkutan dibawah kulit. Kulit terbentuk dari berbagai macam jaringan
yang berbeda dan dianggap sebagai suatu organ. Karena kulit menutupi
seluruh permukaan tubuh, salah satu fungsinya sudah jelas terlihat:
memisahkan tubuh dari lingkungan luar dan mencegah masuk berbagai
macam zat berbahaya. Jaringan subkutan yang secara langsung berada
dibawah kulit dan menghubungkan kulit dengan otot serta mempunyai
fungsi lain.

Lapisan kulit
a. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis trdiri dari antara lain sbagai brikut :
1) Stratum korneum.
Lapisan ini terdiri dari banyak lapisan tanduk (keratinasi), gepeng,
kering, tidak berinti, inti selnya sudah mati, dan megandung zat
keratin.
2) Stratum lusidum.
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel-sel
sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi
jernih sekali dan tembus sinar.

Keperawatan Medikal Bedah II 6


Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
Dalam lapisan terlihat seperti suatu pipa yang bening, batas-batas
sel sudah tidak begitu terlihat disebut stratum lusidum.
3) Stratum granulosum.
Lapisan ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih seperti kumparan dengan
inti ditengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohiali atau
gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi benda
asing, kuman dan bahan kimia masuk ke dalam tubuh.
4) Stratum spinosum/stratum akantosum.
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat
mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya disebut
spinosum karena jika dilihat di bawah mikroskop, sel-selnya terdiri
dari sel yang bentuknya polygonal/banyak sudut dari mempunyai
tanduk (spina). Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan
tekanan dari luar. Bentuknya tebal dan terdapat di daerah tubuh
yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti
tumit dan pangkal telapak kaki.
Disebut akantosum sebab sel-selnya berduri. Ternyata spina atau
tanduk tersebut ada hubungan antara sel yang lain yang disebut
intercelulair bridges atau jembatan interselular.
5) Stratum Basal/Germinativum.
Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak dibagian
basal/basis, stratum germinativum menggantikan sel-sel yang di
atasnya dan merupakan sel-sel induk.
Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di
dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin
warna.
Sel tersebut disusun seperti pagar pagar (palisade) dibagian bawah
sel tersebut terdapat suatu membran disebut membran basalis, sel-
sel basalis dengan membran basalis merupakan batas terbawah dari
pada epidermis dengan dermis.

Keperawatan Medikal Bedah II 7


Ternyata batas ini tidak datar tapi bergelombang, pada waktu
korium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papilla kori
(papilla kulit). Dipihak lain epidermis menonjol kearah korium,
tonjolan ini disebut Rute Ridges atau rete peg = prosessus inter
papilaris.

b. Lapisan Dermis.
Lapisan dermis terdiri dari 2 lapisan antara lain sebagai brikut :
1) Bagian atas, Pars Papilaris (stratum papilar).
2) Bagian bawah, Retikularis (stratum retikularis).
Batas antara pars papilaris dengan pars retikularis adalah bagian
bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars
retikularis terdiri dari serabut-serabut yaitu serabut kolagen, serabut
elastis, dan serabut retikulus. Serabut ini saling beranyaman dan
masing-masing mempunyai tugas yang berbeda. Serabut kolagen,
untuk memberikan kekuatan kepada kulit, serabut elastic untuk
memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus terdapat terutama
disekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan
pada alat tersebut.
a) Unsur sel:
Unsure utama sel dermis adalah fibroblast, makrofag, dan
terdapat sel lemak yang berkelompok. Disamping itu ada juga
sel jaringan ikat bercabang dan berpigmen pada lingkungan
epidermis yang banyak mengandung pigmen misalnya areola
mammae dan sekitar anus.
b) Serat otot:
Serat otot polos dijumpai di dalam dermis tersusun membentuk
berkas dihubungkan dengan folikel rambut (muskulus erector
fili) bertebaran diseluruh dermis dalam jumlah yang cukup
banyak pada kulit, putting susu, penis, skrotum dan sebagian
perenium.

Keperawatan Medikal Bedah II 8


c. Lapisan Subkutis.
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara
gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak
ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga
membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak ini di sebut perikulus adiposus, yang tebalnya tidak sama
pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan
tidak sama (berlainan).
Guna perikulus adiposus adalah sebagai Shok breker = pegas/bila tekanan
trauma mekanis yang menimpa pada kulit, Isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu, penimbun kalori, dan tambahan untuk kecantikan
tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat
otot.

3. Etiologi Luka Bakar


Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara
langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar.
Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
a. Paparan api
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh
atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda
panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang
mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok
dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.

Keperawatan Medikal Bedah II 9


b. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan
berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya
menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit
sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan
keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang
menandai permukaan cairan.
c. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator
mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang
tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi
inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas
distal di paru.
d. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.
e. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan
luka bakar tambahan.
f. Zat kimia (asam atau basa)
g. Radiasi
h. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

4. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh. Panas tersebut mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik. Luka bakar dikategorikan sebagai luka bakar ternal, radiasi,

Keperawatan Medikal Bedah II 10


atau luka bakar kimiawi. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan
pada epidermis, dermis, maupun jaringan sub kutan tergantung factor
penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas/penyebabanya.
Dalam luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/gangguan integritas kulit
dan kematian sel-sel.
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah
sehinngga air, natrium, klorida, dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel
dan menyebabakan terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan
hipovolemia dan hemokonsentrasi.
Cedera panas mengahasilkan efek local dan efek sistemik yang berkaitan
dengan luasnya destruksi jaringan. Pada luka bakar suferfisial, kerusakan
jaringan minimal. Pada luka bakar ketebalan/sebagian terjadi edema dan
kerusakan kapiler yang lebih parah. Dengan luka bakar mayor lebih dari 30%
TBSA, terdapat respons sistemik yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler, yang memungkinkan protein plasma, cairan, dan
elektrolit hilang. Pembentukan edema maksimal pada luka kecil terjadi sekitar
8 sampai 12 jam setelah cedera. Setelah cedera yang lebih besar, hipovolemia,
yang dikaitkan dengan fenomena tersebut, akan melambatkan laju
pembentukan edema, dengan efek maksimum terjadi pada 18 sampai 24 jam.
Respon sistemik lainnya adalah anemia, yang disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah secara langsung oleh panas, hemolisis sel darah
merah yang cedera, dan terjebaknya sel darah merah dalam trombi
mikrovaskular sel-sel yang rusak. Penurunan jumlah sel-sel darah merah
dalam jangka panjang dalam mengakibatkan pengurangan masa hidup sel
darah merah. Pada awalnya terdapat peningkatan aliran darah ke jantung, otak,
dan ginjal dengan penurunan aliran darah ke saluran gastrointestinal.
Terdapat peningkatan metabolism untuk mempertahankan panas tubuh,
yang disediakan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi tubuh.
(wong,2008)
Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi
kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskular karena

Keperawatan Medikal Bedah II 11


hilangnya atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan cairan akan lolos atau
hilang dari compartment intravaskuler kedalam jaringan interstisial. Eritrosit
dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan hematokrit
dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi
kekurangan cairan.
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh
mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi system gastrointestinal
yang mana dapat terjadi ilius paralitik, tachycardia dan tachypnea merupakan
kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan
kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan sistem. Kemudian
menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi vasokontiksi yang akan berakibat
pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguri.
Respon luka bakar akan meningktkan aliran darah ke organ vital dan
menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital. Respon
metabolic pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang merupakan hasil
dari peningkatan sejumlah energy, peningkatan katekolamin; dimana terjadi
peningkatan temperature dan metabolism, hipoglikemi karena meningkatnya
pengeluaran glukosa untuk kebutuhan metabolikyang kemudian terjadi
penipisan glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status
hipermetabolisme dan injury jaringan. Kerusakan pada sel darah merah dan
hemolisis menimbulkan anemia, yang kemudian yang meningkatkan curah
jantung untuk memperthankan perfusi. Pertumbuhan dapat terhambat oleh
depresi hormone pertumbuhan karena terfokus pada penyembuhan jaringan
yang rusak.
Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan
pada saat yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dalam kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal
antara sel dan cairan interstisial dimana secara khusus natrium masuk kedalam
sel dan kalium keluar dari dalam sel. Dengan demikian mengakibatkan
kekurangan sodium dalam intravaskuler.

Keperawatan Medikal Bedah II 12


5. Fase Luka Bakar
a. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat
terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi adalah
penyebab kematian utama penderita pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
b. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan :
1) Proses inflamasi dan infeksi
2) Problem penutupan luka denga titik perhatian pada luka telanjang atau
tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ
fungsional.
3) Keadaan hipermetabolisme
c. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada
fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

6. Komplikasi Luka Bakar


a. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
b. Sindrom kompartemen. Sindrom kompartemen merupakan proses
terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen
vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan

Keperawatan Medikal Bedah II 13


bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan
obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
c. Adult Respiratory Distress Syndrome. Akibat kegagalan respirasi
terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah
mengancam jiwa pasien.
d. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling. Berkurangnya peristaltic usus dan
bising usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar.
Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan
lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif
(hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam
feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini
merupakan tanda-tanda ulkus curling.
e. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan
hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang
adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah,
perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada
tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan
frekuensi denyut nadi.
f. Gagal ginjal akut. Haluran urine yang tidak memadai dapat
menunjukkan resusiratsi cairan yang tidak adekuat khususnya
hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.

Keperawatan Medikal Bedah II 14


7. Pathways

Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik/petir

Masalah Keperawatan:
Biologis LUKA BAKAR Psikologis
 Gangguan Citra Tubuh
 Defisiensi pengetahuan
 Anxietas
Pada Wajah Di ruang tertutup Kerusakan kulit

Kerusakan mukosa Keracunan gas CO Penguapan meningkat


Masalah Keperawatan:

Oedema laring CO mengikat Hb Peningkatan pembuluh  Resiko infeksi


 Nyeri akut
darah kapiler  Kerusakan integritas kulit
Hb tidak mampu
Obstruksi jalan nafas mengikat O2
Ektravasasi cairan (H2O,
Gagal nafas Masalah Keperawatan:
Elektrolit, protein)
Hipoxia otak
 Hambatan mobilitas fisik
MK: ketidak Tekanan onkotik menurun.
efektifan pola nafas
Tekanan hidrostatik
tidak efektif
meningkat
Cairan intravaskuler

menurun Masalah Keperawatan:


Hipovolemia dan
 Kekurangan volume cairan
hemokonsentrasi
Gangguan sirkulasi

makro

Gangguan perfusi organ penting Gangguan

sirkulasi seluler
Otak Kardiovaskuler Ginjal Hepar GI Neurologi Imun Gangguan

Traktus perfusi
Hipoxia Kebocoran Hipoxia Pelepasan Gangguan Daya
Dilatasi Laju
kapiler sel ginjal katekolamin Neurologi tahan
Sel otak lambun metabolisme
Penurunan Fungsi Hipoxia Hambahan tubuh
g meningkat
mati curah jantung ginjal hepatik pertumbuhan Glukoneogenesis
Gagal menurun
Gagal Gagal ginjal Gagal
fungsi menurun glukogenolisis

sentral jantung hepar MK:

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari


MULTI SISTEM ORGAN FAILURE
kebutuhan tubuh

Keperawatan Medikal Bedah II 15


8. Klasifikasi Luka Bakar
a) Dalamnya luka bakar
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan Jilatan api, Kering tidak ada Bertambah Nyeri
partial sinar ultra gelembung. merah
superfisial violet Oedema minimal
(tingkat 1) (terbakar atau tidak ada.
oleh Pucat bila ditekan
matahari) dengan ujung jari,
berisi kembali bila
tekanan dilepas
Lebih Kontak Blister besar dan Berbintik- Sangat
dalam dari dengan lembab yang bintik nyeri
ketebalan bahan air ukurannya yang
partial atau bahan bertambah besar. kurang
(tingkat II) padat. Pucat bial ditekan jelas,
Jilatan api dengan ujung jari, putih,
kepada bila tekanan daerah
pakaian. dilepas berisi merah
Jilatan kembali. coklat
langsung
kimiawi,
sinar ultra
violet.
Ketebalan Kontak Kering disertai Putih, Tidak
sepenuhnya dengan kulit mengelupas. kering, sakit,
(tingkat III) bahan cair Pembuluh darah hitam, sedikit
atau padat. seperti arang coklat tua, sakit,
Nyala api, terlihat dibawah hitam, rambut
kimia. kulit yang merah mudah

Keperawatan Medikal Bedah II 16


Kontak menelupas, lepas bila
dengan arus gelembung jarang, di cabut.
listrik dindingnyasangat
tipis, tidak
membesar, tidak
pucat bila ditekan.

b) Luas luka bakar


Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu :
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18 % : 36%
d. Tungkai masing-masing 18 % : 36%
e. Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%

c) Berat ringannya luka bakar


Untuk mengkaji luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara
lain :
a. Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
b. Kedalaman luka bakar
c. Anatomi lokasi luka bakar
d. Umur klien
e. Riwayat pengobatan yang lalu
f. Trauma yang menyertai atau bersamaan

American college of surgeon membagi dalam :


1) Parah – critical :
a) Tingkat II : 30% atau lebih
b) Tingkat III : 10% atau lebih

Keperawatan Medikal Bedah II 17


c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d) Dengan adanya komplikasi pernafasan, jantung, fractura, soft
tissue yang luas.

2) Sedang – moderate :
a) Tingkat II : 15-30 %
b) Tingkat III : 1-10 %

3) Ringan – minor :
a) Tingkat II : kurang 15%
b) Tingkat III : kurang 1%

9. Penatalaksanaan Luka Bakar


Secara sistematik dapat dilakukan 6 C: clothing, cooling, cleaning,
chemoprophylaxis, covering, dan comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk
pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru
selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan.
a. Clothing: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan
pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk
sampai pada fase cleaning.
b. Cooling: Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan
air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di
bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai
dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar. Kompres dengan air dingin (air
sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia
(penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi. Jangan pergunakan
es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi)
sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia.
Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram
dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila

Keperawatan Medikal Bedah II 18


penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari
kulit baru disiram air yang mengalir.
c. Cleaning: Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi
rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses
penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
d. Chemoprophylaxis: Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka
yang lebih dalam dari superficial partial thickness. Pemberian krim silver
sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka
bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa,
perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari
2 bulan
e. Covering: Penutupan luka bakar dengan kasa. Dilakukan sesuai dengan
derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa
atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan)
bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat
hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega,
minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan
meningkatkan risiko infeksi.
f. Comforting: Dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa
 Paracetamol dan codein (PO-per oral) 20-30mg/kg
 Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
 Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
(Rosfanty, 2009)
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari
ABC yaitu :
a. Airway and breathing
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga
(black sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah.
Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana
intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok)

Keperawatan Medikal Bedah II 19


untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di
fasilitas kesehatan yang lengkap.

b. Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka
bakar untuk perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena
(melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu
dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting
karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan
karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme
dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar
pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema).
Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka
volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan
kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh.
Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl
0,9%/normal Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya
dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan
yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : 3-4 cc/kgBB/%TBSA +
cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB
dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB
untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4cc/kgBB/%TBSA)
diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16
jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat
dari produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam (Rosfanty, 2009).

Menurut Grace dan Borley (2006) penatalaksanaan penting untuk luka


bakar dibagi menjadi tiga penangananan:
a. Penanganan luka bakar umum
1) Mulai resusitasi (ABC, buat jalur intravena, berikan O2).
2) Nilai ukuran luka bakar (aturan 9 dari wallen).

Keperawatan Medikal Bedah II 20


b. Penanganan luka bakar berat (luka bakar > 20% pada orang dewasa
dan > 10% pada anak)
1) Pantau nadi, TD, suhu, keluaran urin. Berikan analgesia adekuat
melalui IV. Pertimbangkan selang nasogastrik (nasogastric tube,
NGT), berikan profilaksis tetanus.
2) Berikan cairan melalui IV berdasarkan formula Muir-Barclay: %
luka bakar x berat badan dalam Kg/2 = satu aliquot cairan. Berikan
6 aliquot cairan selama 36 jam pertama dengan urutan 4, 4, 4, 6, 6,
12 jam dari waktu terjadinya luka bakar. Biasanya menggunakan
larutan koloid, albumin atau plasma.
3) Pertimbangkan untuk merujuk ke pusat luka bakar.
c. Luka bakar ringan (luka bakar < 20% pada orang dewasa dan < 10%
pada anak).

10. Klasifikasi Tatalaksana Luka Bakar


a. Tatalaksana luka bakar minor
a) Pemberian pengurang rasa nyeri harus adekuat. Pada anak-anak
dapat membutuhkan morfin sebelum penilaian luka bakar dan
pembalutan awal.
b) Pada luka bakar mengenai anggota gerak atas disarankan
imobilisasi denga balut dan bidai
c) Pemeriksaan status tetanus pasien
d) Pembalutan tertutup disarankan untuk luka bakar partial thickness.
Cairan yang keluar dari luka bakar menentukan frekuensi
penggantian balutan
e) Gelembung cairan (blister) memiliki fungsi untuk proteksi dan
mengurangi rasa sakit bila tetap dibiarkan utuh selama beberapa
hari. Jika gelembung cairan kecil, tidak berada di dekat sendi dan
tidak menghalangi pembalutan maka dapat tidak perlu dipecahkan.
Gelembung cairan yang besar dan yang meliputi daerah persendian
harus dipecah dan dibersihkan. Gelembung cairan yang berubah

Keperawatan Medikal Bedah II 21


menjadi opak/keruh setelah beberapa hari menandakan proses
infeksi sehingga perlu untuk dibuka dan dibalut.
b. Tatalaksana luka bakar superfisial / dangkal
Dapat dibiarkan terbuka. Pada bayi yang menunjukakan kecenderungan
terbentuknya gelembung cairan atau penggarukan dapat ditutup perban
untuk proteksi.
c. Tatalaksana luka bakar sebagian (partial thicknes)
1) Dilakukan pembersihan luka dan sekelilingnya dengan salin (larutan
yang mengandung garam-steril). Jika luka kotor dapat dibersihkan
dengan clorhexidine 0,1% lalu dengan salin.
2) Luka bakar superfisial partial thickness dapat ditutup dengan kasa yang
tidak menempel lalu dibalut atau di plester
3) Luka bakar deep partial thickness dilakukan penutupan dengan kasa
yang tidak lengket dan diberikan antimikroba krim silverdiazin

11. Terapi Pengantian Cairan


Kebutuhan cairan yang diproyeksikan dalan 24 jam pertama
dihitung berdasarkan luas luka bakar. Resusitasi cairan yang adekuat
menghasilkan sedikit penurunan volume darah selama 24 jam pertama
pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma pada nilai yang normal
pada akhir periode 48 jam. Beberapa rumus telah dikembangkan untuk
memperbaiki kehilangan cairan berdasarkan estimasi persentase luas
permukaan tubuh yang terbakar dan berat badan pasien.
a. Rumus Konsesus
Larutan ringer laktat (atau larutan saline seimbang lainnya): 2-4 ml x
kg berat badan x % luas luka bakar. Separuh diberikan dalam 8 jam
pertama: sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.

b. Rumus Evans
1. Koloid : 1ml x kg berat badan x % luas luka bakar
2. Elektrolit (Salin) : 1ml x kg berat badan x % luas luka bakar

Keperawatan Medikal Bedah II 22


3. Glukosa (5%dalam air) : 2000 ml untuk kehilangan insensible
Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh diberikan
dalam 8 jam pertama: separuh sisanya dalam 16 jam berikutnya
Hari 2 : separuh dari cairan elektrolit dan kolid yang diberikan
pada hari sebelumnya: seluruh penggantian cairan insesibel

Maksimum 10.000 ml selama 24 jam. Luka bakar derajat dua dan


tiga yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dhitung berdasarkan
50% luas permukaan tubuh.

c. Rumus Brooke Army


1. Koliod : 0,5ml x kg berat badan x % luas luka bakar
2. Elektrolit (RL) : 1,5 ml x kg berat badan x % luas luka
bakar
3. Glukosa (5%dalam air): 2000 ml untuk kehilangan insensible
Hari 1 : separuh diberikan dalam 8 jam pertam: separuh sisanya
dalam 16 jam berikutnya
Hari 2 : separuh dari cairan kolid: separuh dari cairan elektrolit:
seluruh penggantian cairan insesibel
Luka bakar derajat dua dan tiga yang melebihi 50% luas
permukaan tubuh dhitungberdasarkan 50% luas permukaan tubuh

d. Rumus Parkland/Baxter
Larutan Ringer Laktat: 4 ml kg berat badan x % luas luka bakar
Hari 1 : Separuh diberikan dalam 8 jam pertama: separuh sisanya
dalam 16 jam berikutnya
Hari 2 : Bervariasi. Ditambahkan koloid

e. Larutan Salin Hipertonik


Larutan pekat natrium klorida (NaCl) dan laktat dengan konsentrasi
250-300mEq natrium perliter yang diberikan pada kecepatan yang
cukup untuk mempertahankan volume keluaran urine yang

Keperawatan Medikal Bedah II 23


diinginkan. Jangan meningkatkan kecepatan intfus selama 8 jam
pertama pasca luka bakar. Kadar natrium serum harus dipantau
ketat.
Tujuan: meningkatkan kadar natrium serum dan osmolalitas untuk
mengurangi edema dan mencegah komplikasi paru.

12. Pemindahan ke Unit Luka Bakar


Kriteria Perhimpunan Luka Bakar Amerika untuk Rujukan ke Pusat
Luka Bakar :
a. Luka bakar derajat 3 yang melebihi 5% luas permukaan tubuh pada
segala kelompok usia
b. Luka bakar derajat 2 dan 3 yang melebihi 10% luas permukaan
tubuh pada pasien < 10 tahun atau < 50 tahun
c. Luka bakar derajat 2 dan 3 yang melebihi 20% luas permukaan
tubuh pada segala kelompok usia yang lain.
d. Luka bakar derajat 2 dan 3 yang mengenai muka, tangan, kaki,
genetalia, perineum, serta persendian yang besar.
e. Luka bakar listrik yang mencakup luka bakar tersambar petir
f. Luka bakar kimia dengan ancaman ganguan fungsional atau
kosmetik yang serius
g. Cedera inhalasi dengan luka bakar
h. Luka bakar yang melingkar pada ektremitas dan dada
i. Luka bakar pada pasien yang sebelumnya sudah menderita sakit
dapat memperumit penanganan
j. Luka bakar dengan trauma dimana luka bakar tersebut menghadapi
risiko yang terbesar.

13. Fase Akut atau Intermediet Perawatan Luka Bakar


Pada fase akut ini dilakukan perawatan luka umum seperti :
Pada fase ini diperlukan perhatian khusus pada pengkajian dan
pemeliharaan yang berkesinambungan pada status respirasi, dan sirkulasi,

Keperawatan Medikal Bedah II 24


keseimbangan cairan dan elektrolit, serta fungsi gastrointestinal.
Perawatan luka dan pengendalian nyeri menjadi prioritas dalam fase ini.
Untuk pengendalian nyeri biasanya diberikan NSAID atau golongan
narkotik jika terdapat nyeri hebat pada luka bakar yang luas. Selain itu,
meminimalkan rasa nyeri juga dapat dilakukan dengan teknik non
farmakologi seperti Guidetimageri, teknik relaksasi, dan distraksi, terapi
music dan lainnya. Pemberian obat anlgetik 30 menit sebelum perawatan
luka juga sangat penting menigkatkan rasa nyaman pasien selama
perawatan luka bakar. Luka bakar meliputi sejumlah besar jaringan mati (
eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama.
Eskar pada luka bakar merupakan krusta yang nonviable tanpa memiliki
suplai aliran darah sehingga leukosit PMN atau antibody tidak dapat
menjangkau daerah tersebut. Maka dari itu, luka bakar rentan terinfeksi
oleh bakteri dan dapat terjadi sepsis. Berdasarkan hal tersebut maka
diperlukan pemberian antibiotic topical, perawatan luka dan penggantian
balutan yang khusus dengan teknik steril. Perawatan luka dapat
dilakukan dengan tekni tertutup atau terbka sesuai dengan kebijakan
masing-masing rumah sakit. Pada prinsipnya, perawatan luka dilakukan
untuk mencegah terjadinya infeksi. Pemilihan terapi antibiotic topical
berfungsi untuk mengurangi jumlah bakteri agar keseluruhan populasi
mikroba dapat dikendalikan oleh mekanisme pertahanan tubuh pasien
sendiri bukan untuk mensterilkan luka bakar.( Smeltzer, 2002).
a. Pembersihan Luka
Hidroterapi dengan perendaman total dan bedside bath adalah terapi
rendaman disamping tempat tidur. Selama berendam, pasien
didorong agar sedapat mungkin bergerak aktif. Hidroterapi
merupakan media yang sangat baik untuk melatih ekstremitas dan
membersihkan luka seluruh tubuh. Pembersihan luka dapat
dilakukan degan perendaman total atau disebut hidroterapi. Selama
berendam pasien didorong bergerak aktif untuk melatih ekstremitas
dan membersihkan seluruh tubuh. Hidroterapi hars dibatasi dalam

Keperawatan Medikal Bedah II 25


periode 20 -30 menit untuk mencegah gejala menggigil dan stress
metabolic tambahan. Pembersihan luka biasanya dilakukan sehari
sekali pada daerah luka yang tidak menjalani tindakan pembedahan.
Jika ada eskar yang mulai terpish dengan jaringan viable dibawahnya
yang terjadi kurang lebih 11/2 sampai 2 minggu paska luka bakar,
maka diperlukan tindakan pembersihan dan debridement secara
berturut-turut harus lebih sering dilakukan.

b. Terapi Antibiotik Topikal


Ada tiga preparat topikal yang sering digunakan yaitu silver
sulfadiazin, silver nitrat, dan mafenide asetat.

c. Penggantian Balutan
Dalam mengganti balutan, perawat harus menggunakan APD.
Balutan atau kasa yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa
menimbulkan sakit jika sebelumnya dibasahi dengan larutan salin
atau bial pasien dibiarkan berandam selama beberapa saat dalam bak
rendaman. Pembalut sisanya dapat dilepas dengan hati-hati memakai
forseps atau tangan yang menggunakan sarung tangan steril.
Kemudian luka dibersihkan dan didebridemen untuk menghilangkan
debris, setiap preparat topikal yang tersisa, eksudat, dan kulit yang
mati. Selama penggantian balutan ini, harus dicatat mengenai warna,
bau, ukuran, dan karakteristik lain dari luka.

d. Debridemen
Tujuannya adalah untuk menghilangkan jaringan yang
terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing sehingga pasien
dilindungi dari invasi bakteri dan untuk menghilangkan jaringan
yang sudah mati.
Debridemen ada 3 yaitu :
1) Alami : jaringan mati akan memisahkan diri secara spontan

Keperawatan Medikal Bedah II 26


2) Mekanis : penggunaan gunting bedah dan forsep untuk
memisahkan dan mengangkat jaringan mati.
3) Bedah : tindakan operasi dengan melibatkan eksisi primer seluruh
tebal kulit sampai mengupas kulit yang terbakar.

e. Graft Pada Luka Bakar


Adalah pencacokan kulit. Selama proses penyembuhan luka akan
terbentuk jaringan granulasi. Jarinagn ini akan mengisi ruangan
ditimbulkan oleh luka, membentuk barier yang merintangi bakteri
dan berfungsi sebagai dasar untk pertumbuhan sel epitel.

f. Dukungan Nutrisi
Nutrisi yang diberikan adalah TKTP untuk membantu mempercepat
penyembuhan luka.

Keperawatan Medikal Bedah II 27


14. Manajemen Luka Bakar

Flowchart Manajemen Luka Bakar, (NSW Health Departement)

Kaji keadaan luka Pertimbangkan >10% TBSA pd orang dewasa


bakar ukuran luka bakar
>5% TBSA pd anak-anak (Total
Body Surface Area)
Pertimbangkan
 Luka bakar pada wajah, tangan, kaki,
lokasi/tipe luka
perineum, permukaan tulang atau
bakar cedera yang terjadi bersamaan
misalnya frakturatau lainnya
Pertimbangkan  Luka bakar akibat elektrik dan bahan
kimia
kedalaman luka
bakar

Luka Bakar Partial Luka Bakar Full


Thickness Thickness

Luka bakar Luka Bakar Deep <48 jam


Superficial Partial Partial Thickness
Thickness  Gunakan balutan seperti pada luka
bakar partial thickness

<48 jam  Berikan obat penurun rasa nyeri


<48 jam

 Bersihkan dengan  Bersihkan dengan


3-6 hari
Chlorhexidine/NS
Chlorhexidine/NS
 Berikan balutan AIVG  Berikan Silvazene dan
 Kaji ulang warna,
balutan
(Antibacterial Impregnated kedalaman, infeksi,
Vaselin Gauze)  Berikan obat penurun
dan nyeri
rasa nyeri
 Berikan obat penurun rasa  Jika ada
sakit  Lanjutkan dengan
penyembuhan,
perawatan luka tiap
 Biarkan secara utuh lanjtkan
selama 48 jam hari
perawatan luka
 Tinggikan
extremitas/tungkai jika
edema
3-6 hari  Monitor warna luka 12-14 hari
Setelah 6 hari
 Kaji ulang warna, dan infeksi
kedalaman, infeksi dan  Jika ada beberapa
 Jika ada
nyeri potongan kecil
7-10 hari penyembuhan,
 Jika ada penyembuhan, luka tidak sembuh
gunakan balutan
lanjutkan dengan >1cm,
 Jika ada penyembuhan, AIVG (jika tidak
perawatan luka, ganti konsultasikan
lanjtkan dengan perawatan tersedia gunakan
balutan 2-3 hari sekali dengan spesialis
luka, ganti balutan 3hari kassa vaselin)
 Jika ada infeksi, konsultasi unit luka bakar.
sekali  Jika tidak sembuh,
ke spesialis unit luka bakar
 Gunakan sorbolene ketika lanjutkan dengan
sembuh balutan silvezine.

Keperawatan Medikal Bedah II 28


Fase Rehabilitasi
Meskipun aspek jangka panjang pada perawatan luka bakar berada
pada tahap akhir, tetapi proses rehabilitasi harus segera dimulai segera
setelah terjadinya luka bakar sama seperti periode darurat. Fase ini
difokuskan pada perubahan citra diri dan gaya hidup yang dapat terjadi.
Kesembuhan luka, dukungan psikososial dan pemulihan aktifitas
fungsional tetap menjadi prioritas. Fokus perhatian terus berlanjut pada
pemeliharaan keseimbangan cairan dan elekrolit serta perbaikan status
nutrisi. Pembedahan rekonstruksi pada bagian anggota tubuh dan
fungsinya yang terganggu mungkin diperlukan. Untuk perawatan lanjutan
dapat bekerjasama dengan fisioterapi agar dapat melatih rentang gerak
(Smeltzer, 2002).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat :
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan ; keterbatasan rentang gerak
pada area yang sakit ; gangguan massa otot, perubahan tonus.

b. Sirkulasi
Tanda : (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT) : hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang
cedera : vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi,
kulit putih dan dingin (syok listrik): takikardia
(syok/ansietas/nyeri); ditritmia (syok listrik); pembentukan
oedema jaringan (semua luka bakar).

c. Integritas ego :
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, lkeuangan, kecacatan.

Keperawatan Medikal Bedah II 29


Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.

d. Eliminasi
Tanda: haluran urine menurun/tak ada selam fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik.

e. Makanan/cairan
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.

f. Neurosensori
Gejala : area terbatas ; kesemutan
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktivitas kejang (syok
listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan
ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran
timpanik (syok listrik); paralis (cedera listrik pada aliran saraf)

g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan
perubahan suhu; luka bakar ketebalan edang derajat kedua
nyeri; sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar
derajat tiga tidak nyeri.

Keperawatan Medikal Bedah II 30


h. Pernafasan
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi)
Tanda: serak; batuk mengi; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka
bakar lingkar dada; jalan nafas atau stidor/ mengi (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi
nafas: gemercik (oedema paru); stidor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronki)

i. Keamanan
Tanda : Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbikti
selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus
mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah
jantung sehubungan dengan cairan/status syok.
Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam sehubungan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu
hidung gosong: mukosa hidung dan mulut kering; merah;
lepuh pada faring posterior; oedema lingkar mulut dan atau
lingkar nasal
Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin tampak coklat kekuningan dengan tekstur
seperti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jaringan
parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya
secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai
72 jam setelah cedera.

Keperawatan Medikal Bedah II 31


Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit
dibawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi
luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar deri gerakan
aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar.adanya fraktur/dislokasi
(jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontaksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).

2. Diagosa Keperawatan
a. Bersihan Jalan Napas, Tidak Efektif, Resiko Tinggi Terhadap
Faktor resiko meliputi : Obstruksi trakeabronkial; edema mukosa
dan hilangnya kerja silia (inhalasi asap),
luka bakar seputar leher, kompresi jalan
napas torak dan dada atau keterbatasan
pengembangan dada.
Trauma; cedera jalan napas atas langsung
oleh api, pemanasan, udara panas, dan
kimia/gas.
Perpindahan cairan, edema paru, penurunan
complains paru.
Kemungkinan dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnose actual].
Hasil yang diharapkan/criteria Menunjukkan bunyi napas jelas, frekuensi
evaluasi-pasien akan : pernapasan dalam rentang normal, bebas
dispnea/sianosis.

Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji refleks gangguan/menelan; Dugaan cedera inhalasi.
perhatikan pengaliran air liur,

Keperawatan Medikal Bedah II 32


ketidakmampuan menelan, serak,
batuk mengi.

Auskultasi paru, perhatikan stridor, Obstruksi jalan nafas/distres


mengi/gemericik, penurunan bunyi pernapasan dapat terjadi sangat cepat
nafas, batuk rejan. atau lambat contoh sampai 48 jam
setelah terbakar.

Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari Meningkatkan ekspansi paru optimal/


penggunanaan bantal di bawah kepala, fungsi pernapasan. Bila kepala atau
sesuai indikasi. leher terbakar, bantal dapat
menghambat pernapasan,
menyebabkan nekrosis pada kartilago
telinga yang terbakar dan
meningkatkan konstriktur leher.

Dorong batuk/latihan nafas dalam dan Meningkatkan ekspansi paru,


perubahan posisi sering. memobilisasi dan drainase sekret.

Kolaborasi
Berikan/ bantu fisioterapi dada/ Perubahan menunjukkan atelektasis/
spirometri intensif. edema paru tak dapat terjadi selama
2-3 setelah terbakar.

Siapkan/bantu intubasi atau Intubasi/ dukungan mekanikal di


trakeostomi sesuai indikasi. butuhkan bila jalan nafas edema atau
luka bakar mempengaruhi fungsi
paru/ oksigenasi.

Keperawatan Medikal Bedah II 33


b. Kekurangan Volume Cairan, Resiko Tinggi Terhadap
Faktor resiko meliputi : Kehilangan cairan melalui rute abnormal,
contoh luka.
Peningkatan kebutuhan; status
hipermetabolik, ketidakcukupan pemasukan.
Kehilangan perdarahan.
Kemungkinan dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnose actual].
Hasil yang diharapkan/criteria Menunjukkan perbaikan keseimbangan
evaluasi-pasien akan : cairan dibuktikan oleh haluaran urine
individu adekuat, tanda vital stabil,
membrane mukosa lembab.

Intervensi Rasional
Mandiri
Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan Memberikan pedoman untuk
kapiler dan kekuatan nadi perifer. penggantian cairan dan mengkaji
respon kardiovaskuler.

Awasi pengeluaran urine dan berat Penggantian cairan dititrasi untuk


jenisnya. Observasi warna urine dan meyakinkan rata-rata pengeluaran urine
hemates sesuai indikasi. 30-50 cc/jam pada orang dewasa.

Observasi ketat fungsi ginjal dan


Observasi distensi abdomen, mencegah statis atau refleks urine.
hematomesis, feces hitam.

Kolaborasi Resusitasi cairan menggantikan


Pasang/pertahankan kateter urine. kehilangan cairan/elektrolit dan
membantu mencegah komplikasi.

Keperawatan Medikal Bedah II 34


Konsultasi dokter bila manifestasi Pasien rentan pada kelebihan beban
kelebihan cairan terjadi. volume intravaskular selama periode
pemulihan.

c. Kerusakan Pertukaran Gas, Resiko Tinggi Terhadap


Faktor resiko meliputi : Cedera inhalasi asap atau sindrom
kompartemen torakal sekunder terhadap
luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
Kemungkinan dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnose actual].
Hasil yang diharapkan/criteria Menunjukkan bunya napas yang bersih,
evaluasi-pasien akan : GDA dalam rentang normal, tidak ada
kesulitan bernapas.

Intervensi Rasional

Mandiri
Anjurkan pernapasan dalam dengan Memudahkan ventilasi dengan
penggunaan spirometri insentif menurunkan tekanan abdomen
setiap 2 jam selama tirah baring. terhadap diafragma.

Pasang/bantu dengan selang Pernapasan dalam mengembangkan


endotrakeal dan tempatkan pasien alveoli, menurunkan resiko atelektasis.
pada ventilator mekanis sesuai
pesanan bila terjadi insufiensi
pernapasan.

Berikan suplemen oksigen pada Suplemen oksigen meningkatkan


tingkat yang ditentukan. jumlah oksigen yang tersedia untuk
jaringan.

Keperawatan Medikal Bedah II 35


d. Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap
Faktor resiko meliputi : Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlindungan kulit, jaringan traumatic.
Pertahanan sekunder tidak adekuat;
penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda
dan gejala-gejala membuat diagnose actual].
Hasil yang diharapkan/criteria Mencapai penyembuhan luka tepat waktu
evaluasi-pasien akan : bebas eksudat purulen dan tidak demam.

Intervensi Rasional
Mandiri
Bersihkan area luka bakar setiap hari Pembersihan dan pelepasan jaringan
dan lepaskan jaringan nekrotik nekrotik meningkatkan pembentukan
(debridemen) sesuai indikasi. granulasi.

Lepaskan krim lama dari luka Antimikroba topikal membantu


sebelum pemberian krim baru. mencegah infeksi.

Tempatkan pasien pada ruangan Teknik steril dan tindakan perawatan


khusus dan lakukan kewaspadaan perlindungan lain melindungi pasien
untuk luka bakar luas yang terhadap infeksi.
mengenai area luas tubuh.

Tugaskan petugas yang cukup untuk Gips panggul/tubuh atau multiple


membalik pasien. dapat membuat berat dan tidak praktis
secara ekstrem.

Traksi
Pertahankan posisi/integritas traksi Traksi memungkinkan tarikan pada
(contoh Buck, Dunlop, Pearson, aksis panjang fraktur tulang dan

Keperawatan Medikal Bedah II 36


Russel). mengatasi tegangan otot/pemendekan
untuk memudahkan posisi/penyatuan.

Bantu meletakkan beban di bawah Membantu posisi tepat pasien dan


roda tempat tidur kita bila fungsi traksi dengan memberikan
diindikasikan. keseimbangan timbale balik.

Kaji ulang tahanan yang mungkin Mempertahankan integritas tarikan


timbul karena terapi. traksi.

Kolaborasi
Kaji ulang foto/evaluasi. Memberikan bukti visual mulainya
pembentukan kalus/ proses
penyembuhan untuk menentukan
tingkat aktivitas dan kebutuhan
perubahan/ tambahan terapi.

e. Nyeri [Akut]
Dapat dihubungkan dengan : kerusakan kulit/jaringan, pembentukan edema.

Manipulasi jaringan cedera,contoh dibridemen luka.

Kemungkinan dibuktikan oleh : keluhan nyeri.

Fokus menyempit, penampilan wajah nyeri.

Perubahan tonus otat; respon automatik.

Perilaku distraksi, melindungi; ansietas/ketakutan.

Hasil yang diharapkan ; melaporkan nyeri berkurang/terkontrol.

Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileks.

Keperawatan Medikal Bedah II 37


Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur/ istirahat
dengan tepat.

Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri.
Tutup luka sesegera mungkin kecuali Suhu berubah dan gerakan udara dapat
perawatan luka bakar metode menyebabkan nyeri hebat pada
pemajanan pada udara terbuka. pemajanan ujung saraf.

Tinggikan ekstremitas luka bakar Peningkatan mungkin di perlukan pada


secara periodik. awal untuk menurunkan pembentukan
edema; setelah perubahan posisi dan
peninggian menurunkan
ketidaknyamanan serta risiko
kontraktur sendi.

Berikan tempat tidur ayunan sesuai Peninggian linen dari luka membantu
indikasi. menurunkan nyeri.

Tutup jari/ekstremitas pada posisi Posisi fungsi menurunkan deformitas/


berfungsi (menghindari posisi fleksi kontraktur meningkatkan kenyamanan.
yang sakit) menggunakan bebat dan Meskipun posisi pleksi sendi cedera
papan kaki sesuai keperluan. dapat merasa lebih nyaman. Ini dapat
mengakibatkan kontaktur fleksi.

Ubah posisi dengan sering dan rentang Gerakan dan latihan menurunkan
gerak pasif dan aktif sesuai indikasi. kekakuan sendi dan kelelahan otot
tetapi tipe latihan tergantung pada
lokasi dan luas cedera.

Pertahankan suhu lingkungan nyaman, Pengaruh suhu dapat hilang karena luka

Keperawatan Medikal Bedah II 38


berikan lampu penghangat, penutup bakar mayor sumber panas eksternal
tubuh hangat. perlu untuk mencegah menggigil.

Kaji keluhan nyeri, perhatikan Nyeri hampir selalu ada pada beberapa
lokasi/karakter dan intensitas (skala 0- derajat beratnya keterlibatan
10). jaringan/kerusakan tetapi biasanya
paling berat selama penggantian
balutan dan debridemen. Perubahn
lokasi/ karakter/ intensitas nyeri dapat
mengindikasikan terjadinya komplikasi
(contoh iskemia tungkai) atau
perbaikan/kembalinya fungsi saraf/
sensasi.

Lakukan penggantian balutan dan Menurunkan terjadinya distres fisik dan


debridmen setelah pasien diberi obat emosi sehubungan dengan penggantian
dan/pada hidroterapi. balutan dan debridemen.

Dorong ekspresi perasaan tentang Pernyataan memungkinkan


nyeri. pengungkapan emosi dan dapat
meningkatkan mekanisme koping.

Libatkan pasien dalam penentuan Meningkatkan rasa kontrol pasien dan


jadwal aktifitas, pengobatan, pemberian kekuatan mkanisme koping.
obat.

Jelaskan prosedur/berikan informasi Dukungan empati dapat membantu


seiring dengan tepat, khususnya selama menghilangkan nyeri/meningkatkan
debridmen luka. relaksasi. Mengetahui apa yang
diharapkan memberikan kesempatan
pada pasien untuk menyiapkan diri dan

Keperawatan Medikal Bedah II 39


meningkatkan rasa kontrol.

Berikan tindakan kenyamanan dasar meningkatkan relaksasi; menurunkan


contoh pijatan pada area yang tak sakit, tegangan otot dan kelelahan umum.
perubahan posisi dengan sering.

Dorong penggunakan teknik Memfokuskan kembali perhatian,


manajemen stres, contoh relaksasi meningkatkan relaksasi, dan
progresif, napas dalam, bimbingan meningkatkan rasa kontrol, yang dapat
imajinasi, dan visualisasi. menurunkan ketergantungan
farmakologis.

Berikan aktivitas terapeutik tepat untuk Membantu mengurangi konsentrasi


usia/kondisi. nyeri yang dialami dan memfokuskan
kembali perhatian.

Tindakan periode tidur tanpa gangguan. Kekurangan tidur dapat meningkatkan


persepsi nyeri/kemampuan koping
menurun.
Kolaborasi :
berikan analgesik (narkotik dan non Metode IV sering digunakan pada awal
narkotik) sesuai indikasi. untuk memaksimalkan efek obat.
Masalah pasien dikasi atau keraguan
tentang derajat nyeri yang dialami tidak
absah selama fase perawatan
darurat/akut. tapi narkotik harus
diturunkan sesegera mungkin sesuai
adanya dan perubahan metode untuk
penghilangan nyeri.

Berikan/instruksikan penggunaan ADP. ADP memberikan obat tepat waktu

Keperawatan Medikal Bedah II 40


mencegah fluktuasi pada intensitas
nyeri, sering pada dosis total rendah
kemudian diberikan dengan metode
konvensional.

f. Perfusi Jaringan, Perubahan/Disfungsi Neurovaskuler Perifer, Risiko


Tinggi Terhadap

Faktor risiko meliputi : penurunan/interufsi aliran darah arteri/vena,


contoh luka

Bakar seputar ekstremitas dengan edemea.

Hipovolemia.

Kemunfkinan dibuktikan oleh :tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan


gejala-

Gejala membuat diagnosa aktual.

Hasil yang di harapkan :mempertahankan nadi perifer teraba dengan


kualitas/

Kekuatan sama; pengisian kapiler baik dan


warna kulit. Normal pada area yang cedera.

Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri :
Kaji warna, sensasi,gerakan,nadi pembentukan edema dapat secara cepat
perifer (memulai doppler), dan menekan pembuluh darah, sehingga
pengisian kapiler pada ekstremitas luka mempengaruhi sirkulasi dan
bakar melingkar, bandingkan dengan meningkatkan statis vena/edema.
hasil pada tungkai yang tak sakit. Perbedaan dengan tungkai yang tak
sakit membantu membedakan masalah

Keperawatan Medikal Bedah II 41


sistemik dengan lokal (contoh
hipovolemia/penurunan curah jantung).

Tinggikan ekstremitas yang sakit, Meningkatkan sirkulasi sistemik/aliran


dengan tepat. Lepaskan perhiasan/jam balik vena dan dapat menunjukkan
tangan. Hindari memplester sekitar edema atau pengaruh gangguan lain
ekstremitas/ jari tang terbakar. yang mempengaruhi kondisi jaringan
edema. Peninggian yang lama dapat
mengganggu perfusi arterial bila TD
turun atau tekanan jaringan meningkat
secara berlebihan.

Ukut TD pada ekstremitas yang Bila membaca TD diambil pada


mengalami luka bakar. Lepaskan ekstremitas yang cedera, diberikan
manset TD setelah mendapatkan hasil. manset pada tempatnya dapat
meningkatkan pembentukan
edema/penurunan perfusi, dan
mengubah luka bakar ketebalan parsial
menjadi cidera lebih serius.

Dorong latihan rentang gerak aktif Meningkatkan sirkulasi lokal dan


pada bagian tubuh yang tak sakit. sistemik.
Selidiki nadi secara teratur.
Distritmia jantung dapat terjadi sebagai
akibat perpindahan elektrolit,cedera
listrik, atau menghilangkan faktor
depresan miokard, pengaruh pada curah
jantung.perfusi jaringan.

Kolaborasi :
Pertahankan penggantian cairan per Memaksimalkan volume sirkulasi dan

Keperawatan Medikal Bedah II 42


prootokol perfusi jaringan.

Awasi elektrolit, khususnya natrium, Kehilangan/perpindahan elektrolit ini


kalium, dan kalsium. Berikan terapi mempengaruhi potensial/eksitabilitas
penggantian sesuai indikasi. membran mukosa, sehingga mengubah
konduksi miokard, potensial risiko
distritmia, dan menurunkan curah
jantung/perfusi jaringan.

hindari penggunaan injeksi IM/IC. Perubahan perfusi jaringan dan


pembentukan edema mengganggu
absorpsi obat. Injeksi pada sisi donor
kurang menyerap karena pembentukan
hematoma.

Ukur tekanan intrakompartemen sesuai Miositis iskemia dapat terjadi karena


indikasi . penurunan perfusi.

Bantu/siapkan untuk Meningkatkan sirkulasi dengan


eskarotomi/fasiotomi. Sesuai indikasi menghilangkan konstriksi yang
disebabkan oleh jarinagan kaku
(jaringan parut) atau pembentuka
edema.

g. Nutrisi, Perubahan : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Dapat dibuktikan dengan :status hipermetabolik (sebanyak 50% - 60%


lebih besar

Dari proporsi normal pada cedera berat).

Katabolisme protein.

Keperawatan Medikal Bedah II 43


Kemungkinan dibuktikan oleh : penurunan berat badan total, kehilangan massa
otot/ Lemak subkutan, dan terjadinya
keseimbangan nitrogen. Negatif.

Hasil yang diharapkan : menunjukkan pemasukan nutrisi adekuat untuk


memenuhi Kebutuhsn metabolik dibutuhkan
oleh berat badan stabil / Massa otot terukur,
keseimbangan nitrogen positif, dan Regenerasi
jaringan.

Intervensi Rasional
Mandiri :
Auskultasi bising usus, perhatikan Ileus sering berhubungan dengan
hipoaktif/tak ada bunyi. periode pasca luka bakar tetapi biasanya
dalam 36-48 jam dimana makanan oral
dapat dimulai.

Pertahankan jumlah kalori ketat. Pedoman tepat untuk pemasukan kalori


Timbang tiap hari. Kaji ulang persen tepat. Sesuai penyembuhan luka.
area permukaan tubuh terbuka/luka tiap Persentase area luka bakar dievaluasi
minggu. untuk menghitung bentuk diet yang
diberikan dan penilaian yang tepat
dibuat.

Awasi massa otot/lemak subkutan Mungkin berguna dalam


sesuai indikasi. memperkirakan perbaikan
tubuh/kehilangan dan keefektifan terapi.
Membantu mencegah intensi
gaster/ketidak nyamanan dan
meningkatkan pemasukan.

Berikan makan dan makanan kecil Kalori dan protein diperlukan untuk

Keperawatan Medikal Bedah II 44


sedikit dan sering. mempertahankan berat badan.
Kebutuhan memenuhi metabolik, dan
meningkatkan penyembuhan.

Dorong pasien untuk memandang diet Memberikan pasien/orang terdekat rasa


sebagai pengobatan dan untuk kontrol;meningkatkan partisipasi dalam
membuat pilihan makanan/minuman perawatan dan dapat memperbaiki
tinggi kalori/protein. pemasukan.

Pastikan makanan yang disukai/tak Duduk dapat memantu mencegah


disukai. Dorong orang terdekat untuk aspirasi dan membantu pencernaan
membawa makanan dari rumah,yang makanan yang baik. Sosialisasi
tepat meningkatkan relaksasi dan dapat
meningkatkan pemasukan.

Dorong pasien untuk duduk saat Mulut/palatum meningkatkan rasa dan


makan, dan dikunjungi orang lain. membantu napsu makan yang baik.

Berikan kebersihan oral sebelum Mengawasi terjadinya hiperglikemia


makan. sehubungan dengan perubahan
hormonal/kebutuhan atau penggunaan
hiperalimentasi untuk memenuhi
kebutuhan kalori.

Lakukan pemeriksaan glukosa strip Berguna dalam membuat kebutuhan


jari, klinitis/asetes sesuai indikasi.. nutrisi individu (berdasarkan berat
badan dan cedera area rutmukaan
tubuh)dan mengidentifikasi rute yang
tepat.

Keperawatan Medikal Bedah II 45


Kolaborasi :
Rujuk ke ahli diet/tim dukungan Kalori (3000-5000/hari). Protein, dan
nutrisi. vitamin yang dibutuhkan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan
metabolik.

Berikan diet tinggi kalori/protein Mempertahankan berat badan, dan


dengan tambahan vitamin. mendorong regenerasi jaringan, catatan:
rute oral paling baik untuk
mengembalikan fungsi GL

Berikan hiperalimentasi parenteral Memberikan makanan kontinu/


sesuai indikasi. tambahan bila pasien tidak mampu
untuk mengkonsumsi kebutuhan kalori
total harian secara oral. Catatan : selang
makanan kontinu selama makan
meningkatkan pemasukan kalori tanpa
penurunan napsu makan dan pemasukan
oral selama sehat.

Awasi pemaksaan laboraturium. Hiperalimentasi akan mempertahankan


Contoh albumin serum.kreatinin, pemasukan nutrisi/memenuhi
transferin, nitrogen urea urin. kebutuhan metabolik pada adanya
komplikasi berat atau cedera
esofagcal/gastrik yang tidak
memungkinkan makan per oral.r keisi
dan butuhan nut

Berikan insulin sesuai indikasi. Indikator kebutuhan nutrisi dan


keadekuatan diet/terapi.
Peningkatan kadar glukosa derum dapat

Keperawatan Medikal Bedah II 46


terjadi sehubungan dengan respons stres
terhadap cedera. Pemasukan tinggi
kalori. Kelelahan pankreas.

h. Mobilitas Fisik,Kerusakan

Dapat dihubungkan dengan : gangguan neuromuskular, nyeri/tak nyaman,


penurunan. Kekuatan dan tahanan.

Kemungkinan dibuktikan oleh : menolak bergerak/tidak mampu bergerak sesuai


tujuan. Rentang gerak terbatas, penurunan
kekuatan control dan/massa otot.

Hasil yang diharapkan : menyatakan dan menunjukkan keinginan


berpartisipasi dalam aktivitas.
Mempertahankan posisi fungsi dibuktkan oleh
tak. Adanya kontraktur. Mempertahankan
atau meningkatkan kekuatan dan
fungsi yang sakit dan/atau kompensasi bagian
tubuh. Menunjukkan teknik/perilaku yang
memampukan melakukan aktvitas

Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri :
Pertahankan posisi tubuh tepat dengan Meningkatkan posisi fungsional pada
dukungan atau belat. Khususnya untuk ekstremitas dan mencegah kontraktur,
luka bakar di atas sendi. yang lebih mungkin di atas sendi.

Perhatikan sirkulasi,gerakan,dan Edema dapat mempengaruhi sirkulasi


sensasi jari secara sering. pada ekstremitas mempotensialkan
nekrosis jaringan/terjadinya kontraktur.

Keperawatan Medikal Bedah II 47


Lakukan rehabilitasi pada penerimaan. Akan lebih mudah untuk membuat
partisipasi bila pasien menyadari
kemungkinan adanya penyembuhan.

Lakukan latihan rentang gerak secara Mencegah secara progresif


konsisten, diawali dengan pasif mengencangkan jaringan perut dan
kemudian aktif. kontraktur, meningkatkan pemeliharaan
fungsi otot/sendi dan menurunkan
kehilangan kalsium dari tulang.

Beri obat sebelum aktivitas/latihan. Menurunkan kekakuan otot/jaringan dan


tegangan memampukan pasien untuk
lebih aktif dan membantu partisipasi.

Jadwalkan pengobatan dan aktivitas Meningkatkan kekuatan dan toleransi


perawatan untuk memberikan periode pasien terhadap aktivitas.
istirahat tak terganggu.

Intruksikan dan bantu dalam mobilitas, Meningkatkan keamanan ambulasi.


contoh tongkat, walker, secara tepat.

Dorong dukungan dan bantuan Memampukan keluarga/orang terdekat


keluarga/orang terdekat pada latihan untuk aktif dalam perawatan pasien dan
rentang gerak. memberikan terapi lebih
konstan/konsisten.

Masukkan aktivitas sehari-hari dalam Komuni aktivitas yang menghasilkan


terapi fisik, hidro terapi, dan asuhan perbaikan hasil dengan meningkatkan
keperawatan. efek masing-masing.

Keperawatan Medikal Bedah II 48


Dorong partisipasi pasien dalam semua Meningkatkan
aktivitas sesuai kemampuan individual kemandirian.meningkatkan harga diri,
dan membantu proses perbaikan.
Kolaborasi :
Berikan tempat tidur busa, atau tempat Mencegah tekanan lama pada
tidur terapi kinetik sesuai indikasi. jaringan,menurunkan potensial iskemia
jaringan/nekrosis dan pembentukan
dekubitus.

Bersihkan dan tutup luka bakar dengan Eksisi dini diketahui untuk menurunkan
cepat. jaringan perut serta risiko infeksi,
sehingga membantu penyembuhan.

Pertahankan tekanan baju bila Jaringan perut hipertrofik dapat terjadi


menggunakan. sekitar area graft atau sisi dalam, luka
ketebaan parsial. Tekanan balutan
meminimalkan jaringan parut dengan
mempertahankannya datar, lembut,dan
lunak.

Konsul dengan rehabilitasi, fisikal dan Memberikan aktivitas/program latihan


terapis kejuruan. terintegritasi dan alat bantu khusus
berdasarkan kebutuhan individu dan
membantu manajemen intensif jangka
panjang terhadap potensial defisit.

i. Integritas Kulit, Kerusakan : Aktual [Graft]

Dapat dihubungkan dengan : trauma : kerusakan permukaan kulitkarena


destruksi

Keperawatan Medikal Bedah II 49


Lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam)

Kemungkinan dibuktikan oleh : tak adanya jaringan yang hidup.

Hasil yang diharapkan :menunjukkan regenerasi jaringan.

Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area


luka bakar.

Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri :
Praoperasi
Kaji/catat ukuran,warna, kedalaman Memberikan informasi dasar tentang
luka, perhatikan jaringan gen nekrotik kebutuhan penanaman kulit dan
kondisi sekitar luka. kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi
pada area graft.

Berikan peraawata luka bakar yang Menyiapkan jaringan untuk penanaman


tepat dan tindakan kontrol infeksi. dan menurunkan risiko
infeksi/kegagalan graft.
Passcaoperasi ;
Pertahankan penutupan luka sesuai Kain linon/memberan silikon
indikasi, contoh : balutan biosintetetik mengandung kolagen porcine peptida
(biobrane); yang melekat pada permukaan luka
sampai lepasnya atau mengelupas secara
spontan kulit reepitelisasi. Berguna
untuk bebas jaringan luka bakar
ketebalan parsial menunggu autograft
karena dapat menetap ditempatnya 2-3
minggu atau lebih lama dan permeabel
sampai agen antikrobial topikal

Balutan sintetik,contoh duoderm; Balutan hidroaktif yang melekat pada

Keperawatan Medikal Bedah II 50


kulit untuk menutupi luka bakar
ketebalan parsial kecil dan interaksi
dengan eksudat luka untuk membentuk
jel lembut yang membantu sisi donor.

Op-site. Tipis, teransparan, elastik, tahan air,


balutan oklusif (permeabel pada
kelembaban dan udara) yang digunakan
untuk menutup luka ketebalan parsial
bersih dan membersihkan sisi donor.

Tinggikan area graft bila Menurunkan pembengkakan/membatasi


mungkin/tepat. Pertahankan posisi risiko pemisahan fraft. Gerakan jaringan
yang diinginkan dan imobilisasi area dibawah graft dapat mengubah posisi
bila diindikasikan. yang mempengaruhi penyembuhan
optimal.

Pertahankan balutan diatas area graft Area mungkin ditutupi oleh bahan
baru dan/ atau sisi donor sesuai dengan permukaan tembus pandang tak
indikasi, contoh berlubang, petroleum, reaktif (antara balutan graft dan bagian
tak berperekat. luarnya) untuk menghilangkan robekan
dari epitel baru/melindungi jaringan
sembuh.
Evaluasi warna sisi graft dan donor;
perhatikan adanya/tak adanya Mengevaluasi keefektifan sirkulasi dan
penyembuhan. mengidentifikasi terjadinya komplikasi.

Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, Kulit graft baru dan sisi donor yang
dan minyaki dengan krim (contoh sembuh memerlukan perawatan khusus
nivea) beberapa waktu dalam sehari, untuk memertahankan kelenturan.

Keperawatan Medikal Bedah II 51


setelah balutan dilepas dan
penyembuhan selesai.`

Aspirasi bleb di bawah kulit graft Bleb berisi cairan mencegah graft
dengan jarum steril atau gulung dengan melekat pada jaringan bawahnya
lidi kapas steril. meningkatkan risiko kegagalan graft.

Kolaborasi :
Siapkan/bantu prosedur bedah/balutan Graft kulit diambil dari kulit orang itu
biologis, contoh homogaft (alograft). sendiri atau orang yang sudah
meninggal (orang mati) digunakan
untuk penutupan sementara pada luka
bakar luas sampai kulit orang itu siap
ditanam (tes graft)untuk menutup luka
terbuka secara cepat setelah eskarotomi
untuk melindungi jaringan granulasi.

Heterograft (xenograft,porcine): Kulit graft diambil mungkin dari


binatang dengan penggunaan yang sama
untuk ethomograft atau untuk menutup
autograft yang berlubang.

Autograft. Kulit graft diambil dari bagian pasien


yang tak cedera mungkin ketebalan
penuh atau ketebalan parsial.

j. Gangguan Citra Tubuh, Penampilan Peran, Perubahan

Dapat dihubungkan dengan : krisis situasi; kejadian traumatik, peran pasien


tergantung, kecacatan, nyeri.

Keperawatan Medikal Bedah II 52


Kemungkinan dibuktikan oleh : perasaan negatif tentang diri/sendiri, ketakutan
penolakan atau reaksi orang lain, fokus
pada penampilan lama; Memikirkan terus
menerus perubahan/kehilangan.
Perubahan kapasitas fisik untuk
melakukan perannya ;
Perubahan pada lingkungan sosial.

Hasil yang diharapkan : menyatakan penerimaan situasi diri.

Bicara dengan keluarga/orang terdekat dengan


situasi. Perubahan yang terjadi.

Membuat tujuan realitas/rencana untuk masa


depan.

Memasukkan perubahan dalam konsep diri


tanpa harga. Diri negatif.

Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri :
Kaji makna kehilangan/perubahan Episode traumatik mengakibatkan
pada pasien/orang terdekat. perubahan tiba-tiba. Tak
diantisipasi,membuat perasaan
kehilangan aktual/yang dirasakan. Ini
memerlukan dukungan dalam perbaikan
optimal.

Terima dan akui ekspresi frustasi, Penerimaan perasaan sebagai respons


ketergantungan, marah, kedudukan, normal terhadap apa yang terjadi
dan kemarahan. Perhatikan prilaku membantu perbaikan, ini tidak
menarik diri dan penggunaan membantu atau kemungkinan mendorong
penyangkalan, pasien sebelum siap untuk menerima

Keperawatan Medikal Bedah II 53


Susun pembatasan prilaku maladaptif situasi. Penyanggalan mungkin lama dan
(contoh manipulasi/agresif). mungkin mekanisme adaptif, karena
Perhatikan prilaku tak menilai saat pasien tidak siap mengatasi masalah
memberikan perawatan, dan pribadi.
membantu pasien untuk Pasien yang terdekat cenderung
mengidentifikasi perilaku positif yang menerima krisis ini dengan cara yang
membantu perbaikan. sama demana mereka telah
mengalaminya waktu lalu. Staf
menghadapi kesulitan dan frustasi untuk
mengatasi prilaku yang
mengganggu/tidak membantu, tetapi
harus menyadari bahwa prilaku biasanya
ditunjukan pada situasi dan bukan
pemberi asuhan.

Bersikap realistis dan positif selama Meningkatkan kepercayaan dan


pengobatan, pada penyuluhan mengadakan hubungan antara pasien dan
kesehatan, dan menyusun tujuan perawat.
dalam keterbatasan.

Berikan harapan dalam parameter Meningkatkan perilaku positif dan


situasi individu; jangan memberikan memberikan kesempatan untuk
keyakinan yang salah. menyusun tujuan dan rencana untuk
masadepan berdasarkan realitas.

Berikan penguatan positif terhadap Kata-kata penguatan dapat mendukung


kemajuan dan dorong usaha untuk terjadinya perilaku koping positif.
mengikuti tujuan rehabilitasi.

Tunjukkan penguatan positif terhadap Memungkinkan pasien/orang terdekat


kemajuan luka bakar/hasil pasien lain, menjadi realistis dalam harapan, juga

Keperawatan Medikal Bedah II 54


seleksi apa yang ditunjukkan cocok membantu demonstrasi pentingnya/
dengan situasi pasien. Dorong diskusi perlunya alat dan prosedur tertentu.
perasaan tentang apa yang mereka
lihat.

Dorong interaksi keluarga dan dengan Mempertahankan/membuka garis


tim rehabilitasi. komunikasi dan memberikungan terus
menerus pada pasien dan keluarganya.

Berikan kelompok pendukung untuk Meningkatkan ventilasi perasaan dan


orang terdekat. Berikan mereka memungkinkan respons yang lebih
informasi tentang bagaimana mereka membantu pasien.
dapat membantu pasien

Kolaborasi :
Rujuk ke terapi fisik/ kejurusan. Membantu dalam identifikasi cara/alat
Konsul kejujuran, dan konsul untuk meningkatkan/mempertahankan
psikiatrik, contoh klinik spesialis kemandirian. Pasien dapat memerlukan
perawat psikiatrik, pelayanan sosial, bantuan lanjut untuk mengatasi masalah
psikologis sesuai kebutuhan emosi mereka bila mereka menetap
(contoh respons pascatrauma).

k. Kurang Pengetahuan [Kebutuhan Belajar] Tentang Kondisi,


Prognosis, Kebutuhan Pengobatan

Dapat dihubungkan dengan ; kurang terpajan/mengingat.

Salah interpretasi informasi.

Tidak mengenal sumber informasi.

Keperawatan Medikal Bedah II 55


Kemungkinan dibuktikan oleh : pertanyaan/permintaan informasi, pernyataan
salah

Salah konsep. Tidak adekuat melakukan


intruksi/terjadi. Komplikasi yang dapat
dicegah.

Hasil yang diharapkan :menyatakan pemahaman kondisi,progresis,dan


pengobatan. Melakukan dengan benar tindakan
tertentu dan menjelaskan alasan tindakan.
Melakukan perubahan pola hidup tertentu dan
berpartisipasi dalam program pengobatan.

Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri :
Kaji ulang prognesis dan harapan yang Memberikan dasar pengetahuan dimana
akan datang. pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.

Diskusikan harapan pasien untuk Pasien seringkali mengalami kesulitan


kembali ke rumah, bekerja dan aktivitas memutuskan pulang. Masalah sering
normal. terjadi (contoh gangguan tidur,mimpi
buruk,mengingat kecelakaan,kesulitan
melakukan aktivitas intimasi/
seksual,emosi labil) yang
mempengaruhi keberhasilan menilai
tindakan hidup normal.

Kaji ulang perawatan luka bakar, graft Meningkatkan kemampuan perawatan


kulit dan luka. Identifikasi sumber yang diri setelah pulang dan meningkatkan
tepat untuk perawatan pasien rawat kemandirian
jalan dan bahannya.

Keperawatan Medikal Bedah II 56


Diskusikan perawatan kulit contoh Gatal, lepuh dan sensitivitas luka yang
penggunaan pelembab dan lindungi sembuh/sisi graft dapat diharapkan
sinar matahari. selama waktu lama.

Jelaskan proses jaringan parut dan Meningkatkan pertumbuhan kulit


perlunya untuk penggunaan pakaian kembali yang optimal,meminimalkan
peneken yang tepat bila menggunakan. terjadinya jaringan parut hipertrofik dan
kontraktur dan membantu proses
penyembuhan. Catatan : penggunaan
konsisten pakaian penekan selama
periode lama dapat menurunkan
kebutuhan bedah rekontruksi untuk
menghilangkan jaringan parut.

Dorong kesinambungan program Mempertahankan mobilitas,


latihan dan jadwalkan periode istitahat. menurunkan komplikasi dan mencegah
kelelahan, membantu proses
penyembuhan.

Identifikasi keterbatasan spesifik Kemungkinan pembatasan tergantung


aktivitas sesuai individu. pada berat/lokasi cedera dan tahap
penyembuhan

Tekankan pentingnya melanjutkan Nutrisi optimal meningkatkan


pemasukan diet tinggi protein regenerasi jaringan dan penyembuhan
kalori/protein. umum kesehatan.

Kaji ulang pengobatan. Termasuk Pengulangan memungkinkan


tujuan, dosis, rute, dan efek samping kesempatan untuk bertanya dan
yang diharapkan/dapat dilaporkan. menyakinkan pemahaman yang akurat.

Keperawatan Medikal Bedah II 57


Beri tahu pasien/orang terdekan tentang Memberikan pandangan terhadap
kelelahan, kebosanan, emosi labil, beberapa masalah pasien/orang terdekat
masalah pengambilan keputusan, dapat menambah/membantu mereka
memberikan informaasi tentang menjadi waspada bahwa
kemungkinan diskusi/interaksi dengan bantuan/pertolongan tersedia bila perlu.
penasihat propesional yang tepat.

Indentifikasi tanda dan gejala yang Deteksi nilai terjadinya komplikasi


memerlukan evaluasi medik. Contoh (contoh infeksi, penyembuhan lambat)
inflamasi, peningkatan atau perubahan dapat mencegah berlanjut lebih
drainase luka, demam/menggigil; serius/situasi mengancam hidup.
perubahan pada karakteristik nyeri atau
kehilangan mobilitas/fungsi.

Tekanan perlunya/pentingnya Duahan terapi dibutuhkan kungan


mengevaluasi perawatan rehabilitasi. jangka panjang dengan evaluasi ulang
kontinu dan peruahan terapi dibutuhkan
untuk mencapai penyembuhan optimal.

Berikan nomor telpon untuk orang yang Memberikan akses yang mudah bagi
dihubungi. tim pengobatan untuk menguatkan
pendidikan. Klarifikasi kesalahan
konsep, dan menurunkan potensial
komplikasi.

Identifikasi sumber komunikasi contoh Membantu transisi kerumah,


pusat krisis, kelompok penyembuhan, memberikan bantuan untuk memenuhi
kesehatan mental (bila ada) kebutuhan individu, dan mendukung
kemandirian.

Keperawatan Medikal Bedah II 58


4. Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Dalam hal ini
implementasi harus berjalan sesuai di intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah
berhasil dicapai. Hasil evaluasi :
a. Tujuan tercapai : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan
b. Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan sebagian
dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.

Keperawatan Medikal Bedah II 59


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi.
Luka bakar dapat tejadi pada setiap orang dengan berbagai faktor
penyebab seperti :panas, sengatan listrik, zat kimia, maupun radiasi. Penderita
luka bakar memerluakn penanganan yang serius secara holistik/ menyeluruh
dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Pada penderita luka bakar yang luas dan
dalam memerluakn perawatan luka bakar yang lama dan mahal serta
mempunyai efek resiko kematian yang tinggi.
Dampak luka bakar bagi penderita dapat menimbulkan berbagai masalah
fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarganya.Perawat sebagai tim
yang paling banyal berhubungan dengan asien dituntut untuk terus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga mampu merawat
pasien luka bakar secara komprehensif dan optimal.
Prinsip-prinsip penanganan pasien luka bakar selama perawatan dirumah
sakit termasuk :
1. Pemberian terapi cairan dan nutrisi yang adekuat
2. Pencegahan infeksi
3. Penanganan/penyembuahn luka
4. Pencegahan kontraktur/ deformitas
5. Rehabilitasi lanjut
Tingkat keberhasilan perawatan penderita luka bakar sanagt dipengaruhi
oleh cara penanganan, kerjasama dan kecekatan tim kesehatan yang merawat
disamping faktor-faktor lain (usia penderita, riwayat kesehatan, penyebab luka
bakar,cedera lain yang menyertai dan kebiasaan hidup)
Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi maka
makin berkembang pula tehnik/ cara penanganan luka bakar sehingga makin
meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

Keperawatan Medikal Bedah II 60


B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

Keperawatan Medikal Bedah II 61


DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8.


Jakarta: EGC.
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI


Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Vol 3.
Jakarta: EGC.

Keperawatan Medikal Bedah II 62

Anda mungkin juga menyukai