Misalnya Alfa dan Baleno adalah sekutu dengan saldo modal masing-masing Rp
50.000.000 dan mereka membagi laba rugi secara merata. Cakra membeli setengan
kepemilikan Alfa sebesar Rp 25.000.000. persekutuan yang baru Alfa, Baleno, dan Cakra
terdiri dari Alfa dan Cakra masing-masing memiliki 25% kepemilikan dalam modal dan
laba persekutuan baru. Ayat jurnal yang harus dibuat untuk mencatat transaksi kepemilikan
Alfa ke Cakra adalah:
Modal Alfa Rp 25.000.000
Modal Cakra Rp 25.000.000
(Mencatat masuknya Cakra ke dalam persekutuan dengna membeli setengah
kepemilikan Alfa)
Pada kasus ini, modal dan kepemilikan disamakan sebelum dan sesudah masuknya
Cakra, dan bukti-bukti mengindikasikan bahwa aktiva bersih dari persekutuan lama dinilai
secara benar. Yaitu, pembayaran Cakra Rp 25.000.000 untuk 25% kepemilikan dalam
modal dan pendapatan persekutuan yang akan datang mengimplikasikan nilai total
persekutuan Rp 100.000.000 (Rp 25.000.000/0,25). Karena aktiva bersih persekutuan lama
dicatat sebesar Rp 100.000.000, maka penilaian ulang tidak diperlukan.
Karena modal dan hak dalam jumlah yang sama ditransfer oleh Alfa dan Baleno
kepada pembagian Rp 50.000.000 yang diterima dari Cakra terlihat seimbang. Pada kasus
ini tiap sekutu lama mendapat Rp 2.500.000 akibat lebihnya jumlah modal yang ditransfer
(Rp 25.000.000 yang diterima dikurangi Rp 22.500.000 modal yang ditransfer). Kelebihan
Rp 2.500.000 ini untuk Alfa dan Baleno menggambarkan setengah dari Rp 10.000.000
yakni nilai aktiva yang tidak dicatat yang akan diakui sebagai keuntungan Cakra untuk
alokasi laba di masa yang akan datang.
Kas Rp 50.000.000
Modal Andri Rp 3.333.333
Modal Bobbi Rp 3.333.333
Modal Charli Rp 43.333.334
(untuk mencatat investasi Charli dalam persekutuan dan memberikan
Andri dan Bobbi bonus atas nilai aktiva yang tidak tercatat)
Pada kasus ini, aktiva bersih persekutuan naik hanya sejumlah investasi baru.
Perkiraan modal sekutu baru dikredit untuk 1/3 kepemilikan dalam modal Rp 130.000.000
dari persekutuan baru dan perbedaan antara investasi dan kredit modal sekutu baru
dialokasikan ke perkiraan modal sekutu lama sesuai dengan perjanjian pembagian laba rugi
lama. Situasi ini mengacu sebagai bonus kepada sekutu lama karena sekutu lama menerima
kredit modal untuk sebagian dari investasi sekutu baru. Prosedur goodwill dan bonus dapat
diperbandingkan dalam hal bahwa setiap sekutu akan menerima Rp 50.000.000 bila
perusahaan dijual untuk harga Rp 150.000.000.
Keputusan untuk menilai ulang atau tidak aktiva persekutuan ketika sekutu baru
masuk melalui pembayaran kepada sekutu yang telah ada, tidak begitu penting
dibandingkan dengan pertimbangan modal mengenai transfer modal dan distribusi kas.
Perlakuan yang dapat diperbandingkan terhadap seluruh sekutu merupakan tujuan dari
penilaian ulang aktiva. Meskipun bukti-bukti yang mendukung penilaian ulang tidak selalu
meyakinkan, penilaian ulang yang berdasarkan harga yang dibayar oleh sekutu yang baru
masuk memiliki keunggulan dalam pembentukan modal untuk sekutu tersebut yang sama
dengan jumlah yang ia investasikan. Juga, jumlah modal yang ditransfer dan alokasi kas
lebih mudah ditentukan jika aktiva dinilai ulang karena keuntungan dan kerugian yang
berhubungan dengan persekutuan lama secara formal dicatat dalam pembukuan.
(mencatat investasi kas Sadguna Rp.30.000.000 untuk 1/3 kepemilikan dalam modal
dan laba persekutuan)
Asumsikan Santi dan Indra memiliki saldo @ Rp.30.000.000 dan membagi laba sama
rata, sepakat untuk menerima Sadguna untuk 1/3 kepemilikan dalam modal dan laba
persekutuan baru dengan menginvestasikan kas Rp.40.000.000. Sadguna setuju untuk
menginvestasikan Rp. 40.000.000 untuk 1/3 kepemilikan dalam Rp.60.000.000 aktiva tercatat
ditambah investasinya Rp. 40.000.000 (aktiva Rp.100.000.000), maka ada implikasi bahwa
persekutuan lama memiliki nilai aktiva tak tercatat. Total aktiva dari persekutuan baru
Rp.120.000.000 dan nilai aktiva tak tercatat menjadi Rp.20.000.000, nilai lebih dari total
aktiva Rp.120.000.000 dikurangi aktiva tercatat Rp.60.000.000 ditambah investasi baru Rp.
40.000.000. jika aktiva dinilai ulang, jurnalnya :
(menilai ulang aktiva persekutuan lama yang didasarkan pada jumlah investasi
Sadguna)
Kas Rp.40.000.000
(mencatat investasi Sadguna dalam persekutuan untuk 1/3 kepemilikan modal dan laba)
Apabila sekutu memutuskan untuk tidak melakukan penilaian ulang, maka jurnalnya :
(mencatat investasi Sadguna dalam persekutuan dan memberikan Santi dan Indra bonus
atas nilai aktiva yang tidak tercatat)
Modal
Kas Rp.40.000.000
Goodwill Rp.3.333.333
(mencatat masuknya Sadguna dengan 42% kepemilikan dalam modal dan laba)
Total modal persekutuan baru Rp.103.333.333 (modal lama Rp.60.000.000 + investasi baru
Rp.40.000.000 + goodwill Rp.3.333.333).
Total aktiva dari persekutuan Rp. 100.000.000 dan 42% kepemilikan Sadguna sebesar
Rp. 42.000.000. perbedaan sebesar Rp. 2.000.000 antara kredit modal Sadguna dan
investasinya Rp.40.000.000 dianggap bonus untuk Sadguna. Karena aktiva persekutuan tidak
dinilai ulang, maka kelebihan Rp.2.000.000 yang dikredit ke perkiraan Sadguna harus
dikurangkan juga ke perkiraan modal Santi dan Indra sesuai dengan ratio pembagian laba
rugi lama. Masuknya Sadguna kedalam persekutuan dengan menggunakan prosedur bonus :
Prosedur penilaian ulang / goodwill dan tanpa penilaian ulang / bonus merupakan
pendekatan alternatif untuk mencatat perubahan dalam kepemilikan persekutuan melalui
investasi langsung pada persekutuan yang telah ada. Adapun analisisnya :
a. jika investasi sekutu baru sama dengan modal yang dikreditkan pada sekutu baru maka
tidak ada bonus (atau goodwill)
b. jika investasi sekutu baru lebih besar dari modal yang dikreditkan pada sekutu baru
maka bonus pada sekutu lama (atau goodwill jika aktiva dinilai ulang)
c. jika investasi sekutu baru lebih kecil dari modal yang dikreditkan pada sekutu baru
maka bonus kepada sekutu baru (atau goodwill jika aktiva dinilai ulang)
Karena jumlah modal persekutuan lama tidak memberikan dasar untuk penilaian ulang
modal sekutu lama, setiap penilaian ulang yang berhubungan dengan modal sekutu lama
harus didasarkan pada investasi sekutu baru.
Oleh karena sekutu dapat memilih dan menyetujui penilaian persekutuan yang
diinginkan, maka mereka dapat menspesifikasikan bahwa modal persekutuan ditentikan
dengan berpatokan pada modal persekutuan lama atau investasi sekutu baru, tanpa melihat
apakah perjanjian mengimplikasikan bonus atau goodwill ke sekutu lama atau sekutu baru.
Masalah konseptual muncul ketika kondisi yang dispesifikasikan tidak diikuti.
Pendekatan ini dinilai tidak konsisten dan tidak logis karena hanya menilai ulang atas
kepemilikan Dadi dalam aktiva persekutuan, tidak mencakup kepemilikan Boni dan Cica.
3. Penilaian Ulang Modal Persekutuan Total Berdasarkan Kelebihan Pembayaran
Melalui pendekatan ketiga ini, modal keseluruhan persekutuan dinilai ulang, dimana
dalam kasus diatas didasarkan pada kelebihan pembayaran sebesar Rp12.000.000 .
Dengan metode ini, modal keseluruhan persekutuan dinilai sebagai berikut:
Goodwill (aktiva lain-lain) Rp30.000.000
Modal Boni Rp12.000.000
Modal Cica 6.000.000
Modal Dadi 12.000.000
Pembayaran kepada Sekutu yang Mengundurkan Diri Lebih Kecil dari Saldo Modal
Anggaplah Dadi dibayar Rp72.000.000 pada penyelesaian akhir untuk
kepemilikannya dalam persekutuan. Pada kasus ini, ketiga sekutu setuju bahwa bisnis bernilai
lebih rendah dari nilai bukunya.
1. Aktiva dinilai Terlalu Tinggi Diturunkan
Pembayaran pengunduran diri Dadi lebih rendah Rp8.000.000 dari saldo modal akhirnya
mengindikasikan bahwa modal persekutuan yang berjalan dinilai terlalu tinggi sebesar
Rp20.000.000 . Penilaian ulang dan pembayaran kepada Dadi dicatat sebagai berikut:
Modal Boni Rp8.000.000
Modal Cica 4.000.000
Modal Dadi 8.000.000
Aktiva Bersih Rp20.000.000
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketika persekutuan secara hukum rismi didisolusi baik dengan masuknya sekutu baru
atau dengan berhenti atau meninggalnya sekutu lama. Suatu perjanjian persekutuan baru
perlu dibuat untuk kelanjutan usaha persekutuan.
Dengan persetujuan dari seluruh sekutu yang ada, sekutu baru dapat diterima masuk
ke dalam persekutuan dengan membeli kepemilikan langsung dari sekutu lama.
Persekutuan lama didisolusi, buku persekutuan ditutup, dan perjanjian yang baru digunakan
untuk kegiatan operasi persekutuan selanjutnya. Apabila perkiraan modal disamakan
dengan rasio pembagian laba rugi sebelum dan sesudah masuknya sekutu baru, aktiva
bersih dari persekutuan lama mungkin dinilai secara benar.
Sekutu baru diterima dalam persekutuan baik melalui investasi kas atau aktiva lain,
membawa klien atau bakat individu untuk keuntungan persekutuan di masa mendatang.
Persekutuan lama secara resmi didisolusi dan investasi sekutu baru dicatat berdasarkan isi
perjanjian persekutuan yang baru.
Disolusi persekutuan ialah berubahnya hubungan sekutu yang menyebabkan
berhentinya persekutuan secara hukum. Dengan disolusi, persekutuan tetap bisa berjalan terus
dengan perjanjian baru, atau persekutuan bisa juga berhenti / bubar secara hukum dan secara
bisnis. Berhentinya persekutuan secara bisnis disebut juga likuidasi.
3.2 Saran
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah yang kami buat ini, karena
itu kami menerima segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Beams, Floyd A. dan Amir Abadi Jusuf. 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia.
Jakarta: Salemba Empat.