SKRIPSI
1302040
YOGYAKARTA
2017
STUDI KUALITATIF SELF EFFICACY PENDERITA KANKER DALAM
SKRIPSI
Sarjana Keperawatan
1302040
YOGYAKARTA
2017
i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2017” yang saya kerjakan untuk
perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya
Jika dikemudian hari didapati bahwa skripsi ini adalah hasil tiruan dari skripsi
lain, saya bersedia di kenai sanksi yaitu pencabutan gelar kesarjanaan saya.
1302040
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Yogyakarta, 2017
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Penguji III : Ch. Yeni Kustanti, S.Kep., Ns., M.Nur., M.Pall.C :……………
Mengetahui,
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kasih dan berkat-Nya. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mendapatkan gelar
yang dimiliki, tetapi atas peran pembimbing dan bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak maka skripsi penelitian ini dapat terselesaikan. Untuk itu peneliti
1. Ibu Niken WN Palupi, S. Kp., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
2. dr. Alida Lienawati, M.Kes., MMR selaku Direktur RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten.
3. Ibu Ethic Palupi, S.Kep., Ns., MNS selaku Kepala Prodi S-1 Sekolah Tinggi
4. Ibu Ch. Yeni Kustanti, S.Kep., Ns., M.Nur., M.Pall.C selaku dosen
v
5. Bapak I Wayan Sudarta, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji I.
7. Segenap staf dan karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bethesda Yakkum
Yogyakarta.
penyusunan skripsi.
10. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini dan tidak dapat
Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk
itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
Halaman
1. Kanker ..................................................................................... 9
a. Definisi Kanker................................................................... 9
vii
c. Gejala-gejala kanker ........................................................... 18
3. Kemoterapi .............................................................................. 40
B. Kerangka Teori.............................................................................. 51
viii
BAB III: METODE PENELITIAN ................................................................... 54
A. Kesimpulan ..................................................................................... 82
B. Saran ............................................................................................... 83
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR SKEMA
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Klaten
Klaten
xii
BAB I
PENDAHULUAN
besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh. Istilah lain
penyakit yang berawal dari kerusakan gen, materi genetika atau Deoxyribose
Nucleic Acid (DNA) sel (Mardiah, Zakaria dan Asyadad, 2006). National
Cancer Institute 2009 (dalam situs YSKI, 2015) menyatakan kanker adalah
suatu istilah untuk penyakit dimana sel-sel membelah secara abnormal tanpa
dengan sekitar 14 juta kasus baru dan 8 juta kematian terkait kanker pada
data WHO tahun 2013, kanker menjadi penyebab kematian nomor dua di
akibat kanker pada tahun 2030, terlebih untuk negara miskin dan berkembang,
1
2
kasus dan 528.500 kematian akibat kanker (American Cancer Society, 2017).
tahun 2013 sebesar 1,4‰ atau diperkirakan sekitar 347.792 orang (Kemenkes,
tahun 2013 diperoleh data Provinsi Jawa Tengah memiliki prevalensi kanker
profil kesehatan di Kabupaten Klaten tahun 2014 terdapat 812 kasus kanker,
538 kasus, kanker hepar sebanyak 97 kasus dan kanker paru-paru sebanyak 26
psikologis tersebut meliputi depresi pada semua tahap penyakit dari mulai
Pengobatan dari penyakit kanker cenderung lama dan mahal sehingga dapat
menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Self efficacy juga
Pasien kanker sebanyak 75% memiliki masalah kesehatan fisik dan psikologis
yang berhubungan dengan terapi kankernya (Aziz & Rowland, 2003 dalam
Potter & Perry, 2009). Terapi kanker yang sering dijalani penderita kanker
tetapi juga menyerang sel sehat terutama sel-sel yang membelah dengan cepat
seperti membran mukosa, sel rambut, sum-sum tulang dan organ reproduksi
Februari 2017 terdapat 16 orang, dan bulan Maret 2017 terdapat 15 orang.
Tirtonegoro Klaten merupakan rumah sakit umum tipe B yang dipimpin oleh
3 direktur. Rumah sakit ini memiliki visi “Menjadi Rumah Sakit Rujukan
Nasional yang Ramah Lansia pada tahun 2019” dan misi menyelenggarakan
karyawan. Rumah sakit ini memiliki fasilitas pelayanan rawat jalan, pelayanan
fasilitas pelayanan penunjang di rumah sakit ini, yang salah satunya adalah
pelayanan kemoterapi.
meneliti lebih dalam tentang self efficacy penderita kanker dalam menjalani
B. Rumusan Masalah
apalagi jika penyakit yang diderita merupakan penyakit yang tidak mudah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi akademis
psikologi.
menjalani kemoterapi.
Tabel 1
Daftar Penelitian Self Efficacy
Dwi Retno Efektivitas Training Metode penelitian Hasil penelitian 1. Penelitian bersifat
Sulistyaningsih Efikasi Diri pada yang digunakan menunjukkan nilai p adalah eksperimen.
tahun 2012 Pasien Penyakit adalah penelitian 0,008 ( <0,05) sehingga 2. Menggunakan desain
Ginjal Kronik dalam eksperimen, dapat disimpulkan bahwa quasi eksperimen
Meningkatkan menggunakan desain training efikasi diri efektif dengan rancangan
Kepatuhan Terhadap quasi eksperimen untuk meningkatkan pretest-posttest.
Intake Cairan dengan rancangan kepatuhan terhadap intake
7
pretest-posttest, cairan pada pasien penyakit
jumlah sampel 10 ginjal kronik.
orang. Analisis
statistic
menggunakan t test.
Rheza Yoga Pengaruh antara Jenis penelitian yang Hasil penelitian ini 1. Jenis penelitian
Hutama tahun Efikasi Diri dan digunakan pada menunjukkan terdapat kuantitatif korelasional.
2016 religiusitas terhadap penelitian ini adalah hubungan antara efikasi diri, 2. Metode deskriptif
Kebahagiaan kuantitatif. religiusitas dan kebahagiaan dengan jenis penelitian
Penderita Diabetes Sedangkan metode dengan nilai R = 0.806 yang korelasional.
Tipe II (RSUD A.W yang digunakan berarti menunjukkan korelasi 3. Analisis menggunakan
Syahranie dalam penelitian ini tinggi. Berdasarkan hasil uji regresi ganda.
Samarinda) adalah metode penelitian menunjukkan
deskriptif dengan bahwa nilai analisis regresi
jenis penelitian bertahap adalah p = 0.000
korelasional. dengan artian hubungan
Analisis data yang antara variabel efikasi diri
dilakukan untuk dengan variabel kebahagiaan
pengolahan data memiliki hubungan yang
penelitian adalah sangat signifikan atau sangat
dengan kuat.
menggunakan
analisis uji regresi
ganda.
Sumber: Fauziah Julike P dan Endang S (2012); Dwi Retno Sulistyaningsih (2012); Rheza Yoga Hutama (2016).
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Kanker
a. Definisi Kanker
tumor jinak dan tumor ganas. Daya tumbuh tumor jinak terbatas,
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh atau
9
10
ganas yang merusak, mampu menyebar dan pada waktu itu tidak dapat
(Rasjidi, 2013).
b. Penyebab kanker
adanya kerusakan (mutasi) di dalam hampir selalu lebih dari satu gen.
1) Kecanduan
2) Merokok
Pada saat merokok terbentuk tar yang sebagian terdiri dari produk
ampas dari daun tembakau dan sebagian lagi ampas dari bahan
terletak pada nikotin beracun yang diserap oleh darah. Tar di dalam
3) Penyinaran
Bentuk penyinaran:
a) Penyinaran ionisasi
senjata nuklir.
b) Foto rontgen
lebih jauh dari kulit. Sinar UV memiliki efek pada sel-sel yang
elektromagnetik.
1) Faktor genetik
kedua orang tua memiliki gen yang abnormal, semua gen abnormal
2) Faktor hormonal
3) Lesi prakanker
menjadi malignan. Kanker dapat dicegah jika lesi dan tumor yang
4) Faktor imunologis
normal dan harus dikenal oleh sistem imun tubuh yang kemudian
saat. Jika tumor kanker berkembang lebih cepat dan sistem imun
5) Faktor obat-obatan
a) zat-zat sitotoksik,
b) obat-obat imunosupresif,
c) estrogen,
d) kontrasepsi oral,
f) metoksalen,
6) Radiasi pengion
tampak pada kanker paru dan kanker kulit. Ada beberapa agen
kulit jika terjadi kontak yang kronis pada kulit. Begitu juga
paru.
8) Gaya hidup
Ada tiga kebiasaan pola hidup yang dikaitkan dengan kanker, yaitu
makanan yang tinggi kalori dan lemak terutama yang berasal dari
9) Virus
tikus, dan kodok. Kanker serviks dapat disebabkan oleh virus yang
kebutuhannya rendah.
c. Gejala-gejala kanker
Kanker adalah massa kecil pada sel, yang tidak menghasilkan gejala
gejala-gejala pada bagian lain tubuh yang tidak dekat dengan kanker
kanker getah bening pada perut bisa menekan pembuluh (ureter) yang
usus besar, hal itu tidak bisa menunjukkan gejala apapun sampai
yang lebih sempit, seperti pada pita suara bisa menunjukkan gejala
(seperti parau) ketika kanker masih relatif kecil. Jika kanker menyebar
(metastasis) ke bagian tubuh lainnya, efek lokal yang sama pada iritasi
dan tekanan terjadi dengan cepat, tetapi di lokasi yang baru gejala
(Ranggiasanka, 2010).
20
d. Patogenesis kanker
berikut:
1) Mekanisme umum
kimiawi.
Karsinogen kimiawi
Metabolisme
Ultimate karsinogen
Reaksi dengan DNA
DNA-karsinogen
kompleks
2) Tahap karsinogenesis
yaitu:
a) Inisiasi
b) Promosi
progresi.
c) Progresi
e. Stadium kanker
(AJCC, 2017).
Tabel 2
Stadium TNM Kanker Secara Umum Menurut AJCC
diantaranya yaitu:
metastasis.
CT scan.
3) Pemeriksaan sinar-X
film) atau foto rontgen, ini adalah teknik pemeriksaan yang paling
lain.
4) Biopsi perkutan
dan lain-lain.
yang tinggi, sintesis protein, DNA yang jelas meningkat, dan lain-
akan berkumpul dalam lesi dan dengan imaging PET dapat dilihat
menonjol.
Tabel 3
Diagnosis Ultrasonik Modus B
Terhadap Tumor Padat Jinak dan Ganas
g. Pengobatan kanker
1) Pembedahan
adanya obat-obat sitotoksik yang baru dan lebih kuat, dan adanya
dependen).
sumsum tulang.
2) Bioterapi
zat biologis alamiah (sel-sel atau produk dan sel) atau genetically
3) Kemoterapi
pada fase tertentu dalam siklus sel disebut obat fase spesifik,
pengobatan kanker.
tumbuh cepat, serta ketika sebagian besar dari sel-sel tumor sedang
tidak.
4) Radioterapi
adalah:
pembedahan, yaitu:
33
kemoterapi.
pembedahan.
2. Self efficacy
a. Definisi
hambatan.
Menurut Bandura (dalam Jess Feist & Feist, 2010) self efficacy dapat
dilakukannya.
3) Persuasi sosial
1) Budaya
2) Jenis kelamin
Wanita yang memiliki peran selain sebagai ibu rumah tangga, juga
4) Insentif eksternal
yang lebih rendah akan memiliki kontrol yang lebih kecil sehingga
Menurut Bandura (dalam Ghufron, 2010), efikasi diri pada diri tiap
1) Tingkat (level)
yang di rasakannya.
2) Kekuatan (strength)
3) Generalisasi (generality)
Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana
menghadapi tugas yang sulit. Saat menghadapi tugas yang sulit orang
2015).
sebagai berikut:
Tabel 4
Ciri-Ciri (indikasi) Orang Berdasarkan
Tinggi Rendahnya Self Efficacy
3. Kemoterapi
a. Pengertian kemoterapi
1) Terapi adjuvant
2) Kemoterapi neoadjuvant
3) Terapi primer
terlalu efektif.
4) Kemoterapi induksi
5) Kemoterapi kombinasi
Pemberian dua atau lebih zat kemoterapi dalam terapi kanker, yang
1) Oral
3) Topikal
4) Intraarteri
perawatan di rumah.
5) Intrakavitas
intrakavitas.
6) Intraperitoneal
7) Intratekal
pengawet, dalam salin normal atau air steril. Infus obat dapat
adalah kurang dari atau sama dengan 15ml. Obat harus diberikan
8) Intravena
Obat dapat diberikan melalui kateter vena sentral atau melalui vena
jarum.
c) Sisi lengan, obat diberikan melalui spuit dan jarum pada sisi
diberikan.
45
d. Kemoterapi kombinasi
Pemberian dengan cara ini memperkuat efek obat dalam sebuah sel
(Body Surface Area/ BSA) baik pada anak dan dewasa. Perhitungan
luas dan tinggi pasien untuk menentukan BSA. Dosis obat diberikan
nama setiap spuit yang telah diisi obat dengan nama obat yang sesuai
(Otto, 2005).
keluarganya.
terpakai dalam suatu tempat yang aman dari kebocoran jauh dari
jangkauan pasien.
b) Reaksi gastrointestinal
elektrolit.
e) Kardiotoksisitas
f) Pulmotoksisitas
g) Neurotoksisitas
h) Reaksi alergi
i) Lainnya
a) Karsinogenisitas
b) Infertilitas
B. Kerangka Teori
kerangka teori yang logis untuk itu, masukan identifikasi masalah yang telah
Self efficacy
Sumber: Desen (2008), Indrawati (2009), Rasjidi (2013), Jong (2005), Mary
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan atara konsep yang ingin diamati
atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Wasis, 2008). Kerangka
Penderita kanker di
RSUP dr. Soeradji Kemoterapi Self efficacy
Tirtonegoro Klaten
tahun 2017
Faktor-faktor yang mempengaruhi self
efficacy:
1. Budaya
2. Jenis kelamin
3. Sifat dari tugas yang dihadapi
4. Insentif eksternal
5. Status atau peran individu dalam
lingkungan
6. Informasi tentang kemampuan diri
Skema 3. Kerangka Konsep
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
D. Pertanyaan Penelitian
E. Variabel Penelitian
1. Definisi konseptual
tertentu.
2. Definisi operasional
Self efficacy adalah suatu keyakinan yang dimiliki pasien kanker saat
Soeradji Tirtonegoro Klaten bulan Juni 2017. Alat ukur dan cara ukur self
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dan metode studi kasus untuk
Penelitian ini dilakukan di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada 28, 31
1. Populasi
memiliki populasi berbeda tiap bulan. Pada bulan Januari 2017 terdapat 15
orang, bulan Februari 2017 terdapat 16 orang, dan bulan Maret 2017
54
55
2. Sampel
a. Kriteria inklusi
lancar.
b. Kriteria eksklusi
E. Etika Penelitian
1. Prinsip manfaat
determination)
to full disclosure)
jawab.
c. Informed consent
responden.
58
G. Analisis Data
yang sistematis dalam mencari dan menyusun data yang didapatkan dari hasil
dan yang akan dipelajari kemudian membuat kesimpulan yang dapat dipahami
Tahapan analisis data kualitatif menurut Sugiyono (2011), yang akan peneliti
1. Transkripsi
dengan teliti dan rinci, tanpa mengubah jawaban atau kata-kata responden.
2. Coding
Saat peneliti terjun ke lapangan, jumlah data yang diperoleh dapat menjadi
semakin bertambah. Maka dari itu, peneliti merangkum hal-hal pokok dari
menonjolkan pesan, menangkap esensi dari suatu porsi data, baik itu data
berbasiskan bahasa atau data visual. Dengan bahasa yang lebih sederhana,
60
kode adalah kata atau frasa pendek yang memuat esensi dari suatu segmen
3. Kategorisasi
4. Verifikasi data
5. Triangulasi
teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Triangulasi peneliti lain
dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain
6. Interpretasi data
dan lebih luas terhadap hasil penelitian yang dilakukan (Moleong, 2013).
terjawab.
(teoretik).
d. Batasan penelitian.
A. Hasil Penelitian
memiliki keyakinan dan keyakinan itu kuat meski ada keraguan saat
merasakan sakitnya.
“Gek gek duh kuat gak ya kuat gak ya itu pasti ada. Tapi namanya
sembuh. Itu cuma up and down nya kondisi pikiran, badan itu
tahun).
tahun).
“Saya siap dari operasi dulu.. dari diri sendiri mbak.. dari diri
namanya keyakinan bahwa ini pasti sembuh gitu. Itu kekuatan dari
diri dan minta doa sama Allah supaya dikabulkan. Yang penting
62
63
kita tetep jaga kondisi badan dan kita yakin pasti sembuh.” (R4, 55
tahun).
(R6, 58 tahun).
kesono kesini, tapi hati saya memang ee.. lebih cenderung ke medis
tahun).
“Ya memang banyak yang nyaranin gak usah operasi gini gini
nanti bisa sembuh. Cuma hati saya, pribadi saya dari awal ngotot,
(R3, 74 tahun).
tahun).
terasa enak.. he’e.. ada itu.. ada kemajuan banyak” (R2, 45 tahun).
“Ya ini ada perubahan bisa sembuh, ya kan saya termasuk senang
bisa jalan lah. Tadinya kan nggak bisa jalan. Dulu awal dokter
sini bilang mungkin 1 sampai 2 kali kemo bisa jalan lagi terus ya
tahun).
seberapa mereka mau berusaha pasti Tuhan memberi hasil yang baik.
(R1, 39 tahun).
65
45 tahun).
tahun).
mendengarkan.“(R1, 39 tahun).
tahun).
sakit juga di tunggu, kalau siang mantu saya kalau malam anak
3. Penyebab tetap memiliki self efficacy saat menjalani kemoterapi dan tetap
persuasi sosial, kondisi fisik, role model, dan pengalaman orang lain
kemoterapi.
tahun).
60 tahun).
“Anu itu selama tiga minggu itu setelah kemo pertama keluhannya
tu kadang dingin terus mual terus anu badannya semua itu rasanya
gimanlah. Tapi saya biarkan. Memangnya apa itu obat kemo itu
kanker lebih memilih pengobatan medis yang lengkap dan patuh sesuai
tidak bisa kita tuntut, mau salah apa, apa gimana, salah makanan
begitu.”(R2, 45 tahun).
“Ya kalau.. kalau medis itu kan gini mbak, kan diketahui dari itu
herbal kan cuma minum tok gitu.. Saya yakin pakai medis.” (R2,
45 tahun).
a. Tindakan penderita kanker jika terjadi sesuatu yang tidak terduga: jika
kanker akan meminta bantuan rumah sakit serta berusaha dan berdoa
“Kembali ke rumah sakit he’e tanya kenapa saya bisa begini lagi.”
(R2, 45 tahun).
“Ya sak sing penting saya berusaha dan berdoa semoga saya
b. Sikap penderita kanker jika terjadi sesuatu yang tidak terduga: Sikap
ya sudah selesai hari ini sudah. Orang hidup itu punya jalannya.
“Kita hidup santai o mbak.. Istilahnya tidak harus ini harus gini
harus gini nggak. Kita hidup memikirkan hal-hal yang baik aja
yang positif.. Juga kita tidak lupa sama doa minta kekuatan..
Sama kerja itu tidak terlalu ini… tidak terlalu… apa ya…
sama Yang Maha Kuasa. Kita punya pikiran santai, pikiran bebas
tidak ada hal-hal yang itu (hal negatif) pasti kita dikasih kekuatan
5. Hal lain yang dilakukan penderita kanker untuk tetap bertahan dalam
sembuh.
bertindak menjaga kondisi badan agar tetap kuat dan melawan rasa
dan benar. Baik dan benar dan gizi itu. Kanker tidak ada kata
“Selama kemo ini kan ada rasa mual rasa itu tapi kita misalkan tidak
mau makan ya kita membayangkan makan apa yang enak lha itu pasti
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas maka peneliti akan
efficacy yang hampir sama yaitu cukup tinggi. Sesuai jawaban ke enam
“Gek gek duh kuat gak ya kuat gak ya itu pasti ada. Tapi namanya
sembuh. Itu cuma up and down nya kondisi pikiran, badan itu
tahun).
71
tahun).
“Saya siap dari operasi dulu.. dari diri sendiri mbak.. dari diri
namanya keyakinan bahwa ini pasti sembuh gitu. Itu kekuatan dari
diri dan minta doa sama Allah supaya dikabulkan. Yang penting
kita tetep jaga kondisi badan dan kita yakin pasti sembuh.” (R4, 55
tahun).
(R6, 58 tahun).
kemoterapi tidak berubah. Meski ada orang lain yang memberi saran untuk
berobat dengan cara lain, responden tetap yakin dengan pilihannya melalui
kesono kesini, tapi hati saya memang ee.. lebih cenderung ke medis
tahun).
“Ya memang banyak yang nyaranin gak usah operasi gini gini
nanti bisa sembuh. Cuma hati saya, pribadi saya dari awal ngotot,
Self efficacy juga membantu menentukan sejauh mana usaha yang akan
dikerahkan orang dalam suatu aktivitas, seberapa lama mereka akan gigih
situasi yang tidak cocok (Schunk 1981 dalam Fitrida, 2015). Selama
tahun).
efficacy menjadi dasar dirinya melakukan usaha yang keras, bahkan ketika
diharapkan..
tahun).
“Ya ini ada perubahan bisa sembuh, ya kan saya termasuk senang
bisa jalan lah. Tadinya kan nggak bisa jalan. Dulu awal dokter
sini bilang mungkin 1 sampai 2 kali kemo bisa jalan lagi terus ya
tahun).
seberapa mereka mau berusaha pasti Tuhan memberi hasil yang baik
pernyataan responden ke 1.
74
(R1, 39 tahun).
45 tahun).
tahun).
b. Faktor lain
mendengarkan.“(R1, 39 tahun).
75
tahun)
tahun).
3. Penyebab tetap memiliki self efficacy saat menjalani kemoterapi dan tetap
kemoterapi berupa persuasi sosial, kondisi fisik, dan role model dari
1) Persuasi sosial
2) Kondisi fisik
cara melihat apa yang telah dicapai oleh orang lain. Seseorang bisa
efikasi diri, semakin tinggi tujuan yang ditetapkan oleh individu bagi
tidak bisa kita tuntut, mau salah apa, apa gimana, salah makanan
“Ya kalau.. kalau medis itu kan gini mbak, kan diketahui dari itu
herbal kan cuma minum tok gitu.. Saya yakin pakai medis.” (R2,
45 tahun).
begitu.”(R2, 45 tahun).
sesecara efektif peristiwa dan situasi yang mereka hadapi, tekun dalam
miliki, menanamkan usaha yang kuat dalam apa yang dilakuakanya dan
Pada penelitian ini sikap santai, positif thinking yakin mampu melalui
situasi yang tidak terduga dengan baik, pasrah, berserah kepada Tuhan,
pada diri penderita kanker yang memiliki self efficacy dalam menghadapi
ya sudah selesai hari ini sudah. Orang hidup itu punya jalannya.
“Kita hidup santai o mbak.. Istilahnya tidak harus ini harus gini
harus gini nggak. Kita hidup memikirkan hal-hal yang baik aja
yang positif.. Juga kita tidak lupa sama doa minta kekuatan..
Sama kerja itu tidak terlalu ini… tidak terlalu… apa ya…
sama Yang Maha Kuasa. Kita punya pikiran santai, pikiran bebas
80
tidak ada hal-hal yang itu (hal negatif) pasti kita dikasih kekuatan
Selain itu jika terjadi situasi yang tidak terduga khususnya mengancam
jiwa penderita kanker akan meminta bantuan rumah sakit serta berusaha
“Kembali ke rumah sakit he’e tanya kenapa saya bisa begini lagi.”
(R2, 45 tahun).
“Ya sak sing penting saya berusaha dan berdoa semoga saya
sembuh.
dan seberapa lama individu akan tekun ketika menghadapi hambatan dan
dalam Rustiana 2004). Individu yang memiliki self efficacy yang kuat
lebih giat, bersemangat, dan tekun dalam usaha yang dilakukannya untuk
dan benar. Baik dan benar dan gizi itu. Kanker tidak ada kata
“Selama kemo ini kan ada rasa mual rasa itu tapi kita misalkan
tidak mau makan ya kita membayangkan makan apa yang enak lha
itu pasti ada rasa mau makan. Pasti harus makan.” (R4, 55 tahun).
C. Keterbatasan Penelitian
A. Kesimpulan
yang cukup tinggi dalam menjalani kemoterapi yang dilakukan berulang kali.
memiliki self efficacy yang sama bahkan ada yang bertambah kuat karena
2. Adanya self efficacy penderita kanker berasal dari dalam diri dan luar diri
mental yang siap, dan latar belakang profesi penderita kanker mendukung
self efficacy mereka. Faktor luar berupa peran dokter, komunikasi pasien-
dokter, dukungan dari tim medis, keluarga, dan teman atau tetangga.
3. Pendeita kanker tetap memiliki self efficacy saat menjalani kemoterapi dan
sumber self efficacy yang berupa persuasi sosial, kondisi fisik, dan role
model dari pengalaman orang lain. Penderita kanker tetap yakin dengan
82
83
kepada keyakinan akan muncul pada diri penderita kanker yang memiliki
self efficacy dalam menghadapi situasi yang tidak terduga. Tindakan yang
jiwa penderita kanker akan meminta bantuan rumah sakit serta berusaha
bertindak menjaga kondisi badan agar tetap kuat dan melawan rasa sakit
dari efek kemoterapi seperti menjaga asupan gizi dan beristirahat cukup.
B. Saran
tentang self efficacy penderita kanker yang berbeda stadium kanker dan
jenis kanker.
84
DAFTAR PUSTAKA
Albery, I. P., & Munafo, Marcus. 2008. Key Concept in Health Pscyhology.
London: SAGE Publication Ltd.
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
American Cancer Society. 2014. Chemotherapy Side-Effect. Diakses pada 30
Januari 2017 dari http://cancer.org
American Cancer Society. 2017. Global Cancer Facts & Figures. Diakses pada
23 Mei 2017 dari https://www.cancer.org/content/dam/cancer-org/research
/cancer-facts-and-statistics/global-cancer-facts-and-figures/global-cancer-
facts-and-figures-3rd-edition.pdf
American Joint Committee Cancer. 2017. Cancer Staging System. Diakses pada
23 Januari 2017 dari https://cancerstaging.org/references-tools/Pages/What
-is-Cancer-Staging.aspx
Anwar, Astrid ID. 2009. Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Kecemasan
Berbicara di Depan Umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Astuti R, Gunawan, G. 2016. Sumber-Sumber Efikasi Diri Karier Remaja
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana.
Baradero, Mary., Dayrit, Mary W., Siswandi, Yakobus. 2007. Seri Asuhan
Keperawatan Klien Kanker. Jakarta: EGC.
Creswell, JW. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.
Desen, Wan (ed). 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
Dinkes Kabupaten Klaten. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Klaten Tahun 2014.
Klaten: Dinkes Kabupaten Klaten.
Farihah, Faridatul. 2014 Pengaruh Self Efficacy terhadap Stres Mahasiswa
Angkatan 2010 yang Menyusun Skripsi. Malang: UIN Maulana Malik
Ibrahim.
Feist, J. & Feist, G.J. 2010. Teori Kepribadian Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Salemba
Humanika.
Fitrida, Rahayu. 2015. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Drill
Berbantukan Media Game Of Business terhadap Kemampuan
Menerapkan Konsep Akuntansi Ditinjau dari Tingkat Self
86
Wahyu, SD. 2010. Hubungan Adversity Quotient dan Self Efficacy dengan
Toleransi terhadap Stres pada Mahasiswa. Surakarta: FK Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
WHO. 2012. World Cancer Report 2012. Diakses pada 11 Januari 2017 dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/en/
Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Yayasan Sosialisasi Kanker Indonesia. 2015. Tentang Kanker. Diakses pada 11
Januari 2017 dari http://yski.org/tentang-kanker.html
88
Dengan Hormat
NIM: 1302040
Saya adalah mahasiswa program S-1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui self efficacy penderita kanker dalam
ucapkan terimakasih.
Peneliti,
(INFORMED CONCENT)
Nama :
Umur :
Alamat :
oleh Elisa Jati Pratiwi dengan judul penelitian “Studi Kualitatif Self Efficacy
Saya menyatakan bahwa semua data identitas yang saya tulis adalah benar. Saya
peneliti secara lengkap sesuai dengan pendapat dan jawaban saya sendiri tanpa
Responden
Lampiran 8
tugas-tugas saya sebagai asisten, oleh sebab itu, saya yang bertandatangan di
bawah ini:
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2017”. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh saudari Elisa Jati Pratiwi, mahasiswa STIKES Bethesda Yakkum
Asisten
Irma Pramudyawardani
Lampiran 9
PEDOMAN WAWANCARA
pertama kali menjalani kemoterapi dengan saat sekarang ini adakah perbedaan
dengan baik?
Lampiran 10
R1
28 Juli 2017
Ibu T, usia 39 tahun, kanker payudara, stadium II, kemoterapi 4x mau ke 5x.
R: “Baik. Hehe..”
R: “Iya, hmm…”
R: “Saya ketahuannya Oktober tahun lalu. Oktober tahun lalu langsung ambil
rujukan dari puskesmas. Ee... langsung ke rumah sakit ini di ee.. di cek up. Terus
apa itu ada benjolan 8cm. Ee.. Februari diambil, benjolannya itu diambil. Harapan
saya itu hanya tumor, ternyata kanker. Dan termasuk kanker ganas. Akhirnya
Maret, tanggal 18 Maret itu dioperasi total, payudaranya diangkat. Terus eee…
kurang lebih satu bulan nunggu luka bagus kering langsung kemo. Gitu… kemo
yang pertama.”
P: “Makanan pendukung?”
seperti itu. Yang itu saya coba tapi enggak enggak monoton enggak teruuus gitu,
R: “Suami..”
R: “Ha’a..yang itu..”
P: “Jadikan ibu sudah melalui kemo ini mau ke lima.. ee.. berarti ya sudah lama..
R: “Memang dari awal, seperti yang saya bilang tadi ya.. Banyak sekali orang
mau ngomongin ini begini begitu, mau kesono kesini, tapi hati saya memang ee..
lebih cenderung ke medis karna hasilnya bisa dilihat, dipertanggung jawabkan.
Kalau ada apapun, ada apa apa pun kan kita bisa nuntut. Bisa kesalahan medis
atau apa kita bisa nuntut. Kalau ke alternatif atau bagaimanapun.. ee.. apa itu tidak
bisa, tidak bisa kita tuntut, mau salah apa, apa gimana, salah makanan apa nanti
malah misalkan jamu atau apa malah merembet ke ginjal kemana itu yang saya
takutkan. Ya memang banyak yang nyaranin gak usah operasi gini gini nanti bisa
sembuh. Cuma hati saya, pribadi saya dari awal ngotot, ngotot untuk ke dokter
aja. Walaupun resikonya yang memang luar biasa sakitnya minta ampun di kemo
itu.. Cuma karena sudah ketetapan hati ya puji Tuhan sampai hari ini lancar.
Menurut saya lancar walau saya naik turun keadaannya. Kadang turun ngedrop,
tapi saya karna semangat dan didampingi dokter yang menurut saya sabar, mau
mendengarkan. Di sini lho.. Menurut saya itu ya puji Tuhan, apa itu lancar lancar
P: “Berarti dengan didukung oleh tim medis ibu jadi semakin yakin?”
P: “Iya..”
R: “Kalau pasiennya tidak tahu dan tidak mau tahu, tidak mencari tahu ya repot.
Dokter harus... ee.. antar pasien dan dokter harus ada komunikasi yang bagus.
Dokter saya.. ee.. misalkan gini barusan apa itu radang tenggorokan hebat ya
ngomong.. kontrol.. kasih obat. Apa ya kan.. kalau.. kalau penyakit kalau dah
dikemo kan tidak sembarang obat masuk apalagi cari sendiri di rumah endak
boleh. Harus semua acc dokter, dokter sini gitu. Jadi kembali lagi ke dokter gitu.
P: “Kalau dengan kemoterapi yang sudah lima, mau lima kali ini ibu yakin juga
R: “Harus yakin, karena keyakinan dan semangat sendiri itu banyak orang kan
R: “Ya harus yakin. Tapikan setahu saya kan harus banyak baca juga pasien.
Penyakit kanker itu tidak ada kata sembuh kecuali pasiennya berusaha menjaga
daya tahan tubuh dengan asupan makanan baik dan benar. Baik dan benar dan gizi
itu. Kanker tidak ada kata sembuh, cuma ya itu pasiennya emang harus pinter jaga
R: “Nggih.”
P: “Kira-kira waktu dulu di awal kemo waktu kemo pertama kali dengan kemo
yang mau lima kali ini ada perbedaan keyakinan nggak untuk sembuhnya itu?
kadang-kadang merasa capek. Kok ternyata reaksinya luar biasa.. Itu yang
kadang-kadang capek. Capek.. Gek gek duh kuat gak ya kuat gak ya itu pasti ada.
Tapi namanya keyakinan menurut saya ya harus dijaga terus.. saya harus sembuh.
Itu cuma up and down nya kondisi pikiran, badan itu memang resiko tapi
(tertawa).”
P: “Terus begini kalau semisal ibu tiba-tiba menghadapi situasi yang tidak terduga
memberi jalan lewat dokter. Tapi kalau tiba-tiba ada sesuatu, nggak ada lain
pegangan kita hanya Tuhan. Ya ndak? Pasrah aja. Mungkin kalau misalkan bisa
dibenerin bisa ditututi dengan medis ya medis.. gitu.. Percaya sama dokter. Kalau
ada apa-apa emang.. emang Tuhan sudah mencukupkan. Ada sesuatu ya sudah
selesai hari ini sudah. Orang hidup itu punya jalannya. Itu aja. Eee…ya..ya….
R: “Ya yakin sama dokternya. Dan ketika dokter sudah menyerah enggak ada lain,
pegangan kita Tuhan. Orang kita diciptakan Tuhan ya melu sama Tuhan hehehe
P: “Berati untuk menghadapi situasi yang tidak terduga itu ibu ee.. yakin nya itu
R: “He’e..iya gitu udah he’e… udah mau apa lagi itu.. Kita sudah berusaha itu..”
R: “Kira-kira jam 2, kalo kan ini prosesnya kan acc obat itu nggak.. nggak
sembarangan.”
P: “ee.. Sekarang yang dirasakan ibu apa? Setelah kemo berkali-kali ini.”
R: “Badan terus terang makin ringkih ya.. ringkih .. karna namanya kemo itu kan
mual, selera makan hilang, semua rasa nge-flat hihihi nggak ada rasa.. Itu.. oo..
anu.. jadi pasti asupan makanan nggak seperti orang sehat apa-apa bisa masuk.
Otomatis ini juga agak lemes atau kurang bertenaga. Pasti beda.. pasti beda.
Tetapi ee… apa itu.. harus berusaha makan tetep makan walaupun nggak ada
selera nggak ada rasa ini salah itu salah buat nelen sakit buat muntah sakit
R: “Ya tiga hari dua malem. Kemarin masuk besok terus ee... hari ini kemo besok
pulang.”
P: “Kalau untuk pengobatan alternatif kayak tadi ibu kan bilang minum yang
P: “Ya kayak jamu itu ibu sudah enggak lagi apa masih?”
R: “Nggak, nggak.. cuma eee… apa itu.. Maksudnya untuk nutrisi seperti buah-
buahan, jus sayuran, jus sayuran itu sama paling nggak saya itu kunyit putih itu.
Bukan berarti kalau yang di alternatif kan segala jamu godok yang 16 macem 23
kunyit sama pengobatan tim medis dengan kemo ibu lebih yakin yang di kemo
R: “Yakin kemo, cuma kan tadi nutrisi itu hanya membantu, membantu badan.
Misalkan ya kunyit putih itu saya merasa lebih rileks perutnya lebih rileks nggak
tegang.. ya gitu.. dengan madu itu. Itu hanya membantu untuk biar masuk
makanan, badan lebih rileks.. gitu.. kalau jamu eee… jamu godokan yang kering-
kering itu kan secara higienis juga belum tentu higienis. Efek nya juga belum
tentu secara medis ketahuan hasilnya karena gak bisa dicek gitu. Saya minumnya
hanya itu daun sirsat, jus buah, jus sayur gitu.. eee.. hanya gitu-gitu ndak yang
P: “Ya… Kalau begitu saya rasa sudah cukup untuk wawancaranya.. Terima kasih
31 Juli 2017
Ibu S, usia 45 tahun, kanker payudara, stadium tidak tahu, kemoterapi 5x mau ke
6x
R: “Iya..”
R: “Ee… kanker..”
R: “Kanker ganas..”
R: “Payudara.”
P: “O takut ya bu…”
R: “Ke enam..”
P: “Eee.. kira-kira untuk melawan penyakit ini itu keyakinan ibu bagaimana?”
R: “Wis pokoknya yakin aja. Saya sembuh he’e.. sembuh. Kalau kita usaha Allah
P: “Sebelumnya pengobatan apa saja yang sudah ibu lakukan selain kemo ini?”
R: “Belum.”
P: “Belum ada?”
R: “Belum.”
R: “Pernah.. pernah.. Alternatif itu apa anu.. herbal.. herbal temu putih.”
P: “Temu putih?”
R: “Masih.”
P: “Kira-kira dengan obat herbal itu dengan kemoterapi ini ibu lebih yakin
mana?”
R: “Medis..”
R: “Ya kalau.. kalau medis itu kan gini mbak, kan diketahui dari itu lho mbak..
kan dicek semuanya kan tahu penyakitnya.. Kalau di herbal kan cuma minum tok
P: “Kalau boleh tahu juga ini ibu sakitnya sudah berapa lama ya?”
R: “Iya..”
P “Bisa diceritakan tidak bu apa saja yang sudah dilalui ibu? Dari mulai tahu
sakitnya..”
R: “Saya itu Desember sakit ada benjolannya sedikit terus saya periksakan ke poli
P: “Infeksi?”
R: “He’em… katanya infeksi terus diobati sembuh tapi kok sudah nggak kontrol..
terus dibawahe lagi (sambil menunjuk bawah daerah payudara) tumbuh lagi”
R: “Tumbuh lagi terus saya bawa ke sini dokter bilang kalau saya sudah eee..
R: “Iya kemo kemo saja sampai sekarang.. Nanti habis ini sudah selesai terus
sinar”
P: “Sinar radiasi?”
R: “Sinar itu… kan kalau ganas kan pakai sinar juga to..”
P: “Oo ya.. Kan ini ibu sudah 5x mau 6 kemonya kalau dibandingkan saat
pertama kali kemo.. Ibu kemo pertama kali kemoterapi bulan apa?”
P: “Nah waktu dibandingkan waktu April pertama kali kemo dengan kemo yang
R: “Ya ada..”
R: “Iya dari awal tu yakin. Nyatanya sampai sekarang badan saya terasa enak..
P: “Terus ini bu selama pengobata ini apa yang ibu rasakan dari tubuh ibu?”
R: “Nggak ada…”
R: “He’e..”
P: “Kalau untuk ee… menjaga kesehatan selain.. eh.. kan untuk kemo ini juga
perlu ee.. apa penjagaan dari ibu sendiri itu ibu yang dilakukan apa?”
bergizi sayur banyak, buah banyak, air putih banyak, istirahat banyak..”
R: “Iya betul makanan, istirahat sama buah-buahan nah itu bagus untuk kesehatan
P: “Kalau semisal tiba-tiba ibu menghadapi situasi yang tidak terduga itu apa yang
ibu lakukan? Mungkin kalau tiba-tiba ibu ngedrop atau gimana… apa yang ibu
lakukan?”
P: “Kembali ke sini?”
R: “Iya hahaha..”
R: “Kembali ke rumah sakit he’e tanya kenapa saya bisa begini lagi..”
P: “Yakin ya bu?”
R: “Iya, he’e..”
R: “Suami.”
R: “Tiga hari, pertama daftar dulu terus ke dua baru kemo ke tiga baru boleh
R: “Iya he’e…”
P: “Terus alasan ibu kenapa lebih pecaya ke medis ke tindakan medis kemoterapi
R: “He’e.. harus begitu. Dokter bilang memang harus begitu pengobatannya harus
lewat kemoterapi.”
P: “Ibu pernah nggak merasa takut begitu saat mau waktu belum tahu apa-apa
R: “He’e… terus didukung sama temen-temen, sama suami, sama dokter juga
P: “Bersyukur banget ya bu.. sehat terus berarti memang ini sudah sangat
R: “He’em he’em…. Terus itu bobot saya juga kemarin waktu mau operasi itu 65
habis operasi turun 10 kilo.. 10 kilo terus sekarang jadi 55. Dari operasi sampai
P: “Tetep?”
R: “Ho’o…”
R: “Temu putih..”
P: “Temu putih itu ada yang lain lagi nggak bu?
R: “Iya i….”
R: “Iya he’e…”
P: “Selalu memotivasi?”
R: “Iya he’e he’e… Di sini perawatnya juga enak-enak semua. Dokternya juga
R: “O iya..”
P: “Makasih ya bu..”
R: “Iya.”
R3
31 Juli 2017
Ibu I, usia 74 tahun, kanker payudara, stadium tidak tahu, kemoterapi 4x mau ke
5x.
P: “Ya bagus.. Ee.. Maaf sebelumnya kalau saya boleh tahu sakitnya ibu apa ya?”
R: “Belum tahu, ya kan sudah berapa kali periksa sini berobat di sini.”
R: “Ke lima.”
P: “O ke lima.. ya… kalau saya boleh tahu juga ini sakitnya sudah berapa lama
ya?”
R: “Ya… akhir Maret lah.. akhir Maret.. Kalo gak ya awal April. Prosesnya hanya
10 hari itu ada seperti dawet itu lho di payudara kiri. Lalu saya priksakan ke
dokter katanya dokternya ya gak bilang ganas atau gak.. Dokternya ati-ati sekali
ngendikanya.. Ini tidak bersahabat harus diangkat operasi siap? Aku siap gitu..”
P: “Gitu ya… Kalau kira-kira keyakinan dari ibu sendiri untuk melawan penyakit
ini gimana?”
R: “Ya sak sing penting saya berusaha dan berdoa semoga saya diambil
P: “Untuk pengobatannya itu selain kemoterapi dan dulu operasi itu ada
R: “Ya ndak sih, belum berani.. Ada memang kita tersedia tidak begitu anu.. yang
penting ke depannya kemo dulu dijalani, nanti setelah selesai sinar atau apa baru
P: “Itu obat?”
P: “Beraarti dengan kemoterapi ini sangat yakin supaya untuk bisa sembuh ya
bu?”
R: “Iya iya…”
R: “Bukan pengobatan..”
R: “Iya.”
P: “Berarti kan agak lama begitu.. Kira-kira waktu dulu awal kemoterapi dengan
P: “Keyakinan dari diri sendiri.. Semisal waktu awal pertama itu kayak kurang
yakin karena takut belum tahu… dan sekarang sudah tahu.. Kira-kira ada
perbedaan tidak?”
R: “Iya, itu untuk penyembuhan.. Soalnya kerabat juga ada yang begitu mbak tapi
sampai sekarang ya dia menjalani medis… Taat medis gitu aja nanti soalnya kan
R: “Endak… saya siap dari operasi dulu.. dari diri sendiri mbak.. dari diri sendiri.
P: “O begitu… Maaf sebelumnya kenapa sih kok ibu itu bisa yakin? Apa yang
membuat ibu yakin?”
P: “Hmmm… begitu ya… Selama pengobatan-pengobatan ini apa saja yang sudah
R: “Ya seperti biasa mualnya masih mual.. ya kondisinya ya… aktifitas biasanya
2 jam sekarang aktifitas 2 jam dah agak kliyengan istirahat gitu aja.”
P: “Ibu kira-kira mendapat dukungan dari mana saja selama sakit ini?”
R: “Ya dari anak-anak, suami, gereja.. gereja mana… gereja mana.. sama kerabat”
P: “Kalau dari pihak rumah sakit dari perawat, tim medisnya, dokter begitu
bagaimana?”
R: “Iya.. Juga kalau saya ke sini sudah perawatnya sudah hafal o iya ini ibu ini
R: “Iya...”
P: “Kalau semisal ibu tiba-tiba menghadapi situasi yang tidak terduga begitu
bagaimana menanganinya?
R: “Ya berusaha…”
P: “Misal kalau tiba-tiba kan biasanya ngedrop gak ngedrop gak gitu.. Mungkin
waktu ngedrop gitu ibu tetap berusaha supaya stabil begitu bu?”
R: “Iya… ya tak berusaha. Istirahat stamina dijaga, kegiatan yang nggak penting
R: “Belum pernah.”
R: “Iya.. stamina..”
P: “Pernah ndak sih dikasih tahu orang mungkin di stigma apa gitu?”
R: “O pernah.. banyak.”
P: “Semisal kayak ngapain nggak usahlah kayak gini kayak semisal gak usah ke
rumah sakit ajalah.. pakai pengobatan ini aja. Begitu ada bu?”
R: “Ada.”
R: “Ya diamin aja.. kan dia nggak tahu. Mungkin lebih tahu saya.. Menghormati
orangnya, dikasih saran kan baik.. kan dia peduli dengan kita..”
P: “Berarti kalau semisal tadi kayak mending ke sini tapi ibu tetap yakin aja ke
R: “Iya…iya…”
R: “Iya…”
P: “Baik, saya rasa wawancaranya ini sudah cukup. Terima kasih untuk kesediaan
ibu sudah mau saya wawancara. Semoga ibu tetap bertahan dan tetap semangat
4 Agustus 2017
Ibu Sy, usia 55 tahun, kanker payudara, stadium tidak tahu, kemoterapi ke 5.
R: “Selamat siang..”
P: “Dokternya yang tidak kasih tahu atau ibu yang tidak ingin tahu?”
R: “Dokternya yang nggak ngasih tahu, saya juga lupa mau tanya ini.”
R: “Awalnya kan kayak ada ini kayak lempeng kayak orang menyusui tapi
bukannya benjolan tapi lempengan gitu.. Semacam lemak nempel gitu. Itu krasa
lama-lama kok tebel gitu. Tebel terus disuruh priksa eee…. Itu ke Solo. ”
P: “Kalau saya boleh tahu, bagaimana keyakinan ibu untuk melawan penyakit
ini?”
R: “Ya kita harus… istilahnya harus punya rasa.. memang apa namanya
keyakinan bahwa ini pasti sembuh gitu. Itu kekuatan dari diri dan minta doa sama
Allah supaya dikabulkan. Yang penting kita tetep jaga kondisi badan dan kita
R: “Ya… juga punya keyakinan harus ini juga jalan satu-satunya kita harus yakin
R: “Iya.. Selama kemo ini kan ada rasa mual rasa itu tapi kita misalkan tidak mau
makan ya kita membayangkan makan apa yang enak lha itu pasti ada rasa mau
P: “Iya harus dilawan... Kan ibu sudah 5x, kira-kira kalau disbanding waktu
pertama kali ibu kemo dengan yang 5x ini ada perbedaan keyakinan nggak bu?”
R: “Ya waktu pertama yakin pasti ini harus bisa melawan penyakit. Ini yang ke
P: “Padahalkan kalau ikut kemoterapi harus mondok juga beberapa hari, terus
diulang-ulang lagi.
R: “Ya kita harus bisa bagi-bagi waktu itu penting soalnya.. Kemo itu juga
penting.”
P: “Juga ada efek sampingnya, kenapa kok ibu bisa tetap terus mengikuti kemo
R: “Ya untuk mau mengikuti ini kita menginginkan bisa sehat terus.”
R: “Belum pernah.”
P: “Selain mengikuti pengobatan medis, dari diri ibu sendiri apa saja yang sudah
ibu lakukan?”
R: “Ada yang pernah suruh minum obat ini ya pernah saya minum cuma karena
R: “Anak saya.”
P: “Ibu selama sakit ini mendapat dukungan dari mana saja bu?”
R: “Dari rumah sakit perawatannya bagus, ramah gitu.. pelayanan nya ramah”
R: “Iya mbak.”
P: “Kalau semisal ibu tiba-tiba menghadapi situasi yang tidak terduga bagaimana
ibu menanganinya?”
R: “Ya kita namanya manusia mbak, nggak bisa ee.. ada apa nggak bisa ya kita
minta, kita berusaha supaya kondisi kita tetap kuat tetap sehat.”
P: “Apakah ibu yakin bisa mengatasi situasi tidak terduga dengan baik?”
R: “Ya kita minta ampunan sama Allah, minta doa supaya kita diberi kekuatan
diberi ketabahan. Kalau emang Allah menghendaki ya kita minta doa yang baik.”
R: “Kita hidup santai o mbak.. Istilahnya tidak harus ini harus gini harus gini
nggak. Kita hidup memikirkan hal-hal yang baik aja yang positif.. Juga kita tidak
lupa sama doa minta kekuatan.. Sama kerja itu tidak terlalu ini… tidak terlalu…
apa ya… istilahnya ngongso gitu. Ya kita kerja santai istilahnya pasrah sama
Yang Maha Kuasa. Kita punya pikiran santai, pikiran bebas tidak ada hal-hal yang
itu (hal negatif) pasti kita dikasih kekuatan dikasih jalan keluarnya.”
P: “Baik bu, saya rasa sudah cukup wawancaranya. Terima kasih bu. Semoga
R: “Iya, amin-amin.”
R5
4 Agustus 2017
R: “Alhamdulilah baik..”
R: “Kanker payudara.”
R: “Stadium 4.”
P: “Stadium 4?”
R: “Iya.”
P: “Awalnya bulan apa bu? Prosesnya dari awal ketahuannya sakit kankernya
ini…”
P: “Udah ulang?”
R: “Iya.”
R: “Kedua..”
R: “Kedua.”
R: “Iya.”
P: “Dengan kemoterapi ini yakin bisa sembuh bu? Meski sudah berulang juga?”
R: “Bisa, yakin…”
R: “Iya… iya…”
R: “Nggak ada…”
P: “Sendirian bu?”
R: “Iya.”
R: “Iya… Mereka menemani saya kalau ada apa-apa.. Di rumah sakit juga di
P: “Hmm… Begitu ya.. Kalau waktu pertama kali ibu kemoterapi dengan yang
R: “Tidak.”
R: “Nggak pernah.”
R: “Tidak ada.”
P: “Kalau dari pihak lain seperti dokter perawat begitu bagaimana menurut ibu?”
R: “Baik..”
P: “Kalau semisal ibu tiba-tiba menghadapi situasi yang tidak terduga bagaimana
ibu menanganinya?
P: “Kalau kemo kan membuat tubuh menjadi lemah, itu apa saja upaya yang
R: “Hanya apa ya.. Itu makannya nggak mau mbak.. Makannya nggak mau, cuma
mual muntah..”
R: “Saya itu cuma benjolan kecil itu lho mbak, ya kecil mau dioperasi nggak
berani udah besar baru berani… pecah itu lho mbak baru dioperasi.”
P: “Tadikan diawal ibu mengatakan kalau dari awal sampai sekarang masih yakin
R: “Iya masih.”
P: “Kalau dari keluarga kan tadi juga mendukung, kalau dari teman tetangga
R: “Iya
9 Agustus 2017
Ibu Sp, usia 58 tahun, kanker payudara, stadium tidak tahu, kemoterapi 2x mau ke
3x.
R: “Selamat pagi.”
R: “Sehat, alhamdulilah.”
R: “Kanker payudara.”
R: “Belum tahu.”
R: “Belum diberi tahu. Dulunya kan saya itu di RS D dulu belum bisa kemo
selama 2 tahun. Dua tahun yang lalu saya tu operasi angkat payudara kanan di RS
D setelah itu katanya mau dikemo… katanya mau dikemo. Saya kontrol lagi di RS
D ngendikane sudah selama 2 tahun lalu itu perawat e bilang gitu tunggu sebentar
nanti tunggu kemo… tunggu dulu.. Sampai satu hari itu tidak ada obat. Saya
tunggu sampai sore saya tanya lagi bu apa memangnya ini nggak ada tempatnya
apa mau kemo apa enggak apa nggak jadi kemo. Terus dia bilang gini ini
kemonya ditunda soalnya obatnya mahal, harganya mulai Januari besok itu
harganya mahal. Terus saya gimana bu, ini ditunda dulu katanya nanti dikasih
kabar, nanti kalau sudah ada kabar tak kabari gitu. Jebulane saya tunggu ini
nganti 2 tahun lebih nggak ada kabar dari RS D itu. Terus akhirnya saya di rujuk
ke RS ini, kemonya di sini. Jadi selama 2 tahun itu saya belum kemo sampai ada
benjolan lagi.”
P: “Selama 2 tahun itu ibu menunggu terus atau ada upaya lain?”
R: “Selama 2 tahun nggak kemo itu saya cuma periksa kontrol di dokter terdekat,
katanya nggak apa-apa. Rumah saya kan jauh sekali. Dulu tiap kontrol di RS D itu
ya cuma suruh nunggu kemo terus, ya terus saya tanya kalau periksanya di dokter
dekat rumah boleh apa nggak lha juga nggak kemo juga, nggak dipanggil-panggil
P: “Kalau untuk minum jamu-jamu atau obat lain begitu ada bu?”
R: “Ya kalau minum jamu-jamu itu anu pernah mbak selama 2 tahun itu wis kata
apa orang bilang apa saya turut. Minum jamu godokan itu, jamu alami dari desa
itu. Habis operasi dulu itu ada yang bilang suruh minum kopi dari melanding
jawa. Itu dibikin kopi di goreng kering dulu sampai gosong terus di tumbuk.”
mahkota dewa, bagas waras, anu nopo iku kulit manggis nopo mawon bilang
orang itu saya turuti. Nopo mawon kulo minum. Bar itu kan terlalu pahit saya
ngedrop terus suruh leren nggak usah diminum itu anu dilereni sik, tetangga-
tetangga saya bilang gitu. Terus saya berhenti sampai sekarang ini.”
R: “Iya.”
P: “Kalau dari diri ibu sendiri itu bagaimana keyakinan ibu untuk melawan kanker
ini?”
R: “Ya katanya dokter itu ini sudah alhamdulilah katanya. Tadinya kan saya
nggak bisa jalan mulai lebaran itu sampai satu bulan. Itu katanya dokter ada apa
itu gayutan nya dari ini kanker ini gitu. Lha sini nya kan tebel (menunjuk area
bawah ketiak kanan ke arah punggung) sakit terus badan semua sakit keluhannya
itu lha terus minta di kemo, kemonya di sini gitu terus sampai sekarang ada
perubahan. Dulunya kan nggak bisa jalan saya, sampai sekarang ini alhamdulilan
pokoknya gayutan nya dari ini juga bisa sarafnya itu ke tulang ke bawah.”
P: “Meski nunggu lama sampai 2 tahun ini ya bu. Apa yang membuat ibu yakin?”
R: “Ya ini ada perubahan bisa sembuh, ya kan saya termasuk senang bisa jalan
lah. Tadinya kan nggak bisa jalan. Dulu awal dokter sini bilang mungkin 1 sampai
2 kali kemo bisa jalan lagi terus ya bener mbak. Sekarang bisa jalan meski masih
digandeng.”
P: “Kalau dibanding saat kemo pertama kali dengan yang sekarang ini ada
R: “Ada, ada banyak sekali. Tambah yakin. Karna ini sudah bisa jalan. Badannya
enak, rasanya dah nggak cekut-cekut gitu badannya pinggangnya. Tadinya kan ini
sakit semua.”
R: “Iya kan baru mulai kemo itu masih sakit, setelah kemo pertama agak
mendingan. Kemo kedua lebih baik lagi. Terus ada keluhan muntah mabuk itu
ning nggak keluar. Itu karena fisik orang sendiri-sendiri gitu kata dokter. Ini
alhamdulilah saya masih kuatlah. Ini rambutkan sudah bodol. Bodol nggak apa-
R: “Iya mbak.”
R: “Ya pokoknya kalau makan nggak ada pantangan gitu. Apa-apa boleh. Mual
itu kata dokter nanti dikasih obat untuk mual. Cuma itu tok, lain-lain enggak.
P: “Begitu ya bu… Kalau semisal ibu menghadapi situasi yang tidak terduga
mungkin bisa situasi yang buruk tiba-tiba ibu merasakan itu. Apa yang ibu
lakukan?”
R: “Ya anu minta tolong, nek ngedrop kontrol dokter dikasih obat. Anu itu selama
tiga minggu itu setelah kemo pertama keluhannya tu kadang dingin terus mual
terus anu badannya semua itu rasanya gimanlah. Tapi saya biarkan. Memangnya
R: “Ya… bisa. Ya saya mantap nya itu pokoknya alhamdulilah, ini cuma ya itu
pancen apa itu obat kemonya itu pantangannya gitu, reaksinya gitu. Saya dibilangi
dokternya gitu, reaksinya gitu. Alhamdulilah fisik saya agak kuat. Nek nggak kuat
yo wis berantakan.”
P: “Ibu sudah melalui banyak efek samping kemo yang luar biasa juga masih
yakin bu?”
R: “Iya rambut sampai sudah rontok separo juga. Rontok gak papa yang penting
sehat. Saya harus kuat. Pokoknya saya harus bisa sembuh. Saya bisa jalan lagi
alhamdulilah. Dulunya saya itu susah gak bisa jalan sebulan. Pokoknya sabar,
mentalnya haru sabar istigfar.. dibilangi orang gitu saya manut. Saya mintae
R: “Iya mendukung, kemarin sudah do tilik. Ada yang nggak bisa tilik ya titip
dikasih dana.”
P: “Saya rasa wawancaranya sudah cukup, terima kasih untuk kesediaanya ibu.
R: “Amin.”
P: Peneliti
P: “Pak, tadi saya sudah mewawancarai ibu dan dari jawaban ibu itu yakin dengan
ibu?”
KP: “Iya kemarin memang saya coba alternatif, pakai ramuan jamu tapi tidak
dokter, sehingga kelihatan. Istri saya juga yakin dengan kemoterapi ini untuk bisa
sembuh.”
P: “Makasih ya pak.”
R: “Iya…”
TRANSKRIP WAWANCARA PERAWAT KEMOTERAPI
P: Peneliti
N: Perawat
N: “Keyakinan terhadap?”
P: “Iya pak.”
N: “Iya selama ini para pasien pada yakin betul untuk kesembuhannya dengan
diberikannya obat kemoterapi. Yo.. kadang ada satu dua pasien itu yang eee…
mungkin kurang pengetahuan atau gimana dia kurang semangat, mungkin karena
dia banyak faktor juga untuk ee… tidak semangat untuk dilakukannya kemoterapi.
Kan biasanya 80% itu pasien yakin dan selama ini banyak yang berhasil, untuk
keberhasilannya sekitar 70% pasien yang rutin untuk kemoterapi. Pasien bisa
P: “Untuk pasien yang sudah tidak datang lagi itu pernah ada pak? Pertama ikut
N: “Ee.. pernah dulu pernah ada tapi sudah… untuk beberapa tahun yang lalu tu
ada. Dia baru dapat tiga kali atau berapa terus berhenti tidak melanjutkan
alasannya karena fisik gak kuat. Kebetulan itu pasien masuk lagi dan kondisinya
udah badan jelek dan eee... akhirnya pasiennya tidak tertolong juga.”
N: “Yaa…”
Lampiran 11
sebagai berikut:
Kode Frekuensi
Nama Umur Jenis Kanker
Responden Kemoterapi
Kanker payudara Sudah 4x mau
Ibu T 39 tahun R1 ke 5x
Kanker payudara Sudah 5x mau
Ibu S 45 tahun R2 ke 6x
Kanker payudara Sudah 4x mau
Ibu. I 74 tahun R3 ke 5x
Ibu Sy 55 tahun R4 Kanker payudara Sudah 5x
Ibu Sh 60 tahun R5 Kanker payudara Sudah 8x
Kanker payudara Sudah 2x mau
Ibu Sp 58 tahun R6 ke 3x
P: Peneliti
R1: Responden 1
P: Peneliti
R2: Responden 2
Ibu S, usia 45 tahun, kanker payudara, stadium tidak tahu, kemoterapi 5x mau
ke 6x
P: Peneliti
R3: Responden 3
Ibu I, usia 74 tahun, kanker payudara, stadium tidak tahu, kemoterapi 4x mau
ke 5x.
P: Peneliti
R4: Responden 4
Ibu Sy, usia 55 tahun, kanker payudara, stadium tidak tahu, kemoterapi ke 5x.
P: Peneliti
R5: Responden 5
P: Peneliti
R: Responden 6
Ibu Sp, usia 58 tahun, kanker payudara, stadium tidak tahu, kemoterapi 2x
mau ke 3x.
2016 2017
Kegiatan
September November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
Pengajuan
judul
Studi
pendahuluan
Penyusunan
proposal
Ujian
proposal
Pengumpulan
data
penelitian
Sidang skripsi
Lampiran 14