Anda di halaman 1dari 70

SPGDT

to make great dreams come true


one must have the great capacity
to dream

1
In memoriam : Prof. Karijadi W, dr, SpAn KIC
Konseptor SPGDT

2
In memoriam : Prof. Koeshartono, dr, SpAn KIC
Aktivis pemeran dan pengajar SPGDT & Safe Community

3
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang
berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan,
kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata ……………….
Antara Krawang dan Bekasi
4
Mimpi, gagasan dan perintisan
• SPGDT • Safe Community

• Sistim komprehensif • Sistim komprehensif


untuk tanggap peran masyarakat untuk
bencana siaga bencana
(disaster response) (disaster-preparedness)

• GELS – General Emergency


Life Support
• Paket pelatihan tanggap medik
kegawat daruratan
5
Perkembangan Ilmu Anestesiologi & Reanimasi

LS DI PULIH SADAR

LS DI ICU

LIFE SUPPORT
DI KAMAR BEDAH LS DI IGD Critical
Care

LS DI TEMPAT KEJADIAN
& TRANSPORTASI

LS PADA DISASTER
6
7
Life Support
di IGD

8
Bimbingan praktek di ICU
pada pasien Multi-Trauma
9
Ada saatnya Konsultan ikut turun tangan
10
Sistim Penanggulangan Gawat DaruratTerpadu
Integrated Emergency Care Response System
from daily emergency to Disaster
Disaster Field Front Command
situation Post Post HQ

• Spec-Doctors
• Doctors • Spec-Nurses
Ambulance
• Lay-people • Nurses
personnels
• Special-Lay-people Communication

+
Ambulance Primary HC Class C Class B & A
hospital hospital
Casualties TRANSPORTATION

11
Sarana umum dan
Bencana sarana kesehatan
Peningkatan rusak
jumlah korban Disaster

Musibah masal
Mass casualties

Gawat darurat sehari-hari

13
SPGDT-Sehari hari INTER HOSPITAL
NETWORKING
PUSKODALMED,
operator aktif 24 jam monitor

RS Dr.SOETOMO

UGD RS
Hubungan koordinatif

UGD RS Untuk konsultasi, rujukan harian

UGD RS
KESEPAKATAN SEJAK Nov.1982 melalui :Kanwil
Kesehatan Prop.Jatim Dinas
Kesehatan Prop.Jatim PERSI
Cab.Jatim RS
Dr.Soetomo sbg Puskodalmed 14
RS PELABUHAN

RS Al Irsyad
EMERGENCY
RS Adi Husada Kapasari
DEPT.NETWORK IN
SURABAYA (1982-2007)
RS Adi Husada Undaan

RS Mitra K.
RS Budi Mulia
RSU Dr.Soetomo

RS Katolik
RS Darmo
RS William Booth RS Haji

HCOS
RS Islam
Navy Hosp.

Police Hosp 15
SIST.PELAYANAN GAWAT DARURAT BENCANA
(SPGDT-B)

- Sent by nearest Hospital


- Strengthened by Adv.Team Local biggest Hosp Other Hosp.
Nearest Hosp

Field Front Back post/ Reserve


X post post Command center post
- Triage - Triage - Def. therapy utk
- Resusitasi - Resusitasi severe cases
- Transportasi - Def. therapy utk - Pengiriman
moderate case bantuan
Disaster site

Supporting system
- Communication
- Transportation
- Funding Integrated Disaster Medical Service System
16
DAERAH AMAN
DAERAH BAHAYA - obati
TRIAGE - kirim / rujukan
- Pilih-pilah
HOT ZONE
Treat
or send

Collect
and sort

Evakuasi menjauhi
Sumber bencana

Pengaturan area di lokasi bencana (zoning)


17
Find  Collect  Sort

TRIAGE
korban terkumpul
sudah dipilah
Korban
tersebar

18
• Dengan triage, korban-korban dikelompokkan
• kelompok merah yang sangat terancam jiwanya
sehingga harus segera ditolong,
– contoh pasien fraktur tulang iga ganda yang sesak nafas.
• kelompok kuning adalah korban yang perlu
pertolongan tetapi tidak mendesak,
– contoh fraktur tungkai. Korban ini dapat menunggu pertolongan
dua, tiga jam bahkan lebih tanpa mengalami ancaman jiwa.
• kelompok hijau disebut “the walking wounded”
– korban cedera yang dapat diminta berjalan sendiri untuk
mendapatkan pertolongan karena cederanya ringan.
• kelompok hitam, korban meninggal

19
• Penolong yang potensial tercepat berada di lokasi
bencana adalah masyarakat setempat termasuk Karang
Taruna, PKK, Hansip, Korps Suka Rela PMI, Pramuka dll.
• Mereka memiliki kemampuan fisik untuk menolong.
• Tetapi tidak memiliki ilmu dan ketrampilan pertolongan
dasar (Life Saving First Aid).
• Dalam fase Disaster Preparedness, kelompok ini wajib
dilatih untuk disertakan dalam sistim waktu terjadi
bencana. Pelatihan meliputi:
– disaster awareness,
– menemukan dan evaluasi korban,
– Life Saving Forst Aid (bukan P3K biasa)
– evakuasi korban ketempat aman.
– awam khusus dapat dilatih sampai mampu triage.
20
• Puskesmas memiliki dokter dan perawat yang
seyogyanya telah mendapat pelatihan tentang
tanggap bencana (disaster response).
• Mengatasi perdarahan, bebat bidai, plaster cast
dapat dilakukan disini disamping tentunya
pertolongan kegawatan yang mengancam jiwa
yang membutuhkan oksigenasi, nafas buatan,
infus cairan dan transfusi.
• Perlengkapan di Puskesmas dan RS Klas C
untuk itu harus disesuaikan dengan konsep
SPGDT ini.

21
– A-airway (jalan nafas),
– B-breathing (pernafasan),
– C-circulation (peredaran darah),
– D-disability (kesadaran).
• Rumah sakit harus memiliki peralatan
standar fasilitas pertolongan A-B-C-D
• Dan harus memiliki tenaga kesehatan
yang mampu memberikan pertolongan
A-B-C-D dengan peralatan tsb

22
• Rumah sakit harus memiliki fasilitas
pertolongan A-B-C-D sebagai peralatan
standar.
• Dan disamping itu juga harus memiliki
tenaga kesehatan yang mampu
melaksanakan pertolongan A-B-C-D
dengan peralatan standar tsb

23
• RS klas B atau A bertindak menjadi Pusat
Komando Pengendalian Medik
Penanggulangan Bencana (Puskodalmed)
terhadap Pos-Lapangan, Ambulans,
Puskesmas dan RS C-B-A
• Puskodalmed berkoordinasi dengan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
PMI dan stakeholder lainnya.

24
Evakuasi dan transportasi Indonesia
tidak sama dengan di negara maju
yang berbasis ambulance dan
helicopter.

Di Indonesia terpaksa
ditekankan pada
kendaraan umum,
brancard dan tandu.

26
Fakta
menunjukkan
lebih banyak
korban dibawa
dengan tandu
daripada dengan
ambulans 27
Apa bahaya “tidak terkoordinasi”-nya
bantuan bencana?

28
Pada Bom Marriot
1. Ada korban warga asing dengan luka
bakar 80% yang masih hidup.
2. Tetapi selama lebih 40 menit dia tetap
dibiarkan ditempat kejadian. Mengapa?
3. Police line telah terpasang dan tidak ada
petugas ambulans sekalipun yang boleh
masuk

29
Pada Bouraq crash
di Bandara Juanda 1993
• Korban berserakan di tempat jatuhnya
pesawat. Luka bakar, masih hidup.
• Ambulans pertama datang dalam 30 menit
ke lokasi.
• Tetapi TKP dijaga polisi dan tidak satupun
dari 10 ambulans yang sudah siap dilokasi
diperkenankan masuk untuk mengangkat
korban

30
Gempa Padang 2009
• Tim bantuan Pemprov Jatim – RS Sutomo –
Unair masuk lokasi H + 3.
• Kami perlu tenda dan genset, dikirim dengan
kapal cepat, sampai di Teluk Bayur H + 7.
• Cargo akan dikirim ke posko Jatim tetapi ditahan
oleh Koordinator Bantuan Bencana karena
mereka yang diberi kewenangan mengatur
distribusi barang bantuan.
• Sampai tim pulang setelah satu bulan, tidak
jelas barang ada dimana.

31
• SPGDT Bencana ini adalah sistim yang
sederhana.
• Dalam penanggulangan bencana, doktrin
yang dipakai adalah:
”Be simple, be systematic “

32
Be simple
• sistim yang berbelit dapat dipastikan akan
gagal dalam kondisi bencana.
• Sistem harus simple (sederhana) agar
penolong, siapapun dia, dapat mudah
mengerti dan dengan demikian
memudahkan mereka masuk untuk
berperan serta didalam sistim.

33
Be systematic
• Penjenjangan dan rujukan yang sistematik
akan memungkinkan pertolongan cepat
dan segera dapat diberikan kepada
korban.
• Manfaat kedua adalah pembagian beban
penanganan korban agar korban tidak
menumpuk di satu RS saja

34
Kisah untuk dipelajari
How hospital can contribute its
important role

35 / 62
Petrowidada_blast
20 Jan 2004

36
Impact

37
Public

Medical team
- Triage
- Resuscitation Ambulance
- Transportation
+
X Hospital
Site of disaster
Police to secure
Rescue Easy access
- Police and exit
- Fire brigade

Red line Yellow line

38
Dibawah
Tim Aju bimbingan
(Advance Team) radio dari
Puskodalmed

• 3 ambulans 118 + Dokter BSB dikirim


• Mendekati tempat bencana
• Mengevaluasi dan melaporkan skala
bencana, jumlah korban, tingkat
keparahan

39
Triage dan referral berjalan baik

– Evakuasi 54 pasien ke RS Petro dan


RS Semen berjalan cepat
– 13 pasien paling parah dikirim ke
Dr Sutomo dimana 2 pasien tiba dalam
1 jam 30 menit

40
Dokter, Perawat, Dokter Muda, Siswa Perawat
diluar tugas jaga sukarela membantu

41
Dalam 10 menit
pasien sudah
mendapat nafas buatan
dan infus cairan cepat

42
Sebelum 1 jam
pasien sudah masuk
kamar operasi untuk dicuci

43
High Morale, semangat kebersamaan dan suasana kerja
yang hangat meskipun kondisi berat

44
Pasien terberat memakai ventilator
dan sudah berlatih fisioterapi

45
Pasien yang sudah stabil pindah
ke Burn Unit untuk Prolonged Care 46
Evaluasi Disaster Consultant dari WHO

47
EXPERT WITNESS, WHO CONSULTANT
Dr Claude de Ville de Goyet, Washington DC, USA 48
Jarak 50 meter dari pusat ledakan
49
Debriefing dihadiri Direktur RS Dr Sutomo
Dekan FK Unair, Kapolwiltabes,
Dinkes, Polda, Wakil WHO Indonesia

50
51
52
Tugas Satkorlak
Tugas RS Dr Sutomo
dan RS terkait

53
end

54
General Emergency Life Support

After 11 years there on

55
• Amerika punya
– ATLS untuk trauma
– ACLS untuk jantung
• Jepang punya
– JATEC untuk trauma
• Australia punya
– EMST untuk trauma
• Indonesia, kenapa tidak punya sendiri?

56
Untuk setara standar global, tidak berarti kita
harus import paket pelatihan dari luar negeri

• Pola epidemiologi kegawatdaruratan di


Indonesia tidak sama dengan negara maju
seperti Amerika dan Eropa
• Sistim kesehatan Indonesia serta fasilitasnya
juga tidak sama dengan negara-negara tsb
• Jadi, mengapa tidak kita buat paket kita sendiri
dengan referensi luar negeri, tetapi yang sudah
disesuaikan dengan kondisi operasional dalam
negeri

57
Kurikulum pendidikan dokter kita banyak yang
tidak mencakup semua kegawatan tersebut
sampai tingkat operasional

• Perubahan kurikulum perlu birokrasi


jangka panjang
• Masyarakat mengharapkan bahwa setelah
lulus, Dokter mampu mengatasi
kegawatdaruratan seorang pasien
– Minimal, dengan tindakan life saving
– Yang dilanjutkan dengan upaya rujukan
58
Bagaimana agar dokter kita mampu
menangani kegawat daruratan?
• Gawat darurat medik
– Kegawatan persalinan (MMR tinggi)
• Perdarahan, eclampsia, retentio placenta
– Kegawatan bayi (IMR tinggi)
• Tetanus neonatorum
– Kegawatan anak / dewasa
• diare, muntaber, pneumonia, DHF, malaria
– Intoksikasi
– Kegawatan jantung
• Serangan jantung, infark, aritmia
– Kegawatan nafas
• Asthma bronchiale, gagal nafas apapun sebabnya
– Kegawatan SSP
• Coma, kejang apapun sebabnya
• Gawat darurat karena trauma
• Gawat darurat pada bencana
59
Kesempatan pelatihan nasional untuk membuat
semua dokter Indonesia sama dan setara
kemampuannya untuk mengatasi
kegawatdaruratan

• Jika dokter mampu melakukan penanganan


gawat darurat sehari-hari dengan baik, maka
• Dokter akan mampu menangani musibah
massal yang korbannya sekaligus lebih banyak
• Dokter juga akan mampu berperan serta dalam
penanganan medis korban bencana yang
jumlahnya banyak sekaligus dalam kondisi
sarana yang serba kurang mencukupi
60
Sistem Kes Nas
BNPB - BPBD
SPGDT / SPGDB
Konsep GELS
Gawat Darurat
BLS / ALS
=
Life Saving First Aids

PPGD
Gawat Darurat
Penanganan Causal / Paripurna
Spesialistik
1. Start with what they have
2. Work within the system
Penanganan Medik 3. Empower local capabilities
Korban Bencana 4. Develop increasing standards
61
TIM PENGAJAR
Sistem Kes Nas
BNPB - BPBD Kemkes, Dinkes,
SPGDT / SPGDB
1 hari
BNPB, BPBD

Gawat Darurat 2 hari


BLS / ALS Anestesiologi,
Life Saving First Aids Dokter Emergensi

Gawat Darurat Bedah, Obsgin,


Penanganan Causal / 2 hari Anak, PenyDalam,
Spesialistik Jantung, Neuro

Penanganan Medik Dokter Emergensi,


Korban Bencana 1 hari Anestesiologi, Bedah,
Kesmas
62
Metode pembelajaran
• Belajar mandiri dengan buku paket 2 (dua)
minggu sebelum pelatihan
• Pre-test
• Kuliah / lecture
• Practical skill lab sessions
• Scenario table-top, manikin, simulator
• Post-test setiap kelompok session
• Sertifikasi Kemkes

63
Konsep dulu, pada awalnya ……..
Public Safety Center (PSC)

3C
Dr. Tommy Sunartomo, SpAn K.IC
Dr. Koeshartono, SpAn K.IC
Prof. Dr. Karjadi Wirjoatmodjo, SpAn K.IC
SMF Anestesiologi dan Reanimasi
RSU dr. Soetomo – FK Unair Surabaya
64
Safe Community adalah upaya

• Dari masyarakat
Oleh masyarakat
Untuk masyarakat

• Melibatkan semua komponen masyarakat


berperan serta secara maksimal

• Mencapai tingkat kehidupan bermasyarakat yang


aman, sehat, sejahtera

65
Evaluasi Program Safe Community Lintas Program/Koes/8-10 Des.06/Tanjung Pinang
KONSEP SAFE COMMUNITY

Shared Vision Masyarakat aman sejahtera


Public Safety Center
(PSC)
Masya Pelayanan kesehatan
rakat Akses (Safe, aspek kesehatan SPGDT-S / B)

Instansi
Instansi
Non kes
NonKes PERDA
APBD
Eksekutif
Eksekutif Pemberdayaan
Pendekatan Legislatif
Legislatif - Pembiayaan
struktural - Perilaku sehat
Masyarakat Umum (Primary prevention)

Pendekatan kultural

(Pada paradigma sehat: fokus pada primary prevention) 66


8 LANGKAH UNTUK MENCAPAI
Safe community
TAHAP DISASTER PREPAREDNESS

8. Memahami langkah2
Preparedness

7. Memahami Hazard
vulnerability analysis

6. Memahami disaster cycle (WHO)

5. Memahami pentingya Satlak PB / BNPB-BPBD

4. Memahami penanggulangan kedaruratan


kompleks
3. Memahami penanggulangan pengungsi

2. Memahami SPGDT-B

1. Memahami SPGDT-S
67
Evaluasi Program Safe Community Lintas Program/Koes/8-10 Des.06/Tanjung Pinang
RINCIAN PERAN SERTA YANG LEBIH DETAIL
Tujuan Sasaran Metoda

1. Safe community menjadi Eksekutif KIE /


renstra kabupaten-kota Legislatif Advokasi
2. Masyarakat berperilaku aman Media / LSM KIE /
dan sehat Advokasi
3. Lulusan FK. mampu PPGD Fakultas KIE /
Kedokteran Advokasi
4. Semua langkah pertolongan Perusahaan KIE /
gawat darurat di cover asuransi Advokasi
asuransi
5. BNPB/BPBD sudah aktif sejak BNPB/BPBD KIE /
preparedness Advokasi

6. Kabupaten kota melakukan BPBD KIE /


Geomedik mapping dan Advokasi
preparedness
68
69
end

70
71
72

Anda mungkin juga menyukai