Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN

USAHA PENGENDALIAN PADA UNIT PRODUKSI


PADA SUATU INDUSTRI DI KOTA BATAM

Vera Surtia Bachtiar1), Yommi Dewilda2)dan BerlindaVaniake Wemas1)


1)
Laboratorium Kualitas Udara Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas
2)
Laboratorium Buangan Padat Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas
Email: vera_sb@ft.unand.ac.id

ABSTRAK

Analisis tingkat kebisingan dilakukan pada suatu unit produksi Fusion Bonded Epoxy (FBE), Industri
X yang berada di Kota Batam. Penelitian dilakukan pada 45 titik pengukuran. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui intensitas kebisingan yang dihasilkan oleh unit produksi Industri X. Metode
pengukuran tingkat tekanan suara mengacu pada KepMenLH No 48 Tahun 1996, dan alat yang
digunakan adalah Sound Level Meter. Pengukuran tingkat tekanan suara (Lp) dilakukan selama 1
shift kerja. Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian pendahuluan diperoleh nilai tingkat tekanan
suara ekivalen (Leq) 24 jam adalah sama. Intensitas kebisingan tertinggi dihasilkan pada lokasi
coupling insertion yaitu sebesar 92 dB(A), dan intensitas kebisingan terendah terdapat pada area di
dekat kantin yaitu sebesar 62 dB(A). Berdasarkan hasil evaluasi kebisingan, 12 titik pengukuran (26,7
%) telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan menurut KepMenaker No 51/1999 (85 dB(A)
untuk 8 jam kerja perhari). Upaya pengendalian kebisingan yang direncanakan adalah dengan
pemasangan vibration isolation, partial enclosure, muffler, pengendalian secara administrasi dan
pengendalian bising pada pekerja (pemakaian earplug dan earmuff)

Kata kunci: Industri X, kebisingan, tingkat tekanan suara, pengendalian kebisingan.

ABSTRACT

Analysis of Noise level was conducted in a production unit, unit produksi Fusion Bonded Epoxy
(FBE), Industry X in the city of Batam. The study was conducted at 45 measuring points. The purpose
of this study was to determine the intensity of the noise generated by production unit in Industry X.
Method of measuring the sound pressure level refers to KepMenLH No. 48 of 1996 , using a Sound
Level Meter . Measurement of sound pressure level ( Lp ) was done just for 1 shift of work, because in
preliminary research obtained value equivalent sound pressure level ( Leq ) is similar with 24 hours .
Highest intensity of noise generated in the coupling insertion location is equal to 92 dB(A) , and the
lowest noise intensity found in the area near the cafeteria is equal to 62 dB(A). Based on the
evaluation of noise , 12 measurement points ( 26.7 % ) have exceeded the threshold limit value ( TLV )
noise according to KepMenaker No. 51/1999 (85 dB(A) for 8 hours per day ) . Recomendation for
noise control is the installation of vibration isolation, partial enclosure, muffler, control the
administration and control of noise on workers (use earplug and earmuff )

Keywords: Industry X, noise, sound pressure level, noise control.


Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 10 (2) : 85-93 (Juli 2013) Vera Surtia Bachtiar dkk

PENDAHULUAN Surat Keputusan KepMenakertrans No 13


tahun 2011 tentang ambang batas
Industri X terletak di Kawasan Industri kebisingan maksimum sebesar 85 dB(A)
Terpadu Kabil, Batam, Kepulauan Riau. untuk 8 jam kerja perhari.
Industri ini adalah salah satu perusahaan Energi ekivalen merupakan nilai tertentu
yang bergerak dalam bidang pelapisan pipa dari pengukuran kebisingan yang berubah-
baja (pipe coating). Dalam pelaksanaan ubah atau befluktuasi selama waktu
operasinya Industri X banyak tertentu yang setara dengan tingkat
menggunakan mesin-mesin dan peralatan kebisingan dari kebisingan yang steady
yang menimbulkan intensitas kebisingan pada selang waktu yang sama (Kep. Men
yang tinggi seperti blasting machine, LH No 48, 1996).
induction coil, coating spray gun, extruder, Bila hasil pengukuran mempunyai data
quenching, grinding dan lainnya, sehingga yang terdistribusi normal, maka untuk
dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap menghitung nilai Leq digunakan rumus
pekerja yang bekerja pada unit-unit sebagai berikut:
produksi di Industri X.
Oleh karena itu, untuk mengetahui keadaan …………..1
dan pola penyebaran kebisingan yang lebih
mendalam, perlu dilakukan penelitian Dimana :
mengenai sumber, tingkat kebisingan, pola Leq = energi ekivalen tingkat tekanan
penyebaran dan pemetaan kebisingan di suara, dB
Industri X khususnya pada unit produksi L 10 = tingkat tekanan suara dari 10
FBE. persen waktu pengukuran
Berdasarkan KepMenakertrans No 13 L 50 = tingkat tekanan suara dari 50
tahun 2011, kebisingan adalah suara yang persen waktu pengukuran
tidak dikehendaki yang bersumber dari alat L 90 = tingkat tekanan suara dari 90
dan proses produksi yang pada tingkat persen waktu pengukuran
tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran. Hubungan Intensitas Kebisingan
dengan Tingkat Kesulitan Kerja
Definisi resmi mengenai kebisingan
Hubungan antara faktor kebisingan dan
tercantum di dalam Keputusan Menteri
faktor tingkat kesulitan kerja terhadap
Negara Lingkungan Hidup Republik
produktivitas diantaranya dapat terlihat,
Indonesia Nomor 48/MenLH/Tahun 1996,
yaitu efek dari kebisingan secara fisiologis
yaitu bising adalah bunyi yang tidak
terbukti dapat mempengaruhi konsentrasi
diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan
secara mental, meningkatkan tekanan
dalam tingkat waktu tertentu yang dapat
darah, mempercepat denyut jantung, dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan
menutup pembuluh darah pada kulit,
kenyamanan lingkungan. KepMenLH
meningkatkan metabolisme, menyebabkan
No.48 tahun 1996 tersebut juga merupakan
gangguan pencernaan, serta meningkatkan
standar baku mutu tingkat kebisingan
ketegangan pada otot (Hidayah, 2009).
lingkungan yang berlaku di Indonesia.
Pengaruh kebisingan intensitas tinggi (di
Bagi kawasan Industri atau pabrik, nilai
atas NAB) adalah dapat menyebabkan
ambang batas kebisingan diatur melalui
stress pada karyawan yang secara spesifik
86
Analisis Tingkat Kebisingan dan Usaha Pengendalian pada Unit Produksi pada Suatu Industri di Kota Batam

dapat mengakibatkan stres menuju keadaan 381 adalah 8 jam terus menerus pada level
cepat marah, sakit kepala, gangguan tidur, tekanan suara 85 dB(A), dengan referensi
gangguan reaksi psikomotor, kehilangan 20 micropascal (NIOSH, 1998).
konsentrasi, gangguan komunikasi antar
lawan bicara dan penurunan performansi Gambaran Umum Wilayah Studi
kerja yang kesemuanya itu akan bermuara Industri X merupakan perusahaan yang
pada kehilangan efisiensi dan produktivitas bergerak di bidang pelapisan pipa baja
kerja (Tarwaka, 2004). Selain itu (pipe coating) dan banyak menunjang
Kebisingan mempunyai efek merugikan perindustrian minyak bumi dan gas dalam
kepada daya kerja, yaitu mengganggu hal penyediaan pipa baja bagi industri
komunikasi pembicaraan. Kebisingan minyak bumi dan gas.
dapat mengganggu perhatian dan
konsentrasi yang dicurahkan kepada Kawasan Industri X mempunyai luas total
pekerjaan. Kelelahan dalam melakukan sebesar 580.000 m2 atau sekitar 58 hektar
pekerjaan dapat menyebabkan terjadinya yang dilengkapi oleh berbagai sarana dan
defisiensi performa kerja dan dapat fasilitas, serta terdiri dari beberapa unit
menyebabkan terjadinya penurunan produksi, salah satunya adalah unit
produktifitas tenaga kerja (Setyorini, produksi FBE (Fusion Bonded Epoxy).
2010). Unit produksi FBE merupakan salah satu
unit produksi (plant) yang terdapat pada
Standar Nilai Ambang Batas Kebisingan Industri X yang memiliki intensitas
kebisingan yang tinggi dibandingkan
Nilai ambang batas kebisingan (NAB) dengan unit produksi lainnya yang terdapat
adalah intensitas kebisingan tertinggi dan di Industri X.
merupakan nilai rata-rata yang masih dapat
diterima oleh manusia tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar METODOLOGI PENELITIAN
yang tetap untuk waktu yang cukup lama Pada penelitian ini dilakukan survei
atau terus menerus. Penting untuk pendahuluan untuk mengamati apakah
diketahui bahwa di dalam menetapkan kawasan layak dijadikan daerah studi,
standar NAB pada suatu level atau selain itu identifikasi kawasan bertujuan
intensitas tertentu, tidak akan menjamin untuk mengetahui sumber-sumber
bahwa semua orang yang terpapar pada kebisingan pada daerah studi. Identifikasi
level tersebut secara terus menerus akan kawasan dilakukan dengan cara melihat
terbebas dari gangguan pendengaran, langsung daerah yang akan dijadikan
karena hal itu tergantung pada respon daerah studi. Identifikasi kawasan juga
masing-masing individu (KepMenLH No bertujuan untuk mengetahui sumber-
48, 1996). sumber kebisingan yang dihasilkan dari
aktifitas produksi.
Pada lingkungan kerja Industri, tingkat
Dalam penelitian ini dilakukan
kebisingan yang dihasilkan biasanya cukup
pengumpulan data sekunder dan data
tinggi sehingga harus ada batas waktu
primer. Data sekunder yang diperlukan
pajanan kebisingan. Batasan kebisingan
sebagai data pendukung diperoleh dari
yang ditetapkan oleh The Workplace and
pihak manajemen Industri X. Data
Safety Noise Compliance Standard, SL No
87
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 10 (2) : 85-93 (Juli 2013) Vera Surtia Bachtiar dkk

sekunder yang diperlukan untuk a. Analisis tingkat kebisingan


menunjang penelitian ini meliputi peta b. Membandingkan hasil pengukuran
lokasi, gambaran umum Industri X. tingkat tekanan suara dengan standar
baku mutu yang digunakan untuk
Selain itu dilakukan penentuan koordinat
daerah industri yang mengacu pada
dan titik pengukuran dengan menggunakan
KepMenakertrans No 13 tahun 2011
alat Global Positioning System (GPS) dan
tentang Nilai Ambang Batas Faktor
meteran, kemudian memberikan patok
Fisika di Tempat Kerja
pada titik-titik pengukuran. Lokasi
c. Upaya pengendalian kebisingan
pengukuran tingkat kebisingan adalah pada
unit produksi FBE (Fusion Bonded Epoxy),
Industri X. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Tingkat Tekanan Suara
Pengukuran tingkat kebisingan yang
Pengukuran tingkat tekanan suara
dilakukan hanya 1 kali pada masing-
dilakukan pada saat pabrik beroperasi
masing titik pengukuran. Pengukuran
dengan normal, sehingga dapat terukur
tingkat tekanan suara selama sekali
besar intensitas tekanan suara yang
pengukuran mengacu pada KepMenLH No
dihasilkan oleh mesin-mesin produksi.
48 Tahun 1996, yaitu pengukuran tingkat
Pengukuran tingkat tekanan suara ini
tekanan suara pada setiap titik dilakukan
meliputi dua kegiatan, yaitu pengukuran
selama 10 menit dan pembacaan dilakukan
kondisi meteorologi dan pengukuran
setiap 5 detik. Pengukuran ini dilakukan
intensitas tekanan suara (Lp) pada lokasi
secara berkelanjutan dari satu titik ke titik
sampling.
lain dengan asumsi tingkat kebisingan
yang dihasilkan oleh unit produksi FBE
hampir sama setiap waktunya mengingat Hasil Pengukuran Kondisi Meteorologi
proses produksi yang dilaksanakan tidak Pengukuran kondisi meteorologi
berbeda. merupakan faktor penting dalam
melakukan pengukuran tingkat tekanan
Selain data sekunder, dilakukan
suara. Kondisi meteorologi seperti suhu,
pengukuran data primer. Data primer
kelembaban, tekanan udara, arah dan
diperoleh dari hasil pengukuran langsung
kecepatan angin dapat berpengaruh
di lapangan. Pengukuran di lapangan
terhadap besarnya intensitas suara yang
dilakukan berdasarkan hari dan waktu
terukur.
yang telah ditetapkan. Data primer yang
a. Suhu
diukur pada masing-masing titik
Suhu udara pada saat melakukan
pengukuran adalah tingkat tekanan suara
pengukuran pada titik sampling berkisar
(Lp). Pengukuran tingkat tekanan suara ini
antara 26,3-33,80C dan 23,0-34,40C. Suhu
meliputi dua kegiatan berikut:
udara yang terukur pada saat sampling
dilakukan tidak berpengaruh terhadap
a. Pengukuran kondisi meteorologi tingkat tekanan suara yang terbaca pada
b. Pengukuran tingkat tekanan suara (Lp) Sound Level Meter (SLM). Hal ini
dikarenakan SLM dibuat untuk bekerja
Langkah selanjutnya adalah analisis data pada range suhu antara -100C hingga 500C
dan pembahasan, yang terdiri atas: (14-1220 F) (SNI No 7231, 2009).

88
Analisis Tingkat Kebisingan dan Usaha Pengendalian pada Unit Produksi pada Suatu Industri di Kota Batam

b. Kelembaban udara tekanan suara yang dihasilkan dari sumber


Sound Level Meter tidak akan dipengaruhi bising.
oleh kelembaban nisbi sampai tingkat 90 Hasil Pengukuran tingkat tekanan suara
% (SNI No 7231, 2009). Dari data pada 45 titik pengukuran dapat dilihat pada
meteorologi yang terukur di titik sampling, Gambar 1.
tingkat kelembaban udara yang terukur
berkisar antara 48,1-60,3% dan 46,7-
68,7% sehingga kelembaban udara tidak
berpengaruh terhadap pengukuran tingkat
tekanan suara.
c. Tekanan udara
Tekanan udara saat dilakukan sampling
adalah sebesar 25,59-29,98 inHg. Kondisi
tekanan udara seperti ini tidak berpengaruh
terhadap pengukuran tingkat tekanan suara
pada titik sampling. Hal ini dikarenakan Gambar 1. Nilai Leq
perubahan tekanan atmosfer sampai 10%
Titik dengan kebisingan tertinggi berada
masih dapat diabaikan terhadap kepekaan
pada titik 21 (area coupling insertion)
mikrofon Sound Level Meter (SNI No
sebesar 92 dB(A). Tingkat kebisingan
7231, 2009).
terendah berada pada titik 36 (di dekat
d. Kecepatan Angin
kantin) yaitu sebesar 62 dB(A).
Kecepatan angin pada saat pengukuran
dilakukan adalah sebesar 0,2-1,1 m/s Pada
Analisis Tingkat Kebisingan
kondisi ini, kecepatan angin pada saat
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Leq,
pengukuran tidak melebihi 5 m/s sehingga
maka dilakukan analisis pola penyebaran
tidak berpengaruh terhadap perubahan
tingkat kebisingan. Analisis ini digunakan
tingkat tekanan suara yang terukur pada
untuk menggambarkan pola penyebaran
alat Sound Level Meter (PerMenLH No 07,
kebisingan yang diterima oleh pekerja.
2009).
Pada unit produksi FBE, tingkat
e. Arah angin
kebisingan yang dihasilkan sangat tinggi.
Pada kondisi angin bertiup dari sumber
Seluruh area yang berada di dalam unit
bunyi menuju suatu titik, maka titik
produksi FBE merupakan lokasi yang
tersebut akan menerima bunyi lebih cepat.
memiliki intensitas kebisingan yang sangat
Sebaliknya, angin yang bertiup menuju
tinggi, sedangkan area di sekitar unit
arah yang berlawanan maka titik tersebut
produksi masih termasuk dalam wilayah
akan menerima kekuatan yang lebih lemah.
aman. Akan tetapi, untuk tingkat
Pada saat pengukuran, kecenderungan arah
kebisingan pada titik pengukuran yang
angin bertiup adalah ke arah timur.
berada dekat dengan dinding bangunan
unit produksi FBE bisa saja mengalami
Hasil Pengukuran Tingkat Tekanan
pengurangan tingkat kebisingan. Hal ini
Suara (Lp)
dikarenakan adanya penyerapan (insulasi)
Pengukuran tingkat tekanan suara (Lp) bunyi oleh dinding bangunan. Oleh karena
dilakukan untuk mengetahui tingkat itu, pengukuran kebisingan pada titik yang
dekat dengan dinding harus dilakukan
89
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 10 (2) : 85-93 (Juli 2013) Vera Surtia Bachtiar dkk

sejauh 3 meter dari dinding untuk Pada area ini tingkat kebisingan yang
menghindari adanya insulasi bunyi oleh dihasilkan oleh sumber bising masih
dinding bangunan. berada di dalam batas aman ambang batas
Analisis kebisingan berguna untuk kebisingan menurut KepMenakertrans No
mengetahui lokasi dimana pekerja 13 tahun 2011 yaitu sebesar 85 dB(A)
diwajibkan menggunakan alat pelindung untuk 8 jam kerja perhari. Tetapi pada
pendengaran (hearing protective zona ini pekerja disarankan untuk
equipment). Peta isodesibel tingkat memakai alat pelindung pendengaran
kebisingan unit produksi FBE (Fusion berupa earplug untuk menghindari
Bonded Epoxy), Industri X dapat dilihat timbulnya Penyakit Akibat Kerja (PAK)
pada Gambar 2. Pada area dengan tingkat akibat paparan kebisingan yang terus-
kebisingan 80-85 dB(A), (zona warna menerus. untuk titik sampling 19 berturut-
kuning) pekerja tidak diwajibkan turut adalah 83 dB(A), 81 dB(A) dan 83
menggunakan alat pelindung pendengaran. dB(A).

Gambar 2. Peta isodesibel tingkat kebisingan unit produksi FBE (Fusion Bonded Epoxy),
Industri X

90
Analisis Tingkat Kebisingan dan Usaha Pengendalian pada Unit Produksi pada Suatu Industri di Kota Batam

Gambar 3. Perbandingan nilai Leq dengan nilai ambang batas kebisingan (NAB)

Zona dengan intensitas 85-90 dB(A), (zona pengendalian bising secara administratif
warna merah muda) merupakan zona dan pengendalian bising pada penerima.
dimana pekerja diwajibkan untuk Pengendalian secara teknik meliputi
menggunakan earplug. Pada zona di atas pemasangan vibration isolation,
90 dB(A) (zone warna merah), pekerja pemasangan vartial enclosure, dan
diwajibkan untuk menggunakan earmuff pemasangan muffler.
yang mempunyai nilai NRR (Noise Reduce Bentuk pengendalian bising secara
Rate) yang lebih besar dibandingkan administrasi yang dapat dilakukan adalah
dengan earplug. melakukan rotasi kerja bagi karyawan
Berdasarkan KepMenakertrans No 13 yang mengeluhkan adanya gangguan
tahun 2011 yaitu sebesar 85 dB(A) untuk 8 pendengaran. Rotasi kerja dapat dilakukan
jam kerja per hari, terdapat 12 titik dengan cara memindahkan karyawan
pengukuran yang berada di atas nilai tersebut ke unit produksi lain yang
ambang batas kebisingan, sepeti terlihat memiliki tingkat kebisingan rendah. Hal
pada Gambar 3. ini dimaksudkan agar perubahan ambang
pendengaran dapat bersifat sementara dan
fungsi pendengaran karyawan dapat
Upaya Pengendaliuan Tingkat
kembali seperti semula apabila karyawan
Kebisingan
tersebut dijauhkan dari kebisingan untuk
Berdasarkan hasil pengukuran intensitas sementara waktu.
kebisingan, diperoleh hasil bahwa tingkat Pengendalian bising pada penerima
kebisingan pada lingkungan kerja unit dilakukan sebagai upaya pengendalian
produksi FBE telah melewati baku mutu terakhir, yaitu dengan cara mereduksi
menurut KepMenakertrans No 13 tahun tingkat kebisingan yang diterima oleh
2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor pekerja dengan menggunakan alat
Fisika di Tempat Kerja yaitu sebesar 85 pelindung pendengaran berupa earplug
dB(A) untuk 8 jam kerja per hari. Upaya maupun earmuff.
pengendalian bising yang dapat dilakukan Tabel 1 berikut memperlihatkan
dapat meliputi pengendalian secara teknik, pengurangan atau reduksi suara setelah
91
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 10 (2) : 85-93 (Juli 2013) Vera Surtia Bachtiar dkk

dilakukannya upaya pengendalian DAFTAR PUSTAKA


kebisingan berupa pemasangan vibration Hidayah, N. Y. 2009. Analisis Pengaruh
isolation, pemasangan partial enclosure, Faktor Kebisingan dan Tingkat
pemasangan muffler, pemakaian earplug, Kesulitan Kerja terhadap
Produktifitas Line Assembling PT
dan earmuff.
X. Universitas Pancasila:Jakarta.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
SIMPULAN Hidup No 48 Tahun 1996. Baku
Tingkat kebisingan tertinggi berada pada Tingkat Kebisingan.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
titik 21 (area coupling insertion) yaitu
Transmigrasi No 51 Tahun 1999.
sebesar 92 dB(A), dan tingkat kebisingan Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
terendah terdapat pada titik 36 yaitu pada di Tempat Kerja.
area disekitar kantin, yaitu sebesar 62 National Institute for Occupational Safety
dB(A). and Health (NIOSH). 1998.
Terdapat 12 titik pengukuran pada unit Occupational Noise Exposure,
produksi FBE yang telah melewati Nilai Cincinnati-Usa.
PerMenLH No. 07 Tahun 2009. Ambang
Ambang Batas (NAB) kebisingan
Batas Kebisingan Kendaraan
berdasarkan KepMenaker Nomor Bermotor Tipe Baru
51/Tahun 1999 yaitu sebesar 85 dB untuk Setyorini, R. 2010. Gambaran Kebisingan
8 jam waktu kerja. Jadi, sebesar 26,7 % Area Amonia dan Pengaruhnya
titik telah melebihi standar tingkat terhadap Tenaga Kerja di PT
kebisingan. Pupuk Kujang Cikampek.
Universitas Sebelas Maret:
Alternatif pengendalian bising yang dapat
Surakarta.
dilakukan meliputi pengendalian bising Standar Nasional Indonesia No 7231.
secara teknik (pemasangan vibration 2009. Metode Pengukuran
isolation, partial enclosure dan muffler), Intensitas Kebisingan di Tempat
pengendalian secara administrasi dan Kerja. Badan Standarisasi
pengendalian bising pada pekerja Nasional.
(menggunakan earplug dan earmuff). Tarwaka. 2004. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Mangemen dan
Implementasi K3 di Tempat
Kerja. Harapan Press: Surakarta.

92
Analisis Tingkat Kebisingan dan Usaha Pengendalian pada Unit Produksi pada Suatu Industri di Kota Batam

Tabel 1. Pengurangan Tingkat Kebisingan setelah Penggunaan Alat Pereduksi Kebisingan


pada unit produksi FBE (Fusion Bonded Epoxy), Industri X.
Titik Upaya Tingkat Bising Tingkat Reduksi
Lokasi
Sampling Pengendalian Awal (dB(A) ) Suara (dB(A))
13 Boiler unit produksi FBE earplug+earmuff 88 24
14 Outgoing racks unit produksi FBE earplug+earmuff 90 24
15 Inbound racks unit produksi FBE earplug+earmuff 87 24
Blow dust collector unit produksi
20 earplug+earmuff 91 24
FBE
Vibration
Area coupling insertion unit produksi
21 isolation+earplug 92 10+24
FBE
+earmuff
Depan hot water system unit produksi
22 muffler 92 30
FBE
Sekitar area thickness test unit
23 earplug+earmuff 90 24
produksi FBE
Dekat hydraulic system unit produksi
24 earplug+earmuff 89 24
FBE
partial enclosure+
25 Dekat mesin blaster Plant Internal 90 20+8,5
earplug
26 Dekat inbound racks Plant Internal earplug+ earmuff 89 24
Belakang compressor room unit
32
produksi FBE muffler 89 30
Sekitar extruder area unit produksi
33
FBE earplug+earmuff 91 24

93

Anda mungkin juga menyukai