1 VSB PDF
1 VSB PDF
ABSTRAK
Analisis tingkat kebisingan dilakukan pada suatu unit produksi Fusion Bonded Epoxy (FBE), Industri
X yang berada di Kota Batam. Penelitian dilakukan pada 45 titik pengukuran. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui intensitas kebisingan yang dihasilkan oleh unit produksi Industri X. Metode
pengukuran tingkat tekanan suara mengacu pada KepMenLH No 48 Tahun 1996, dan alat yang
digunakan adalah Sound Level Meter. Pengukuran tingkat tekanan suara (Lp) dilakukan selama 1
shift kerja. Hal ini dikarenakan berdasarkan penelitian pendahuluan diperoleh nilai tingkat tekanan
suara ekivalen (Leq) 24 jam adalah sama. Intensitas kebisingan tertinggi dihasilkan pada lokasi
coupling insertion yaitu sebesar 92 dB(A), dan intensitas kebisingan terendah terdapat pada area di
dekat kantin yaitu sebesar 62 dB(A). Berdasarkan hasil evaluasi kebisingan, 12 titik pengukuran (26,7
%) telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan menurut KepMenaker No 51/1999 (85 dB(A)
untuk 8 jam kerja perhari). Upaya pengendalian kebisingan yang direncanakan adalah dengan
pemasangan vibration isolation, partial enclosure, muffler, pengendalian secara administrasi dan
pengendalian bising pada pekerja (pemakaian earplug dan earmuff)
ABSTRACT
Analysis of Noise level was conducted in a production unit, unit produksi Fusion Bonded Epoxy
(FBE), Industry X in the city of Batam. The study was conducted at 45 measuring points. The purpose
of this study was to determine the intensity of the noise generated by production unit in Industry X.
Method of measuring the sound pressure level refers to KepMenLH No. 48 of 1996 , using a Sound
Level Meter . Measurement of sound pressure level ( Lp ) was done just for 1 shift of work, because in
preliminary research obtained value equivalent sound pressure level ( Leq ) is similar with 24 hours .
Highest intensity of noise generated in the coupling insertion location is equal to 92 dB(A) , and the
lowest noise intensity found in the area near the cafeteria is equal to 62 dB(A). Based on the
evaluation of noise , 12 measurement points ( 26.7 % ) have exceeded the threshold limit value ( TLV )
noise according to KepMenaker No. 51/1999 (85 dB(A) for 8 hours per day ) . Recomendation for
noise control is the installation of vibration isolation, partial enclosure, muffler, control the
administration and control of noise on workers (use earplug and earmuff )
dapat mengakibatkan stres menuju keadaan 381 adalah 8 jam terus menerus pada level
cepat marah, sakit kepala, gangguan tidur, tekanan suara 85 dB(A), dengan referensi
gangguan reaksi psikomotor, kehilangan 20 micropascal (NIOSH, 1998).
konsentrasi, gangguan komunikasi antar
lawan bicara dan penurunan performansi Gambaran Umum Wilayah Studi
kerja yang kesemuanya itu akan bermuara Industri X merupakan perusahaan yang
pada kehilangan efisiensi dan produktivitas bergerak di bidang pelapisan pipa baja
kerja (Tarwaka, 2004). Selain itu (pipe coating) dan banyak menunjang
Kebisingan mempunyai efek merugikan perindustrian minyak bumi dan gas dalam
kepada daya kerja, yaitu mengganggu hal penyediaan pipa baja bagi industri
komunikasi pembicaraan. Kebisingan minyak bumi dan gas.
dapat mengganggu perhatian dan
konsentrasi yang dicurahkan kepada Kawasan Industri X mempunyai luas total
pekerjaan. Kelelahan dalam melakukan sebesar 580.000 m2 atau sekitar 58 hektar
pekerjaan dapat menyebabkan terjadinya yang dilengkapi oleh berbagai sarana dan
defisiensi performa kerja dan dapat fasilitas, serta terdiri dari beberapa unit
menyebabkan terjadinya penurunan produksi, salah satunya adalah unit
produktifitas tenaga kerja (Setyorini, produksi FBE (Fusion Bonded Epoxy).
2010). Unit produksi FBE merupakan salah satu
unit produksi (plant) yang terdapat pada
Standar Nilai Ambang Batas Kebisingan Industri X yang memiliki intensitas
kebisingan yang tinggi dibandingkan
Nilai ambang batas kebisingan (NAB) dengan unit produksi lainnya yang terdapat
adalah intensitas kebisingan tertinggi dan di Industri X.
merupakan nilai rata-rata yang masih dapat
diterima oleh manusia tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar METODOLOGI PENELITIAN
yang tetap untuk waktu yang cukup lama Pada penelitian ini dilakukan survei
atau terus menerus. Penting untuk pendahuluan untuk mengamati apakah
diketahui bahwa di dalam menetapkan kawasan layak dijadikan daerah studi,
standar NAB pada suatu level atau selain itu identifikasi kawasan bertujuan
intensitas tertentu, tidak akan menjamin untuk mengetahui sumber-sumber
bahwa semua orang yang terpapar pada kebisingan pada daerah studi. Identifikasi
level tersebut secara terus menerus akan kawasan dilakukan dengan cara melihat
terbebas dari gangguan pendengaran, langsung daerah yang akan dijadikan
karena hal itu tergantung pada respon daerah studi. Identifikasi kawasan juga
masing-masing individu (KepMenLH No bertujuan untuk mengetahui sumber-
48, 1996). sumber kebisingan yang dihasilkan dari
aktifitas produksi.
Pada lingkungan kerja Industri, tingkat
Dalam penelitian ini dilakukan
kebisingan yang dihasilkan biasanya cukup
pengumpulan data sekunder dan data
tinggi sehingga harus ada batas waktu
primer. Data sekunder yang diperlukan
pajanan kebisingan. Batasan kebisingan
sebagai data pendukung diperoleh dari
yang ditetapkan oleh The Workplace and
pihak manajemen Industri X. Data
Safety Noise Compliance Standard, SL No
87
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 10 (2) : 85-93 (Juli 2013) Vera Surtia Bachtiar dkk
88
Analisis Tingkat Kebisingan dan Usaha Pengendalian pada Unit Produksi pada Suatu Industri di Kota Batam
sejauh 3 meter dari dinding untuk Pada area ini tingkat kebisingan yang
menghindari adanya insulasi bunyi oleh dihasilkan oleh sumber bising masih
dinding bangunan. berada di dalam batas aman ambang batas
Analisis kebisingan berguna untuk kebisingan menurut KepMenakertrans No
mengetahui lokasi dimana pekerja 13 tahun 2011 yaitu sebesar 85 dB(A)
diwajibkan menggunakan alat pelindung untuk 8 jam kerja perhari. Tetapi pada
pendengaran (hearing protective zona ini pekerja disarankan untuk
equipment). Peta isodesibel tingkat memakai alat pelindung pendengaran
kebisingan unit produksi FBE (Fusion berupa earplug untuk menghindari
Bonded Epoxy), Industri X dapat dilihat timbulnya Penyakit Akibat Kerja (PAK)
pada Gambar 2. Pada area dengan tingkat akibat paparan kebisingan yang terus-
kebisingan 80-85 dB(A), (zona warna menerus. untuk titik sampling 19 berturut-
kuning) pekerja tidak diwajibkan turut adalah 83 dB(A), 81 dB(A) dan 83
menggunakan alat pelindung pendengaran. dB(A).
Gambar 2. Peta isodesibel tingkat kebisingan unit produksi FBE (Fusion Bonded Epoxy),
Industri X
90
Analisis Tingkat Kebisingan dan Usaha Pengendalian pada Unit Produksi pada Suatu Industri di Kota Batam
Gambar 3. Perbandingan nilai Leq dengan nilai ambang batas kebisingan (NAB)
Zona dengan intensitas 85-90 dB(A), (zona pengendalian bising secara administratif
warna merah muda) merupakan zona dan pengendalian bising pada penerima.
dimana pekerja diwajibkan untuk Pengendalian secara teknik meliputi
menggunakan earplug. Pada zona di atas pemasangan vibration isolation,
90 dB(A) (zone warna merah), pekerja pemasangan vartial enclosure, dan
diwajibkan untuk menggunakan earmuff pemasangan muffler.
yang mempunyai nilai NRR (Noise Reduce Bentuk pengendalian bising secara
Rate) yang lebih besar dibandingkan administrasi yang dapat dilakukan adalah
dengan earplug. melakukan rotasi kerja bagi karyawan
Berdasarkan KepMenakertrans No 13 yang mengeluhkan adanya gangguan
tahun 2011 yaitu sebesar 85 dB(A) untuk 8 pendengaran. Rotasi kerja dapat dilakukan
jam kerja per hari, terdapat 12 titik dengan cara memindahkan karyawan
pengukuran yang berada di atas nilai tersebut ke unit produksi lain yang
ambang batas kebisingan, sepeti terlihat memiliki tingkat kebisingan rendah. Hal
pada Gambar 3. ini dimaksudkan agar perubahan ambang
pendengaran dapat bersifat sementara dan
fungsi pendengaran karyawan dapat
Upaya Pengendaliuan Tingkat
kembali seperti semula apabila karyawan
Kebisingan
tersebut dijauhkan dari kebisingan untuk
Berdasarkan hasil pengukuran intensitas sementara waktu.
kebisingan, diperoleh hasil bahwa tingkat Pengendalian bising pada penerima
kebisingan pada lingkungan kerja unit dilakukan sebagai upaya pengendalian
produksi FBE telah melewati baku mutu terakhir, yaitu dengan cara mereduksi
menurut KepMenakertrans No 13 tahun tingkat kebisingan yang diterima oleh
2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor pekerja dengan menggunakan alat
Fisika di Tempat Kerja yaitu sebesar 85 pelindung pendengaran berupa earplug
dB(A) untuk 8 jam kerja per hari. Upaya maupun earmuff.
pengendalian bising yang dapat dilakukan Tabel 1 berikut memperlihatkan
dapat meliputi pengendalian secara teknik, pengurangan atau reduksi suara setelah
91
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 10 (2) : 85-93 (Juli 2013) Vera Surtia Bachtiar dkk
92
Analisis Tingkat Kebisingan dan Usaha Pengendalian pada Unit Produksi pada Suatu Industri di Kota Batam
93