Anda di halaman 1dari 13

ek

SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

KAJIAN HIDRO-OSEANOGRAFI UNTUK DETEKSI PROSES-PROSES FISIK DI PANTAI


Nur Hidayat *

Abstract
This paper is a literature study about Hydro-oceanography and Longshore Transport Sediment.
The hydro-oceanography study will give brief illustration and fundamental theory of wave, wind
analysis, tidal wave and coastal batimetry condition. By conduction a hydro-oceanography study
on one coastal area, the physical processes can be predicted. One of physical processes which
are frequently happened is the destruction of coastal area due to the change of coastal line in
the form of coastal accretion and erotion caused by longshore transport sediment.
Keywords: Hydro-oceanography, longshore transport sediment

Abstrak
Penulisan ini adalah kajian literatur tentang Hidro-oseanografi dan Longshore transport sediment,
Dalam kajian hidro-oseanografi diberikan gambaran ringkas dan teori dasar tentang gelombang,
analisa angin, arus, pasang surut dan kondisi batimetri pantai. Dengan melakukan kajian hidro-
oseanografi pada suatu perairan pantai dapat diprediksi proses-proses fisik yang terjadi, salah
satu proses fisik yang sangat sering didapati adalah kerusakan daerah pantai akibat perubahan
garis pantai berupa akresi dan erosi pantai yang disebabkan oleh longshore transport sediment.
Kata kunci: Hidro-oseanografi, longshore transport sediment

1. Pendahuluan
Pantai selalu menyesuaikan
bentuk profilnya sedemikian sehingga
mampu meredam energi gelombang
yang datang. Penyesuaian bentuk
tersebut merupakan tanggapan dinamis
alami pantai terhadap laut. Sering
pertahanan alami pantai tidak mampu
menahan serangan aktifitas laut Gambar 1. Profil Pantai
(gelombang, arus, pasang surut)
sehingga pantai dapat tererosi, namun
2. Tinjauan Pustaka
pantai akan kembali kebentuk semula
2.1 Gelombang
oleh pengaruh gelombang normal.
Gelombang di laut dapat
Tetapi adakalanya pantai yang tererosi
dibedakan menjadi beberapa macam
tersebut tidak kembali ke bentuk semula
yang tergantung kepada gaya
karena material pembentuk pantai
pembangkitnya. Gelombang tersebut
terbawa arus ke tempat lain dan tidak
adalah gelombang angin yang
kembali ke tempat semula (pantai
dibangkitkan oleh tiupan angin
tererosi).
dipermukaan laut, gelombang pasang
Dalam keadaan tersebut
surut dibangkitkan oleh gaya tarik
dibutuhkan upaya–upaya perlindungan
benda-benda langit terutama matahari
pantai buatan (bangunan– bangunan
dan bulan terhadap bumi, gelombang
pelindung pantai).
tsunami terjadi karena letusan gunung

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 73 - 85

berapi atau gempa di laut, gelombang 2.2 Energi gelombang


yang dibangkitkan oleh kapal yang Gelombang yang terjadi di laut
bergerak, dan sebagainya secara dominan dibangkitkan oleh
(Triatmodjo.1999). angin dan biasa disebut dengan
Gambar 2. menunjukkan illustrasi gelombang angin. Gelombang dapat
suatu gelombang yang berada pada menimbulkan energi untuk membentuk
sistem kordinat x-y. gelombang menjalar pantai, menimbulkan arus dan transport
pada arah sumbu X, beberapa notasi sedimen dalam arah tegak lurus dan
(karakteristik) yang digunakan adalah : sepanjang pantai dan menyebabkan
d = kedalaman laut (jarak antara gaya-gaya yang bekerja pada
muka air rerata dan dasar laut) bangunan pelindung pantai.
H = tinggi gelombang = 2 a ( a = ½ H) Gelombang merupakan faktor utama
a = ampitudo gelombang dalam perencanaan bangunan
L = panjang gelombang (jarak antara pelindung pantai.
dua puncak gelombang yang Berdasarkan teori gelombang
berurutan) amplitudo kecil / teori gelombang Airy-
T = periode gelombang (interval 1845 (small amplitude wave theory)
waktu yang diperlukan oleh energi total suatu panjang gelombang
partikel air untuk kembali pada merupakan penjumlahan dari energi
kedudukan yang sama dengan kinetik dan energi potensial. Energi
kedudukan sebelumnya) kinetik gelombang adalah energi yang
C = kecepatan rambat gelombang = disebabkan kecepatan partikel air
L/T karena adanya gerak gelombang.
 = frekuensi gelombang = 2/T Sedangkan energi potensial gelombang
k = angka gelombang = 2/L adalah energi yang dihasilkan oleh
perpindahan muka air karena adanya
Defenisi gelombang tersebut di gelombang..
atas digunakan untuk memudahkan Besarnya energi kinetik persatuan lebar
pemahaman mengenai gelombang untuk satu panjang gelombang
dan merupakan pemahaman awal diperoleh dengan persamaan
untuk meyelesaikan persoalan maupun (Triadmodjo 1999) :
perhitungan yang berhubungan
dengan teknik pantai.

Wave
Crest L = Wave Length

Still Water
Level H = Wave Height

Wave
Crest Length Region Trough Length
Trough
Region

d = Depth
Ocean
Bottom

Gambar 2. Defenisi Gelombang

74
Kaajian Hidro-Oceanografi Untuk Deteksi Proses-Proses Fisik di Pantai
(Nur Hidayat)

gH 2 L ……………….....…(1) Tinggi gelombang laut dalam ekivalen


Ek  diberikan oleh bentuk (Triatmodjo 1999) :
16
Energi potensial persatuan lebar H 0'  Ks.Kr.H 0 ………………..(6)
untuk satu panjang gelombang di mana :
diperoleh dengan persamaan : H’0 = tinggi gelombang laut dalam
gH 2 L ekivalen
Ep  ……...………(2) Ks = koefisien pendangkalan
16 (shoaling)
Dengan demikian total energi Kr = koefisien refraksi
dalam sebuah gelombang persatuan H0 = tinggi gelombang laut dalam
lebar panjang gelombang adalah : Konsep tinggi gelombang laut
dalam ekivalen ini digunakan dalam
gH 2 L analisis gelombang pecah yang meliputi
ET  E k  E p  ……..(3)
8 tinggi dan kedalaman gelombang
sedangkan tenaga gelombang adalah pecah

: nE 2.4 Refraksi dan pendangkalan


P  nEC ………….….…..(4)
T gelombang
di mana, Defraksi terjadi karena adanya
1 2kd  …………..…(5) pengaruh perubahan kedalaman laut.
n 1   Refraksi dan pendangkalan gelombang
2 sinh 2kd 
(wave shoaling) akan dapat
ET = total energi gelombang menentukan tinggi gelombang di suatu
(Nm/d/m) tempat berdasarkan karakteristik
Ek = energi kinetik gelombang gelombang datang. Refraksi
(Nm/d/m) mempunyai pengaruh yang cukup
Ep = energi potensial gelombang besar terhadap tinggi dan arah
(Nm/d/m) gelombang serta distribusi energi
ρ = rapat massa air laut = 1,03 gelombang di sepanjang pantai.
ton/m3 Suatu deretan gelombang yang
g = gaya gravitasi di laut dalam mempunyai panjang
H = tinggi gelombang pecah (m) gelombang Lo dan garis puncak
d = kedalaman gelombang (m) gelombang sejajar bergerak menuju
C = cepat rambat gelombang pantai yang memiliki kontur dasar laut
(m/d) dan garis pantai yang tidak teratur,
T = periode gelombang (d) seperti pada gambar 3. Terlihat bahwa
L = panjang gelombang (m) garis puncak gelombang berubah
K, n = konstanta, indeks bentuk dan berusaha untuk sejajar garis
(dimensionless) dapat dilihat contour dan garis pantai. Garis
padaTabel L-1 ortogonal gelombang membelok dalam
Triatmodjo,1999 arah menuju tegak lurus garis kontur.
2.3 Deformasi gelombang Pada lokasi 1, garis orthogonal
Suatu deretan gelombang yang menguncup (konvergen) sedang di
bergerak menuju pantai akan lokasi 2, garis ortogonal menyebar
mengalami perubahan bentuk yang (divergen).
disebabkan oleh proses refraksi dan Karena energi gelombang di
pendangkalan gelombang, difraksi, antara dua garis ortogonal adalah
refleksi, dan gelombang pencah. konstan sepanjang lintasan, berarti
Dalam analisa deformasi energi gelombang tiap satuan lebar di
gelombang sering dilakukan dengan lokasi 1 adalah lebih besar daripada di
konsep gelombang laut dalam ekivalen. lokasi 2 (jarak antara garis orthogonal di
Pemakaian gelombang ini bertujuan lokasi 1 lebih kecil daripada di laut
untuk menetapkan tinggi gelombang dalam sedangkan di lokasi 2 jarak
yang mengalami refraksi dan difraksi. tersebut lebih besar).
75
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 73 - 85

Dalam menyelesaikan masalah dasar laut di titik yang ditinjau, dan α0


refraksi gelombang yang disebabkan adalah sudut antara garis puncak
karena perubahan kedalaman laut, gelombang di laut dalam dan garis
seperti pada gambar 3, suatu deretan pantai.
gelombang menjalar dari laut dengan Dari perumusan tersebut diperoleh
kedalaman d1 menuju kedalaman d2, suatu koefisien yang disebut koefisien
dianggap tidak ada refleksi gelombang refraksi (Kr) yang diformulasikan sebagai
pada kedalaman tersebut. Karena berikut :
adanya perubahan kedalaman maka cos  0 …………….……(9)
cepat rambat dan panjang gelombang Kr 
berkurang dari C1 dan L1 menjadi C2
cos 
dan L2. Sesuai dengan hukum Snellius, Selanjutnya tinggi gelombang
berlaku : pada kedalaman tertentu (H’o) dapat
dihitung dengan menggunaan rumus :
C 
sin  2   2  sin  1 ……………(7) H’o = Ks . Kr . Ho ……………….(10)
 C1 
dengan : Dimana :
α1 : sudut antara garis puncak Ks : koefisien pendangkalan
gelombang dengan kontur (shoaling), dapat diperoleh
dasar di mana gelombang secara langsung dari tabel L-1
melintas. (Triatmodjo 1999).
α2 : sudut yang sama diukur dari Ho : Tinggi gelombang di laut dalam.
garis puncak gelombang
melintasi kontur dasar 2.5 Difraksi gelombang
berikutnya. Difraksi gelombang terjadi apabila
C1 : kecepatan gelombang pada suatu deretan gelombang terhalang
kedalaman di kontur oleh rintangan seperti pemecah
pertama. gelombang atau suatu pulau, dimana
Apabila ditinjau gelombang di tinggi gelombang di suatu titik pada
laut dalam dan di suatu titik yang garis puncak gelombang lebih besar
ditinjau, maka : daripada titik di dekatnya, yang
menyebabkan perpindahan energi
 C 
sin     sin  0 ……..……..(8) sepanjang puncak gelombang ke arah
 0
C tinggi gelombang yang lebih kecil
dengan α adalah sudut antara garis (Triatmodjo, 1999).
puncak gelombang dan garis kontur

Gambar 3. Refraksi Gelombang (Triatmodjo, 1999)

76
Kaajian Hidro-Oceanografi Untuk Deteksi Proses-Proses Fisik di Pantai
(Nur Hidayat)

perbandingan antara tinggi dan


panjang gelombang. Di laut dalam
kemiringan gelombang maksimum di
mana gelombang mulai tidak stabil
diberikan oleh bentuk berikut (CERC,
1984) :
Ho 1
  0,142 …….………..(12)
Lo 7
2.7 Refleksi gelombang
Gelombang datang yang
mengenai breakwater sebagian
energinya akan diserep dan
Gambar 4. Hukum Snellius untuk sebagiannya akan dipantulkan. Besar
refraksi gelombang kemampuan suatu bangunan
(Triatmodjo, 1999) memantulkan gelombang diberikan
oleh koefisien refleksi, yaitu
Pada pemecah gelombang perbandingan antara tinggi gelombang
tunggal seperti pada gambar 5, tinggi refleksi H r dan tinggi gelombang
gelombang di suatu tempat di daerah
datang H i (CERC, 1984) :
terlindung tergantung pada jarak titik
tersebut terhadap ujung rintangan r, H r ....................................(13)
sudut antara rintangan dan garis yang 
Hi
menghubungkan titik tersebut dengan
ujung rintangan β, dan sudut antara Koefisien refleksi bangunan
arah penjalaran gelombang dan diperkirakan berdasarkan tes model.
rintangan θ. Perbandingan antara Dalam Triatmodjo (1999), Koefisien
tinggi gelombang di titik yang terletak di refleksi untuk tipe bangunan tumpukan
daerah terlindung HA dan tinggi batu sisi miring diberikan 0,3 sampai 0,6.
gelombang datang HP disebut dengan
koefisien difraksi K’. 2.8 Pembangkitan gelombang angin
HA ; Angin yang berhembus di atas
K' permukaan air laut akan memindahkan
HP energinya ke air. Kecepatan angin akan
K '  f ( ,  , r L) …………….(11) menimbulkan tegangan pada
permukaan laut, sehingga permukaan
air yang semula tenang akan terganggu
dan timbul riak gelombang kecil di atas
permukaan air laut. Apabila kecepatan
angin bertambah, riak tersebut semakin
besar dan apabila angin berhembus
terus akhirnya akan terbentuk
gelombang. Semakin lama dan semakin
kuat angin berhembus, semakin besar
gelombang yang terbentuk.
Tinggi dan periode gelombang
yang dibangkitkan oleh angin
dipengaruhi oleh kecepatan angin U,
Gambar 5. Difraksi gelombang di lama hembus angin D, arah angin, dan
belakang rintangan fetch F.
(Triatmodjo, 1999) Fetch adalah daerah dimana
kecepatan dan arah angin adalah
2.6 Gelombang pecah konstan. Arah angin masih dianggap
Gelombang pecah dipengaruhi konstan apabila perubahan-
oleh kemiringannya, yaitu
77
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 73 - 85

perubahannya tidak lebih dari 15o. Pengukuran data angin di


Sedangkan kecepatan angin masih permukaan laut adalah yang paling
dianggap konstan jika perubahannya sesuai untuk peramalan gelombang.
tidak lebih dari 5 knot (m/det) terhadap Data angin dari pengukuran dengan
kecepatan rerata. kapal perlu dikoreksi dengan
menggunakan persamaan berikut :
2.9 Data angin U = 2,16 Us7/9 .............................(14)
Data angin yang digunakan untuk di mana :
peramalan gelombang adalah data Us : kecepatan angin diukur
angin dipermukaan laut pada lokasi dengan kapal
pembangkitan. Data tersebut dapat U : kecepatan angin
diperoleh dari pengukuran langsung di terkoreksi
laut atau pengukuran di darat di dekat Biasanya pengukuran angin
lokasi peramalan yang kemudian dilakukan di daratan, padahal di dalam
dikonversi menjadi data angin di laut. rumus-rumus pembangkit gelombang
Kecepatan angin dinyatakan data angin yang digunakan adalah
dalam knot. Satu knot adalah panjang yang diukur di atas permukaan laut.
satu menit garis bujur yang melalui Oleh karena itu diperlukan transformasi
katulistiwa yang ditempuh dalam satu dari data angin yang di atas daratan
jam, atau 1 knot = 1,852 km/jam = 0,5144 yang terdekat dengan lokasi studi ke
m/det. Data angin dicatat tiap jam data angin di atas permukaan laut.
sehingga dapat diketahui kecepatan Hubungan antara angin di atas laut dan
tertentu dan durasinya, kecepatan angin di atas daratan terdekat diberikan
angin maksimum, arah angin dan dapat oleh
dihitung kecepatan angin rerata harian. RL = UW/UL, seperti pada gambar 6.
Jumlah data angin untuk beberapa Rumus-rumus dan grafik
tahun pengamatan sangat banyak, pembangkitan gelombang
untuk itu data tersebut harus diolah dan mengandung variable UA, yaitu faktor
disajikan dalam bentuk tabel atau tegangan angin (wind-stress-factor)
diagram yang disebut dengan mawar yang dapat dihitung dari kecepatan
angin. angin. Kecepatan angin dikonversikan
pada faktor tegangan angin dengan
2.10 Konversi kecepatan angin menggunakan rumus 15 :

Gambar 6. Hubungan antara kecepatan angin di permukaan laut dan daratan


(CERC, 1984).

78
Kaajian Hidro-Oceanografi Untuk Deteksi Proses-Proses Fisik di Pantai
(Nur Hidayat)

UA = 0,71 UW1,23 ........................(15)  Kondisi Fully Developed


 Hmo = 0,024821 UA2
di mana : Uw = kecepatan angin dalam
 Tm = 0,830 UA
m/det.
 t = 2,027 U …...............(18)
di mana :
2.11 Fetch
Hmo : tinggi gelombang signifikan
Fetch adalah daerah
yang didasarkan pada energi
pembentukan gelombang yang
spektral (m)
diasumsikan memiliki kecepatan dan
Tm : periode gelombang puncak
arah angin relatif konstan. Dalam
pada spektral (detik)
tinjauan pembangkitan gelombang di
Ts : periode gelombang signifikan,
laut, fetch dibatasi oleh bentuk daratan
Ts = 0,95 . Tm
yang mengelilingi laut. Di daerah
t : durasi angin (jam)
pembentukan gelombang, gelombang
UA : factor tegangan angin
tidak hanya dibangkitan dalam arah
disebut sebagai kecepatan
yang sama dengan arah angin tetapi
yang disesuaikan (adjusted
juga dalam berbagai sudut terhadap
speed), (m/det)
arah angin, maka panjang fetch diukur
F : fetch efektif (km)
dari titik pengamatan dengan interval
6 o. 2.13 Perkiraan Gelombang Ekstrim
Untuk mendapatkan fetch efektif (Gelombang dengan Periode
dapat diberikan oleh persamaan berikut Ulang)
(Triatmodjo, 1999) : Frekuensi gelombang-gelombang
 X i cos  .................(16) besar merupakan faktor yang
Feff 
 cos  mempengaruhi perencanaan
dengan : bangunan pantai. Untuk menetapkan
Feff : fetch rerata efektif. gelombang dengan periode ulang
Xi : panjang segmen fetch yang tertentu dibutuhkan data gelombang
diukur dari titik observasi dalam jangka waktu pengukuran cukup
gelombang ke ujung akhir panjang (beberapa tahun). Data
fetch. tersebut bisa berupa data pengukuran
α : deviasi pada kedua sisi gelombang atau data gelombang hasil
dari arah angin, dengan prediksi (peramalan) berdasar data
menggunakan pertambahan angin. Keandalan dari gelombang
6o sampai sudut sebesar 42o ekstrim yang diprediksi tergantung pada
pada kedua sisi dari arah kebenaran data yang tersedia dan
angin. jumlah tahun pencatatan.
Dari setiap tahun pencatatan
2.12 Peramalan gelombang di laut
dapat ditentukan gelombang
dalam
representatif seperti Hs, H10, H1, Hmaks dan
Pembentukan gelombang di laut
sebagainya. Berdasar data representatif
dalam dianalisa dengan pendekatan
untuk beberapa tahun pengamatan
empiris berdasarkan model parametrik
dapat diperkirakan gelombang yang
(Hasselmann et.al, 1976 dalam CERC,
diharapkan disamai atau dilampaui satu
1984) dan digunakan untuk peramalan
kali dalam T tahun, dan gelombang
gelombang yang dibatasi fetch dan
tersebut dikenal dengan gelombang
untuk kondisi fully Developed pada
periode ulang T tahun atau gelombang
perairan dalam sebagai berikut :
T tahunan.
 Kondisi dibatasi fetch
Misalkan T = 50, gelombang yang
 Hmo = 0,01616 UA . F1/2
diperkirakan adalah gelombang 50
 Tm = 0,6238 ( UA.F)1/3
tahunan atau gelombang dengan
1/ 3
F2  periode ulang 50 tahun, artinya bahwa
 t = 0,893   ................(17) gelombang tersebut diharapkan
U 
 A  disamai atau dilampaui rata-rata sekali

79
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 73 - 85

dalam 50 tahun. Hal ini tidak berarti akan menimbulkan arus sejajar pantai di
bahwa gelombang 50 tahunan hanya sepanjang pantai. Sedangkan yang
akan terjadi satu kali dalam setiap umumnya terjadi adalah kombinasi dari
periode 50 tahun yang berurutan, kedua kondisi tersebut.
melainkan diperkirakan bahwa
gelombang tersebut jika dilampaui k kali
dalam periode panjang M tahun akan
mempunyai nilai k/M yang kira-kira
sama dengan 1/50.
2.14 Arus Dekat Pantai (Nearshore
Currents)
Gelombang yang menjalar
menuju pantai membawa massa air
dan momentum dalam arah penjalaran
gelombang. Transport massa air dan
momentum tersebut menimbulkan arus
di daerah dekat pantai.
Daerah yang dilintasi gelombang
tersebut adalah offshore zone, surf zone Gambar 7. Arus Dekat Pantai,
dan swash zone. Di daerah lepas pantai A.Rip current,
(offshore zone), yaitu daerah yang B.Longshore current,
terbentang dari lokasi gelombang C.Kombinasi A dan B.
pecah ke arah laut, gelombang Komar dan Inman (1970)
menimbulkan gerak orbit partikel air menurunkan rumus untuk menghitung
yang menimbulkan transport massa air arus sepanjang pantai sebagai berikut
disertai terangkutnya sedimen dasar (Komar, 1976) :
dalam arah menuju pantai (onshore) Jika sudut datang gelombang
dan meninggalkan pantai (offshore). pecah, b kecil
Di surf zone, yaitu daerah antara   2,7Um sin b .............(19)
gelombang pecah dan garis pantai,  Jika sudut datang gelombang
ditandai dengan gelombang pecah pecah, b Besar
dan penjalaran gelombang setelah   2,7Um sin b cos b ......(20)
pecah ke arah pantai.
dengan :
Gelombang pecah menimbulkan
atau
1/ 2
 2 Eb 
arus dan turbolensi yang sangat besar U m




yang dapat menggerakan sendimen  Hb 
dasar. Setelah pecah, gelombang 
g H ………….….(21)
b
U
melintasi surf zone menuju pantai
m
4
dengan kecepatan partikel air hanya di mana,
bergerak dalam arah penjalaran : harga maksimum dari
U m
gelombang. kecepatan orbital horisontal
Di swash zone gelombang yang yang dihitung pada breaker
sampai di garis pantai pantai zone
menyebabkan massa air bergerak ke
 : kecepatan arus sejajar
atas kemudian turun lagi pada
pantai
permukaan pantai disertai dengan
ρ : rapat massa air laut
terangkutnya sendimen.
Hb : tinggi gelombang pecah
Bila garis puncak gelombang sejajar
b : sudut datang gelombang
dengan garis pantai, maka akan terjadi
pecah
arus dominan di pantai berupa sirkulasi
sel dengan rip current yang menuju ke 2.15 Pasang Surut
laut. Bila sudut gelombang pecah Pasang surut adalah fluktuasi
terhadap garis pantai adalah b > 5o, muka air laut karena adanya gaya tarik

80
Kaajian Hidro-Oceanografi Untuk Deteksi Proses-Proses Fisik di Pantai
(Nur Hidayat)

benda-benda langit, terutama matahari 5. Muka air laut rerata (MSL), adalah
dan bulan terhadap massa air laut di muka air rerata antara muka air
bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih tinggi rerata dan muka air rendah
kecil dari massa matahari, tetapi karena rerata. Elevasi ini digunakan
jaraknya terhadap bumi jauh lebih sebagai referensi untuk elevasi di
dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan daratan.
terhadap bumi lebih besar dari pada 6. Muka air tinggi tertinggi (HHWL), air
pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tertinggi pada saat pasang surut
tarik bulan mempengaruhi pasang surut purnama atau bulan mati.
adalah 2,2 kali lebih besar daripada 7. Muka air rendah terendah (lowes
gaya tarik matahari (Triatmodjo, low water level, LLWL), air terendah
1999). pada saat pasang surut purnama
atau bulan mati.
2.15.1 Tipe Pasang Surut
Bentuk pasang surut di berbagai 2.16. Transpor Sendimen Sepanjang
daerah tidak sama. Di suatu daerah Pantai (Longshore Sendimen
dalam satu hari dapat terjadi satu kali Transport)
atau dua kali pasang surut. Secara umum proses transport
Secara umum pasang surut di sedimen dapat dibagi atas tiga
berbagai daerah dapat dibedakan tahapan sebagai berikut (Pratikto
dalam empat tipe yaitu (Triatmodjo, 1997)” :
1999)
1. Pasang surut harian tunggal (diurnal 1. Teraduknya material kohesif dari
tide) dasar laut hingga tersuspensi atau
2. Pasang surut harian ganda lepasnya material non kohesif dari
(semidiurnal tide) dasar laut.
3. Pasang surut campuran condong 2. Perpindahan material secara
ke harian ganda (mixed tide horizontal.
prevailing semidiurnal) 3. Pengendapan kembali partikel/
4. Pasang surut campuran condong ke material sedimen tersebut.
harian tunggal (mixed tide prevailing Masing-masing tahap tersebut
diurnal) tergantung pada gerakan air dan
2.15.2 Elevasi muka air pasang surut karakteristik sedimen yang terangkut.
Elevasi muka air pasang surut Gerakan air pada dasarnya berbeda
ditentukan berdasarkan pengukuran antara arus semata (kanal/sungai) atau
selama 15 hari atau 30 hari. Pengukuran gelombang semata (kolam/danau)
dilakukan dengan system topografi local atau kombinasi gelombang dan arus
di lokasi pekerjaan. yang terjadi di pesisir pantai.
Beberapa elevasi pasang surut Transport sendimen sepanjang
didefinisikan sebagai berikut : pantai terdiri dari dua komponen
1. Muka air tertinggi (HWL), muka air utama, yaitu transport sendimen dalam
tertinggi yang dicapai pada saat air bentuk mata gergaji di garis pantai dan
pasang dalam satu siklus pasang transport sepanjang pantai di surf zone.
surut. Pada waktu gelombang menuju pantai
2. Muka air rendah (LWL), kedudukan dengan membentuk sudut terhadap
air terendah yang dicapai pada garis pantai maka gelombang tersebut
saat air surut dalam satu siklus akan naik ke pantai (uprush) yang juga
pasang surut. membentuk sudut. Massa air yang naik
3. Muka air tinggi rerata (MHWL), kemudian turun dalam arah tegak lurus
adalah rerata dari muka air tinggi pantai. Gerak air tersebut membentuk
selama periode 19 tahun. lintasan seperti mata gergaji, yang
4. Muka air rendah rerata (MLWL), disertai dengan terangkutnya sendimen
adalah rerata dari muka air rendah dalam arah sepanjang pantai.
selama period 19 tahun.
81
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 73 - 85

Gambar 8. Transport sediment sepanjang pantai

Dalam aplikasi teknik, transport (component of wave energy flux) P


sediment sepanjang pantai adalah
yang dikenal dengan CERC formula
ekspresi dari volume transport rate, Q sebagai berikut (Komar, 1976 lihat juga
yang mempunyai satuan m3/hari atau CEM, 2002) :
m3/tahun. K ……………………..(24)
Gambaran lain dari transport
I  P 

dengan :
sediment sepanjang pantai
diekspresikan sebagai kecepatan
P  EC g  sin  b cos  b ….(25)
transport dari immersed weight I .  b

untuk,
Korelasi antara kedua parameter ini
dapat dirumuskan sebagai berikut gH b 2 ……………………(26)
E
(CEM, 2002) : 8
di mana ,
I    s   g 1  n  …….…(22) K : koefisien dimensional (K = 0,39)
atau P : Komponen fluks energi
I .……..(23)
Q  gelombang, (N/det)
 s   g 1  n  Hb : tinggi gelombang pecah (m)
di mana, C gb : kecepatan group gelombang
 : rapat massa air laut (1025
pecah, (m/d)
kg/m3) 1/ 2
s : rapat massa butiran sediment =
 H  …….(27)
gd b   g b 
(2650 kg/m3)   
g : perc. gravitasi (9,81 m/det2) Hb
n : porositas sediment (n = 0,4)  , indeks gelombang pecah
db
1 - n : pore-space factor
: sudut datang gelombang
s   : buoyancy factor
b
pecah
Komar dan Inman (1970),
memprediksi transport sendimen H b sin  1 ……………….(28)
sepanjang pantai merupakan sin  b  g
hubungan sederhana kecepatan
 C1
sehingga :
transport dari immersed weight I dan
komponen fluks energi gelombang

82
Kaajian Hidro-Oceanografi Untuk Deteksi Proses-Proses Fisik di Pantai
(Nur Hidayat)

g memberikan gambaran pembagian


P 
 H b2 C gb sin  b cos  b …(29) pantai menjadi sejumlah sel dengan
8
atau panjang yang sama yaitu x . Maju


g 2
H b C gb sin(2 b ) …....(30) atau mundurnya garis pantai y i pada
P 
16 sel i, dimana Qi adalah volume
Sehingga akan diperoleh rumusan transport rate sepanjang pantai dari sel i
volume transport sediment (volume ke sel i + 1 ( Qkeluar ), dan Qi 1 adalah
transport rate) sepanjang pantai volume transport rate dari sel i -1 masuk
sebagai berikut : ke sel i ( Qmasuk ), t adalah
Q 
K
P
…..……(31
 s   g 1  n   pertambahan waktu dalam tahun.
) Apabila y i adalah positif dimana Qi 1
 0,39  ….…..(32) > Qi memberikan indikasi terjadi akresi,
Q      g 1  n  
 P
 
y i negatif dimana Qi >
s
sebaliknya
2.17 Model Perubahan Garis Pantai Qi 1 memberikan indikasi terjadi erosi.
Perubahan garis pantai dapat Laju aliran massa sendimen netto di
diprediksi dengan membuat model dalam sel adalah :
matematik yang didasarkan pada
imbangan sendimen pantai pada Mn = ρs (Qm - Qk) = ρs ∆Q
daerah pantai yang ditinjau.
Laju perubahan massa dalam sel tiap
Perubahan profil pantai sangat
satuan waktu adalah :
dipengaruhi oleh angkutan sendimen
tegak lurus pantai (Triatmodjo 1999). s ……………………...(33)
Mt  V
t
di mana ρs adalah rapat massa
sendimen, Qm dam Qk masing-masing
adalah debit sendimen masuk dan
keluar sel, sehingga diperoleh :
s
sQ  V …………...…….(34)
t
dyx …………...…..…(35)
Q 
t
y 1 Q ……………...…….(36)

t d x
Persamaan diatas adalah persamaan
kontinuitas sendimen; untuk sel (elemen)
Gambar 9. Pembagian pantai menjadi yang kecil dapat ditulis manjadi :
sejumlah sel (Triatmojdo y 1 Q
 …………………….(37)
1999) t d x
Model perubahan garis pantai di mana :
didasarkan pada persamaan kontinuitas y : jarak antara garis pantai dan
sendimen. Untuk itu pantai dibagi garis referensi
menjadi sejumlah sel (ruas). Pada setiap Q : transport sendimen sepanjang
sel ditinjau angkutan sendimen yang pantai
masuk dan keluar. Sesuai dengan x : absis searah sepanjang
hukum kekentalan massa, jumlah laju pantai
aliran massa netto di dalam sel adalah d : kedalaman air yang
sama dengan laju perubahan massa di tergantung pada profil pantai
dalam sel tiap satuan waktu. Gambar 15
83
Jurnal SMARTek, Vol. 3, No. 2, Mei 2005 : 73 - 85

(kedalaman d dapat Sudut gelombang pecah dapat


dianggap sama dengan dihitung dengan menggunakan rumus
kedalaman gelombang sebagai berikut :
pecah) tg i  tg 0
d ∆y : luas tampang dari sendimen tg b  tg  i   0   .....(40)
yang diendapkan atau 1  tg i tg 0
tererosi Model perubahan garis pantai
Dalam persamaan kontinuitas dilakukan dengan urutan langkah
tersebut nilai ∆t, d dan ∆x adalah tetap, sebagai berikut :
sehingga nilai ∆y tergantung pada ∆Q. a. Menentukan bentuk garis pantai
Apabila ∆Q negatif (transpor sendimen awal
yang masuk lebih kecil dari yang keluar b. Membagi garis pantai atas sejumlah
sel) maka ∆y akan negatif, yang berarti sel
pantai mengalami erosi dan sebaliknya c. Menentukan berbagai sumber
pada pantai yang mengalami akresi sendimen dan sendimen yang hilang
(sendimentasi). pada seluruh pias
Apabila ∆Q = 0 maka ∆y = 0 yang berarti d. Menghitung transpor sendimen pada
pantai stabil. setiap pias berdasarkan tinggi dan
Transpor sedimen sepanjang periode gelombang serta sudut
pantai tergantung pada sudut datang datang gelombang
gelombang pecah b. Sudut e. Menghitung perubahan garis pantai
gelombang pecah akan berubah dari untuk setiap langkah waktu t.
satu sel ke sel yang lain karena adanya Dalam model perubahan garis
perubahan garis pantai. Seperti yang pantai, persamaan kontinuitas dapat
ditujukan dalam gambar 16, sudut i diselesaikan dengan menggunakan
yang dibentuk oleh garis pantai dengan skema explisit sebagai berikut,
garis sejajar sumbu x, antara sel i dan i + (Triatmodjo, 1999) :
1 diberikan oleh :
F(x,t) =fi …………………………..(41)
y  yi 1
tg i  i ………..……(38)
f ( x, t )
n 1
 f i ...……(42)
n
x f
 i
t t

f ( x, t )  fi
n n
f
 i 1 ……….(43)
x x
Dengan menggunakan skema
tersebut persamaan kontinuitas dapat
ditulis dalam bentuk :
n 1
 yi 1 Qi 1  Qi …(44)
n n n
yi

t di x
Gambar 9. Hubungan antara o, i, dan yi 
t
d i x
n

Qi 1  Qi .........(45)
n

b (Triatmojdo 1999)

Persamaan tersebut dengan


Apabila gelombang
datang kondisi batas kiri dan batas kanan,
o dengan memungkinkan untuk menghitung
arah sumbu x, maka sudut dataang
n 1
gelombang pecah terhadap garis yi (i = 1,.........,N)....................(46)
pantai adalah :
Kondisi batas kiri dan kanan
b i ± o …………………...…(39) adalah transpor sendimen pada batas-
batas tersebut. Pada awal hitungan,
84
Kaajian Hidro-Oceanografi Untuk Deteksi Proses-Proses Fisik di Pantai
(Nur Hidayat)

nilai awal posisi garis pantai (y) didapat Komar, P.D. (1976). Beach Process And
dari data pengukuran sebagai kondisi Sedimentation, School of
awal. Dengan menetapkan nilai t Oceanography. Oregon State
University, Prentice-Hall, Inc,
dan x maka nilai y i n 1 dapat
Englewood Cliffs, New Jersey.
dihitung. Hasil tersebut kemudian
digunakan sebagai nilai awal baru untuk Ongkosono, O.S.R, Suyarso. (1989).
menghitung berikutnya. Prsedur ini Pasang Surut, Lembaga Ilmu
diulang lagi untuk langkah waktu Pengetahuan Indonesia, Pusat
berikutnya, yang pada akhirnya akan Penelitian dan Pengembangan
didapatkan volume transport yang Oseanologi, Jakarta.
terjadi di suatu pantai.
Praktikto,W.A (2000). Perencanaan
3. Kesimpulan fasilitas Pantai dan laut, BPFE-
Dengan melakukan kajian hidro- Yogyakarta, Yogyakarta.
oseanografi pada suatu perairan pantai
Triatmodjo Bambang. (1999). Teknik
dapat diprediksi proses-proses fisik yang
Pantai. Unit Antar Universitas Ilmu
terjadi, yaitu kerusakan daerah pantai
Teknik, Universitas Gaja Mada,
akibat perubahan garis pantai berupa
Beta Offset, Yogyakarta.
akresi dan erosi pantai yang disebabkan
oleh longshore transport sediment.

4. DAFTAR PUSTAKA
CEM. (2002). Coastal Sediment
Processes, Solution to Disasters
Conference 2002 San Diego, CA
CEM. (1992). Coastal Groins and
Nearshore Breakwaters,
Engineering and Design,
Department of the Army, US.
Army Corps of Engineers,
Washington DC.

CERC (1984). Shore Protection Manual,


Department of the ARMY,
Waterways Experiment Station,
Corps of Engineers, Coastal
Engineering Research Center,
Washington DC.

Goda, Y. (2000). Random Seas ang


Design of Maritime Structure,
University of Tokyo.

85

Anda mungkin juga menyukai