WISNU PRANOTO
17917130
i
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berkembang pesatnya teknologi saat ini, mendorong kita untuk senantiasa
berupaya meningkatkan kemampuan dalam hal penguasaan teknologi informasi,
Dengan banyaknya tindakan pelanggaran etika dalam penggunan teknologi kita juga
harus memperhatihkan etika dalam penggunaan teknologi yaitu komputer atau
informasi teknologi informasi. Etika bisa dikatakan sebagai suatu kepercayaan atau
pemikiran yang mengisi suatu induvidu, yang keberadaannya bisa dipertanggung
jawabkan terhadap masyarakat atas prilaku yang dibuat. Dalam kata lain etika adalah
ilmu atau norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang maupun
kelompok, sebagai nilai dan aturan secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik
ataupun yang tidak benar. Etika dalam penggunakan teknologi yaitu komputer sedang
mendapatkan perhatian lebih luas dari pada sebelumnya. Pada umumnya masyarakat
memberikan perhatian lebih karna kesadaran bahwa teknologi komputer dapat
mengganggu hak privasi seseorang maupun kelompok.
Pada perkembangan teknologi dari pandangan teori sistem, informasi teknologi
memungkinkan kebebasan bereaksi, mengendalikan pengeluaran, mengefisiensikan
pengalokasian sumber daya dan waktu. Dan sirkulasi informasi yang terbuka dan bebas
merupakan kondisi yang optimal untuk pemanfaatan informasi teknologi. Tetapi selain
dampak positif dari kehadiran teknologi ini bisa mengakibatkan atau menimbulkan
suatu kesempatan yang berdampak negatif terutama bagi pihak-pihak yang
menyalahgunakan teknologi untuk bertujuan mencari keuntungan pribadi ataupun
kelompok. Sehingga sangat penting untuk menerapkan etika dalam menggunakan
teknologi komputer. Sehingga penyalahgunaan komputer sebagai salah satu effek dari
perkembangan tersebut yang lupa dari sifat manusia.
1
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan etika dalam komputer ?
b. Bagaimana pentingnya etika dalam komputer ?
c. Bagaimana penerapan etika teknologi komputer pada perusahaan ?
d. Bagaimana ruang lingkup cyberlaw ?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
akan menjalankan apa yang diperintahkan atau diilustrasikan oleh
programmernya. Keahlian inilah yang menghantui masyarakat. Sebenarnya
masyarakat tidak takut kepada teknologi komputer, tetapi takut kepada
orang-orang yang mempunyai keahlian atau kelenturan logika terhadap
komputer, jika memprogramnya untuk berbuat kriminal.
b. Faktor Transpormasi teknologi komputer ini bisa mengubah secara cepat
cara melakukan sesuatu, dengan contoh yang paling umumnya ialah bahwa
kita dapat mengirimkan data melalui fasilitas e-mail dan lainnya, yang bisa
sampai ketujuan dan dapat diakses dimanapun kita berada.
c. Faktor tidak kasat mata ialah apapun pengoprasian internal komputer yang
tersembunyi dari penglihatan, yang memberikan kesempatan pada
komponen pemrograman yang tidak terlihat.
4
Hak atas pengambilan keputusan komputer ini maskipun masyarakat
umum tidak ikut dalam pengambilan keputusan saat bagaimana
komputer diterapkan, namun masyarakat umum memikili hak
tersebut.
b. Hak Atas Informasi
Menurut Masson, seorang profesor di Southern Methodist University,
mengklarifikasikan hak atas informasi berupa :
Hak Atas Privasi sesuatu informasi yang bersifat pribadi ataupun diri
sendri maupun dalam suatu kelompok organiasi yang mendapatkan
perlindungan atas hukum tentang kerahasiaannya.
Hak Atas Akurasi sesuatu informasi yang diberikan harus benar,
akurat dan bisa dipertanggung jawabkan karena apa yang
diinformasikan bisa menjadi bahan referensi dalam membuat
keputusan. Apa bila tidak ada keakurasian sebuah informasi dapat
menibulkan sesuatu yang merugikan bahkan membahayakan diri
sendri ataupun oranglain.
Hak Atas Kepemilikan (property) yaitu yang berhubungan tentang
hak kepemilikan intelektual, umumnya dalam bentuk software
komputer yang dengan mudahnya dilakukan dublikat atau
pembajakan secara ilegal. Ini bisa dituntut dingadilan sesuai UU hak
cipta.
Hak Atas Accses(accessibilty) yaitu Informasi yang mempunyai
nilai, apabila setiap saat kita akan mengaksesnya harus memiliki atau
melakukan izin atau account pada pihak yang memiliki informasi
tesebut. Dengan contohnya kita dapat mengakses hosting yang harus
dibayar untuk mendapatkan hak aksesnya atau membaca data-data
penelitian atau buku-buku online (e-book) di internet.
5
2.1.4 Kontrak Sosial Jasa Informasi
Menurut Supriyanto (2005)[2] kontrak sosial jasa informasi ini berguna untuk
memecahkan permasalahan etika komputer, jasa informasi harus masuk kedalam
kontrak sosial yang memastikan bahwa komputer akan digunakan untuk kebaikan
sosial. Selain itu jasa informasi ini membuat kontrak tersebut dengan induvidu dan
kelompok yang menggunakan atau yang dipengaruhi oleh output informasinya. Dan
kontrak tersebut tidak tertulis tetapi tersirat dalam segala sesuatu yang dilakukan oleh
jasa informasi. Kontrak tersebut menyatakan bahwa :
Komputer tidak akan digunakan dengan sengaja untuk mengganggu
privasi orang
Mempunyai standarisasi ukuran akan dibuat untuk memastikan
akurasi pemrosesan data
Hak milik intelektual akan dilindungi (HKI)
Apabila mempergunakan informasi dan macam-macam informasi
atau sitasi milik orang lain harus mencantumkan sumber dan pemilik
hak ciptanya jika ada.
6
propesional. Dalam jurnal Reymond (2001)[3] Salah satu hadirnya petunjuk yang baik
dari penelitian yang diciptakan oleh dua profesor dari University of Missisippi yaitu
Scott J. Vitell dan Donald L. Davis. Mereka mengumpulkan data dari 61%
propesionalisme SIM, mulai dari pemogrammer hingga SIM yang menggambarkan
etika mempunyai pengaruh kenerja manajer sesuai dengan ketentuan manajer di
bawahnya. Adapun data-data berikut menunjukkan prilaku propesionalisme Sistem
Informasi Manajement (SIM) yaitu :
Memanfaatkan kesempatan untuk berprilaku tidak etis. Terdapat
banyak peluang bagi manajer SIM untuk terlibat dalam prilaku tidak
etis di perusahaannya, yang menjawab setuju 47,5%, dan yang
menjawab tidak setuju 37,7%. Sedangkan para manajer SIM di
perusahaan terlibat prilaku yang tidak etis, yang menjawab setuju
19,7%, dan yang menjawab tidak setuju 80,3%. Hal tersebut berarti
menujukkan bahwa CIO memiliki kesempatan untuk bertindak tidak
etis, tetapi mereka melakukan.
Etika yang memberikan sebuah hasil yaitu hubungan antara etika dan
keberhasilan menunjukkan bahwa para CIO yang berhasil berprilaku
etis, dan untuk sukses seseorang tidak perlu mengkompromikan
etikanya. Manajer yang mendapatkan hasil tidak perlu
menyembunyikan informasi, menjelekkan saingan, mencari kambing
hitam atau mengambil pujian yang bukan haknya. Karna hal tersebut
menunjukkan bahwa CIO dan manajer lain menciptakan budaya
etika.
Manajer pendukung keyakinan etika mereka dengan tindakan. Para
spesialis informasi yakin bahwa manajer puncak pada perusahaan
telah menyatakan tidak dapat toleransi perilaku tidak etis dan akan
mengambil tindakan terhadap pelanggaran standart itu.
7
Perusahaan dan manajer memiliki tanggung jawab sosial. Manajer
harus sering mendahulukan tanggung jawab mereka pada masyarakat
dari pada tanggung jawab mereka pada perusahaan, serta perusahaan
dan manajer memiliki tanggung jawab sosial yang melebihi tanggung
jawab pada pemegang saham.
Dapat disimpulkan etika dan CIO menurut Scort J. Vitell dan Donald L. Davis
bahwa etika mempengaruhi kinerja manajer yaitu etika menghasilkan kesuksesan,
perusahaan dan manajer memiliki tanggung jawab sosial, terkadang memanfaatkan
kesempatan untuk bertindak tidak benar/ tidak etis, manajer mendukung keyakinan
etika mereka dengan tindakan
8
informasi untuk semua tindakan, dan kurangi godaan untuk melanggar
dengan pemograman sperti tim audit etika.
Mendorong penggunaan pemogram-pemogram rehabilitas yang
memperlakukan pelanggaran etika dengan cara yang sama seperti
perusahaan mempedulikan pemulihan bagi alkoholik atau
penyalahgunaan obat bius.
Dorong partisipasi dalam perkumpulan profesional.
Berikan contoh.
9
2.1.8 Perspektif Cyber Law Dalam Indonesia
Dalam buku Sutioso ada beberapa pandangan cyeber law di Indonesia, yaitu :
Dilihat dari kejadian-kejadian kriminalitas internet dan begitu
berkembangnya pemakaian dan pemanfaaatan internet di Indonesia
maupun di Dunia Internasional, sudah saatnya pemerintah Indonesia
menerapkan cyber law sebagai prioritas yang utama.
Urgensi cyber law bagi indonesia terletak pada keharusan Indonesia
untuk mengarahkan transaksi-transaksi lewat internet saat ini agar
sesuai dengan standar etik dan hukum yang disepakati dan keharusan
untuk meletakkan dasar legal dan kultural bagi masyarakat indonesia
untuk masuk dan menjadi perilaku dalam masyarakat informasi.
10
12. Pornografi
13. Pencurian melalui Internet
14. Perlindungan Konsumen
15. Pemanfaatan internet dalam aktivitas keseharianseperti ecommerce, e-
government, e-education dll.
11
c. Di Indonesia juga sebenarnya sudah memiliki IDCERT (Indonesia
Camputer Emergency Response Team)[7] salah satu lembaga khusus
untuk mempermudah penanganan masalah keamanan
12
Gambar 2.1 Bukti permasalahan Buni Yani tidak sesuai dengan ucapan
Ahok divideo.
2. Kasus Florence Sihombing adalah Mahasiswi Pasca Serjana Fakultas Hukum
Universitas Gajah Mada yang dianggap menghina Yogyakarta lalu Florence
divonis 2 bulan penjara dan mendapatkan masa percobaan selama 6 bulan oleh
pengadilan negeri Yogjakarta, Florence juga didenda 10 juta rupiah mendapatkan
subsider 1 bulan kurungan karna telah mendistribusikan informasi elektronik
yang melalui jaringan telekomunikasi, dan tanpa hak. Menurut kutipan Yanuar[9]
Florence yang kerap di katakan Flo ini dinyatakan terbukti bersalah dijerat
dengan pasal 27 ayat 3 UU ITE dan pasal 45 ayat 1, yang menguatkan Flo
bersalah karna penghinaan dan pencemaran nama baik Kota Yogjakarta melalui
media sosial (Path) pada saat Florence menulis status terkait hal itu karna kesal
mengantri pada jalur antrian mobil disebuah SPBU di Yogjakarta sementara Flo
menggunakan sepeda motor. JPU memberikan tuntutan itu karena
memertimbangkan sikap Flo yang kooperatif selama persidangan. Selain itu
itikad baik Flo yang sudah meminta maaf kepada warga Yogjakarta dan Sri
Sultan Hamengkuwono X selaku Gubernur DIY. Sementara itu pertimbangan
yang memberatkan Florence adalah penghinaan melalui media Path sudah
membuat keresahan dan pertentangan di masyarakat.
Adapun kasus kriminal dalam teknologi dapat terungkap dan sebagian lagi tidak
terungkap, maka ada namanya tahapan pembuktian dalam persidangan karna salah satu
tahapan penting yang harus dijalani untuk mengungkapkan kasus. Berkaitan dengan
KUHP pasal 184 ayat 1, berikut gambar pengertian alat bukti yang sah :
13
Gambar 2.2 Alat Bukti Yang Sah Dalam UU KUHP dan ITE
14
Gambar 2.4 Alat Bukti Informasi Pengakuan Perminta Maaf Kasus
Florence
15
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Seorang saksi ahli mempunyai salah satu barang bukti yang sah yangdapat
digunakan dalam pengadilan, saksi ahli mengetahui dan memiliki kode etik agar
kesaksiannya bisa diterima oleh hakim saat persidagan. Dalam hal ini telah ditentukan
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
Berdasarkan atas undang-undang dan norma-norma yang berlaku di Indonesia,
seorang saksi ahli bisa dihadirkan apabila saksi ahli mempunyai latar belakang
pendidikan formal dan informal terhadap kasus yang ditanganinya dan selain itu juga
mempunyai dasar pengalaman dari kasus terdahulu.
16
REFERENSI
[1]. Sutiyoso, Manajemen, Etika & Hukum Teknologi Informasi. Yogyakarta: UII
Press, 2015
[2]. Supriyanto, Aji .(2005) “Pengantar Teknologi Informasi”, Edisi Pertama ,
Salemba Infotek Jakarta
[3]. Reymond Mc.Leod, Jr. (2001): Sistem Informasi Manajemen, Jilid I, Edisi
Ketujuh, Penerbit Prenhallindo, Jakarta
17
[11]. Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Jakarta:
Sekretaris Negara.
[12]. Republik Indonesia, Undang-Undang No 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Jakarta: Sekretaris Negara. 1981.
[13]. Republing Indonesia, Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE). Jakarta: Sekretaris Negara. 2008
18