Laboratorium Polimer
Pembuatan Sabun
Oleh :
Laboratorium Polimer
Program Studi Teknik Material
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan sabun sudah tidak asing lagi. Sabun
memiliki banyak bentuk, ada yang padat dan cair. Fungsi utama sabun adalah
untuk membersihkan, dari tubuh manusia hingga alat makan dan baju hampir
semua menggunakan sabun untuk kebersihan. Sabun sudah ada sejak ribuan tahun
yang lalu, sabun pada zaman dahulu berasal dari lemak hewan yang dipanaskan
dengan abu. Walaupun cara tersebut terbilang kuno, namun hingga saat ini prinsip
pembuatan sabun dengan lemak (trigliserida) masih diterapkan. Hanya saja,
metode yang digunakan lebih modern dengan alat-alat yang sudah canggih,
seperti di industri sabun atau detergen dibuat dengan mesin. Oleh karena itu,
dengan melakukan percobaan pembuatan sabun kita dapat mempelajari reaksi
yang terjadi dalam proses ini serta banyaknya sabun yang diperoleh.
2.1 Sabun
Sabun merupakan surfaktan (memiliki gugus polar hidrofilik dan non polar
lipofilik) yang digunakan untuk mencuci dan membersihkan. Kebersihan sudah
ada dari sejak zaman dahulu, sabun pun sudah dikenal pada tahun 2800 SM,
dimana pembuatan sabun dari lemak hewan dan dipanaskan dengan abu. Pada
zaman pertengahan, di Eropa pembuatan sabun sudah banyak dilakukan. Minyak
nabati dan hewani digunakan bersama arang tanaman dan pewangi. Seterusnya,
jenis sabun lebih banyak tersedia seperti untuk mencukur, mencuci rambut, mandi
dan mencuci. Pada zaman modern, sabun sudah banyak berkembang seperti
detergen untuk mencuci pakaian, dan bentuk nya pun sudah bermacam-macam
serta praktis digunakan.
Sabun terdiri dari beberapa macam bentuk, sabun padat/keras (sukar larut
dalam air) merupakan sabun yang sering kita temui sehari-hari berupa batangan,
sabun cair (tidak mengental pada suhu kamar) , dan sabun lunak seperti pasta atau
yang sering disebut sabun colek (mudah larut dalam air). Ketiga nya ini hanya
berbeda pada struktur nya yang akan dibahas di sub bab berikutnya.
Gambar 2.1 Contoh-contoh (kiri ke kanan) a) sabun padat b) cair c) lunak (colek)
2.2 Reaksi Saponifikasi
Sabun sendiri terbuat dari asam lemak dan alkali (natrium atau kalium
hidroksida) melalui proses saponifikasi. Dapat diartikan bahwa saponifikasi
adalah hidrolisis senyawa karbon dengan alkali tertentu, pada kondisi tertentu
yang produk hasilnya biasanya garam asam karboksilat. Saponifikasi ini
merupakan reaksi senyawa ester, untuk membentuk senyawa ester dilakukan
proses bernama esterifikasi. Sedangkan, saponifikasi ini merupakan kebalikan dari
esterifikasi. Berikut dibawah ini merupakan perbedaan esterifikasi dan
saponifikasi.
H+
Gambar 2.3 menunjukkan proses saponifikasi, dalam hal ini pembuatan sabun
menggunakan prinsip tersebut. Hidrolisis antara asam lemak (trigliserida) dan
alkali (KOH atau NaOH) menghasilkan garam asam karboksilat yang merupakan
struktur sabun. Pada umumnya semua minyak atau lemak dapat digunakan bahan
pembuatan sabun, namun ada beberapa faktor yang dipertimbangkan untuk
memilih bahan mentah untuk sabun.
Minyak atau lemak adalah senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester
dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang
digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan
lemak ada pada wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud
cair pada suhu ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat. Jumlah
minyak atau lemak pada pembuatan sabun dibatasi karena mempertimbangkan
spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, berbusa, dan larut). Beberapa
jenis minyak yang dapat digunakan untuk membuat sabun diantaranya, tallow
(lemak sapi) dengan asam lemak yang paling banyak berupa oleat dan stearat,
lard (lemak babi), palm oil (minyak sawit) yang bersifat keras dan sulit berbusa
sehingga apabila menggunakan minyak sawit ini harus dicampur dengan bahan
lain, minyak inti sawit, minyak sawit stearin, olive oil dan marine oil. Selain itu,
coconut oil (minyak kelapa), minyak ini merupakan minyak nabati yang memiliki
asam lemak jenuh yang tinggi sehingga tahan terhadap oksidasi, sering digunakan
di industri sabun. Lalu, castor oil (minyak jarak), minyak ini berwarna bening dan
mengandung komponen gliserida atau dikenal sebagai senyawa ester. Komposisi
minyak jarak terdiri dari asam riccinoleat 86%, asam oleat 8,5%, asam linoleat
3,5%, asam stearat 0,5-2,0%, asam dihidroksi stearat 1-2%.
Pada umumnya, alkali yang digunakan untuk reaksi saponifikasi ialah NaOH,
KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines (C2H7NO). Natrium hidroksida atau
NaOH biasa dikenal dengan soda kaustik ini sering digunakan dalam industri
sabun dalam pembuatan sabun padat (keras). Sedangkan, KOH banyak digunakan
dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Ini
merupakan perbedaan pada pembuatan sabun cair dan sabun padat.
Dapat dilihat struktur produk sabun hasil keduanya berbeda karena senyawa alkali
yang digunakannya berbeda. Selain itu, asam lemak yang digunakan pada
pembuatan sabun cair berasal dari minyak kelapa, atau kelapa sawit (minyak
tumbuhan) yang tidak jernih. Sedangkan, sabun padat (keras) menggunakan
lemak netral padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan proses hidrogenasi.
Namun, minyak jarak pun dapat digunakan pada pembuatan sabun padat ataupun
cair.
Gambar 2.6 Reaksi saponifikasi pada sabun padat dengan castor oil (minyak
jarak) dengan NaOH
Alat Jumlah
Gelas beker 50 ml 2
Gelas beker 250 ml 1
Corong kaca 1
Gelas ukur 100 ml 1
Kertas saring 5
Tabung reaksi 1
Batang pengaduk 1
Pipet tetes 1
Cetakan sabun 1
Gelas plastik 1
Bahan Jumlah
Minyak jarak (castor oil) 25 ml
Larutan NaOH 5M 75 ml
NaCl 10 gram
Air mendidih 500 ml
Air es 500 ml
Air DM
Gambar 3.1 Alat-alat percobaan
NaCl jenuh
Gambar 3.5 NaCl didalam air 10 ml dan dikocok hingga ada endapan
Gambar 3.7 Campuran diletakkan ke dalam air dingin dan diaduk hingga timbul gumpalan
8. Gumpalan yang terbentuk disaring dalam corong dengan kertas saring
15 ml NaOH 79,70864 %
25 ml NaOH 58,68887 %
5.1 Kesimpulan
1. Persen massa
5.2 Saran
Pada proses pengadukan minyak dan NaOH lebih baik dengan laju konstan
agar reaksi sempurna. Lalu, pada proses pelarutan garam dalam air benar-benar
diperhatikan apakah sudah mencapai jenuh nya atau belum. Penimbangan massa
garam harus lebih teliti lagi.
DAFTAR PUSTAKA