PENDAHULUAN
Kapan orang menjadi tua? apakah proses penuaan sebagai akibat fisik yang aus dan
penurunan kemampuan terjadi tanpa adanya perubahan yang mendasar pada sikap individu?.
Penuaan adalah suatu proses biologis, meskipun para ahli biologis belum menemukan
kesimpulan untuk menjelaskan karakteristik umum dari penuaan (Cox, 1988, dalam Shirdev &
Levey, 2004).
Schaie dan Willis (1992) mengatakan bahwa tahap usia tua akan dialami oleh semua orang,
ada perubahan fisik, psikis dan sosial yang terjadi. Di sisi lain kondisi fisik dan psikis setiap
orang lanjut usia akan berbeda. Hal tersebut berkaitan dengan pengalaman masa lalu dan
lingkungan sosial budaya mereka. Akibatnya, di berbagai negara akan mempunyai karakteristik
usia lanjut yang berbeda, salah satunya adalah harapan hidupnya.
Alzheimer kebanyakan menyerang kaum hawa karena hormon wanita lebih cepat masuk
masa menopause ketimbang pria dengan masa andropausenya. Bahayanya, memang alzheimer
lebih banyak hinggap pada wanita daripada pria. Jadi faktor resiko Demensia Alzheimer (DA)
terjadi pada usia lanjut, wanita, trauma kapitis berat, pendidikan rendah dan menyangkut faktor
genetik kasusnya 1 - 5%. (dalam Wibowo, 2007) Sedangkan pada penelitian Lerner (1999)
terlihat bahwa resiko wanita mendapatkan penyakit demensia jenis Alzheimer lebih dikarenakan
angka harapan hidupnya lebih besar daripada pria. Menurutnya faktor resiko terbesar penyakit
demensia adalah usia lanjut, dan jenis kelamin tidak mempunyai hubungan yang langsung
dengan penyakit tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI FISIOLOGI
a. Anatomi Otak
Otak merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat yang mengalami perubahan dan
pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh tiga selaput pelindung (meninges) dan berada di
dalam rongga tengkorak (Chusid, 1979). Selain itu otak juga merupakan jaringan yang paling
banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari metabolisme
oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa
melalui aliran darah yang bersifat konstan (Wilson, 2002).
Bagian – bagian dari otak :
1) Hemisferium Serebri
Hemisferium serebri dibagi menjadi dua hemisferium yaitu hemisferium kanan dan kiri
yang dipisahkan oleh celah dalam yang disebut dengan fisura longitudinalis serebri (Chusid,
1979). Bagian luar dari hemisferium serebri terdiri dari substantia grisea yang disebut sebagai
korteks serebri. Kedua hemisferium ini dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang
disebut dengan corpus calosum. Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-masing
hemisferium dirangkap dua, dan biasanya berkaitan dengan bagian tubuh yang berlawanan.
Hemisferium serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisferium serebri kiri
mengatur bagian tubuh sebelah kanan. Konsep fungsional ini disebut pengendalian
kontralateral (Wilson, 2002).
2) Korteks Serebri
Korteks serebri pada cerebrum mempunyai banyak lipatan yang disebut dengan konvulsi
atau girus. Celah-celah atau lekukan yang disebut sulcus terbentuk dari lipatan-lipatan
tersebut yang membagi setiap hemispherium menjadi daerah-daerah tertentu, antara lain :
a) Lobus Frontalis
Lobus frontalis mencakup bagian dari korteks serebri ke depan dari sulkus sentralis dan
diatas sulkus lateralis. Bagian ini mengandung daerah-daerah motorik. Daerah broca terletak
di lobus frontalis dan mengotrol expresi bicara. Lobus frontalis bertanggung jawab untuk
perilaku bertujuan, penentuan keputusanmoral, dan pemikiran yang kompleks. Lobus ini juga
memodifikasi dorongan-dorongan emosional yang dihasilkan oleh sistem limbic.
Badan sel di daerah motorik primer lobus frontalis mengirim tonjolantonjolan akson ke
korda spinalis, yang sebagian besar berjalan dalam alur yang disebut sebagai sistem
piramidalis. Pada sistem ini neuron-neuron motoric menyeberang ke sisi yang berlawanan.
Informasi motorik sisi kiri korteks serebrum berjalan ke bawah ke sisi kanan korda spinalis
dan mengontrol gerakan motorik sisi kanan tubuh, demikian sebaliknya. Sedangkan akson-
akson lain dari daerah motorik berjalan dalam jalur ekstrapiramidalis. Serat ini mengontrol
gerakan motorik halus dan berjalan di luar piramidal ke korda spinalis.
b) Lobus Temporalis
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura
lateralis dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis. Lobus ini adalah daerah asosiasi
untuk informasi auditorik dan mencakup daerah wernicke tempat interpretasi bahasa. Lobus
ini juga terlibat dalam interpretasi bau dan penyimpanan ingatan.
c) Lobus Parietalis
Lobus parietalis adalah daerah korteks yang terletak dibelakang sulkus sentralis, diatas
fisura lateralis dan meluas ke belakang ke fisura parietooksipitalis. Lobus ini merupakan
daerah sensorik primer otak untuk rasa raba dan pendengaran.
d) Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis adalah lobus posterior korteks serebrum. Lobus ini terletak di sebelah
posterior dari lobus parietalis dan diatas fisura parietooksipitalis. Lobus ini menerima
informasi yang berasal dari retina mata.
Gambar 1.
Hemisferium Serebri dari sisi kiri (Swaramuslim, 2009)
Gambar 2.
Gyrus pada Hemisferium Serebri dari sisi kiri (Putz, 1997)
Gambar 3.
Gyrus pada Hemisferium Serebri dari medial (Putz, 1997)
Beberapa daerah tertentu korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi spesifik.
Pembagian dan klasifikasi korteks serebri telah diusahakan oleh banyak peneliti berdasarkan
arsitektur sel (cytoarchitecture). Sistem yang paling digunakan ialah sistem dari von
Economo dan Brodmann (gambar.4). Von Economo membedakan 5 tipe isokorteks yang
utama berdasarkan ciri-ciri lapisannya. Dengan memakai angka-angka, Brodmann
memberikan label pada masing-masing daerah yang dianggap berbeda dengan yang lain.
Daerah-daerah tersebut telah dipergunakan sebagai penetapan lokalisasi proses-proses
fisiologi dan patologis (Chusid, 1979). Pada lobus frontalis terdiri dari area 4 yang merupakan
daerah motorik yang utama, area 6 merupakan bagian sirkuit traktus extrapiramidalis, area 8
berhubungan dengan gerakan mata dan pupil, area 9, 10, 11,12 adalah daerah asosiasi
frontalis. Lobus parietalis terdiri dari area 3, 2, 1 merupakan daerah sensoris post-sentralis
yang utama. Lobus temporalis terdiri dari area 41 yang merupakan daerah auditorius primer,
area 42 merupakan korteks audiotorius sekunder atau asosiasi, area 38, 40, 20, 21 dan 22
adalah daerah asosiasi. Lobus oksipitalis terdiri dari area 17 yaitu korteks striata, korteks
visual yang utama, area 18 dan 19 merupakan daerah asosiasi visual (Chusid, 1979).
Gambar 4.
A. Sensory Homunculus, dilihat dari potongan coronal lewat girus post-sentralis,
B. Motor Homonculus, dilihat dari potongan coronal lewat girus pre-sentralis (Binhasyim,
2007)
1) Ganglia Basalis
Ganglia basalis adalah massa substantia grisea yang terletak dibagian dalam hemisferium
serebri. Massa yang berwarna kelabu dalam ganglion basalis terbagi menjadi empat bagian,
yaitu nukleus kaudatus, nukleus lentiformis, korpusamygdala dan claustrum. Nukleus
kaudatus dan nukleus lentiformis bersama fasiculus interna membentuk korpus striatum yang
merupakan unsur penting dalam sistem extrapiramidal. Fungsi dari ganglia basalis adalah
pusat koordinasi dan keseimbangan.
B. Patologi
Definisi
Demensia adalah kondisi medis yang mempengaruhi otak dan nya Gejala meliputi:
kehilangan memori, kebingungan, masalah dengan bicara dan bahasa, kecemasan, paranoia,
perubahan kepribadian, kurangnya inisiatif, dan kesulitan belajar keterampilan baru. Seseorang
dengan demensia mungkin tersesat di lingkungan yang akrab, mengalami kesulitan membayar
tagihan dan mengelola uang, kehilangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas sederhana,
dan menjadi curiga dekat mereka ke mereka.
Ada berbagai jenis demensia, termasuk demensia sebuah disebabkan oleh stroke kecil.
Beberapa orang dengan penyakit Parkinson juga menunjukkan tanda-tanda demensia.
Penyakit Alzheimer adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan penurunan daya ingat
dan penilaian secara bertahap, yang biasanya disertai dengan perubahan kepribadian dan
kemampuan untuk mengekspresikan diri.
Hal ini terjadi akibat akumulasi dari gumpalan protein dan kekusutan serabut sel saraf di
dalam otak seseorang yang mengakibatkan terjadinya kematian sel saraf di dalam otak, sehingga
mengganggu fungsi normal dari otak. Hal ini lebih sering terjadi pada mereka dengan riwayat
hipertensi atau riwayat keluarga menderita Alzheimer, dan juga pada orang tua. Sayangnya, tidak
ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini, dengan sebagian besar perawatan dan
intervensi ditujukan untuk mengurangi gejala saja. Akan tetapi, keadaan individu yang terkena
penyakit Alzheiner berdegenerasi secara berbeda-beda; mereka dengan penyakit onset dini
umumnya memiliki prognosis yang buruk. Komplikasinya antara lain infeksi, ulkus dekubitus,
dan kegagalan organ. Bagi mereka yang menderita kondisi seperti ini harus segera berkonsultasi
dengan seorang dokter.
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif otak
dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. (Brunner
&,Suddart, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat,
intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi
Kumala Dewi, dkk, 2008).
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama
menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofisiologi : konsep klinis proses- proses penyakit,
juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan
menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut
dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun.Sehingga dengan demikian Alzheimer
adalah penyakit kronik, degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual,
kepribadian yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan merawat diri. Penyakit ini
menyerang orang berusia 65 tahun keatas.
A. ETIOLOGI
a. Usia
Faktor risiko terbesar untuk penyakit Alzheimer adalah usia. Kebanyakan orang
dengan penyakit Alzheimer didiagnosis pada usia 65 tahun atau lebih tua. Orang
muda kurang dari 65 tahun juga dapat terkena penyakit ini, meskipun hal ini jauh
lebih jarang. Sementara usia adalah faktor risiko terbesar.
b. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan keluarga yang memiliki orangtua, saudara atau saudari
dengan Alzheimer lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit daripada mereka
yang tidak memiliki kerabat dengan Alzheimer's. Faktor keturunan (genetika),
bersama factor lingkungan dan gaya hidup, atau keduanya dapat menjadi
penyebabnya.
c. Pendidikan atau Pekerjaan
Beberapa ilmuwan percaya faktor lain dapat berkontribusi atau menjelaskan
peningkatan risiko demensia di antara mereka dengan pendidikan yang rendah. Hal
ini cenderung memiliki pekerjaan yang kurang melatih rangsangan otak. Selain itu,
pencapaian pendidikan yang lebih rendah dapat mencerminkan status sosial ekonomi
rendah, yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami gizi buruk dan
mengurangi kemampuan seseorang untuk membayar biaya perawatan kesehatan atau
mendapatkan perawatan yang disarankan.
d. Traumatic Brain Injury (TBI)
Trauma Cedera Otak sedang dan berat meningkatkan risiko perkembangan penyakit
Alzheimer. Trauma Cedera Otak adalah gangguan fungsi otak yang normal yang
disebabkan oleh pukulan atau tersentak ke kepala atau penetrasi tengkorak oleh
benda asing, juga dapat didefinisikan sebagai cedera kepala yang mengakibatkan
hilangnya kesadaran. Trauma Cedera Otak dikaitkan dengan dua kali risiko
mengembangkan Alzheimer dan demensia lainnya dibandingkan dengan tidak ada
cedera kepala.
B. Tanda dan Gejala
Gejala penyakit Alzheimer bervariasi antara individu. Gejala awal yang paling umum adalah
kemampuan mengingat informasi baru secara bertahap memburuk. Berikut ini adalah gejala
umum dari Alzheimer:
Selama tahap akhir penyakit, pasien mulai kehilangan kemampuan untuk mengontrol fungsi
motorik seperti menelan, atau kehilangan kontrol usus dan kandung kemih. Mereka akhirnya
kehilangan kemampuan untuk mengenali anggota keluarga dan untuk berbicara. Sebagai
penyakit berlangsung itu mulai mempengaruhi emosi dan perilaku seseorang dan mereka
mengembangkan gejala seperti agresi, agitasi, depresi, sulit tidur.
C. Proses patologis
Proses penuaan yang terjadi pada otak dapat berupa penurunana berat otak, pelebaran sulci
serebral, penyempitan gyri dan pembesaran ventrikel-ventrikel.
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada penyakit
Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron yang tidak berfungsi) dan
plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein besar, protein
prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada korteks serebri
dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat neuron
korteks dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intracranial. Secara
mikroskopik, terdapat perubahan morfologik (structural) dan biokimia pada neuron – neuron.
Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi
degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit. Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan
neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari
protein “tau”. Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural
yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitokleton
sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia
menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama
sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing –
masing terluka. Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler adalah yang
pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut
dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang terbentuk
dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen
protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada membrane neuronal
yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi fragmen –
fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi
gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel – sel glia yang
akhirnya membentuk fibril – fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan
diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal
bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah
sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi,
perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada
otak