Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kapan orang menjadi tua? apakah proses penuaan sebagai akibat fisik yang aus dan
penurunan kemampuan terjadi tanpa adanya perubahan yang mendasar pada sikap individu?.
Penuaan adalah suatu proses biologis, meskipun para ahli biologis belum menemukan
kesimpulan untuk menjelaskan karakteristik umum dari penuaan (Cox, 1988, dalam Shirdev &
Levey, 2004).

Schaie dan Willis (1992) mengatakan bahwa tahap usia tua akan dialami oleh semua orang,
ada perubahan fisik, psikis dan sosial yang terjadi. Di sisi lain kondisi fisik dan psikis setiap
orang lanjut usia akan berbeda. Hal tersebut berkaitan dengan pengalaman masa lalu dan
lingkungan sosial budaya mereka. Akibatnya, di berbagai negara akan mempunyai karakteristik
usia lanjut yang berbeda, salah satunya adalah harapan hidupnya.

Penyakit Alzheimer merupakan penyebab tersering timbulnya dementia dan menyebabkan


gangguan kognitif pada populasi usia lanjut.1,2 Dementia pada penyakit Alzheimer memiliki
onset yang gradual dan adanya penurunan kognitif secara berkelanjutan termasuk gangguan
memori dan adanya satu atau lebih aphasia (gangguan bahasa), apraxia (gangguan fumgsi
motorik), agnosia (gangguan fungsi sensoris), dan gangguan fungsi eksekutif seperti
ketidakmampuan perencanaan, pengorganisasian, serta melakukan aktivitas normal. Penelitian
yang dilakukan pada tahun 1998 menyatakan bahwa alzheimer menyerang mereka yang berusia
di atas 50 tahun, sementara di Indonesia usia termuda yang mengalami penyakit ini berusia 56
tahun. Kira-kira 5% usia lanjut 65 - 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat
setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus
demensia 0.5 - 1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 - 15% atau sekitar 3 -
4 juta orang. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju
Amerika dan Eropa sekitar 50 - 70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15 - 20%
sisanya 15 - 35% disebabkan demensia lainnya. (dalam Wibowo, 2007). Penduduk Amerika
yang keturunan Afrika lebih beresiko menderita demensia daripada etnis sama yang bertempat di
negara asal (Ibadan, Negeria). (Hendrie dkk., 1995).

Alzheimer kebanyakan menyerang kaum hawa karena hormon wanita lebih cepat masuk
masa menopause ketimbang pria dengan masa andropausenya. Bahayanya, memang alzheimer
lebih banyak hinggap pada wanita daripada pria. Jadi faktor resiko Demensia Alzheimer (DA)
terjadi pada usia lanjut, wanita, trauma kapitis berat, pendidikan rendah dan menyangkut faktor
genetik kasusnya 1 - 5%. (dalam Wibowo, 2007) Sedangkan pada penelitian Lerner (1999)
terlihat bahwa resiko wanita mendapatkan penyakit demensia jenis Alzheimer lebih dikarenakan
angka harapan hidupnya lebih besar daripada pria. Menurutnya faktor resiko terbesar penyakit
demensia adalah usia lanjut, dan jenis kelamin tidak mempunyai hubungan yang langsung
dengan penyakit tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI FISIOLOGI

a. Anatomi Otak
Otak merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat yang mengalami perubahan dan
pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh tiga selaput pelindung (meninges) dan berada di
dalam rongga tengkorak (Chusid, 1979). Selain itu otak juga merupakan jaringan yang paling
banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari metabolisme
oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa
melalui aliran darah yang bersifat konstan (Wilson, 2002).
Bagian – bagian dari otak :
1) Hemisferium Serebri
Hemisferium serebri dibagi menjadi dua hemisferium yaitu hemisferium kanan dan kiri
yang dipisahkan oleh celah dalam yang disebut dengan fisura longitudinalis serebri (Chusid,
1979). Bagian luar dari hemisferium serebri terdiri dari substantia grisea yang disebut sebagai
korteks serebri. Kedua hemisferium ini dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang
disebut dengan corpus calosum. Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-masing
hemisferium dirangkap dua, dan biasanya berkaitan dengan bagian tubuh yang berlawanan.
Hemisferium serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisferium serebri kiri
mengatur bagian tubuh sebelah kanan. Konsep fungsional ini disebut pengendalian
kontralateral (Wilson, 2002).

2) Korteks Serebri
Korteks serebri pada cerebrum mempunyai banyak lipatan yang disebut dengan konvulsi
atau girus. Celah-celah atau lekukan yang disebut sulcus terbentuk dari lipatan-lipatan
tersebut yang membagi setiap hemispherium menjadi daerah-daerah tertentu, antara lain :

a) Lobus Frontalis
Lobus frontalis mencakup bagian dari korteks serebri ke depan dari sulkus sentralis dan
diatas sulkus lateralis. Bagian ini mengandung daerah-daerah motorik. Daerah broca terletak
di lobus frontalis dan mengotrol expresi bicara. Lobus frontalis bertanggung jawab untuk
perilaku bertujuan, penentuan keputusanmoral, dan pemikiran yang kompleks. Lobus ini juga
memodifikasi dorongan-dorongan emosional yang dihasilkan oleh sistem limbic.
Badan sel di daerah motorik primer lobus frontalis mengirim tonjolantonjolan akson ke
korda spinalis, yang sebagian besar berjalan dalam alur yang disebut sebagai sistem
piramidalis. Pada sistem ini neuron-neuron motoric menyeberang ke sisi yang berlawanan.
Informasi motorik sisi kiri korteks serebrum berjalan ke bawah ke sisi kanan korda spinalis
dan mengontrol gerakan motorik sisi kanan tubuh, demikian sebaliknya. Sedangkan akson-
akson lain dari daerah motorik berjalan dalam jalur ekstrapiramidalis. Serat ini mengontrol
gerakan motorik halus dan berjalan di luar piramidal ke korda spinalis.

b) Lobus Temporalis
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura
lateralis dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis. Lobus ini adalah daerah asosiasi
untuk informasi auditorik dan mencakup daerah wernicke tempat interpretasi bahasa. Lobus
ini juga terlibat dalam interpretasi bau dan penyimpanan ingatan.

c) Lobus Parietalis
Lobus parietalis adalah daerah korteks yang terletak dibelakang sulkus sentralis, diatas
fisura lateralis dan meluas ke belakang ke fisura parietooksipitalis. Lobus ini merupakan
daerah sensorik primer otak untuk rasa raba dan pendengaran.

d) Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis adalah lobus posterior korteks serebrum. Lobus ini terletak di sebelah
posterior dari lobus parietalis dan diatas fisura parietooksipitalis. Lobus ini menerima
informasi yang berasal dari retina mata.
Gambar 1.
Hemisferium Serebri dari sisi kiri (Swaramuslim, 2009)

Gambar 2.
Gyrus pada Hemisferium Serebri dari sisi kiri (Putz, 1997)

Gambar 3.
Gyrus pada Hemisferium Serebri dari medial (Putz, 1997)

Beberapa daerah tertentu korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi spesifik.
Pembagian dan klasifikasi korteks serebri telah diusahakan oleh banyak peneliti berdasarkan
arsitektur sel (cytoarchitecture). Sistem yang paling digunakan ialah sistem dari von
Economo dan Brodmann (gambar.4). Von Economo membedakan 5 tipe isokorteks yang
utama berdasarkan ciri-ciri lapisannya. Dengan memakai angka-angka, Brodmann
memberikan label pada masing-masing daerah yang dianggap berbeda dengan yang lain.
Daerah-daerah tersebut telah dipergunakan sebagai penetapan lokalisasi proses-proses
fisiologi dan patologis (Chusid, 1979). Pada lobus frontalis terdiri dari area 4 yang merupakan
daerah motorik yang utama, area 6 merupakan bagian sirkuit traktus extrapiramidalis, area 8
berhubungan dengan gerakan mata dan pupil, area 9, 10, 11,12 adalah daerah asosiasi
frontalis. Lobus parietalis terdiri dari area 3, 2, 1 merupakan daerah sensoris post-sentralis
yang utama. Lobus temporalis terdiri dari area 41 yang merupakan daerah auditorius primer,
area 42 merupakan korteks audiotorius sekunder atau asosiasi, area 38, 40, 20, 21 dan 22
adalah daerah asosiasi. Lobus oksipitalis terdiri dari area 17 yaitu korteks striata, korteks
visual yang utama, area 18 dan 19 merupakan daerah asosiasi visual (Chusid, 1979).

Gambar 4.
A. Sensory Homunculus, dilihat dari potongan coronal lewat girus post-sentralis,
B. Motor Homonculus, dilihat dari potongan coronal lewat girus pre-sentralis (Binhasyim,
2007)
1) Ganglia Basalis
Ganglia basalis adalah massa substantia grisea yang terletak dibagian dalam hemisferium
serebri. Massa yang berwarna kelabu dalam ganglion basalis terbagi menjadi empat bagian,
yaitu nukleus kaudatus, nukleus lentiformis, korpusamygdala dan claustrum. Nukleus
kaudatus dan nukleus lentiformis bersama fasiculus interna membentuk korpus striatum yang
merupakan unsur penting dalam sistem extrapiramidal. Fungsi dari ganglia basalis adalah
pusat koordinasi dan keseimbangan.

b. Anatomi Sistem Pyramidalis dan Extrapyramidalis


Di dalam perjalanannya implus motorik dibagi menjadi dua bagian, yaitu upper motor
neuron yang menghantarkan implus dari pusat motorik di cortex cerebri sampai batas
synapsis cornu anterior medulla spinalis dan lower motor neuron yang menghantarkan
implus dari cornu anterior medulla spinalis sampai ke otot.Dalam pembahasan upper motor
neuron ini akan disinggung tentang tractus pyramidalis, tractus extrapyramidalis serta
stimulasi tractus pyramidalis dan tractus extrapyramidalis.
1) Tractus pyramidalis
Serabut – serabut saraf motoris central yang tergabung dalam suatu berkas yang berfungsi
menjalarkan implus motorik yang disadari disebut tractus pyramidalis. Tractus ini membentuk
pyramidal pada mendulla oblongata dan karena itu dinamakan system pyramidal turun dari
kapsula interna daeri cortex cerebri. Kira –kira 80 % serabut – serabut ini menyilang garis
tengah dalam decussatio pyramidium untuk membentuk tractus corticospinalis lateralis,
sisanya turun sebagai tractus corticospinalis anterior. Traktus piramidalis berasal dari sel-sel
betz pada lapisan ke lima korteks serebri pada girus presentralis lobus frontalis ke kapsula
interna masuk ke diencephalon diteruskan ke mesencephalon, pons varolli sampai
medullaoblongata. Di perbatasan medulla oblongata dan medulla spinalis sebagian besar
traktus ini merupakan penyilangan di dekusasio piramidalis. Fungsi dari system pyramidalis
berhubungan dengan gerakan terampil dan motorik halus.
2) Tractus extrapyramidalis
Sistem tractus extrapyramidalis dapat dianggap suatu system fungsional dengan tiga
lapisan integrasi, yaitu cortical, striatal (basal ganglia) dan tegmental (mesensephalon). Fungsi
utama dari extrapyramidalis berhubungan dengan gerak yang berkaitan, pengaturan sikap dan
integrasi otonom.(Chusid.1993). Traktus extrapiramidalis tersusun atas korpus striatum,
globus palidus, thalamus, substantia nigra, formation lentikularis, cerebellum dan cortex
motorik. Traktus extrapiramidalis merupakan suatu mekanisme yang tersusun dari
jalurjalurdari korteks motorik menuju Anterior Horn Cell (AHC). Fungsi utama daritraktus
extrapiramidalis berhubungan dengan gerakan yang berkaitan pengaturansikap tubuh dan
integrasi otonom. Lesi pada setiap tingkat dalam traktusextrapiramidalis dapat menghilangkan
gerakan dibawah sadar. Stimulasi dari tractus pyramidalis dan extrapyramidalis menurut
John Chas pada tahun 1975, bekerja bersama untuk memberikan pola gerakan yang berupa
gerak sinergis yang benar dan reaksi postural. Ada beberapa teori yang menjelaskan
terjadinya gerakan volunter, yaitu permulaan keinginan/ide untuk bergerak, stimulasi dari
motoneuron, perubahan atau kotrol inhibisi dari antagonis, aktifitas dari sinergis dan otot
fiksator, postur dan perubahan pola postur untuk membuat gerakan yang diinginkan. Pada
pyramidalis berfungsi pada awal gerakan yang disusun dalam area centrocephal. Jika tractus
ini bekerja sendirian tanpa bantuan dari system extrapiramidalis, maka gerakan yang
dihasilkan akan cenderung menjadi gerakan yang tidak beraturan. Tractus pyramidalis akan
membentuk suatu gerakan yang berarti, sedangkan tractus extrapyramidalis berpengaruh pada
kumpulan motoneuron untuk membuat gerakan yang diinginkan tanpa melibatkan aktifitas
yang tidak diinginkan.

c. Anatomi Peredaran Darah Otak


Darah mengangkut zat asam, makanan dan substansi lainnya yang diperlukan bagi fungsi
jaringan hidup yang baik. Kebutuhan otak sangat mendesak dan vital, sehingga aliran darah
yang konstan harus terus dipertahankan (Chusid, 1979). Suplai darah arteri ke otak
merupakan suatu jalinan pembuluhpembuluh darah yang bercabang-cabang, behubungan erat
satu dengan yang lain sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel (Wilson,
2002).
1) Peredaran Darah Arteri
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan arteri karotis
interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk circuluswillisi (Wilson, 2002).
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis yang berakhir
pada arteri serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir arteri karotis interna, dari
pembuluh darah ini keluar arteri communicansposterior yang bersatu kearah kaudal dengan
arteri serebri posterior. Arteri serebri anterior saling berhubungan melalui arteri communicans
anterior (Chusid, 1979).
Arteri vertebralis kiri dan kanan bersal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri
subklavia kanan merupakan cabang dari arteria inominata, sedangkan arteri subklavia kiri
merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui
foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu
membentuk arteri basilaris (Wilson, 2002).

2) Peredaran Darah Vena


Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater, suatu saluran
pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater yang liat. Sinus-sinus dura mater
tidak mempunyai katub dan sebagian besar berbentuk triangular.
Sebagian besar vena cortex superfisial mengallir ke dalam sinus longitudinalis superior
yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang utama adalah vena anastomotica magna
yang mengalir ke dalam sinus longitudinalis superior dan vena anastomotica parva yang
mengalir ke dalam sinus transversus. Vena-vena serebri profunda memperoleh aliran darah
dari basal ganglia (Wilson, 2002).

B. Patologi

Definisi
Demensia adalah kondisi medis yang mempengaruhi otak dan nya Gejala meliputi:
kehilangan memori, kebingungan, masalah dengan bicara dan bahasa, kecemasan, paranoia,
perubahan kepribadian, kurangnya inisiatif, dan kesulitan belajar keterampilan baru. Seseorang
dengan demensia mungkin tersesat di lingkungan yang akrab, mengalami kesulitan membayar
tagihan dan mengelola uang, kehilangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas sederhana,
dan menjadi curiga dekat mereka ke mereka.

Ada berbagai jenis demensia, termasuk demensia sebuah disebabkan oleh stroke kecil.
Beberapa orang dengan penyakit Parkinson juga menunjukkan tanda-tanda demensia.

Penyakit Alzheimer (AHLZ-tinggi-Merz) penyakit (AD) adalah penyebab utama demensia


pada orang tua. Gejala yang paling mencolok adalah kehilangan memori, terutama hilangnya
informasi baru-baru belajar. Gejala lain termasuk penurunan kemampuan untuk belajar, alasan,
membuat penilaian, dan berkomunikasi dan membawa kegiatan sehari-hari keluar. Sebagai
penyakit berlangsung, orang tersebut mungkin juga mengalami perubahan kepribadian dan
perilaku, seperti kecemasan, kecurigaan atau agitasi. Meskipun orang tersebut mungkin terlihat
baik-baik saja, ia mungkin mulai memiliki masalah dengan rutinitas sehari-hari mereka (_e Book
of Alzheimer’s for African-American ChurchesUniversity of Kentucky Sanders-Brown Center
on Aging Division of Aging Services and the Alzheimer’s Association).

Penyakit Alzheimer adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan penurunan daya ingat
dan penilaian secara bertahap, yang biasanya disertai dengan perubahan kepribadian dan
kemampuan untuk mengekspresikan diri.

Hal ini terjadi akibat akumulasi dari gumpalan protein dan kekusutan serabut sel saraf di
dalam otak seseorang yang mengakibatkan terjadinya kematian sel saraf di dalam otak, sehingga
mengganggu fungsi normal dari otak. Hal ini lebih sering terjadi pada mereka dengan riwayat
hipertensi atau riwayat keluarga menderita Alzheimer, dan juga pada orang tua. Sayangnya, tidak
ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini, dengan sebagian besar perawatan dan
intervensi ditujukan untuk mengurangi gejala saja. Akan tetapi, keadaan individu yang terkena
penyakit Alzheiner berdegenerasi secara berbeda-beda; mereka dengan penyakit onset dini
umumnya memiliki prognosis yang buruk. Komplikasinya antara lain infeksi, ulkus dekubitus,
dan kegagalan organ. Bagi mereka yang menderita kondisi seperti ini harus segera berkonsultasi
dengan seorang dokter.

Penyakit Alzheimer merupakan penyebab tersering timbulnya dementia dan menyebabkan


gangguan kognitif pada populasi usia lanjut. Dementia pada penyakit Alzheimer memiliki onset
gradual dengan penurunan kognitif yang berkelanjutan. Kelainan yang ditimbulkan meliputi
gangguan memori, berbahasa, fungsi motorik, fungsi sensoris, dan gangguan fungsi eksekutif.

Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif otak
dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. (Brunner
&,Suddart, 2002 ).

Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat,
intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi
Kumala Dewi, dkk, 2008).

Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama
menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofisiologi : konsep klinis proses- proses penyakit,
juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan
menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut
dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun.Sehingga dengan demikian Alzheimer
adalah penyakit kronik, degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual,
kepribadian yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan merawat diri. Penyakit ini
menyerang orang berusia 65 tahun keatas.

A. ETIOLOGI

Alzheimer merupakan manifestasi penyakit seperti dementia yang berangsur-angsur dapat


memburuk hingga menyebabkan kematian. Alzheimer diduga terjadi karena penumpukan protein
beta-amyloid yang menyebabkan plak pada jaringan otak. Secara normal, beta-amyloid tidak
akan membentuk plak yang dapat menyebabkan gangguan sistem kerja saraf pada otak. Namun,
karena terjadi misfolding protein, plak dapat menstimulasi kematian sel saraf.
Para ahli percaya bahwa Alzheimer, seperti penyakit kronis umum lainnya, berkembang
sebagai akibat dari beberapa faktor. Penyebab ataupun factor yang menyebabkan seseorang
menderita penyakit Alzheimer antara lain sebagai berikut :

a. Usia
Faktor risiko terbesar untuk penyakit Alzheimer adalah usia. Kebanyakan orang
dengan penyakit Alzheimer didiagnosis pada usia 65 tahun atau lebih tua. Orang
muda kurang dari 65 tahun juga dapat terkena penyakit ini, meskipun hal ini jauh
lebih jarang. Sementara usia adalah faktor risiko terbesar.
b. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan keluarga yang memiliki orangtua, saudara atau saudari
dengan Alzheimer lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit daripada mereka
yang tidak memiliki kerabat dengan Alzheimer's. Faktor keturunan (genetika),
bersama factor lingkungan dan gaya hidup, atau keduanya dapat menjadi
penyebabnya.
c. Pendidikan atau Pekerjaan
Beberapa ilmuwan percaya faktor lain dapat berkontribusi atau menjelaskan
peningkatan risiko demensia di antara mereka dengan pendidikan yang rendah. Hal
ini cenderung memiliki pekerjaan yang kurang melatih rangsangan otak. Selain itu,
pencapaian pendidikan yang lebih rendah dapat mencerminkan status sosial ekonomi
rendah, yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami gizi buruk dan
mengurangi kemampuan seseorang untuk membayar biaya perawatan kesehatan atau
mendapatkan perawatan yang disarankan.
d. Traumatic Brain Injury (TBI)
Trauma Cedera Otak sedang dan berat meningkatkan risiko perkembangan penyakit
Alzheimer. Trauma Cedera Otak adalah gangguan fungsi otak yang normal yang
disebabkan oleh pukulan atau tersentak ke kepala atau penetrasi tengkorak oleh
benda asing, juga dapat didefinisikan sebagai cedera kepala yang mengakibatkan
hilangnya kesadaran. Trauma Cedera Otak dikaitkan dengan dua kali risiko
mengembangkan Alzheimer dan demensia lainnya dibandingkan dengan tidak ada
cedera kepala.
B. Tanda dan Gejala

Gejala penyakit Alzheimer bervariasi antara individu. Gejala awal yang paling umum adalah
kemampuan mengingat informasi baru secara bertahap memburuk. Berikut ini adalah gejala
umum dari Alzheimer:

a. Hilangnya ingatan yang mengganggu kehidupan sehari-hari.


b. Sulit dalam memecahkan masalah sederhana.
c. Kesulitan menyelesaikan tugas-tugas yang akrab di rumah, di tempat kerja atau di
waktu luang.
d. Kebingungan dengan waktu atau tempat.
e. Masalah pemahaman gambar visual dan hubungan spasial.
f. Masalah baru dengan kata-kata dalam berbicara atau menulis.
g. Lupa tempat menyimpan hal-hal dan kehilangan kemampuan untuk menelusuri
kembali langkah-langkah.
h. Penurunan atau penilaian buruk.
i. Penarikan dari pekerjaan atau kegiatan sosial.
j. Perubahan suasana hati dan kepribadian, termasuk apatis dan depresi.
(Alzheimer’s Association, 2015)

Selama tahap akhir penyakit, pasien mulai kehilangan kemampuan untuk mengontrol fungsi
motorik seperti menelan, atau kehilangan kontrol usus dan kandung kemih. Mereka akhirnya
kehilangan kemampuan untuk mengenali anggota keluarga dan untuk berbicara. Sebagai
penyakit berlangsung itu mulai mempengaruhi emosi dan perilaku seseorang dan mereka
mengembangkan gejala seperti agresi, agitasi, depresi, sulit tidur.

C. Proses patologis

Proses penuaan yang terjadi pada otak dapat berupa penurunana berat otak, pelebaran sulci
serebral, penyempitan gyri dan pembesaran ventrikel-ventrikel.

Mekanisme patofisiologi yang mendasari penyakit Alzheimer adalah terputusnya hubungan


antar bagian-bagian korteks akibat hilangnya neuron pyramidal yang berfungsi sebagai
penghubung bagian-bagian tersebutdan digantikan oleh lesi-lesi degenerative yang bersifat
toksik terhadap sel-sel neuron terutama pada daerah hippocampus, korteks dan ganglia basalis.
Hilangnya neuron-neuron yang bersifat kolinergik tersebut menyebabkan menurunnya kadar
neurotransmitter asetilkolin pada otak.otak menjadi atropi dengan sulkus yang melebar dan
terdapat perluasan ventrikel-ventrikel serebral.

Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada penyakit
Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron yang tidak berfungsi) dan
plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein besar, protein
prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada korteks serebri
dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.

Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat neuron
korteks dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intracranial. Secara
mikroskopik, terdapat perubahan morfologik (structural) dan biokimia pada neuron – neuron.
Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi
degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit. Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan
neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari
protein “tau”. Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural
yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitokleton
sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia
menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama
sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing –
masing terluka. Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler adalah yang
pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut
dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer.

Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang terbentuk
dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen
protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada membrane neuronal
yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi fragmen –
fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi
gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel – sel glia yang
akhirnya membentuk fibril – fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan
diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal
bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah
sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi,
perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada
otak

Anda mungkin juga menyukai