Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I

DEFINISI

Panduan penyakit menular adalah panduan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi
pada penyakit yang penularannya melalui transmisi airborne, kontak dan droplet.
Pencegahan dan pengendalian dari segi penempatan pasien, APD dan transport pasien.

BAB II
2

RUANG LINGKUP

Panduan ini berisikan informasi tentang :


 Penanganan pasien dengan penyakit menular melalui airborne/ udara
 Penanganan pasien dengan penyakit menular melalui kontak
 Penanganan pasien dengan penyakit menular melalui droplet/ percik
 Penanganan Pasien Dengan Suspek Penyakit Menular
 Transport pasien infeksius
 Pemulangan pasien
 SPO :
 Kewaspadaaan transmisi airborne/ udara
 Kewaspadaaan transmisi kontak
 Kewaspadaaan transmisi droplet
 Skrining dan Penanganan MRSA

BAB III
3

TATA LAKSANA

3.1 Penanganan pasien dengan penyakit menular melalui airborne/ Udara


Tujuan : Menurunkan resiko transmisi udara miroba penyebab infeksi baik yang di
transmisikan berupa droplet nuclei ( sisa partikel kecil < 5 m evaporasi dari droplet
yang bertahan lama di udara ) atau partikel debu yang mengandung mikroba penyebab
sumber infeksi . Misalnya : TBC, campak, cacar air, rinovirus, dan rotavirus.

1. Penempatan pasien

 Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai tekanan negatif, aliran


udara 6-12x/jam, pengeluaran udara terfiltrasi sebelum udara mengalir ke
ruang atau tempat lain di RS
 Jangan gunakan AC sentral, bila mungkin AC + filter HEPA
 Usahakan pintu ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak
memungkinkan, tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba
yang sama,jangan dicampur dengan infeksi lain (kohorting) jarak> 1meter.

2. Transport pasien :
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan Bila perlu untuk
pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk cegah menyebarnya droplet
nuklei

3. APD Petugas :
- Kenakan masker respirator (N95/kategori N pada efisiensi 95%) saat masuk ruang
pasien atau suspekTB paru.
- Orang yang rentan seharusnya tidak boleh masuk ruang pasien yang diketahui
atau suspek campak, cacar air kecuali petugas yang telah imun.
- Bila terpaksa harus masuk maka harus mengenakan masker respirator untuk
pencegahan. Orang yang sudah pernah tidak perlu memakai.
- Gunakan masker bedah/prosedur (min),sarung tangan, gaun, goggel, bila
melakukan tindakan dengan kemungkinan aerosol
Catatan :
4

1. Untuk pasien dengan BTA positif harus dirawat di ruang paru.


2. Untuk pasien dengan MDR–TB dirawat di ruang khusus infeksi ( ruang MDR TB)
3. Petugas ruang paru wajib memakai baju khusus, mandi antiseptik serta menggant baju
saat pulang dari dinas

3.2 Penanganan pasien dengan penyakit menular melalui kontak

Tujuan : Menurunkan risiko transmisi mikroba secara epidemologi ditransmisikan melalui


kontak langsung atau tidak langsung. Misalnya ; MDRO, MRSA, VRSA, VRE, MDRSP
(streptococcus pneumonia), virus herpes simpleks dll.

1. Penempatan

 Tempatkan pasien diruang rawat terpisah, bila tidak mungkin kohorting, bila
keduanya tidak mungkin maka pertimbangkan epidemologi mikrobanya dan
populasi pasien
 Tempatkan dengan jarak > 1 meter 3 kaki antar tempat tidur
 Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
2. Transport pasien :
 Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja.
 Bila diperlukan pasien keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko minimal
transmisi ke pasien lain atau lingkungan.
3. APD petugas :
 Pakailah sarung tangan bersih non streril lateks saat masuk ke ruang pasien,
ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain)
 Lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan
dengan antiseptic
 Pakai gaun bersih tidak steril saat masuk ruang pasien untuk melindungi baju
dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, barang diruang pasien,
cairan diare pasien, ileostomy,colostomy, luka terbuka.
 Lepaskan gaun sebelum keluar ruangan
4. Peralatan untuk perawatan pasien :
 Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1 pasien dengan
infeksi mikroba yang sama
5

 Bersihkan dan disinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lain


Catatan:
Untuk pasien MRSA harus dirawat di ruang isolasi dan tidak boleh dicampur dengan
pasien lain. Bila tidak ada ruang isolasi pisahkan dan gunakan hepa filter (lihat SPO
skrining dan penanganan MRSA)

3.3 Penanganan pasien dengan penyakit menular melalui droplet/ percikan


Tujuannya : Mengurangi resiko penularan nosokomial patogen melalui
partikel > 5 m yang menyebar melalui batuk, bersin, bicara
atau tindakan. Misalnya penyakit SARS, B.pertusis, RSV, influenza, Adenovirus, Rhinovirus,
N. Meningiditis, Streptococcus grup A, Mycoplasma pneumonia dan H5N1,
1. Penempatan pasien
 Tempatkan pasien diruangan terpisah, bila tidak mungkin kohorting, bila
keduanya tidak mungkin buat pemisah dengan jarak > 1 meter antar tempat
tidur dan jarak dengan pengunjung
 Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap udara dan
ventilasi
2. Transport pasien :
1. Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan
mengenakan masker pada pasien.
2. Terapkan hygiene respirasi dan etika batuk.
3. APD Petugas
Pakailah masker bila bekerja dalam radius 1m terhadap pasien saat kontak erat. Masker
seharusnya melindungi hidung dan mulut, dipakai saat memasuki ruang rawat pasien
dengan ifeksi saluran nafas
4. Peralatan Untuk Perawatan Pasien
Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba tidak bergerak jarak jauh

3.4 Penanganan Pasien Dengan Suspek Penyakit Menular

- Terapkan dan lakukan pengawasan terhadap kewaspadaan standar.


- Untuk kasus / dugaan menular melalui udara
6

- Letakkan pasien didalam satu ruangan tersendiri. Jika ruangan tersendiri tidak
tersedia, kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi secara terpisah di dalam
ruangan atau bangsal dengan beberapa tempat tidur dari kasus yang belum
dikonfirmasi atau sedang didiagnosis (kohorting). Bila ditempatkan dalam satu
ruangan, jarak antar tempat tidur harus lebih dari 2 meter dan diantara tempat tidur
harus ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.
- Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan negative
yang dimonitor (ruangan bertekanan negative) dengan 6 – 12 pergantian udara
perjam dan system pembuangan udara atau menggunakan saringan udara
partikulasi efisiensi tinggi (filter HEPA)yang termonitor sebelum masuk ke system
sirkulasi udara lain di rumah sakit.
- Jika tidak tersedia ruangan bertekanan negative dengan system penyaringan udara
pertikulasi efisiensi tinggi, buat tekanan negative didalam ruangan pasien dengan
memasang pendingin ruangan atau kipas angin dijendela sedemikian rupa agar
aliran udara keluar gedung melalui jendela.Jendela harus membuka keluar dan
tidak mengarah kedaerah public.
- Jaga pintu tertutup setiap saat dan jelaskan kepada pasien mengenbai perlunya
tindakan-tindakan pencegahan ini.
- Pastikan setiap orang yang melalui ruangan memakai APD yang sesuai; masker
(bila memungkinkan gunakan masker efisiensi tinggi).
- Pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan.
- Pakai gaun yang bersih, non-steril ketika masuk ruangan jika akan berhubungan
dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau barang-barang di dalam
ruangan.
Pertimbangan penempatan pasien

 Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luas terhadap lingkungan


 Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi melalui udara kekontak
 Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar dengan exhaust kearea
tidak ada orang lalu lalang.
 Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan.

3.5 Transport pasien infeksius


7

1. Dibatasi bila perlu saja


2. Bila mikroba pasien virulen, 3 hal perlu diperhatikan :
- Pasien diberi APD (masker, gaun)
- Petugas diarea tujuan harus diingatkan akan kedatangan pasien tersebut
melaksanakan kewaspadaan yang sesuai.
- Pasien diberi informasi untuk dilibatkan kewaspadaannya agar tidak terjadi
transmisi kepada orang lain.

Pasien yang didiagnosis menderita SARS atau flu burung :


- Jangan ijinkan meninggalkan tempat isolasi kecuali untuk pelayanan kesehatan
penting
- Pindahkan pasien melalui alur yang dapat mengurangi kemungkinan terpajannya
staf, pasien lain, atau pengunjung
- Bila pasien dapat menggunakan masker bedah, petugas kesehatan harus
menggunakan gaun pelindung dan sarung tangan. Bila pasien tidak dapat
menggunakan masker bedah maka petugas harus menggunakan masker, gaun
pelindung dan sarung tangan.

Pemindahan pasien yang dirawat diruang isolasi

1. Beritahukan ruangan dimana pasien dipindahkan


2. Pasien harus dipakaiakn masker dan gaun ketika keluar dari ruang rawat menuju
ruang rawat yang baru
3. Petugas kesehatan yang terlibat harus menggunakan APD yang sesuai
4. Jika pasien dipindahkan dari fasilitas pelayanan kesehatan maka semua permukaan
yang kontak dengan pasien harus dibersihkan
5. Jika pasien menggunakan ambulan, maka sesudahnya ambulan tersebut harus
dibersihkan dengan disinfektan seperti alcohol 70% atau larutan klorin 0,5 %.

3.6 Pemulangan pasien

1. Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, pasien yang dicurigai terkena
penyakiut menular melalui udara / airborne harus diisolasi didalam rumah selama
8

pasien tersebut mengalami gejala sampai batas waktu penularan atau sampai diagnosis
alternative dibuat atau hasil uji diagnose menunjukkan bahwa pasien tidak terinfeksi
dengan penyakit tersebut.
2. Sebelum pemulangan pasien, pasien dan keluarganya harus diajarkan tentang tindakan
pencegahan yang perlu dilakukan , sesuai dengan cara penularan penyakit menular
yang diderita pasien.
3. Pembersihan dan disinfeksi ruangan yang benar perlu dilakukan setelah pemulangan
pasien.

BAB IV

4. 1 SPO Kewaspadaaan Transmisi Udara

KEWASPADAAN TRANSMISI
MELALUI UDARA

RSMH Palembang
9

No. Dokumentasi
No. Revisi Halaman
YM.01.11/11-3-
1 ½
3/3752/2012
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur Utama
STANDAR 12 Juni 2012
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr.H. Yanuar Hamid, SpPD, MARS
NIP. 195501101980111001

Tambahan kewaspadaan standar terhadap pasien yang diduga atau telah


diketahui terinfeksi mikroba yang secara epidemologi penting dan
ditransmisikan melalui jalur udara. Seperti misalnya transmisi partikel
PENGERTIAN terinhalasi

Menurunkan resiko transmisi udara miroba penyebab infeksi baik yang


di transmisikan berupa droplet nuclei ( sisa partikel kecil <5 m
TUJUAN evaporasi dari droplet yang bertahan lama diudara ) atau partikel debu
yang mengandung mikroba penyebab sumber infesi .

Berdasarkan SK Direktur Utama Nomor: UK.01.10/II/1382/2013


KEBIJAKAN tentang Kebijakan Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi

Penempatan pasien
1. Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai tekanan
negatif bila tersedia, aliran udara 6-12x/jam, pengeluaran udara
terfiltrasi sebelum udara mengalir ke ruang atau tempat lain di
PROSEDUR RS.
2. Jangan gunakan AC sentral, bila mungkin AC + filter HEPA
3. Pintu ruang pasien harus selalu tertutup. Bila ruang terpisah
tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan pasien lain yang
mengidap mikroba yang sama, jangan dicampur dengan infeksi
lain (kohorting) jarak> 1meter.

4. Bila tidak ada ruang khusus maka masukkan pasien ke ruang


isolasi
PROSEDUR
Transport pasien :
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan Bila perlu
untuk pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk cegah
menyebarnya droplet nuklei
10

APD Petugas :
1. Kenakan masker respirator (N95), minimal masker bedah, saat
masuk ruang pasien atau suspek TB paru.
2. Petugas yang rentan seharusnya tidak boleh masuk ruang pasien
yang diketahui atau suspek campak, cacar air kecuali petugas
yang telah imun.
3. Bila terpaksa harus masuk maka harus mengenakan masker
respirator untuk pencegahan. Orang yang sudah pernah tidak
perlu memakai.
4. Gunakan masker N95, minimal masker bedah ,sarung tangan,
gaun, goggel, bila melakukan tindakan dengan kemungkinan
aerosol

Catatan :
 Untuk pasien dengan BTA positif harus dirawat di ruang paru.
 Untuk pasien dengan MDR–TB dirawat di ruang khusus infeksi
( ruang MDR TB)
 Petugas ruang paru wajib memakai baju khusus, mandi antiseptik
serta mengganti baju saat pulang dari dinas.

IRJ, IGD, Intensif, IBS, IRNA, Farmasi, Graha Spesialis


UNIT TERKAIT

4.2 SPO Kewaspadaaan Transmisi Kontak

KEWASPADAAN TRANSMISI KONTAK

RSMH Palembang
11

No. Dokumentasi
No. Revisi Halaman
YM.01.11/11-3-
1 ½
3/3753/2012

Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur Utama
STANDAR 12 Juni 2012
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr.H. Yanuar Hamid, SpPD, MARS
NIP. 195501101980111001

Diterapkan terhadap pasien dengan infeksi atau terkolonisasi (ada


mikroba pada atau dalam pasien tanpa gejala klinis infeksi) yang
PENGERTIAN secara epidemologi mikrobanya dapat ditransmisikan dengan cara
kontak langsung atau tidak langsung.

Menurunkan risiko transmisi mikroba secara epidemologi


ditransmisikan melalui kontak langsung atau tidak langsung.
TUJUAN

Berdasarkan SK Direktur Utama Nomor: UK.01.10/II/1382/2013


KEBIJAKAN tentang Kebijakan Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi

Penempatan pasien :
1. Tempatkan di ruang rawat terpisah, bila tidak mungkin
PROSEDUR kohorting, bila keduanya tidak mungkin maka pertimbangkan
epidemologi mikrobanya dan populasi pasien
2. Tempatkan dengan jarak >1 meter antar tempat tidur
3. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan
pasien lain

Transport pasien :
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja.
Bila diperlukan pasien keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko
minimal transmisi ke pasien lain atau lingkungan.

APD petugas :
PROSEDUR 1. Pakailah sarung tangan bersih non streril lateks saat masuk ke
ruang pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan
bahan infeksius (feses, cairan drain)
2. Lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan
cuci tangan dengan antiseptic
3. Pakai gaun bersih tidak steril saat masuk ruang pasien untuk
melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan
lingkungan, barang diruang pasien, cairan diare pasien,
12

ileostomy,colostomy, luka terbuka.


4. Lepaskan gaun sebelum keluar ruangan

Peralatan untuk perawatan pasien :


1. Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1
pasien dengan infeksi mikroba yang sama
2. Bersihkan dan disinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lain

Catatan:
Untuk pasien MRSA ( metchicilin resisten staphylococcus aureus)
harus dirawat di ruang isolasi dan tidak boleh dicampur dengan
pasien lain. Bila tidak ada ruang isolasi pisahkan dan gunakan hepa
filter (lihat SPO skrining dan penanganan MRSA di halaman 74)

IRJ, IRD, Intensif, IBS, IRNA, Farmasi


UNIT TERKAIT

4.3 Kewaspadaan Tranmisi Droplet


13

KEWASPADAAN TRANSMISI DROPLET

No. Dokumentasi
No. Revisi Halaman
YM.01.11/11-3-
1 1/1
RSMH Palembang 3/3751/2012
Ditetapkan
Tanggal Terbit Direktur Utama
STANDAR 12 Juni 2012
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr.H. Yanuar Hamid, SpPD, MARS
NIP. 195501101980111001

Diterapkan sebagai tambahan kewaspaadan standar terhadap pasien


dengan infeksi diketahui atau suspek mengidap mikroba yang dapat
PENGERTIAN ditransmisikan melalui droplet ( >5 m).

Mengurangi resiko penularan nosokomial patogen melalui


partikel > 5 m yang menyebar melalui batuk, bersin, bicara
TUJUAN atau tindakan

Berdasarkan SK Direktur Utama Nomor: UK.01.10/II/1382/2013


KEBIJAKAN tentang Kebijakan Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi

Penempatan pasien :
Tempatkan di ruang terpisah, bila tidak mungkin kohorting, bila
PROSEDUR keduanya tidak mungkin buat pemisah dengan jarak >1 meter antar
tempat tidur dan jarak dengan pengunjung. Pertahankan pintu terbuka,
tidak perlu penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi.
Transport pasien :
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan
mengenakan masker pada pasien. Terapkan hygiene respirasi dan etika
batuk.
APD petugas :
Pakailah masker bila bekerja dalam radius 1m terhadap pasien saat
kontak erat. Masker seharusnya melindungi hidung dan mulut, dipakai
saat memasuki ruang rawat pasien dengan infeksi saluran napas.
Peralatan untuk perawatan pasien :
Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba tidak
bergerak jarak jauh.
UNIT TERKAIT IRJ, IRD, Intensif, IBS, IRNA, Farmasi
14

4.4 SPO Skrining dan Penanganan MRSA

SKRINING DAN PENANGANAN MRSA

RSMH Palembang

No. Dokumentasi
No Revisi Halaman
YM.01.11/11-3-
0 1/4
3/3740/2012
STANDAR Ditetapkan
PROSEDUR Tanggal Terbit Direktur Utama
OPERASIONAL

Dr.H. Yanuar Hamid, SpPD, MARS


NIP. 195501101980111001

Methicillin Resistant aphylococcus Aureus (MRSA) adalah sejenis


bakteri yang sangat sulit diterapi, Disebut sebagai multidrugs resistant
PENGERTIAN staphylococcus aueus atau oxacillin resistanst stapylococcus aureus
(ORSA)
MRSA merupakan strain Staphylococcus aureus sejenis bakteri yang
resisten pada antibiotik termasuk penisilin (methicillin, dicloxacilin,
nafcilin, oxacilin dan lain-lain) dan juga cephalosforin. MRSA adalah
masalah di RS terutama pada pasien dengan luka terbuka dan
mempunyai sistem imun yang rendah, berisiko tinggi mendapatkan
infeksi nosokomial MRSA

Menjadi pedoman skrining dan penanganan MRSA di RS

TUJUAN

Berdasarkan SK Direktur Utama Nomor: UK.01.10/II/1382/2013 tentang


KEBIJAKAN Kebijakan Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi
1. Semua kasus MRSA (infeksi atau kolonisasi) harus ditempatkan di
kamar isolasi atau dipantau dengan tindakan pencegahan kontak
PROSEDUR transmisi pada saat mereka ditangano ke RS
2. Semua pasien rawat inap untuk setiap fasilitas pelayanan kesehatan
12 bulan terakhir (definisi pasien berisiko karier MRSA) harus
disaring dengan hidung swab untuk menyingkirkan MRSA, nasal
swab yang sama harus digunakan untuk kedua hidung.
3. Semua pasien dirawat di ICU yang akan dilakukan skrining MRSA
( swab hidung juga sebaiknya ditambah swab dari ketiak dan pangkal
paha)
4. Semua pasien MRSA pada sampel skrining awal positif dengan atau
klinis MRSA maka harus dirawat di ruang isolasi atau dengan
15

pemantauan tindakan pencegahan transmisi kontak. Jika perlu dan


memungkinkan disiapkan bangsal isoasi untuk pasien MRSA.
5. Jika ruang isolasi tidak tersedia untuk pasien MRSA positif, petugas
ruangan menghubungi komite PPI untuk mendapatkan solusi sesuai
dengan kondisi ruangan yang tersedia memastikan bahwa tindakan
pencegahan isolasi standar diamati oleh semua perawat, staf medis
dan tambahan menghadiri kepada pasien
6. Pasien dengan MRSA sebaiknya tidak dipindahkan dari satu ruangan
ke ruangan lain, kecuali untuk pemeriksaan penunjang seperti
radiologi, tetapi petugas radiologi harus diberitahukan kondisi pasien
dan diinformasikan cara pencegahan penularan MRSA
7. Edukasi diberikan kepada setiap petugas kesehatan tentang tindakan
pencegahan yang perlu diambil untuk pencegahan yang perlu diambil
untuk mencegah penyebaran penyakit
8. Edukasi / penjelasan sederhana diberikan kepada pasien dan keluarga
seperti mengapa isolasi diperlukan dan apa tujuan isolasi tersebut.
9. Isolasi pasien dapat dihentikan 24 jam setelah tiga kali dikonfirmasi
hasil skrining MRSA negatif
10. Jika pasien dievakuasi atau dipindahkan ke rumah sakit lain atau
lembaga perawatan kesehatan, harus ada catatan tertulis sebagai
pemberitahuan bahwa pasien adalah kasus MRSA sehingga mereka
dapat melaksanakan prosedur penanganan yang sesuai. Hal ini juga
berlaku untuk pasien yang dikirim ke klinik rawat jalan untuk
pengobatan lanjut.
11. Tiga stiker kuning diperlukan untuk menunjukkan MRSA situs+
pada buklet penilaian AKB/ keperawatan dan dokter DPJP.
12. Perawat dengan lesi kulit, yang merawat pasien positif MRSA
harus melaporkan kepada kepala perawat bersama Tim PPI
menindaklanjuti masalah tersebut.
13. Gunakan masker filter, sarung tangan, dan celemek plastik setiap
menangani pasien dengan kondisi kulit eksfoliatif, infeksi pernapasan
dan selama memungkinkan penyebaran melalui droplet.
14. Semua APD yang digunakan untuk menangani pasien MRSA
harus segera dibuang di limbah medis yang diletakkan sebelum
meninggalkan ruangan pasien
15. Linen kotor pasien MRSA mempunyai wadah khusus sebelum
dibuang dan tidak boleh dibawa di koridor tempat orang lalu lalang
16. Pengunjung tidak perlu memakai masker, sarung tangan atau
celemek plastik tetapi harus mencuci tangan mereka sebelum
meninggalkan ruangan pasien
17. Troli makanan dan lain-lain tidak boleh masuk ke ruangan pasien
18. Status pasien dan seluruh pemeriksaan penunjang tidak boleh
dibawa keruang pasien
19. Siapkan hal dibawah ini yang khusus digunakan untuk pasien
MRSA sebagai berikut :
- 1 kotak masker filter
- 1 kotak sarung tangan non steril
- 1 botol handrup
- Celemek plastik
- Sphigmomanometer tersebut
16

- Stetoskop dan termometer yang ditinggalkan di ruangan pasien


atau bilik.
20. Gunakan desinfektan fenolik untuk disinfeksi pintu ruangan
tempat tidur, perabot, bel, peralatan, televisi, dan monitor (ICU) dan
tirai yang akan dikirm untuk dicuci
21. Pasien MRSA yang perlu penanganan di ruang operasi harus
ditempatkan dalam jadwal terakhir operasi
22. Perawatan luka MRSA harus dilakukan dengan menggunakan
APD masker filter, sarung tangan da celemek plsatik ketika
melakukan ganti. Handuk pembalut sekali pakai steril harus
digunakan untuk menutup luka
23. Gaun pelindung harus segera dibuang ke dalam kantong plastik
infeksius
24. Ganti balut pasien dengan luka MRSA harus mendapat giliran
terakhir untuk mencegah kontaminasi silang
25. Bila petugas ruangan belum paham penanganan pasien MRSA
hubungi komite PPI untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut

UNIT TERKAIT Seluruh instalasi perawatan


Kamar operasi
Instalasi CSSD
17

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

DEPKES RI. 2009. Pedoman dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta : PERDALIN.

DEPKES RI. 2005. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan


Kesehatan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan.

KATA PENGANTAR
18

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan bimbingan
dan petunjuk kepada kita sehingga kita berhasil menyusun Buku Panduan Pelayanan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Penyakit Menular di RSUP. Dr. Mohammad
Hoesin Palembang.

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang saat ini makin berkembang seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dilain pihak rumah sakit dihadapi
tantangan yang makin besar. Rumah sakit dituntut agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu, akuntabel dan transparan kepada masyarakat, khususnya bagi
jaminan keselamatan pasien.

Untuk hal tersebut rumah sakit perlu ditingkatkan pelayanannya, khususnya dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi.

Buku panduan pencegahan dan pengendalian infeksi penempatan pasien di rumah sakit
sangat penting bagi petugas yang bekerja dalam pencegahan dan pengendalian infeksi,
penting juga bagi pasien, keluarga pasien dan lingkungan rumah sakit.

Kami menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangannya, untuk itu kami harapkan
masukan dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan buku ini di kemudian hari.

Palembang, Oktober 2013

Tim PPIRS

DAFTAR ISI
19

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I DEFINISI................................................................................................................... 1

BAB II RUANG LINGKUP.................................................................................................. 2

BAB III TATA LAKSANA................................................................................................... 3

1.1 Penanganan pasien dengan penyakit menular melalui airborne/ udara.............. 3


1.2 Penanganan pasien dengan penyakit menular melalui kontak.......................... 4
1.3 Penanganan pasien dengan penyakit menular melalui droplet/ percik................ 5
1.4 Penanganan Pasien Dengan Suspek Penyakit Menular.................................... 6
1.5 Transport pasien infeksius...........................................................................7
1.6 Pemulangan pasien.....................................................................................8

BAB IV DOKUMENTASI................................................................................................... 9

4.1. SPO Kewaspadaaan transmisi airborne/ udara............................................... 9


4.2. Kewaspadaaan transmisi kontak.................................................................. .......... 11
4.3. Kewaspadaaan transmisi droplet..................................................................... 13
4.4. Skrining dan Penanganan MRSA.................................................................. ........... 14

BAB V DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17

Anda mungkin juga menyukai