Anda di halaman 1dari 3

Dialog Ekonomi & Bedah Buku :

LABOUR MARKET AND FIRM COMPETITIVENESS IN INDONESIA


Some Issues and Challenges

Dialog Ekonmi dan Bedah Buku kali ini mengangkat topik “LABOUR MARKET AND FIRM
COMPETITIVENESS IN INDONESIA. Some Issues and Challenges” dengan narasumber Dr. Daniel
Suryadarma dari SMERU Research Institute dan Dr. Devanto Pratomo yang merupakan dosen di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis, 22 Februari 2018 pada
pukul 09.30 – 12.00 WIB di Gedung F Lantai 7 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Kegiatan ini diawali dengan pembukaan oleh MC dan dilanjutkan dengan menyanyikan Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya. Kemudian sambutan dari perwakilan Indonesia dari organisasi Economic
Research Institute for ASEAN end East Asia). ERIA merupakan organisasi yang mendukung terbitnya
buku ini. Setelah Sambutan dari ERIA, dilanjutkan dengan sambutan dari DEKAN Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya, Bapak Nurkholis, SE., M.Buss.(Acc)., Ak., Ph.D sekaligus pembukaan,
pemberian cinderamata kepada narasumber dan foto bersama.
Kemudian dialog dimulai dengan pembukaan oleh Moderator dan dilanjutkan oleh Dr. Devanto
Pratomo. Beliau menjelaskan banyak mengenai buku tersebut. Sebenarnya topik “LABOUR MARKET
AND FIRM COMPETITIVENESS IN INDONESIA. Some Issues and Challenges” merupakan salah satu
chapter yang ada dalam buku “THE INDONESIAN ECONOMY – Trade and Industrial Policies”. Namun
beliau-beliau ini lah yang menulis di chapter ini dan diedit langsung oleh tokoh – tokoh terkenal seperti
Lili Yan Ing, Gordon H. Hanson, dan Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati. Dr. Devanto
Pratomo memulai penjelasannya mengenai Tingkat Pengangguran. Tingkat pengangguran di Indonesia
sejak 2005 hingga sekarang dinilai menurun. Pengangguran di Indonesia terbanyak berada pada usia 15
– 24 tahun dimana usia tersebut merupakan usia yang sangat produktif. Selain itu, beliau juga
menyebutkan bahwa masih banyak didapat pengangguran terdidik. Mereka semua sedang menunggu
karena ada serious mismatch about skill and passion. Lebih dari 40% pekerja di Indonesia itu under
qualified yang berarti kemampuannya masih rendah untuk kualifikasi yang dibutuhkan oleh sebuah
perusahaan.
Kemudian segmentation between formal and informal group in a firm. Sangat kontras adanya
antara grup informal dan formal. Ini juga menganggu jalan terbukanya lowongan pekerjaan. Lebih
banyak grup formal saja di dalam sebuah perusahaan dan membuat lebih banyak pekerja kontrak saja
dibanding pekerja tetap. Karena grup informal dapat membantu meningkatkan produktifitas kerja.
Pembahasan selanjutnya mengenai Isu Bonus Demografi (2015-2030) : memberikan
kesempatan bagi Indonesia dalam hal penciptaan lapangan kerja. Usia produksi kerja di Indonesia naik
menjadi 2,5 juta setiap tahun, terbesar di regional asean. Hal ini akan menimbulkan tantangan dalam hal
penciptaan lapangan kerja. Kunci pesannya adalah Indonesia perlu memanfaatkan peluang yang tercipta
dari demografis dividen sampai tahun 2030.
Kondisi pasar kerja yang pertama menunjukkan bahwa tingkat pengangguran dengan jumlah
paling tinggi berada di sekolah menengah atas dan universitas karena terdapat masa transisi yang cukup
panjang dari yang biasanya full waktu dengan pembelajaran bersifat edukasi bertransisi ke pasar kerja
dan ketidakcocokan yang serius antara keterampilan yang dihasilkan dalam pendidikan formal dengan
keterampilan yang dibutukan oleh pemberi kerja. Lebih dari 40% dari penduduk siap kerja berada di
tingkat di bawah kualifikasi yang diinginkan. Ini dilihat dari hasil penelitian pada tahun 2015 mengenai
occupational mismatch.
Kondisi pasar kerja yang kedua menunjukkan segmentasi antara formal dan informal pekerjaan
seperti yang dituliskan di atas. Sektor formal tumbuh dengan cepat. Namun hanya seperlima pekerja
formal yang memiliki kontrak permanen dan memiliki akses terhadap keuntungan dan investasi lebih
besar dari pengusaha.
Kemudian beliau menjelaskan mengenai Kebijakan ketenagakerjaan di Indonesia mengenai
kebijakan upah minimum. Tujuan dari upah minimum adalah untuk melindungi pekerja yang rentan
dengan memastikan bahwa ada tingkat upah yang memenuhi standar dan menjadi dasar pemberian
minimal upah. Dalam kebanyakan kasus, upah minimal hanyalah titik awal negosiasi antara serikat
pekerja, pengusaha, dan pemerintah.
Kebijakan Ketenagakerjaan di Indonesia berikutnya adalah mengenai kebijakan pemberian
pesangon. Di Indonesia, kebijakan perlindungan ketenagakerjaan menjadi semakin ketat, terutama
dalam hal tingkat pesangon. Bank dunia pada tahun 2010 melaporkan bahwa hanya ada 7 persen dari
karyawan yang dihentikan mendapatkan hak penuh mereka atau lebih, sedangkan 27 persen menerima
kurang dari hak penuh mereka. Dengan menggunakan outsourcing dan pekerja kontrak jangka tetap
telah menjadi sangat umum di banyak negara maju dan berkembang selama dua dekade terakhir.
Hal-hal yang potensial agar dapat memajukan segala sesuatunya di pasar kerja antara lain
perlakuan serupa antara pekerja tetap dan pekerja kontrak, peraturan yang lebih jelas mengenai
outsourcing dan kontrak berjangka tetap, dan bagi pengusaha, peraturan tersebut berpotensi
meningkatkan semangat kerja pekerja, sehingga menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dan
mengurangi konflik industri.

Kemudian materi dilanjtkan oleh Dr. Daniel Suryadarma, beliau menyampaikan permasalahan
mengenai edukasi di indonesia, cara menanggulanginya, dan lain – lain. Edukasi merupakan hal yang
sangat primer. Di Indonesia pendidikan sudah dilaksanakan sejak anak usia dini. Menurut observasi yang
dilakukan, pendidikan di Indonesia sangat meningkat dengan berbagai macam program yang dibuat oleh
pemerintah maupun dari pihak sekolah sendiri. Namun hingga kini masih saja terjadi ketimpangan di
bidang pendidikan. Seperti jarak antara yang kaya dan miskin membuat terhambatnya akses pendidikan
sampai kepada setiap orang. Akses disini dapat diartikan mudah tidaknya seseorang mendapatkan
pendidikan dengan kondisi ekonomi yang beragam. Sampai saat ini, masih banyak sekali di Indonesia
yang belum dapat mengenyam pendidikan hingga lulus SMA.
Pemerintah sebenarnya sudah menganggarkan dana yang sangat banyak untuk pembangunan
Indonesia, namun untuk pendidikan masih dinilai sedikit, sehingga masih menimbulkan ketimpangan.
Investasi dana untuk pendidikan di Indonesia masih sedikit, dilihat dari penelitian yang dilakukan sejak
2001 – 2014.
Kualitas sekolah juga menentukan kemajuan suatu bangsa. Di Indonesia, pemerintah sudah
menggalakkan segala program untuk peningkatakan komponen – komponen di sekolah, seperti guru,
siswa, maupun karyawan. Dengan pemberian sertifikasi bagi para guru diharapkan dapat meningkatkan
produktifitas mereka dalam kegiatan belajar mengajar.
Tingkat penyelesaian sekolah dan pencapaian pendidikan semakin meningkat di Indonesia tapi
keterampilan tetap rendah, dibuktikan dengan banyak penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 4 SD
dan kelas 8 SMA di Indonesia menjelaskan bahwa masih menunjukkan tingkat yang rendah. Penelitian
ini juga dilakukan dibanyak negara di dunia, dan Indonesia menempati urutan yang cukup rendah. Dan
masih belum ada perbaikan dalam dekade terakhir. Sekitar 20-30 perusahaan melaporkan bahwa
kekurangan keterampilan disebabkan oleh sistem pendidikan tinggi untuk menghasilkn lulusan
berkualitas itu masih rendah dibandingkan dengan negara tetangga. Investasi dana untuk pendidikan
perlu ditingkatkan, bahkan setelah mencapai aturan 20% masih dibawah negara lain.

Anda mungkin juga menyukai