Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Isolasi adalah salah satu bentuk peralatan tegangan tinggi yang berfungsi sebagai
tahanan atau pelindung agar tidak terjadi tembus yang tidak diinginkan. Secara umum isolasi
dibagi menjadi 3 (tiga) macam yaitu isolasi padat, cair dan gas. Kemampuan isolasi dalam
menahan tegangan mempunyai batas-batas tertentu sesuai dengan material penyusun dan
lingkungan sekitarnya. Apabila tegangan yang diterapkan melebihi kuat medan isolasi maka
akan terjadi tembus atau breakdown yang menyebabkan terjadinya aliran arus antara peralatan
tegangan tinggi.
Kekuatan isolasi gas dipengaruhi beberapa hal antara lain temperatur, kelembaban,
angin, tingkat kontaminasi udara dan besar tegangan yang diterapkan. Adanya kondisi hujan
asam, hujan basa, hujan garam, serta hujan di pegunungan akan mempengaruhi kekuatan isolasi
dalam mencegah terjadinya tembus antar dua peralatan tegangan tinggi yang diisolasi.
Pemodelan peralatan tegangan tinggi dengan elektroda jarum homogen dan elektroda
bola homogen digunakan untuk mengetahui tegangan tembus gas antara keduanya jika terjadi
perubahan terhadap lingkungan sekitar, selama pengujian isolasi di laboratorium tegangan
tinggi. Contoh penggunaan peralatan tegangan tinggi yang menyerupai elektroda jarum adalah
arcing horn (busur api) yang dipasang di tiap ujung renteng isolator.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut :
1. Apakah fungsi isolator pada sistem kelistrikan tegangan tinggi ?
2. Apa apa saja yang menjadi parameter dari pada isolator itu sendiri ?
3. Apakah karakteristik dari isolator pada sistem kelistrikan tegangan tinggi ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuannya dibuatnya makalah ini, sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui macam macam fungsi dari suatu isolator pada sistem
kelistrikan tegangan tinggi
2. Dapat mengetahui apa apa saja yang menjadi parameter isolator yang digunakan
oleh sistem.
3. Dapat mengetahui karakteristik yang ada pada isolator pada sistem.
4. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Selamat Meliala ST., MT.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Isolator


Pada transmisi hantaran udara, suatu konduktor dengan konduktor lain diisolir dengan
udara, sedangkan konduktor dengan menara atau tiang pendukung diisolir dengan bahan isolasi
padat yang disebut isolator. Jadi, isolator berfungsi sebagai pendukung konduktor dan
sekaligus memisahkan konduktor bertegangan dengan bagian yang bertegangan nol.
Selain pada transmisi, isolator juga drjumpai pada jaringan distribusi hantaran udara
gardu induk dan panel pembagi daya. Pada jaringan distribusi hantaran udara digunakan
sebagai penggantung atau penopang konduktor. Pada gardu induk digunakan sebagai
pendukung sakelar pemisah, pendukung konduktor penghubung dan pengantung rel daya. Pada
panel pembagi daya, rel dengan rel dipisahkan oleh udara sedangkan rel dengan kerangka
pendukung dipisahkan oleh isolator.
Bushing adalah isolator yang digunakan untuk mengisolir badan suatu peralatan dengan
konduktor bertegangan tinggi yang menerobos badan peralatan tersebut. Bushing ditemukan
pada transformator, kapasitor tegangan tinggi, pemutus daya dan trafo ukur.

2
2.2 Konstruksi Isolator

Pada Gambar 8.3, diperlihatkan contoh suatu isolator dan potongan penampangnya.
Terlihat bahwa bagian utama suatu isolator terdiri dari bahan dielektrik, kap dan fitting. Di
samping itu terdapat juga semen perekat antara dielektrik dengan kap dan antara dielektrik
dengan fitting.

Umumnya dielektrik isolator terbuat dari bahan porselen, gelas dan bahan komposit.
Kap dan fitting terbuat dari besi tuang atau baja; dan untuk arus tinggi digunakan besi tuang
non-magnetik atau logam putih agar tidak terjadi pemanasan yang berlebihan pada jepitan
akibat magnetisasi. Konstruksi kap dan fitting, dan cara merekatnya ke bahan dielektrik, akan
menentukan kekuatan mekanis isolator. Bahan perekat yang umumnya digunakan adalah
semen.
Persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam merancang isolator, antara lain adalah:

 Setiap lubang pada bahan isolasi, harus memiliki sumbu yang sejajar dengan sumbu
memanjang atau sumbu tegak isolator. Lubang dibuat pada temperatur penempaan
isolator.
 Tidak memiliki lekukan yang runcing agar pada isolator tidak terjadi medan elektrik
yang tinggi.
 Permukaan isolator harus licin dan bebas dari partikel-partikel runcing.
 Untuk menghindari terjadinya peluahan sebagian, maka isolator tidak boleh
mengandung rongga udara.
 Tidak ada resiko meledak dan pecah.
 Bahan perekat harus memiliki kekuatan adhesi yang tinggi.
 Jarak rambat isolator harus diperbesar, jika isolator dipasang pada kawasan yang dihuni
banyak burung.

3
2.3 Parameter Isolator

 Jarak minimum antar sirip (shed)


 Perbandingan jarak antar sirip dengan rentangan sirip (s/p)
 Perbandingan jarak rambat dengan jarak bebas (l d /d)
 Sirip Selang-seling (Alternating shed)
 Kemiringan sirip
 Faktor jarak rambat (creepage factor)
 Faktor Daya (PF)

2.4 Jenis Isolator Hantaran Udara


Dilihat dari lokasi pemasangan, isolator terdiri dari isolator pasangan dalam (indoor)
dan isolator pasangan luar (outdoor). Isolator pasangan luar dibuat bersirip untuk
memperpanjang lintasan arus bocor dan mencegah terjadinya jembatan air yang terbentuk jika
isolator dibasahi air hujan.
Dilihat dari fungsinya isolator terdiri dari isolator pendukung dan isolator gantung
(suspension). Isolator pendukung terbagi atas tiga jenis, yaitu: isolator pin, isolator post dan
isolator pin-post
Isolator jenis pin digunakan untuk jaringan distribusi hantaran udara tegangan
menengah, dipasang pada palang tiang tanpa beban tekuk, Isolator pin dapat juga digunakan
untuk tiang yang mengalami beban tekuk, dalam hal ini isolator dipasang ganda pada palang
ganda, jenis pin-post digunakan untuk jaringan distribusi hantaran udara tegangan menengah,
dipasang pada tiang yang mengalami gaya tekuk.

4
Isolator jenis post digunakan untuk pasangan dalam, antara lain sebagai penyangga rel
daya pada panel tegangan menengah. Isolator jenis post tidak bersirip seperti halnya jenis pin-
post, karena isolator ini dirancang untuk pasangan dalam. Dilihat dari bentuknya, isolator
gantung terdiri dari dua jenis, yaitu isolator piring (Gambar a) dan isolator batang tonggak
(Gambar b).
Untuk transmisi tegangan tinggi, isolator piring dirangkai berbentuk rantai, seperti
diperlihatkan pada Gambar c. Tegangan lebih pada jaringan dapat menimbulkan peristiwa
lewat denyar, yaitu terjadinya busur api yang merambat melalui permukaan isolator. Oleh
karena itu, isolator rantai dilengkapi dengan tanduk busur (arcing horn) agar busur api akibat
peristiwa lewat denyar tidak merambat melalui permukaan isolator.

5
Isolator piring digunakan juga untuk jaringan hantaran udara tegangan menengah. Pada
jaringan tegangan menengah isolator piring digunakan pada tiang akhir dan tiang sambungan
seperti diperlihatkan pada Gambar dibawah ini

6
2.5 Bahan Dielektrik Isolator
Ada tiga jenis bahan dielektrik yang digunakan untuk isolator, yaitu porselen, gelas.
dan bahan komposit. Berikut ini akan dijelaskan tentang sifat-sifat umum dan pembuatan ketiga
jenis bahan dielektrik tersebut :

I. Porselen
Bahan dielektrik untuk isolator umumnya adalah porselen, karena kekuatan
dielektriknya tinggi dan tidak dipengaruhi oleh kondisi udara di sekitarnya. Kekuatan
mekanik porselen bergantung kepada cara pembuatannya. Porselen sangat baik jika
bekerja memikul beban tekan, tetapi sifat mekanisnya memburuk jika memikul beban
tekuk dan semakin memburuk jika memikul beban tarik. Kekuatan mekanik porselen
suatu isolator bergantung pada: konstruksijepitan, cara menghubungkan porselen
dengan jepitan, dan luas penampang porselen. Kekuatan mekanik porselen berkurang
dengan penambahan luas penampang porselen dan pengurangan itu lebih besar pada
kekuatan mekanik beban tarik dan beban tekuk.

II. Gelas

Isolator gelas lebih murah daripada porselen, sedangkan karakteristik elektrik


dan karakteristik mekanisnya tidak jauh berbeda dengan porselen. Karakteristik elektrik
dan mekanik gelas bergantung pada komposisi kimiawi dari gelas, khususnya pada
kandungan alkali yang terdapat dalam gelas. Adanya larutan alkali dalam komposisi
gelas akan menambah sifat higroskopis permukaan isolator sehingga konduktivitas
permukaan isolator semakin besar. Akibatnya, sifat elektrik isolator gelas alkali tinggi
lebih buruk daripada gelas alkali rendah, juga lebih buruk dari pada porselen.
Jika isolator gelas alkali tinggi memikul tegangan tinggi searah, arus bocor pada
isolator tersebut dapat menimbulkan penguraian kimiawi pada gelas. Oleh karena itu,
isolator gelas alkali tinggi tidak digunakan untuk instalasi tegangan searah. Pada
tegangan bolak-balik, penguraian kimiawi karena arus bocor secara praktis tidak
terjadi, sehingga penuaan isolator akibat arus bocor berlangsung lebih lambat.

7
III. Bahan Komposit
Isolator porselen dan gelas memiliki karakteristik elektrik yang baik, tetapi
memiliki kelemahan, yaitu: massanya berat; mudah pecah; dan kemampuannya
menahan tegangan berkurang karena polutan yang mudah menempel pada
permukaannya. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dikembangkan jenis isolator
komposit. Bahan komposit tertua untuk isolator adalah kertas. Tetapi, akhir-akhir ini
yang paling diminati dan terus dikembangkan adalah karet silikon (silicon rubber).
Isolator komposit kertas digunakan untuk isolator hantaran udara jenis post,
mantel peralatan uji tegangan tinggi dan bushing. Isolator komposit ini dibuat dari
bahan kertas yang dikeringkan melalui pemanasan. Pada temperatur tinggi, kertas
dilapisi dengan pernis, kemudian digulung membentuk tabung. Selanjutnya, tabung
tersebut diawetkan melalui proses pemanasan sehingga tabung menjadi kokoh,
permukaannya berkilat, dan tidak menjadi lembut jika mengalami pemanasan ulang.
Akhirnya permukaan isolator kertas dipernis lagi. Isolator kertas yang diproses seperti
ini menghasilkan isolator yang kekuatan elektrik dan kekuatan mekanik yang cukup
tinggi.

Isolator komposit memiliki keunggulan dibandingkan dengan isolator porselen


maupun isolator gelas, karena isolator komposit memiliki sifat sebagai berikut:
 Ringan, karena rapat massanya lebih rendah daripada isolator porselen atau
gelas.
 Pembuatannya lebih mudah.
 Tidak ada rongga udara, sehingga tidak terjadi peluahan sebagian di dalam
bahan isolator komposit.
 Tekanan karena angin terhadap isolator lebih rendah, karena sirip-siripnya
tipis.
 Karena bentuknya yang sederhana dan bobotnya ringan, maka mudah
membawa dan memasangnya.

8
Kelemahan yang dimiliki isolator komposit antara lain adalah:

 Harga material dasar untuk pembuatan komposit mahal.


 Kekuatan mekanisnya lebih rendah.
 Kurang terpadu karena ditemukan beberapa antar-muka.
 Penuaan lebih cepat, karena timbulnya kerusakan pada permukaan isolator
akibat: reaksi suatu unsur kimia pada permukaan isolator; karena radiasi
sinar ultra violet; karena panas dan korona yang timbul pada fitting.
 Ketidakcocokan bahan antar muka yang digunakan dapat menimbulkan
korosi atau keretakan.

2.6 Karakteristik Elektrik Isolator


Ditinjau dari segi kelistrikan, isolator dan udara membentuk suatu sistem isolasi yang
berfungsi untuk mengisolir suatu konduktor bertegangan dengan kerangka penyangga yang

dibumikan sehingga tidak ada arus listrik yang mengalir dari konduktor tersebut ke tanah. Ada
dua hal yang dapat menyebabkan sistem isolasi ini gagal melaksanakan fungsinya yaitu
terjadinya tembus listrik pada udara di sekitar permukaan isolator yang disebut peristiwa lewat-
denyar (fiashover) dan tembus listrik pada isolator yang menyebabkan isolator pecah.

Pada peristiwa lewat denyar, terjadi busur api yang menimbulkan pemanasan pada
permukaan isolator dan menimbulkan hubung singkat fasa-ke-tanah. Jika relai proteksi bekerja,

9
tegangan pada isolator menjadi nol, akibatnya busur api padam. Dengan demikian, isolator
tidak sempat mengalami pemanasan yang lama sehingga terhindar dari kerusakan. Semua
isolator dirancang sedemikian hingga tegangan tembusnya jauh lebih tinggi daripada tegangan
lewat denyarnya. Dengan demikian, dasar pemilihan kekuatan dielektrik suatu isolator adalah
tegangan lewat denyarnya. Kekuatan dielektrik suatu isolator dan nilai tegangan tertinggi
isoiator yang tidak menimbulkan lewat denyar dapat diperkirakan dari tiga karakteristik dasar
isolator, yaitu: tegangan lewat denyar bolak-balik pada keadaan kering; tegangan lewat denyar
bolak-balik pada keadaan basah; dan karakteristik tegangan-waktu impuls standar.

2.7 Karakteristik Mekanis Isolator


Karakteristik mekanis suatu isolator ditandai dengan kekuatan mekanisnya, yaitu beban
mekanis terendah yang mengakibatkan isolator tersebut rusak. Kekuatan mekanis ditentukan
dengan membebani isolator dengan beban yang bertambah secara bertahap hingga isolator
rusak. Kekuatan mekanis suatu isolator dinyatakan dalam tiga jenis pembebanan, yaitu
kekuatan mekanis tarik, kekuatan mekanis tekan dan kekuatan mekanis tekuk.
Sebelum menetapkan kekuatan mekanis suatu isolator konstruksi tertentu, perlu
diketahui lebih dahulu beban mekanis yang akan dipikulnya di lapangan. Jika isolator akan
digunakan pada jaringan hantaran udara, maka isolator harus mampu memikul berat konduktor
dan beban tarik. Berat konduktor bergantung kepada luas penampang konduktor, jenis
bahannya, jarak gawang dan ada-tidaknya beban lain pada konduktor. Tegangan mekanis
karena beban tarik bergantung pada luas penampang konduktor, jarak gawang, temperatur dan
kecepatan angin. Bila jaringan hantaran udara menggunakan isolator jenis pin, maka semua
beban di atas umumnya akan menimbulkan beban tekuk pada isolator. Bila jaringan hantaran
udara menggunakan isolator gantung, maka semua beban di atas akan menimbulkan regangan.
Dalam pengujian kekuatan mekanis suatu isolator, kerusakan tidak selamanya terlihat,
khusus pada pengujian isolator gantung, karena kerusakan dapat terjadi di dalam jepitan logam
sehingga terlindung dari pandangan mata. Oleh karena itu, untuk isolator gantung, pengujian
kekuatan mekanis dilakukan sambil memberi tegangan listrik pada isolator sebesar 70% - 80%
tegangan lewat denyar bolak balik kering. Beban mekanis terendah yang menyebabkan isolator
tembus listrik dinyatakan sebagai kekuatan mekanisnya. Tembus listrik ditandai dengan
telputusnya hubungan listrik pada trafo uji yang digunakan untuk mencatu tegangan pada
isolator.
Karakteristik mekanis utama dari suatu isolator gantung adalah kekuatan mekanis satu
jam, dan biasanya karakteristik ini dicantumkan pada permukaan setiap isolator gantung.
Karakteristik ini ditentukan dengan membebani isolator secara bersamaan dengan beban
mekanis sebesar 75 % kekuatan mekanis dan beban elektrik sebesar 15% - 80% tegangan lervat
denyar bolak-balik kering. Isolator harus mampu memikul beban tersebut selama satu jam
tanpa menimbulkan kerusakan pada isolator. Dalam praktik, beban tertinggi yang dapat dipikul
isolator ditetapkan sebesar satu setengah kali kekuatan mekanis satu jam.

10
2.8 Isolator Terpolusi

 Pengaruh Polutan Terhadap Kinerja lsolator


Polutan yang terkandung di udara dapat menempel pada permukaan isolator
berangsur-angsur membentuk suatu lapisan tipis pada permukaan isolator. Unsur
polusi yang paling berpengaruh terhadap unjuk kerja isolator adalah garam yang
terbawa oleh angin laut. Lapisan garam ini bersifat konduktif terutama pada keadaan
cuaca lembab berkabut atau ketika hujan gerimis. Jika cuaca seperti ini terjadi, maka
akan mengalir arus bocor dari kawat fasa jaringan ke tiang penyangga melalui
lapisan konduktif yang menempel di permukaan isolator.

 Penentuan Jarak Rambat Isolator


Jarak rambat nominal adalah jarak rambat total isolator atau lintasan terpendek
menelusuri semua permukaan isolator yang menghubungkan bagian konduktif atas
isolator dengan bagian konduktif bawah isolator. Menurut standar IEC 815, jarak
rambat nominal minimum suatu isolator, adalah sebagai berikut:

L n = J rs x V x k d

Dimana : L n = Jarak rambat nominal minimum (mm)


J rs = Jarak rambat spesifik minimum (mm/kV)
V = Tegangan fasa-ke-fasa tertinggi sistem (kV)
k d = Faktor koreksi yang bergantung pada diameter isolator
Catatan :
Jika isolator akan digunakan untuk mengisolir bagian yang bertegangan fasa-
ke fasa, maka jarak rambat harus dikalikan dengan akar 3.

 Penetapan Tingkat Bobot Polusi lsolator

11
Menurut standar IEC 815, ayat 2, ada tiga metode untuk menentukan tingkat bobot
polusi isolator di suatu kawasan, yaitu:
a. Berdasarkan analisa kualitatif kondisi lingkungan seperti diberikan pada
Lampiran 4
b. Berdasarkan evaluasi terhadap pengalaman lapangan tentang perilaku isolator
yang sudah terpasang di kawasan tersebut.
c. Berdasarkan pengukuran polutan isolator yang sudah terpasang/sudah beroperasi.

Menurut standar IEC 815, penentuan tingkat bobot polusi menurut metode (c) di
atas dapat dilakukan dengan salah satu cara di bawah ini;
1. Mengukur konduktivitas volume bahan polutan yang dikumpulkan dari lapangan
dengan alat ukur direksional.
2. Mengukur deposit garam ekuivalen dari polutan yang menempel di permukaan
isolator atau metode "Equivalent Salt Deposit Density" (ESDD).
3. Mengevaluasi jumlah lewat denyar yang terjadi pada berbagai rentengan isolator
yang berbeda ukuran panjangnya.
4. Mengukur konduktivitas permukaan isolator-isolator sampel.
5. Mengukur arus bocor isolator pada tegangan operasi sistem (nilai arus tertinggi
selama beberapa kurun waktu tertentu yang berurutan).

Berikut ini akan dijelaskan prosedur pengukuran ESDD. Untuk melarutkan polutan
isolator, diambil air destilasi sebanyak 500 ml. Air pelarut ini ditempatkan dalam
ruangan pendingin hingga temperatur air mencapai 200C. Air diaduk agar
temperaturnya merata. Ketika temperatur air mencapai 200C, konduktivitas air
diukur dengan alat pengukur konduktivitas (conductivitymeter). Konduktivitas air
pelarut disetarakan dengan larutan garam NaCl dalam air murni. Kesetaraannya
ditentukan dengan mencari konsentrasi garam dalam larutan air murni yang
konduktivitasnya sama dengan konduktivitas air pelarut.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi, isolator berfungsi sebagai pendukung konduktor dan sekaligus memisahkan
konduktor bertegangan dengan bagian yang bertegangan nol. Pada jaringan distribusi hantaran
udara digunakan sebagai penggantung atau penopang konduktor. Pada gardu induk digunakan
sebagai pendukung sakelar pemisah, pendukung konduktor penghubung dan pengantung rel
daya. Isolator juga mempunyai parameter yaitu jarak minimum antar sirip (shed); perbandingan
jarak antar sirip dengan rentangan sirip (s/p); perbandingan jarak rambat dengan jarak bebas (l
d /d); sirip selang-seling (Alternating shed); kemiringan sirip; faktor jarak rambat (creepage
factor); Faktor Daya (PF). Isolator juga mempunyai karateristik yaitu karakteristik elektrik
isolator yang mana karakteristik ini membahas dari segi kelistrikan dan daya tahan isolator
terhadap gejala-gejala di lapangan seperti busur api; dan karakteristik mekanis isolator hanya
membahas tentang komposisi dari pada isolator tersebut dan membandingkan mana bahan yang
cukup baik untuk pembuatan isolator guna mengurangi resiko ketika penggunaan di lapangan.

3.2 Saran
Diharapkan adanya kritik dan saran atas hasil penulisan makalah ini agar pada
penulisan selanjutnya dapat mengurangi kesalahan.

3.3 Daftar Pustaka


Arismunandar.A.,"Teknik Tegangan Tinggi",Pradnya Paramita, Jakarta, 1984
https://www.scribd.com/doc/195982010/Isolator-pdf
L.Tobing. Bonggas,”Peralatan Tegangan Tinggi”, Erlangga, Jakarta, 2012

13

Anda mungkin juga menyukai