PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuannya dibuatnya makalah ini, sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui macam macam fungsi dari suatu isolator pada sistem
kelistrikan tegangan tinggi
2. Dapat mengetahui apa apa saja yang menjadi parameter isolator yang digunakan
oleh sistem.
3. Dapat mengetahui karakteristik yang ada pada isolator pada sistem.
4. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Selamat Meliala ST., MT.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Konstruksi Isolator
Pada Gambar 8.3, diperlihatkan contoh suatu isolator dan potongan penampangnya.
Terlihat bahwa bagian utama suatu isolator terdiri dari bahan dielektrik, kap dan fitting. Di
samping itu terdapat juga semen perekat antara dielektrik dengan kap dan antara dielektrik
dengan fitting.
Umumnya dielektrik isolator terbuat dari bahan porselen, gelas dan bahan komposit.
Kap dan fitting terbuat dari besi tuang atau baja; dan untuk arus tinggi digunakan besi tuang
non-magnetik atau logam putih agar tidak terjadi pemanasan yang berlebihan pada jepitan
akibat magnetisasi. Konstruksi kap dan fitting, dan cara merekatnya ke bahan dielektrik, akan
menentukan kekuatan mekanis isolator. Bahan perekat yang umumnya digunakan adalah
semen.
Persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam merancang isolator, antara lain adalah:
Setiap lubang pada bahan isolasi, harus memiliki sumbu yang sejajar dengan sumbu
memanjang atau sumbu tegak isolator. Lubang dibuat pada temperatur penempaan
isolator.
Tidak memiliki lekukan yang runcing agar pada isolator tidak terjadi medan elektrik
yang tinggi.
Permukaan isolator harus licin dan bebas dari partikel-partikel runcing.
Untuk menghindari terjadinya peluahan sebagian, maka isolator tidak boleh
mengandung rongga udara.
Tidak ada resiko meledak dan pecah.
Bahan perekat harus memiliki kekuatan adhesi yang tinggi.
Jarak rambat isolator harus diperbesar, jika isolator dipasang pada kawasan yang dihuni
banyak burung.
3
2.3 Parameter Isolator
4
Isolator jenis post digunakan untuk pasangan dalam, antara lain sebagai penyangga rel
daya pada panel tegangan menengah. Isolator jenis post tidak bersirip seperti halnya jenis pin-
post, karena isolator ini dirancang untuk pasangan dalam. Dilihat dari bentuknya, isolator
gantung terdiri dari dua jenis, yaitu isolator piring (Gambar a) dan isolator batang tonggak
(Gambar b).
Untuk transmisi tegangan tinggi, isolator piring dirangkai berbentuk rantai, seperti
diperlihatkan pada Gambar c. Tegangan lebih pada jaringan dapat menimbulkan peristiwa
lewat denyar, yaitu terjadinya busur api yang merambat melalui permukaan isolator. Oleh
karena itu, isolator rantai dilengkapi dengan tanduk busur (arcing horn) agar busur api akibat
peristiwa lewat denyar tidak merambat melalui permukaan isolator.
5
Isolator piring digunakan juga untuk jaringan hantaran udara tegangan menengah. Pada
jaringan tegangan menengah isolator piring digunakan pada tiang akhir dan tiang sambungan
seperti diperlihatkan pada Gambar dibawah ini
6
2.5 Bahan Dielektrik Isolator
Ada tiga jenis bahan dielektrik yang digunakan untuk isolator, yaitu porselen, gelas.
dan bahan komposit. Berikut ini akan dijelaskan tentang sifat-sifat umum dan pembuatan ketiga
jenis bahan dielektrik tersebut :
I. Porselen
Bahan dielektrik untuk isolator umumnya adalah porselen, karena kekuatan
dielektriknya tinggi dan tidak dipengaruhi oleh kondisi udara di sekitarnya. Kekuatan
mekanik porselen bergantung kepada cara pembuatannya. Porselen sangat baik jika
bekerja memikul beban tekan, tetapi sifat mekanisnya memburuk jika memikul beban
tekuk dan semakin memburuk jika memikul beban tarik. Kekuatan mekanik porselen
suatu isolator bergantung pada: konstruksijepitan, cara menghubungkan porselen
dengan jepitan, dan luas penampang porselen. Kekuatan mekanik porselen berkurang
dengan penambahan luas penampang porselen dan pengurangan itu lebih besar pada
kekuatan mekanik beban tarik dan beban tekuk.
II. Gelas
7
III. Bahan Komposit
Isolator porselen dan gelas memiliki karakteristik elektrik yang baik, tetapi
memiliki kelemahan, yaitu: massanya berat; mudah pecah; dan kemampuannya
menahan tegangan berkurang karena polutan yang mudah menempel pada
permukaannya. Untuk mengatasi kelemahan tersebut dikembangkan jenis isolator
komposit. Bahan komposit tertua untuk isolator adalah kertas. Tetapi, akhir-akhir ini
yang paling diminati dan terus dikembangkan adalah karet silikon (silicon rubber).
Isolator komposit kertas digunakan untuk isolator hantaran udara jenis post,
mantel peralatan uji tegangan tinggi dan bushing. Isolator komposit ini dibuat dari
bahan kertas yang dikeringkan melalui pemanasan. Pada temperatur tinggi, kertas
dilapisi dengan pernis, kemudian digulung membentuk tabung. Selanjutnya, tabung
tersebut diawetkan melalui proses pemanasan sehingga tabung menjadi kokoh,
permukaannya berkilat, dan tidak menjadi lembut jika mengalami pemanasan ulang.
Akhirnya permukaan isolator kertas dipernis lagi. Isolator kertas yang diproses seperti
ini menghasilkan isolator yang kekuatan elektrik dan kekuatan mekanik yang cukup
tinggi.
8
Kelemahan yang dimiliki isolator komposit antara lain adalah:
dibumikan sehingga tidak ada arus listrik yang mengalir dari konduktor tersebut ke tanah. Ada
dua hal yang dapat menyebabkan sistem isolasi ini gagal melaksanakan fungsinya yaitu
terjadinya tembus listrik pada udara di sekitar permukaan isolator yang disebut peristiwa lewat-
denyar (fiashover) dan tembus listrik pada isolator yang menyebabkan isolator pecah.
Pada peristiwa lewat denyar, terjadi busur api yang menimbulkan pemanasan pada
permukaan isolator dan menimbulkan hubung singkat fasa-ke-tanah. Jika relai proteksi bekerja,
9
tegangan pada isolator menjadi nol, akibatnya busur api padam. Dengan demikian, isolator
tidak sempat mengalami pemanasan yang lama sehingga terhindar dari kerusakan. Semua
isolator dirancang sedemikian hingga tegangan tembusnya jauh lebih tinggi daripada tegangan
lewat denyarnya. Dengan demikian, dasar pemilihan kekuatan dielektrik suatu isolator adalah
tegangan lewat denyarnya. Kekuatan dielektrik suatu isolator dan nilai tegangan tertinggi
isoiator yang tidak menimbulkan lewat denyar dapat diperkirakan dari tiga karakteristik dasar
isolator, yaitu: tegangan lewat denyar bolak-balik pada keadaan kering; tegangan lewat denyar
bolak-balik pada keadaan basah; dan karakteristik tegangan-waktu impuls standar.
10
2.8 Isolator Terpolusi
L n = J rs x V x k d
11
Menurut standar IEC 815, ayat 2, ada tiga metode untuk menentukan tingkat bobot
polusi isolator di suatu kawasan, yaitu:
a. Berdasarkan analisa kualitatif kondisi lingkungan seperti diberikan pada
Lampiran 4
b. Berdasarkan evaluasi terhadap pengalaman lapangan tentang perilaku isolator
yang sudah terpasang di kawasan tersebut.
c. Berdasarkan pengukuran polutan isolator yang sudah terpasang/sudah beroperasi.
Menurut standar IEC 815, penentuan tingkat bobot polusi menurut metode (c) di
atas dapat dilakukan dengan salah satu cara di bawah ini;
1. Mengukur konduktivitas volume bahan polutan yang dikumpulkan dari lapangan
dengan alat ukur direksional.
2. Mengukur deposit garam ekuivalen dari polutan yang menempel di permukaan
isolator atau metode "Equivalent Salt Deposit Density" (ESDD).
3. Mengevaluasi jumlah lewat denyar yang terjadi pada berbagai rentengan isolator
yang berbeda ukuran panjangnya.
4. Mengukur konduktivitas permukaan isolator-isolator sampel.
5. Mengukur arus bocor isolator pada tegangan operasi sistem (nilai arus tertinggi
selama beberapa kurun waktu tertentu yang berurutan).
Berikut ini akan dijelaskan prosedur pengukuran ESDD. Untuk melarutkan polutan
isolator, diambil air destilasi sebanyak 500 ml. Air pelarut ini ditempatkan dalam
ruangan pendingin hingga temperatur air mencapai 200C. Air diaduk agar
temperaturnya merata. Ketika temperatur air mencapai 200C, konduktivitas air
diukur dengan alat pengukur konduktivitas (conductivitymeter). Konduktivitas air
pelarut disetarakan dengan larutan garam NaCl dalam air murni. Kesetaraannya
ditentukan dengan mencari konsentrasi garam dalam larutan air murni yang
konduktivitasnya sama dengan konduktivitas air pelarut.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, isolator berfungsi sebagai pendukung konduktor dan sekaligus memisahkan
konduktor bertegangan dengan bagian yang bertegangan nol. Pada jaringan distribusi hantaran
udara digunakan sebagai penggantung atau penopang konduktor. Pada gardu induk digunakan
sebagai pendukung sakelar pemisah, pendukung konduktor penghubung dan pengantung rel
daya. Isolator juga mempunyai parameter yaitu jarak minimum antar sirip (shed); perbandingan
jarak antar sirip dengan rentangan sirip (s/p); perbandingan jarak rambat dengan jarak bebas (l
d /d); sirip selang-seling (Alternating shed); kemiringan sirip; faktor jarak rambat (creepage
factor); Faktor Daya (PF). Isolator juga mempunyai karateristik yaitu karakteristik elektrik
isolator yang mana karakteristik ini membahas dari segi kelistrikan dan daya tahan isolator
terhadap gejala-gejala di lapangan seperti busur api; dan karakteristik mekanis isolator hanya
membahas tentang komposisi dari pada isolator tersebut dan membandingkan mana bahan yang
cukup baik untuk pembuatan isolator guna mengurangi resiko ketika penggunaan di lapangan.
3.2 Saran
Diharapkan adanya kritik dan saran atas hasil penulisan makalah ini agar pada
penulisan selanjutnya dapat mengurangi kesalahan.
13