Anda di halaman 1dari 70

NEED DAN DEMAND SERTA AKIBAT DARI

MALOKLUSI PADA SISWA SMU NEGERI 1 BINJAI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

CHANDRA SUSANTO
NIM : 060600072

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi

Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2010

Chandra Susanto

Need dan demand serta akibat dari maloklusi pada siswa SMU Negeri I Binjai

xi + 41 halaman

Prevalensi maloklusi remaja di Indonesia masih tinggi, pada tahun 2006

adalah 89%, Sementara perilaku kesehatan gigi pada remaja khususnya tentang

maloklusi masih belum cukup baik dan pelayanan kesehatan gigi masih belum

optimal. Akibat yang ditimbulkan maloklusi bukan hanya mengganggu pengunyahan

dan bicara (fungsi) saja bahkan mempengaruhi penampilan dan kepercayaan diri

(estetis). Beberapa penelitian mengemukakan bahwa banyak masyarakat yang sadar

terhadap maloklusi, tetapi mereka tidak merasa membutuhkan perawatan, hal ini

dipengaruhi oleh need dan demand masing-masing individu.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui besarnya perceived need dan

evaluated need, demand serta akibat dari maloklusi pada siswa SMU Negeri 1 Binjai.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif. Populasi siswa SMU Negeri 1

Binjai, dengan jumlah sampel sebanyak 210 orang. Pengumpulan data dilakukan

Universitas Sumatera Utara


dengan pemberian kuesioner yang ditanyakan secara wawancara dan pemeriksaan

evaluated need berdasarkan aesthetic component dari IOTN yang dimodifikasi.

Hasil penelitian menunjukan perceived need siswa yang sadar mempunyai

masalah dengan susunan gigi lebih banyak daripada siswa yang tidak sadar.

Berdasarkan pemeriksaan evaluated need siswa yang tidak membutuhkan perawatan

ortodonti sebesar 81,9%. Hampir seluruh siswa belum mendapat perawatan ortodonti

sebesar 82,41%. Persentase siswa yang tidak mau melakukan perawatan maloklusi

lebih besar daripada siswa yang mau melakukan perawatan dan sebagian besar alasan

siswa tidak ingin melakukan perawatan adalah biaya sebesar 81,36%. Akibat dari

maloklusi yang paling banyak dirasakan adalah adanya pengaruh pada penampilan

dan kepercayaan diri (estetis) yaitu sebesar 71,91%.

Daftar Pustaka: 23 (1959-2009).

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 20 April 2010

Pembimbing : Tanda tangan

Oktavia Dewi, drg., M.Kes …………………


NIP : 19701015 199802 2 001

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 20 April 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Simson Damanik, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Oktavia Dewi, drg., M.Kes

2. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,

pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala

kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima

kasih kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang

telah memberikan izin penelitian.

2. Simson Damanik, drg., M.Kes selaku Sekretaris di Departemen Ilmu

Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi masukan dan izin sehingga

penelitian dapat dilaksanakan.

3. Oktavia Dewi, drg., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah begitu

banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, memberikan

pada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Simson Damanik, drg., M.Kes dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes

selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan yang berharga untuk

kesempurnaan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/

Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menuntut ilmu di masa

pendidikan.

6. Trelia Boel, drg., Sp.RKG selaku penasehat akademik yang telah

membimbing dan memberi petunjuk kepada penulis selama masa pendidikan.

7. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku ketua komisi etik

penelitian bidang kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

persetujuan pelaksanaan penelitian ini.

8. Gumasang Sianipar S.Pd selaku kepala sekolah di SMU Negeri 1 Binjai yang

telah membantu penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada ayahanda

Budiman Susanto dan ibunda Linawati yang selalu memberikan dorongan, Baik moril

maupun materil serta doanya kepada penulis.

Penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Bunga AR, Leo

Hartono, Handoko, Peiter Gozali, Theresia, Trisna, Ellysa, Calvin serta teman-teman

seangkatan yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas semangat dan dukungan

yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian.

Universitas Sumatera Utara


Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan

sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, perkembangan penelitian dan ilmu

pengetahuan.

Medan, 20 April 2010


Penulis,

(Chandra Susanto)
NIM: 060600072

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………… ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI…………………………………….. iii

KATA PENGANTAR……………………………………………………… iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………….. vii

DAFTAR TABEL…..………………………………………………………. ix

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..... x

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xi

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................ 5
1.3 Tujuan penelitian................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 6


2.1 Pengertian Maloklusi.......................................................... 6
2.2 Jenis Maloklusi................................................................... 6
2.3 Etiologi Maloklusi.............................................................. 9
2.4 Akibat dari Maloklusi......................................................... 10
2.5 Need dan Demand.............................................................. 11
2.6 Perkembangan Anak Remaja.............................................. 15
2.7 Indeks maloklusi................................................................. 19

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................... 21


3.1 Jenis Penelitian.................................................................... 21
3.2 Populasi Penelitian.............................................................. 21
3.3 Sampel Penelitian................................................................ 21
3.4 Variabel Penelitian.............................................................. 22
3.5 Definisi Operasional........................................................... 22

Universitas Sumatera Utara


3.6 Waktu dan Lokasi Penelitian.............................................. 26
3.7 Pengumpulan Data.............................................................. 27
3.8 Pengolahan Data................................................................. 27
3.9 Analisis Data....................................................................... 27

BAB 4 HASIL PENELITIAN.................................................................. 28


4.1 Perceived Need................................................................... 28
4.2 Pemeriksaan Evaluated need.............................................. 28
4.3 Potencial demand ............................................................... 29
4.4 Perceived need dan potencial demand berdasarkan
tingkat penghasilan orang tua............................................. 29
4.5 Perceived need dan potencial demand berdasarkan
tingkat pendidikan akhir ibu/wali....................................... 30
4.6 Keinginan untuk melakukan perawatan Maloklusi............ 31
4.7 Gambaran alasan responden tidak ingin melakukan
perawatan untuk mendapatkan susunan gigi yang rapi...... 31
4.8 Akibat dari maloklusi ......................................................... 32
4.9 Gambaran gangguan pengunyahan yang dirasakan ........... 32
4.10 Gambaran gangguan berbicara yang dirasakan.................. 33
4.11 Gambaran pengaruh maloklusi pada penampilan
dan kepercayaan diri .......................................................... 33

BAB 5 PEMBAHASAN .......................................................................... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 37


6.1 Kesimpulan......................................................................... 37
6.2 Saran................................................................................... 38

DAFTAR RUJUKAN..................................................................................... 39

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Distribusi responden berdasarkan perceived need. ............................. 28

2 Distribusi responden berdasarkan pemeriksaan evaluated need .......... 28

3 Distribusi responden berdasarkan potencial demand .......................... 29

4 Perceived need dan potencial demand berdasarkan tingkat


penghasilan orang tua ....................................................................... 29

5 Perceived need dan potencial demand berdasarkan tingkat


pendidikan akhir ibu/wali di SMU Negeri 1 Binjai .......................... 30

6 Distribusi responden berdasarkan keinginan untuk melakukan


perawatan maloklusi ......................................................................... 31

7 Distribusi responden berdasarkan gambaran alasan responden tidak


ingin melakukan perawatan untuk mendapatkan gigi yang rapi ......... 31

8 Distribusi responden berdasarkan akibat dari maloklusi .................... 32

9 Distribusi responden berdasarkan gambaran gangguan


pengunyahan yang dirasakan ............................................................ 32

10 Distribusi responden berdasarkan gambaran gangguan berbicara


yang dirasakan.................................................................................. 33

11 Distribusi responden berdasarkan gambaran pengaruh maloklusi


pada penampilan dan kepercaaan diri................................................ 36

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Estetik komponen dari IOTN…………………………... ……………. 20

2 Estetik komponen modifikasi dari IOTN grade 1 & 2……………….. 24

3 Estetik komponen modifikasi dari IOTN grade 3 & 4………………. 24

4 Estetik komponen modifikasi dari IOTN grade 5 & 6……………….. 25

5 Estetik komponen modifikasi dari IOTN grade 7 & 8……………….. 25

6 Estetik komponen modifikasi dari IOTN grade 9 &10……….……… 26

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

2 Lembar persetujuan setelah penjelasan untuk menjadi subjek penelitian

3 Lembar penjelasan kepada orang tua calon subjek penelitian

4 Lembar persetujuan setelah penjelasan kepada orang tua calon subjek

penelitian

5 Lembar pemeriksaan evaluated need pada siswa SMU Negeri I Binjai di kota

Binjai

6 Kuesioner penelitian mengenai akibat dari maloklusi yang dirasakan siswa

SMU Negeri I Binjai

7 Surat keterangan telah melakukan penelitian di SMU Negeri I Binjai

8 Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi

Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2010

Chandra Susanto

Need dan demand serta akibat dari maloklusi pada siswa SMU Negeri I Binjai

xi + 41 halaman

Prevalensi maloklusi remaja di Indonesia masih tinggi, pada tahun 2006

adalah 89%, Sementara perilaku kesehatan gigi pada remaja khususnya tentang

maloklusi masih belum cukup baik dan pelayanan kesehatan gigi masih belum

optimal. Akibat yang ditimbulkan maloklusi bukan hanya mengganggu pengunyahan

dan bicara (fungsi) saja bahkan mempengaruhi penampilan dan kepercayaan diri

(estetis). Beberapa penelitian mengemukakan bahwa banyak masyarakat yang sadar

terhadap maloklusi, tetapi mereka tidak merasa membutuhkan perawatan, hal ini

dipengaruhi oleh need dan demand masing-masing individu.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui besarnya perceived need dan

evaluated need, demand serta akibat dari maloklusi pada siswa SMU Negeri 1 Binjai.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif. Populasi siswa SMU Negeri 1

Binjai, dengan jumlah sampel sebanyak 210 orang. Pengumpulan data dilakukan

Universitas Sumatera Utara


dengan pemberian kuesioner yang ditanyakan secara wawancara dan pemeriksaan

evaluated need berdasarkan aesthetic component dari IOTN yang dimodifikasi.

Hasil penelitian menunjukan perceived need siswa yang sadar mempunyai

masalah dengan susunan gigi lebih banyak daripada siswa yang tidak sadar.

Berdasarkan pemeriksaan evaluated need siswa yang tidak membutuhkan perawatan

ortodonti sebesar 81,9%. Hampir seluruh siswa belum mendapat perawatan ortodonti

sebesar 82,41%. Persentase siswa yang tidak mau melakukan perawatan maloklusi

lebih besar daripada siswa yang mau melakukan perawatan dan sebagian besar alasan

siswa tidak ingin melakukan perawatan adalah biaya sebesar 81,36%. Akibat dari

maloklusi yang paling banyak dirasakan adalah adanya pengaruh pada penampilan

dan kepercayaan diri (estetis) yaitu sebesar 71,91%.

Daftar Pustaka: 23 (1959-2009).

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penampilan fisik termasuk gigi merupakan aspek yang sangat penting untuk

menumbuhkan kepercayaan diri seseorang. Gigi dengan susunan yang rapi dan

senyum yang menawan akan memberikan efek yang positif pada tiap tingkat sosial,

sedangkan gigi yang tidak teratur dan protrusi akan memberikan efek negatif. Banyak

masyarakat melakukan perawatan ortodonti untuk memperbaiki penampilan, dan

tentu saja keinginan yang terbesar biasanya berhubungan dengan estetik serta untuk

meningkatkan kepercayaan diri.1

Maloklusi adalah kelainan susunan gigi atau kelainan hubungan antara rahang

atas dan rahang bawah.2 Kata maloklusi secara literatur memiliki arti sebagai gigitan

yang buruk. Kondisi ini dapat berupa gigitan yang tidak teratur, crossbite, atau

overbite. Maloklusi juga dapat berupa gigi yang miring, protrusi, atau crowded. Hal

ini dapat mengganggu penampilan, fonetik, ataupun pengunyahan.3

Banyak survei yang telah dilakukan terhadap populasi di berbagai tempat

untuk memperkirakan prevalensi maloklusi. Survei tersebut membuktikan bahwa

kebanyakan anak-anak memiliki gigi yang tidak teratur atau maloklusi.4 Penelitian

Silva et al tentang maloklusi tahun 2001 di Amerika Latin pada anak usia 12-18 tahun

yang dikutip dari penelitian Apsari menunjukkan bahwa lebih dari 93% anak

menderita maloklusi. Hasil penelitian Apsari di SMPN 1 Ungaran tahun 1997 pada

91 remaja menunjukkan bahwa 83,5% menderita maloklusi, dengan 38,2%

Universitas Sumatera Utara


merupakan maloklusi ringan.5 Hasil penelitian Oktavia tentang maloklusi pada

remaja SMU di kota Medan tahun 2007 dengan menggunakan skor HMAR

menunjukkan bahwa prevalensi maloklusi sebesar 60,5% dengan kebutuhan

perawatan ortodonti sebesar 23 %.5

Maloklusi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan dalam berbicara, dimana

kebanyakan huruf-huruf alphabet memerlukan bantuan gigi untuk pelafalan yang

jelas. Hasil penelitian Tellervo tahun 1992 di Eropa yang dikutip dari penelitian

Fonte et al tentang hubungan maloklusi dengan gangguan bicara pada remaja dengan

rata-rata umur 18 tahun bahwa terjadi gangguan sebanyak 33,8% siswa dengan

oklusi mesial, 27,8% dengan overjet mandibula, 25.6% dengan open bite insisal, dan

12,8 % dengan crossbite lateral.6,7 Maloklusi juga dapat mengakibatkan terjadinya

kelainan pengunyahan dimana terjadinya rasa sakit pada rahang saat mengunyah.8

Hasil penelitian Oktavia pada anak SMU di kota Medan menunjukkan bahwa terdapat

kesulitan pengunyahan pada penderita maloklusi sebesar 11,8%, makanan tersangkut

35,1%, sakit saat mengunyah 20,4%, rasa tidak nyaman saat mengunyah 44,1%.9

Maloklusi selain memiliki dampak terhadap fonetik dan pengunyahan,

maloklusi juga dapat berdampak terhadap estetik dan mempengaruhi hubungan sosial

anak.6 Hasil penelitian Oktavia menunjukkan sebanyak 41,89% anak memiliki

kesulitan dalam bergaul, mudah tersinggung sebanyak 47,22%, malas keluar rumah

sebanyak 16,71 %.9 Shaw et al meneliti hubungan maloklusi dengan hubungan sosial

anak yang dikutip dari penelitian Fonte et al menunjukkan bahwa semakin tinggi

masalah dengan keadaan gigi dan rongga mulutnya maka semakin tinggi masalah

dalam hubungan sosial.6 Dibiase dan Sandler mengemukakan bahwa penampilan gigi

Universitas Sumatera Utara


dan wajah memiliki efek sosial dan psychological terhadap persepsi seseorang dalam

berteman, kelas sosial, popularitas dan intelegensia, mereka juga mengemukakan

bahwa anak-anak dengan penampilan dental yang buruk lebih sering mendapat

perlakuan yang tidak baik oleh temannya.7 Hasil penelitian Marques et al di Brazil

menunjukkan bahwa maloklusi secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup anak-

anak sekolah di Belo Horizonte Brazil.10

Walaupun ketidakpuasan terhadap penampilan gigi biasanya berhubungan

dengan ketidakteraturan oklusal, namun terdapat beberapa perbedaan dalam

mengenali dan mengevaluasi penampilan gigi seseorang. Beberapa penelitian

mengemukakan bahwa banyak masyarakat yang sadar terhadap maloklusi, tetapi

mereka tidak merasa membutuhkan perawatan.1 Hal ini dipengaruhi oleh need dan

demand masing-masing individu. Need adalah sesuatu yang diperlukan seseorang

untuk merasa lebih baik, dan dapat juga diartikan sebagai kebutuhan menurut

persepsi dirinya sendiri ataupun dokter gigi, need dapat dibagi menjadi perceived

need dan evaluated need. Perceived need diartikan sebagai kebutuhan terhadap

perawatan maloklusi berdasarkan persepsi individu. Evaluated need adalah kebutuhan

terhadap perawatan maloklusi yang ditentukan melalui pemeriksaan dokter gigi,

sedangkan demand adalah sesuatu yang dicari orang secara aktif dan biasanya akan

mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya, demand juga dapat diartikan sebagai

keinginan pasien terhadap perawatan maloklusi. Demand dapat dibagi menjadi

potencial demand yang berarti keinginan pasien terhadap perawatan maloklusi yang

telah terpenuhi.11 Horowitz dan Jenkins yang dikutip dari penelitian Barnes

Universitas Sumatera Utara


mengemukakan bahwa demand dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi dan

pendidikan.12

Soh mengemukakan bahwa need and demand terhadap perawatan ortodonti

seseorang tergantung pada pasien itu sendiri. Pada penelitian masyarakat Singapura,

ditemukan bahwa rendahnya demand terhadap perawatan ortodonti pada pria remaja

walaupun need untuk perawatan ortodonti sangat diperlukan. Setelah dilakukan

penelitian lebih lanjut maka diketahuilah alasan-alasan penyebab rendahnya tingkat

demand terhadap perawatan ortodonti yaitu mahalnya biaya (41%), perawatan

menyebabkan rasa sakit (28%), pemakaian pesawat ortodonti tidak disukai (21%),

pemakaian pesawat ortodonti merupakan hal yang memalukan (16%), tidak

menyadari akan kebutuhan perawatan (33%), tidak menyadari akan keuntungan

perawatan (10%), keberatan pada orang tua (2%), telah puas dengan penampilan

giginya (46%), hanya 10% yang merasa membutuhkan perawatan.13

Orientasi seorang anak terhadap masa kini dan masa depannya dapat

memprediksi kesiapan untuk perawatan ortodonti. Konsep ini berdasarkan penelitian

oleh Kiyak yang menunjukkan bagaimana anak-anak merubah fokus mereka pada

masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Anak-anak yang lebih muda (6-9 tahun)

lebih memfokuskan diri mereka pada pengalaman masa lalu dan masa depan dan

tidak peduli dengan perubahan yang terjadi pada masa sekarang. Anak-anak dengan

umur yang lebih tua (13-18 tahun) kurang fokus kepada arti masa depan dan lebih

mempedulikan apa yang mereka hadapi dimasa sekarang. Masa remaja merupakan

masa dimana terjadinya perubahan besar secara biologis, pencarian jati diri, pencarian

panutan, serta peduli dengan dirinya dan penampilannya.14

Universitas Sumatera Utara


Peneliti melakukan penelitian di SMU Negeri 1 Binjai karena peneliti ingin

mengetahui need dan demand serta akibat maloklusi pada siswa di kota kecil. Peneliti

tertarik melaksanakan penelitian ini karena peneliti ingin mengetahui akibat dari

maloklusi terhadap siswa SMU serta bagaimana need dan demand akan perawatan

maloklusi terhadap siswa SMU.

1.2 Perumusan masalah

Bagaimana need and demand serta akibat dari maloklusi pada siswa SMU

Negeri 1 Binjai?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perceived need pada siswa SMU.

2. Mengetahui akibat dari maloklusi yang dirasakan siswa SMU.

3. Mengetahui demand pada siswa SMU.

4. Mengetahui evaluated need pada siswa SMU.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan masukan bagi tenaga

kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut terutama pada

pencegahan dan perawatan maloklusi serta untuk menambah referensi pada bidang

ilmu pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Maloklusi

Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang

dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal, maloklusi dapat

disebabkan karena tidak ada keseimbangan dentofasial. Keseimbangan dentofasial ini

tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa faktor saling mempengaruhi.15

Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah keturunan, lingkungan, pertumbuhan dan

perkembangan, etnik, fungsional, patologi.

2.2 Jenis Maloklusi15

1. Protrusi

Protrusi adalah gigi yang posisinya maju ke depan. Protrusi dapat disebabkan

oleh faktor keturunan, kebiasaan jelek seperti menghisap jari dan menghisap bibir

bawah, mendorong lidah ke depan, kebiasaan menelan yang salah serta bernafas

melalui mulut.

2. Intrusi dan Ekstrusi

Intrusi adalah pergerakan gigi menjauhi bidang oklusal. Pergerakan intrusi

membutuhkan kontrol kekuatan yang baik. Ekstrusi adalah pergerakan gigi mendekati

bidang oklusal.

Universitas Sumatera Utara


3. Crossbite

Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasi sentrik

terdapat kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi geligi maksila terhadap

gigi geligi mandibula yang dapat mengenai seluruh atau setengah rahang, sekelompok

gigi, atau satu gigi saja.

Berdasarkan lokasinya crossbite dibagi dua yaitu:

a. Crossbite anterior

Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa

gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior

mandibula.

b. Crossbite posterior

Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior

mandibula.

4. Deep bite

Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal

insisivus maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-

3 mm. Pada kasus deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial

dan insisivus madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra oklusi.

5. Open bite

Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat

rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open

bite menurut lokasinya adalah :

Universitas Sumatera Utara


a. Anterior open bite

Klas I Angle anterior open bite terjadi karena rahang atas yang sempit, gigi

depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan klas II Angle

divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan.

b. Posterior open bite pada regio premolar dan molar

c. Kombinasi anterior dan posterior (total open bite) terdapat baik di anterior,

posterior, dapat unilateral atau bilateral.

6. Crowded

Crowded adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal.

Penyebab crowded adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung

koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks

gigi itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkungan yang paling lebar dari

mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi geligi.

Derajat keparahan gigi crowded:

a. Crowded ringan

Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan

mandibula,dianggap suatu variasi yang normal, dan dianggap tidak memerlukan

perawatan.

b. Crowded berat

Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan hygiene

oral yang jelek

Universitas Sumatera Utara


7. Diastema

Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang

seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu :

a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena dens

supernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan jelek,

dan persistensi.

b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh

faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis.

2.3 Etiologi Maloklusi

Etiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau faktor

umum dan faktor dalam atau faktor lokal. Hal yang termasuk faktor luar yaitu

herediter, kelainan kongenital, perkembangan atau pertumbuhan yang salah pada

masa prenatal dan posnatal, malnutrisi, kebiasaan jelek, sikap tubuh, trauma, dan

penyakit-penyakit dan keadaan metabolik yang menyebabkan adanya predisposisi ke

arah maloklusi seperti ketidakseimbangan kelenjar endokrin, gangguan metabolis,

penyakit-penyakit infeksi.15

Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti adanya

gigi berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi (anodontis), anomali

ukuran gigi, anomali bentuk gigi, frenulum labii yang abnormal, kehilangan dini gigi

desidui, persistensi gigi desidui, jalan erupsi abnormal, ankylosis dan karies gigi.15

Universitas Sumatera Utara


2.4 Akibat dari Maloklusi

Maloklusi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan,

bicara serta estetik. Gangguan pengunyahan yang terjadi yaitu dapat berupa rasa tidak

nyaman saat mengunyah,8 terjadinya rasa nyeri pada TMJ dan juga mengakibatkan

nyeri kepala dan leher.16 Pada gigi yang berjejal dapat mengakibatkan kesulitan dalam

pembersihan.17 Tanggalnya gigi-gigi akan mempengaruhi pola pengunyahan misalnya

pengunyahan pada satu sisi, dan pengunyahan pada satu sisi ini juga dapat

mengakibatkan rasa sakit pada TMJ.16,17

Maloklusi dapat mempengaruhi kejelasan bicara seseorang. Apabila ciri

maloklusinya berupa disto oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan huruf p dan b.

Apabila ciri maloklusinya berupa mesio oklusi akan terjadi hambatan mengucapkan

huruf s, z, t, dan n.6 Menurut Bruggeman anomali dental yang mengakibatkan

gangguan bicara adalah18

1. Ruang antar gigi (spaces) yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan

semua huruf terutama s, sh, z, zh kecuali huruf n dan y.

2. Lebar lengkung yaitu terjadi kelainan saat mengucapkan huruf s, z, th.

3. Open bite yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s, sh, z,

zh, th, dan kadang-kadang pada huruf t dan d.

4. Derajat protrusi yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s,

sh,z, zh.

5. Pada gigi yang rotasi kelainan bunyi yang terjadi sama dengan kelainan

pada ruang antar gigi.

Universitas Sumatera Utara


Maloklusi dapat mempengaruhi estetis dari penampilan seseorang.

Penampilan wajah yang tidak menarik mempunyai dampak yang tidak

menguntungkan pada perkembangan psikologis seseorang, apalagi pada saat usia

masa remaja.17 Dibiase menyatakan beberapa kasus maloklusi pada anak remaja

sangat berpengaruh terhadap psikologis dan perkembangan sosial yang disebabkan

oleh penindasan yang berupa ejekan atau hinaan dari teman sekolahnya. Pengalaman

psikis yang tidak menguntungkan dapat sangat menyakitkan hati sehingga remaja

korban penindasan tersebut akan menjadi sangat depresi.7

2.5 Need dan Demand19

Need menurut kamus epidemiologi merupakan istilah yang memiliki

ketepatan dan keseluruhan tetapi tidak dapat ditentukan artinya dalam konteks public

health. Menurut dental profesional, need adalah penetapan kuantitas perawatan secara

professional yang wajib diterima atau pemeliharaan kesehatan secara optimal pada

pasien tertentu. Merasa need (ingin) adalah perasaan bahwa seseorang membutuhkan

kuantitas perawatan menurut persepsi dirinya sendiri, dokter gigi ataupun dental

profesional. Need dapat dibagi menjadi perceived need dan evaluated need.

Perceived need diartikan sebagai kebutuhan terhadap kuantitas perawatan menurut

persepsi individu. Evaluated need adalah kebutuhan terhadap kuantitas perawatan

yang ditentukan melalui pemeriksaan dokter gigi. Need dalam perawatan dental dapat

diukur dan ditandai dengan beberapa cara dan need dalam dental service banyak

disalahartikan dengan demand untuk perawatan. Seseorang dapat menyadari need

Universitas Sumatera Utara


tetapi tidak memiliki demand untuk perawatan, atau seseorang tidak memiliki

kemampuan untuk mendapatkan dental service untuk memenuhi need.

Demand adalah kerelaan atau kemampuan diri untuk mencari, menggunakan

dan melakukan pembayaran untuk mendapatkan pelayanan, terkadang demand dibagi

lagi menjadi potencial demand. Potencial demand diartikan sebagai keinginan pasien

terhadap perawatan maloklusi dan memiliki biaya untuk memenuhi keinginan

tersebut.

Proffit pada tahun 1993 yang dikutip dari penelitian Agusni mendeskripsikan

demand untuk perawatan ortodonti sebagai indikasi beberapa pasien yang membuat

perjanjian dan mencari perawatan, baik pada pasien yang memiliki maloklusi dan

yang memiliki penyimpangan pada penampilan wajahnya atau tidak memiliki

keduanya. Beberapa orang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki masalah, adapula

orang yang menyadarinya tetapi tidak mampu atau tidak adanya pelayanan yang

tersedia.

Dari segi ekonomi, demand adalah kuantitas dari pelayanan yang akan dibeli

oleh pasien dengan harga yang diberikan. Semakin rendah harga semakin tinggi

kuantitas keinginan pasien untuk membeli.

Demand terhadap pelayanan sangat bervariasi dalam daerah-daerah di negara,

pada negara yang dalam perkembangan dan berkembang, atau pada daerah dimana

tingkat sosio-ekonomi sangat kontras. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti pendidikan dan ekonomi. Semakin tinggi pemasukan, semakin tinggi demand

untuk perawatan ortodonti dan juga secara fakta penampilan wajah yang baik dan

Universitas Sumatera Utara


penghindaran kondisi dental yang buruk berasosiasi dengan status sosial serta

pekerjaan yang baik.

Need dan demand untuk pelayanan dental akan bervariasi di berbagai tempat

di dunia atau berbagai tempat di suatu negara. Need untuk perawatan dental muncul

karena adanya rasa sakit dan sehat yang dirasakan oleh seseorang dan dinilai oleh

dental professional.

Pada kebanyakan negara berkembang pelayanan kesehatan gigi telah

mengaplikasikan program dental untuk mengurangi karies gigi dan penyakit gigi

dengan fluoridasi, pengontrolan diet dan untuk menyediakan program pendidikan

kesehatan gigi. Pada negara yang kurang berkembang, arti dari pelayanan dental yang

efektif dan adekuat mungkin akan berbeda, dianggap adekuat hanya untuk

menghilangkan rasa sakit dan pencabutan untuk gigi yang berlubang. Walaupun

begitu, hal ini tidak akan menghalangi pendidikan kesehatan gigi baik untuk

menghindari penyakit pada gigi maupun untuk meningkatkan demand. Namun, suatu

usaha harus dilakukan untuk menilai kesiapan dalam suatu komunitas untuk

mendapatkan pelayanan dental yang lebih baik dan menyediakan pendidikan

kesehatan gigi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Menurut Spencer yang dikutip dari penelitian Agusni need dapat dinilai

dengan empat macam pendekatan yang dibedakan oleh data dari dokumen-dokumen

yang dapat dipercaya. Pertama yaitu survei status dental, kedua survei need dari

perawatan dental, ketiga analisis catatan dari pelayanan dan perawatan, yang terakhir

penilaian dari praktisi dental atau pelaksana. Kebutuhan perawatan terhadap

seseorang ditentukan oleh serangan dari penyakit gigi dan oleh jumlah perawatan

Universitas Sumatera Utara


yang diterima. Perawatan ortodonti biasanya melibatkan pemakaian pesawat yang

fixed atau removeable, ataupun kombinasi dari keduanya. Perawatan ini memerlukan

komitmen dan kooperasi dari pasien dan orang tua untuk mendapatkan perawatan

yang berhasil.

Demand untuk perawatan ortodonti dapat meningkat dari segi keperluan

pasien atau dari hasil penilaian dokter terhadap kondisi pasien. Apa yang dokter nilai

sebagai kebutuhan pasien disebut sebagai need yang normatif. Need dalam pelayanan

sering disalahartikan dengan demand untuk perawatan. Demand dapat bervariasi di

berbagai daerah pada suatu negara dan juga berbeda dalam tingkat sosio-ekonomi

yang kontras dan juga berbeda dalam periode tertentu. Ini berarti demand akan

berubah dari waktu ke waktu dan akan berbeda antara negara berkembang dan negara

sedang dalam perkembangan. Demand juga dapat dipengaruhi oleh faktor sosial

seperti pendidikan dan ekonomi.

Menurut British Dental Association yang dikutip dari penelitian Agusni

tujuan dari perawatan ortodonti adalah untuk meningkatkan fungsi dengan

memperbaiki ketidakteraturan dan untuk menciptakan tidak hanya pertahanan yang

kuat tetapi juga untuk meningkatkan penampilan, dimana hal ini nantinya akan

berkontribusi terhadap mental dan fisik seseorang. Dental dan penampilan wajah

merupakan faktor yang besar dalam persepsi terhadap need untuk perawatan

ortodonti.

Brook dan Shaw yang dikutip dari penelitian Agusni setelah melakukan

penelitian terhadap faktor kesehatan yang mempengaruhi keuntungan terhadap

perawatan ortodonti, menyadari bahwa estetik merupakan komponen yang penting

Universitas Sumatera Utara


dalam need, baik need yang normatif maupun yang dirasakan melalui IOTN (Index of

Orthodontic Treatment Need). Persepsi terhadap ortodonti treatment need sangat

subjektif dan bervariasi antara tiga kelompok yaitu kelompok publik, kelompok

dokter gigi umum, dan kelompok ortodontis. Ortodontis sebagai spesialis dalam

merapikan susunan gigi serta memperbaiki maloklusi memiliki pendekatan yang

kritis terhadap maloklusi dibandingkan dengan dua kelompok lainnya.

Prahl-Andersen et al, Albino et al serta beberapa ortodontis lainnya yang

dikutip dari penelitian Agusni melaporkan bahwa motivasi yang paling besar

penyebab pasien mencari perawatan ortodonti adalah alasan kosmetik dibandingkan

dengan adanya gangguan fungsi secara signifikan.

2.6 Perkembangan anak remaja

Menurut Hurlock masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu awal masa

remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun

hingga 16 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 tahun atau 17 tahun

hingga usia 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. WHO menetapkan batas usia

10-20 tahun sebagai batasan usia remaja diamana usia 10-14 tahun sebagai remaja

awal dan usia 15-20 tahun sebagai remaja akhir. Menurut Departemen Kesehatan

masa remaja di Indonesia dibagi menjadi 2 kelompok usia yaitu remaja awal (13-15

tahun) dan usia remaja akhir (16-18) tahun.8 Perkembangan remaja memang suatu

fenomena yang penting untuk kita bahas, berikut beberapa klasifikasi perkembangan

remaja:20

Universitas Sumatera Utara


a) Perkembangan Fisik

Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan

mulainya pubertas. Aktivitas kelenjar pituitari pada saat ini berakibat dalam sekresi

hormon yang meningkat, dengan efek fisiologis yang tersebar luas. Hormon

pertumbuhan memproduksi dorongan pertumbuhan yang cepat, yang membawa

tubuh mendekati tinggi dan berat dewasanya dalam sekitar dua tahun. Dorongan

pertumbuhan terjadi lebih awal pada pria daripada wanita, juga menandakan bahwa

wanita lebih dahulu matang secara seksual daripada pria. Pencapaian kematangan

seksual pada gadis remaja ditandai oleh kehadiran menstruasi dan pada pria ditandai

oleh produksi semen. Hormon-hormon utama yang mengatur perubahan ini adalah

androgen pada pria dan estrogen pada wanita, zat-zat yang juga dihubungkan dengan

penampilan ciri-ciri seksual sekunder: rambut wajah, tubuh, dan kelamin dan suara

yang mendalam pada pria; rambut tubuh dan kelamin, pembesaran payudara, dan

pinggul lebih lebar pada wanita. Perubahan fisik dapat berhubungan dengan

penyesuaian psikologis, beberapa studi menganjurkan bahwa individu yang menjadi

dewasa di usia dini lebih baik dalam menyesuaikan diri daripada rekan-rekan mereka

yang menjadi dewasa lebih lambat.

b) Perkembangan Kognitif / Intelektual

Tidak ada perubahan dramatis dalam fungsi intelektual selama masa remaja.

Kemampuan untuk mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara

bertahap. Psikolog Perancis Jean Piaget menentukan bahwa masa remaja adalah awal

tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran

yang melibatkan logika pengurangan/deduksi. Piaget beranggapan bahwa tahap ini

Universitas Sumatera Utara


terjadi di antara semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman terkait

mereka. Namun bukti riset tidak mendukung hipotesis ini; bukti itu menunjukkan

bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi

dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul. Remaja mengembangkan

kemampuan menyelesaikan masalah melalui tindakan logis. Remaja dapat berpikir

abstrak dan menghadapi masalah hipotetik secara efektif.

c) Perkembangan Emosional

Psikolog Amerika G Stanley Hall mengatakan bahwa masa remaja adalah

masa stres emosional, yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang

terjadi sewaktu pubertas. Psikolog Amerika kelahiran Jerman Erik Erikson

memandang perkembangan emosional sebagai proses psikososial yang terjadi seumur

hidup. Pencarian identitas diri merupakan tugas utama perkembangan psikososial

remaja. Remaja harus membentuk hubungan sebaya yang dekat atau tetap terisolasi

secara sosial. Remaja bekerja mandiri secara emosional dari orang tua, sambil

mempertahankan ikatan keluarga.

Masa remaja merupakan tahap penting dalam kurun kehidupan manusia

karena merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada

masa ini perubahan fisik, mental dan psikososial yang cepat berdampak pada

berbagai aspek kehidupannya. Pada masa ini mereka lebih mementingkan daya tarik

fisik dalam proses sosialisasi. Kecantikan atau kesempurnaan fisik sangat

didambakan oleh setiap remaja. Remaja dapat merasa tidak puas terhadap penampilan

wajahnya yang tidak hanya menyebabkan mereka merasa tertekan tapi juga akan

menurunkan fungsinya dalam kehidupan sosial, keluarga, pekerjaan dan bahkan bisa

Universitas Sumatera Utara


menurunkan aktifitas belajar. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya krisis

ketidakpercayaan diri mereka.18

2.7 Indeks Maloklusi21

Dalam menentukan kompleksitas perawatan ortodonti dan tingkat keinginan

terhadap perawatan ortodonti, terdapat beberapa indeks Maloklusi yang dapat

digunakan seperti TPI (Treatment Priority Index), HMA (Handicapping

Malocclusion Assestment Index) dan IOTN (Index of Orthodontic Treatment Need).

Sedangkan untuk melihat peningkatan estetis dapat digunakan indeks seperti DAI

(Dental Aesthetic Index) dan SCAN (Standardized Continuum of Aesthetic Need

Index).

Maloklusi menggambarkan sebuah spektrum penyimpangan dari keadaan

normal atau ideal menjadi beberapa anomali. Dokter, pasien dan keluarga pasien

dapat memiliki perbedaan pandangan tentang apa yang harus dirawat dan apa yang

dapat diterima sebagai suatu variasi yang sederhana dan tidak berbahaya. IOTN

merupakan suatu teknik yang sangat berguna untuk orang yang berminat dalam

penelitian dibidang kesehatan gigi masyarakat dan epidemiologi maloklusi, tetapi

teknik ini lebih sering digunakan spesialis. Pasien dengan IOTN yang rendah akan

memperlihatkan perubahan yang besar walaupun telah diberikan perawatan yang

terbaik.

Kebutuhan terhadap perawatan ortodonti dapat dibedakan menjadi kebutuhan

terhadap kesehatan gigi (dental health) serta kebutuhan terhadap estetik (aesthetic

need), maka dalam IOTN terdapat dua komponen yaitu:

Universitas Sumatera Utara


a. Dental Health Component (DHC)

b. Aesthetic Component (AC)

DHC dari IOTN memiliki lima kategori yang tersusun dari 1 (tidak

memerlukan perawatan) sampai 5 (sangat memerlukan perawatan) yang dapat

diaplikasikan secara klinis atau pada studi kasus pasien. Pada pasien grade 5 termasuk

pasien dengan cleft lip dan cleft palate, beberapa gigi yang hilang atau maloklusi

destruktif, dan juga termasuk didalamnya beberapa gigi yang terjadi perpindahan

tempat.

Dental Health Component menggunakan aturan yang simpel serta

menggunakan istilah MOCDO untuk membimbing peneliti dalam meneliti maloklusi.

MOCDO mewakili Missing Teeth atau kehilangan gigi, Overjet, Crossbite,

Displacement of Contact Points atau perpindahan titik kontak, dan Overbite. Pada

pasien dengan gigi insisivus yang impaksi dikategorikan menjadi grade 5. Pada

pasien dimana tidak memiliki anomali jumlah gigi atau posisi, maka aturan dapat

digunakan untuk mengukur overjet. Pada kasus overjet 6 sampai 9 milimeter akan

dikategorikan dalam grade 4.

Aesthetic Component (AC) dari IOTN terdiri dari 10 jenis foto berwarna yang

disusun berdasarkan tingkat foto dengan susunan gigi yang paling baik sampai

susunan gigi yang paling buruk. Grade 1 merupakan foto dengan susunan gigi yang

paling baik dan grade 10 merupakan tingkat susunan gigi yang paling buruk.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1. Estetik komponen dari IOTN21

Keterangan gambar :

1. Grade 1 – 4 = tidak membutuhkan perawatan

2. Grade 5 – 7 = membutuhkan perawatan

3. Grade 8 – 10 = sangat membutuhkan perawatan

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian Survei deskriptif yaitu pemeriksaan yang

teliti dan menggambarkan situasi untuk mendapatkan informasi yang tepat, biasanya

merupakan suatu studi pada suatu daerah sehubungan dengan kondisi tertentu atau

prevalensi.

3.2 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa SMU Negeri 1 Binjai yang

terletak di Kota Binjai Sumatera Utara. Berjumlah sebanyak 612 orang.

3.3 Sampel Penelitian

Sampel adalah siswa kelas 1, 2 dan 3 SMU Negeri 1 Binjai. Besar sampel

diperoleh dengan menggunakan rumus

n= N

1 + N.d2

n= 612

1 + 612 x 0,052

n= 201.98~202

dari rumus diatas didapatkan sampel minimum sebanyak 202 orang. Sampel

ditentukan secara purposive, dengan memilih kelas berdasarkan izin dari pihak

Universitas Sumatera Utara


sekolah yaitu kelas 1A-B, 2A-B, 3IPA A dan 3IPS A. Untuk kelas 1A, 2A dan 3IPA

A, sampel dipilih bedasarkan absensi dari atas ke bawah sebanyak 35 siswa, untuk

kelas 1B, 2B dan 3IPS A, sampel dipilih dari bawah ke atas sebanyak 35 siswa.

1. SMU kelas 1 (kelas 1A dan kelas 1B) sebanyak 70 siswa

2. SMU kelas 2 (kelas 2A dan kelas 2B) sebanyak 70 siswa

3. SMU kelas 3 (kelas IPA A dan kelas IPS A) sebanyak 70 siswa

Sehingga diperoleh sampel sebanyak 210 orang.

3.4 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu :

1. Karakteristik Responden

a. Tingkat penghasilan orang tua tiap bulan

b. Tingkat pendidikan akhir ibu/wali

2. Perceived need terhadap perawatan maloklusi

3. Akibat dari maloklusi

4. Potencial demand terhadap perawatan maloklusi

5. Evaluated need terhadap perawatan maloklusi

3.5 Definisi Operasional

a. Karakteristik responden terdiri dari :

1. Tingkat pendidikan akhir ibu/wali :

i. SD/SLTP / Tidak sekolah

ii. SMA/D1/D2

iii. Sarjana

Universitas Sumatera Utara


2. Tingkat penghasilan orang tua tiap bulan (ekonomi) :

i. < Rp 1000.000

ii. Rp 1000.000 – 3000.000

iii. Rp 3000.001 – 5000.000

iv. Rp 5000.001 – 7000.000

v. > Rp 7000.000

b. Perceived need adalah kebutuhan terhadap perawatan maloklusi

berdasarkan persepsi individu, Perceived need diukur dengan memberikan

kuesioner.

c. Akibat dari Maloklusi yang dirasakan adalah :

1. Pengunyahan : makanan tersangkut di gigi, pengunyahan pada satu sisi,

rahang terasa sakit saat mengunyah, dll.

2. Bicara : kesulitan dalam mengucapkan huruf, pengucapan tidak jelas, dll.

3. Estetik : sulit bergaul, mudah tersinggung, malas keluar rumah, dll.

Akibat dari maloklusi diukur dengan menggunakan kuesioner.

d. Potencial demand adalah pasien yang telah mendapat perawatan

maloklusi, Potencial demand diukur dengan menggunakan kuesioner.

e. Evaluated need adalah kebutuhan terhadap perawatan maloklusi yang

ditentukan melalui pemeriksaan dokter gigi.

Evaluated need diukur dengan menggunakan estetik komponen yang telah

dimodifikasi dari IOTN. Keuntungan menggunakan indeks ini adalah lebih

memudahkan peneliti, mempercepat, dan tidak menyusahkan responden dalam

pemeriksaan evaluated need.

Universitas Sumatera Utara


Grade 1 Grade 2

Normal dengan deep bite 2-3 mm Ada pengaruh terhadap estetis

Grade 3 d
d

a. Diastema (-)
b. Protrusi (-) a. Diastema (-)
c. Intrusi/ekstrusi (-) b. Protrusi (-)
d. Deep bite 2-3mm (+) c. Intrusi/ekstrusi (-)
e. Cross bite (-) d. Deep bite>2mm (+)
f. Crowded (-) e. Cross bite (-)
g. Open bite (-) f. Crowded (-)
g. Open bite (+)

Gambar 2. Estetik komponen modifikasi dari IOTN grade 1 & 2

Grade 3 Grade 4

Ada pengaruh terhadap estetis Ada pengaruh terhadap estetis


Grade 5

a
g g
g c
d

a. Diastema (-) a. Diastema (+)


b. Protrusi (-) b. Protrusi (-)
c. Intrusi/ekstrusi (+) c. Intrusi/ekstrusi (-)
d. Deep bite>2mm (-) d. Deep bite>2mm (+)
e. Cross bite (-) e. Cross bite (-)
f. Crowded (-) f. Crowded (-)
g. Open bite (+) g. Open bite (+)

Gambar 3. Estetik komponen modifikasi dari IOTN grade 3 & 4

Universitas Sumatera Utara


Grade 5 Grade 6

Pengaruh terhadap estetik, Pengaruh terhadap estetik dan


pengunyahan dan bicara pengunyahan

a a
b
d g d c

a. Diastema (+) a. Diastema (-)


b. Protrusi (+) b. Protrusi (-)
c. Intrusi/ekstrusi (-) c. Intrusi/ekstrusi (+)
d. Deep bite>2mm (+) d. Deep bite>2mm (+)
e. Cross bite (-) e. Cross bite (-)
f. Crowded (-) f. Crowded (-)
g. Open bite (-) g. Open bite (+)

Gambar 4. Estetik komponen modifikasi dari IOTN grade 5 & 6

Grade 7 Grade 8

Pengaruh terhadap estetik, Pengaruh terhadap estetik,dan


pengunyahan pengunyahan

f
f
b
c g
b c c
d

a. Diastema (-) a. Diastema (-)


b. Protrusi (+) b. Protrusi (+)
c. Intrusi/ekstrusi (+) c. Intrusi/ekstrusi (+)
d. Deep bite>2mm (+) d. Deep bite>2mm (-)
e. Cross bite (-) e. Cross bite (-)
f. Crowded (-) f. Crowded (+)
g. Open bite (-) g. Open bite (+)

Gambar 5. Estetik komponen modifikasi dari IOTN grade 7 & 8

Universitas Sumatera Utara


Grade 9 Grade 10

Pengaruh terhadap estetik, Pengaruh terhadap estetik,


pengunyahan dan bicara pengunyahan dan bicara

a f
b
b
e e c
d a d

a. Diastema (+) a. Diastema (+)


b. Protrusi (+) b. Protrusi (+)
c. Intrusi/ekstrusi (-) c. Intrusi/ekstrusi (+)
d. Deep bite>2mm (+) d. Deep bite>2mm (+)
e. Cross bite (+) e. Cross bite (+)
f. Crowded (-) f. Crowded (+)
g. Open bite (-) g. Open bite (+)

Gambar 6. Estetik komponen modifikasi dari IOTN grade 9 & 10

Pembagian Grade :

1. Grade 1 – 4 = tidak dibutuhkan perawatan

2. Grade 5 – 7 = membutuhkan perawatan

3. Grade 8 – 10 = sangat membutuhkan perawatan

3.6 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 hari sesuai dengan yang diizinkan pihak

sekolah. Penelitian dimulai jam 08.00 – 11.00 WIB. Lokasi penelitian berada di

ruangan aula SMU Negeri 1 Binjai.

Universitas Sumatera Utara


3.7 Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengumpulan data, siswa-siswi dikumpulkan dalam

ruangan aula sebanyak 20 orang kemudian siswa-siswi dipersiapkan untuk memulai

penelitian, Untuk pemeriksaan karakteristik responden, perceived need, akibat dari

maloklusi, dan demand diperoleh melalui kuesioner, kemudian dilakukan

pemeriksaan terhadap evaluated need, sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap

evaluated need peneliti akan memberikan pertanyaan apakah anda memakai pesawat

ortodonti? Jika jawaban belum dan sudah pernah maka akan dilakukan pemeriksaan

evaluated need, jika sedang memakai tidak akan dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan

terhadap evaluated need dilakukan dengan menyuruh pasien mengoklusikan giginya,

lalu peneliti memeriksa oklusi pasien. Peneliti menggunakan kaca mulut untuk

melihat oklusi di daerah posterior. Setelah diperiksa peneliti mengkategorikan

maloklusi pasien sesuai dengan estetik komponen modifikasi dari IOTN. Hasil

pemeriksaan dicatat pada formulir yang tersedia.

3.8 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dan ditabulasikan

dengan bantuan program SPSS.

3.9 Analisis Data

1. Dihitung persentase perceived need pada siswa SMU

2. Dihitung persentase akibat dari maloklusi yang dirasakan siswa SMU

3. Dihitung persentase potencial demand pada siswa SMU

4. Dihitung persentase evaluated need pada siswa SMU

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Perceived need

Persentase responden berdasarkan perceived need adalah pada responden yang

sadar mempunyai masalah susunan gigi sebesar 51,43% dan yang tidak sadar

mempunyai masalah susunan gigi sebesar 48,57%. (Tabel 1)

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan perceived need. (N=210)

Perceived Need ∑ %
Sadar mempunyai masalah susunan gigi 108 51,43
Tidak sadar mempunyai masalah
102 48,57
susunan gigi
Jumlah 210 100

4.2 Pemeriksaan evaluated need

Persentase responden terbesar berdasarkan pemeriksaan evaluated need

adalah tidak membutuhkan perawatan sebesar 81,9%. (Tabel 2)

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan pemeriksaan evaluated need. (N=210)

Distribusi responden berdasarkan Pemeriksaan Evaluated need


Tidak membutuhkan perawatan ortodonti ∑ %
Grade 1 48 22,86
Grade 2 43 20,48
Grade 3 56 26,67
Grade 4 25 11,9
Jumlah 172 81,9
Membutuhkan perawatan ortodonti
Grade 5 11 5,24
Grade 6 8 3,8
Grade 7 0 0
Sedang memakai pesawat ortodonti 19 9,05
Jumlah 38 18,1

Universitas Sumatera Utara


4.3 Potencial demand

Persentase responden terbesar berdasarkan potencial demand adalah pada

responden yang tidak mendapat perawatan maloklusi sebesar 82,41%. (Tabel 3)

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan potencial demand. (N=108)

Tidak
Mendapat
mendapat Jumlah
Distribusi responden perawatan
perawatan
∑ % ∑ % ∑ %

Potencial Demand 19 17,59 89 82,41 108 100

4.4 Perceived need dan potencial demand berdasarkan tingkat

penghasilan orang tua

Persentase terbesar responden yang sadar mempunyai masalah susunan gigi

dan mendapat perawatan adalah pada tingkat penghasilan orang tua Rp 5.000.001 –

Rp 7.000.000 sebesar 100%. (Tabel 4)

Tabel 4. Perceived need dan potencial demand berdasarkan tingkat penghasilan


orang tua di SMU Negeri 1 Binjai. (N=210)

Tidak Sadar mempunyai


sadar masalah susunan gigi
mempunyai Jumlah
Tingkat penghasilan Tidak
masalah Mendapat
orang tua mendapat
susunan perawatan
gigi perawatan

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Rp <1.000.000 25 80,64 6 19,36 0 0 31 100
Rp 1.000.001 – Rp
72 63,72 41 36,28 0 0 113 100
3.000.000
Rp 3.000.001 – Rp
5 10 42 84 3 6 50 100
5.000.000
Rp 5.000.001 – Rp
0 0 0 0 16 100% 16 100
7.000.000

Universitas Sumatera Utara


4.5 Perceived need dan potencial demand berdasarkan tingkat

pendidikan akhir ibu/wali

Persentase terbesar responden yang tidak sadar mempunyai masalah susunan

gigi pada tingkat pendidikan akhir ibu/wali adalah tidak sekolah/SD/SLTP sebesar

87,5%. (Tabel 5)

Tabel 5. Perceived need dan potencial demand berdasarkan tingkat pendidikan akhir
ibu/wali di SMU Negeri 1 Binjai. (N=210)

Sadar mempunyai
Tidak sadar
masalah susunan gigi
Tingkat mempunyai Jumlah
Tidak
pendidikan akhir masalah Mendapat
mendapat
ibu/wali susunan gigi perawatan
perawatan
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Tidak
14 87,5 2 12,5 0 0 16 100
sekolah/SD/SLTP
SMA/D1/D2 82 71,3 33 28,7 0 0 115 100
Sarjana 6 7,6 54 68,4 19 24 79 100

4.6 Keinginan untuk melakukan perawatan maloklusi

Persentase responden terbesar berdasarkan keinginan untuk melakukan

perawatan maloklusi adalah pada responden yang tidak ingin melakukan perawatan

sebesar 66,29%. (Tabel 6)

Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan keinginan untuk melakukan perawatan


maloklusi. (N=108)

Ya Tidak Jumlah
Distribusi responden
∑ % ∑ % ∑ %
Keinginan untuk melakukan
30 33,71 59 66,29 89 100
perawatan maloklusi

Universitas Sumatera Utara


4.7 Gambaran alasan responden tidak ingin melakukan perawatan

untuk mendapatkan susunan gigi yang rapi

Persentase responden yang memilih alasan rasa sakit sebesar 6,78%, biaya

sebesar 81,36%, dengan alasan lain yaitu belum siap, jelek, takut diejek, tidak

nyaman sebesar 11,86% dan tidak ada yang memilih alasan rasa malu. (Tabel 7)

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan gambaran alasan responden tidak ingin


melakukan perawatan untuk mendapatkan gigi yang rapi. (N=59)

Distribusi Responden ∑ %

Biaya 48 81,36

Lain-Lain 7 11,86

Rasa sakit 4 6,78

Rasa Malu 0 0

Jumlah 59 100

4.8 Akibat dari maloklusi

Persentase responden berdasarkan akibat dari maloklusi adalah pada

responden yang merasa mempengaruhi penampilan dan kepercayaan diri sebesar

71,91%. (Tabel 8)

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan akibat dari maloklusi. (N=89)

Ya Tidak Jumlah
Distribusi responden
∑ % ∑ % ∑ %
Gangguan pengunyahan 31 34,83 58 65,17 89 100

Gangguan berbicara 5 5,62 84 94,38 89 100


Mempengaruhi penampilan dan
64 71,91 25 28,09 89 100
kepercayaan diri

Universitas Sumatera Utara


4.9 Gambaran gangguan pengunyahan yang dirasakan

Persentase reponden yang merasa makanan tersangkut di gigi sebesar 64,52%,

yang merasa pengunyahan pada satu sisi sebesar 29,03%, yang dengan alasan lain

yaitu lidah sering tergigit, sulit menyikat gigi sebesar 6,45% dan tidak ada yang

merasa rahang sakit saat mengunyah. (Tabel 9).

Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan gambaran gangguan pengunyahan yang


dirasakan. (N=31)

Distribusi responden ∑ %
makanan tersangkut di gigi 20 64,52
pengunyahan pada satu sisi 9 29,03
rahang terasa sakit saat mengunyah 0 0
lain-lain 2 6,45
Jumlah 31 100

4.10 Gambaran gangguan berbicara yang dirasakan

Persentase responden yang merasa kesulitan dalam mengucapkan huruf

sebesar 40%, pengucapan sulit dimengerti sebesar 60% dan dengan alasan lain tidak

ada. (Tabel 10)

Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan gambaran gangguan berbicara yang


dirasakan. (N=5)

Distribusi Responden ∑ %

Pengucapan Sulit Dimengerti 3 60

Kesulitan dalam mengucapkan huruf 2 40

Jumlah 5 100

Universitas Sumatera Utara


4.11 Gambaran pengaruh maloklusi pada penampilan dan kepercayaan

diri

Persentase responden yang merasa sulit bergaul sebesar 6,25%, mudah

tersinggung sebesar 18,75%, dengan alasan lain yaitu sering diejek teman, kurang

percaya diri, malu, diganggu teman, dijauhi teman sebesar 75%, dan tidak ada yang

merasa malas keluar rumah. (Tabel 11)

Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan gambaran pengaruh maloklusi pada


penampilan dan kepercayaan diri. (N=64)

Distribusi Responden ∑ %
Mudah tersinggung 12 18,75
Lain-lain 48 75
Sulit bergaul 4 6,25
Malas keluar rumah 0 0
Jumlah 64 100

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

Di SMU Negeri 1 Binjai, perceived need siswa yang sadar mempunyai

masalah dengan susunan gigi lebih besar daripada yang tidak sadar sedangkan

menurut pemeriksaan evaluated need lebih banyak siswa yang tidak membutuhkan

perawatan ortodonti, hal ini mungkin disebabkan siswa memiliki tingkat kesadaran

akan perawatan maloklusi yang tinggi karena berada pada usia remaja sehingga lebih

mementingkan penampilan, disamping itu juga dimungkinkan pada pemeriksaan

evaluated need sebagian besar siswa berada pada grade 3 dan grade 4 (menurut

estetik komponen dari IOTN modifikasi) yang telah mempengaruhi estetis akan tetapi

masih termasuk dalam kategori tidak membutuhkan perawatan ortodonti, hal ini

berbeda dengan penelitian Hamdan(2005) di Yordania pada siswa umur 15 tahun

bahwa lebih sedikit siswa yang sadar mempunyai masalah dengan susunan gigi

(40%), perbedaan ini mungkin disebabkan karena daerah penelitian dilakukan di

pinggiran kota dan umur responden yang belum memperhatikan estetis.22

Hampir seluruh potencial demand siswa belum mendapat perawatan

maloklusi (82,41%), hal ini mungkin disebabkan rata-rata penghasilan orang tua

tidak mencukupi untuk melakukan perawatan maloklusi. Penelitian Shaw et al(1980)

dikutip dari penelitian Hamdan et al menunjukkan bahwa sebesar 60% remaja dengan

tingkat sosial tinggi telah melakukan perawatan ortodonti, juga didukung pernyataan

dari Mandal et al(1999) dikutip dari penelitian Hamdan et al bahwa jumlah perawatan

ortodonti semakin meningkat pada remaja dengan tingkat sosial tinggi, dan didukung

Universitas Sumatera Utara


pernyataan dari Jenkins et al(1984) dikutip dari penelitian Jossefson et al yaitu

individu dengan tingkat sosial tinggi lebih memperhatikan estetika gigi mereka.22,23

Semua orang tua siswa yang sadar mempunyai masalah susunan gigi dan

telah mendapat perawatan mempunyai penghasilan lima juta sampai tujuh juta rupiah

dan sebagian besar orang tua siswa yang tidak sadar mempunyai masalah susunan

gigi berpenghasilan dibawah satu juta rupiah, hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi penghasilan orang tua maka semakin tinggi siswa yang sadar mempunyai

masalah susunan gigi. Sebagian besar ibu/wali siswa yang tidak sadar mempunyai

masalah susunan gigi berpendidikan akhir tidak sekolah/SD/SLTP dan sebagian besar

ibu/wali siswa yang sadar mempunyai masalah susunan gigi berpendidikan akhir

sarjana hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akhir ibu/wali

maka semakin tinggi siswa yang sadar mempunyai masalah susunan gigi.

Persentase siswa yang tidak mau melakukan perawatan maloklusi lebih besar

daripada yang mau dirawat. Penelitian Ng’ang’a et al(1997) dan Wang et al(1999)

dikutip dari penelitian Hamdan et al menunjukkan hanya sebesar 33% dan 40%

remaja di Kenya dan Hongkong yang ingin melakukan perawatan ortodonti, sebagian

besar alasannya karena tingkat sosial ekonomi yang rendah. Penelitian Josefsson et

al(2005) juga menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di Swiss tidak mau

melakukan perawatan ortodonti (55,5%), juga didukung pernyataan dari Birkeland et

al(1996) dikutip dari penelitian Jossefson et al bahwa keinginan terhadap perawatan

pada siswa remaja sangat dipengaruhi oleh penghasilan orang tua. Sesuai dengan

penelitian ini bahwa sebagian besar alasan mengapa siswa tidak mau melakukan

perawatan adalah karena biaya.22,23

Universitas Sumatera Utara


Akibat dari maloklusi yang paling banyak dirasakan adalah pengaruh pada

penampilan dan kepercayaan diri (estetik) hal ini mungkin disebabkan sampel

penelitian adalah siswa pada usia remaja dimana pada usia remaja siswa akan sangat

mementingkan penampilan dirinya dan selalu ingin tampil sempurna. Sesuai dengan

pernyataan dari Fox et al(1999) dikutip dari penelitian Jossefson et al yang

menyatakan rata-rata remaja melakukan perawatan ortodonti karena dipengaruhi oleh

estetik ataupun penampilan, dan didukung oleh Yeth et al(2000) dikutip dari

penelitian Hamdan et al yang menyatakan sebagian besar pasien berusia remaja ingin

mendapatkan perawatan ortodonti karena ingin meningkatkan estetis. Sedangkan

pengaruh pada pengunyahan lebih banyak disebabkan karena makanan tersangkut

sesuai dengan penelitian Oktavia(2005) yang menyatakan keterbatasan fungsi lebih

banyak disebabkan karena makanan tersangkut sebesar 35,1%. Dan sedikit sekali

siswa mengalami gangguan berbicara sesuai dengan penelitian Oktavia(2005) yang

menyatakan sulit dalam mengucapkan kata-kata hanya sebesar 13,1%.9,22,23

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di SMU Negeri 1 binjai, perceived need siswa

yang sadar mempunyai masalah susunan gigi lebih besar daripada perceived need

siswa yang tidak sadar yaitu sebesar 51,43%. Menurut pemeriksaan evaluated need

sebagian besar siswa tidak membutuhkan perawatan ortodonti yaitu sebesar 81,9%

dan rata-rata siswa termasuk dalam grade 3 yaitu sebesar 26,67%.

Hampir seluruh potencial demand siswa belum mendapat perawatan ortodonti

yaitu sebesar 82,41%. Semua orang tua siswa yang sadar mempunyai masalah

susunan gigi dan telah mendapat perawatan berpenghasilan lima juta sampai tujuh

juta rupiah dan sebagian besar orang tua siswa yang tidak sadar mempunyai masalah

susunan gigi berpenghasilan dibawah satu juta rupiah yaitu sebesar 100% dan

80,64%. Sebagian besar ibu/wali siswa yang tidak sadar mempunyai masalah susunan

gigi berpendidikan akhir tidak sekolah/SD/SLTP dan sebagian besar ibu/wali siswa

yang sadar mempunyai masalah susunan gigi berpendidikan akhir sarjana yaitu

sebesar 87,5% dan 68,4%.

Siswa yang tidak mau melakukan perawatan maloklusi lebih besar daripada

siswa yang mau melakukan perawatan yaitu sebesar 66,29% dan sebagian besar

alasan siswa tidak ingin melakukan perawatan adalah biaya sebesar 81,36%. Akibat

dari maloklusi yang paling banyak dirasakan adalah adanya pengaruh pada

penampilan dan kepercayaan diri (estetis) sebesar 71,91%.

Universitas Sumatera Utara


6.2 Saran

Mengingat Akibat yang ditimbulkan maloklusi bukan hanya mengganggu

pengunyahan dan bicara (fungsi) saja bahkan mempengaruhi penampilan dan

kepercayaan diri (estetis), maka hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi

berbagai kalangan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

disarankan sebagai berikut :

a. Kepada Dinas Pendidikan kota Binjai sebaiknya lebih meningkatkan pelajaran

mengenai kesehatan gigi dan mulut sejak dini terutama mengenai masalah maloklusi.

b. Kepada kepala SMU Negeri 1 Binjai agar lebih sering mengadakan acara-

acara di sekolah mengenai bagaimana menjaga kesehatan gigi dan mulut terutama

masalah maloklusi.

c. Kepada guru SMU Negeri 1 Binjai agar ditingkatkan pelajaran tentang

kesehatan gigi dan mulut terutama masalah maloklusi.

d. Kepada orang tua siswa agar tetap menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya

sejak dini terutama masalah maloklusi dan biasakan membawa anaknya ke dokter

gigi minimal enam bulan sekali.

e. Kepada siswa SMU Negeri 1 Binjai agar lebih menjaga kesehatan gigi dan

mulut mereka dan jangan takut untuk pergi ke dokter gigi.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Albarakati S. Self-Perception of Malocclusion of Saudi Patients using The

Aesthetic Component of The IOTN Index.Pakistan Oral & Dent J,

2001;27(1);45-6.

2. Anonymous.Malocclusion.2009. (http://en.wikipwdia.org/wiki/malocclusion).

27 Agustus 2009

3. Anonymous.Malocclusion.2008.(http://medical-dictionary.the

freedictionary.com/malocclusion). 16 Agustus 2009

4. Thilander B, Pena L, Infante C. Prevalence of Malocclusion and Orthodontic

Treatment need in Children and Adolescents in Bogota, Colombia.Euro J

Orthod, 2001;23:153-67.

5. Apsari RD. Studi Epidemiologi Maloklusi, Kebutuhan perawatan dan

keinnginan untuk dirawat pada pelajar SMPN I Ungaran.2003.18 Agustus

2009

6. Fonte PP, Colares V, Santos F. The Social Impact of Children’s Dentofacial

Appearance.2008.(http://findarticles.com/p/articles). 4 September 2009

7. Dibiase AT, Sandler PJ.Malocclusion,Orthodontics and Bullying. J Orthod,

2001;28:464-6

8. Dentinova.Orthodontics.2000.(http://dentinova.net/html/services.html). (27

Agustus 2009

Universitas Sumatera Utara


9. Oktavia. Analisis Hubungan Maloklusi Dengan Kualitas Hidup pada Remaja

SMU Kota Medan Tahun 2007.2008.(http://library .usu.ac.id). 26 Agustus

2009

10. Marques LS, Jorge ML, Paiva SM. Maloccclusion:Esthetic Impact & Quality

of Life Among Brazilian School Children. Am J Orthod,2006;129:424-7

11. Manurung AM. Hubungan perceived need dan evaluated need perawatan

karies gigi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat

di Kota Pematang Siantar. 2008.(http://library .usu.ac.id). 3 januari 2010

12. Barnes D. The Difference Between Need and Demand. 2009. 5 september

2009

13. Soh J. Factors Associated With Lack of Orthodontic Treatment Uptake In

Young Singaporean Male Adults. 2002. 4 september 2009

14. Kiyak A. Psychological Factors in Children’s and parents’ Expectations from

early Treatment. Am J Orthod,2005

15. Rostina T. Oklusi, Maloklusi, Etiologi Maloklusi.Penuntun Kuliah Ortodonti

I,Medan:Bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi USU,1997:1,17,49-76

16. Bhalajhi SI. Orthodontics The art and Science.1sted.New

Delhi:Arya(MEDI)Publishing House.1997:90-102,115-22,223-39

17. Indriati M.Orthodonti/Kawat Gigi Canggih, Sangat Cepat dan Nyaman.2009.

4 September 2009

18. Rathbone J.S, Snidecor J.C. Appraisal of Speech Defects in Dental Anomalies

With Reference to Speech Improvement. J Orthod,1959;29;59

Universitas Sumatera Utara


19. Agusni T. The Need and Demand for Orthodontic Treatment in Urban and

Rural Schoolchildren in Surabaya East Java Indonesia.Thesis.University of

Sydney, 1998:15-9

20. Anonymous. Perkembangan remaja menurut para ahli. 2009 (

www.segalawarnadunia.com) .6 Desember 2009

21. Dental gain. Index of Orthodontic treatment Need (IOTN).2007. 5 September.

2009

22. Hamdan A. The relationship between patient, parent and clinician perceived

need and normative orthodontic treatment need. Euro J Orthod, 2004;26:265-

71.

23. Josefsson E, Bjerklin B, Lindsten R. Factors determining perceived

orthodontic treatment need in adolescents of swedish and immigrant

background. Euro J Orthod,2009;31:95-102.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth,

Saudara…………………………………………………………………………………
……

Saya yang bernama Chandra Susanto, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara, bersama dengan ini memohon kesediaan Saudara untuk

berpartisipasi sebagai subjek penelitian kami yang berjudul :

Akibat dari Maloklusi Pada Anak SMU Negeri 1 Binjai

Keterangan : Maloklusi adalah bentuk gigitan menyimpang dari bentuk standar


yang diterima

sebagai bentuk yang normal

Dengan Tujuan :

1. Mengetahui kebutuhan perawatan maloklusi berdasarkan persepsi individu

(perceived need) pada siswa SMU

2. Mengetahui akibat dari maloklusi pada siswa SMU

3. Mengetahui permintaan terhadap perawatan maloklusi (demand) pada siswa

SMU

4. Mengetahui kebutuhan perawatan maloklusi yang ditentukan melalui

pemeriksaan peneliti (evaluated need) pada siswa SMU

Universitas Sumatera Utara


Dalam penelitian tersebut, kepada Saudara akan dilakukan pemeriksaan oklusi secara

visual dengan menggunakan rol milimeter dan kaca mulut yang telah disterilkan.

Sterilisasi dilakukan dengan merendam alat pemeriksaan ke dalam larutan antiseptik

desinfektan Dettol dan kemudian alat dikeringkan dengan menggunakan kain yang

bersih, sehingga alat-alat tersebut dapat dijamin bersih/bebas kuman/suci hama.

Pemeriksaan tidak akan menimbulkan rasa sakit dan pendarahan sama sekali. Setelah

dilakukan pemeriksaan, kepada Saudara akan diberikan kuesioner yang berisi

beberapa pertanyaan untuk diisi.

Keuntungan menjadi subjek penelitian adalah subjek penelitian dapat mengetahui

grade maloklusi berdasarkan estetik komponen dari IOTN.

Jika Saudara bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan menjadi Subjek Penelitian harap

ditandatangani. Perlu Saudara ketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat

dan Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian

berlangsung apabila terdapat hal-hal yang dirasakan merugikan Saudara.

Mudah-mudahan keterangan diatas dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan,……………………..

Peneliti,

Chandra Susanto

Hp : 08196014267

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN UNTUK MENJADI

SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :
Umur :
Kelas :

Alamat :
No telp/HP :

Setelah membaca semua keterangan tentang risiko, keuntungan, dan hak-hak

saya sebagai subjek penelitian yang berjudul Akibat dari Maloklusi Pada Anak

SMU Negeri 1 Binjai Dan saya memahaminya, maka Saya dengan sadar dan tanpa

paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini untuk diteliti oleh peneliti

Chandra Susanto sebagai mahasiswa FKG USU, dengan catatan apabila suatu ketika

merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini.

Biaya penelitian tidak dibebankan kepada saya.

Medan,……………………2010

Tanda tangan,

(……………………………………………….)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA CALON SUBJEK


PENELITIAN

Kepada Yth,

Saudara…………………………………………………………………………………
……

Saya yang bernama Chandra Susanto, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara, bersama dengan ini memohon kesediaan Saudara untuk

mengijinkan anak anda berpartisipasi sebagai subjek penelitian kami yang berjudul :

Akibat dari Maloklusi Pada Anak SMU Negeri 1 Binjai

Keterangan : Maloklusi adalah bentuk gigitan menyimpang dari bentuk standar


yang diterima

sebagai bentuk yang normal

Dengan Tujuan :

1. Mengetahui kebutuhan perawatan maloklusi berdasarkan persepsi individu

(perceived need) pada siswa SMU

2. Mengetahui akibat dari maloklusi pada siswa SMU

3. Mengetahui permintaan terhadap perawatan maloklusi (demand) pada siswa

SMU

4. Mengetahui kebutuhan perawatan maloklusi yang ditentukan melalui

pemeriksaan peneliti (evaluated need) pada siswa SMU

Universitas Sumatera Utara


Dalam penelitian tersebut, kepada anak anda akan dilakukan pemeriksaan oklusi

secara visual dengan menggunakan rol milimeter dan kaca mulut yang telah

disterilkan. Sterilisasi dilakukan dengan merendam alat pemeriksaan ke dalam larutan

antiseptik desinfektan Dettol dan kemudian alat dikeringkan dengan menggunakan

kain yang bersih, sehingga alat-alat tersebut dapat dijamin bersih/bebas kuman/suci

hama.

Pemeriksaan tidak akan menimbulkan rasa sakit dan pendarahan sama sekali. Setelah

dilakukan pemeriksaan, kepada anak anda akan diberikan kuesioner yang berisi

beberapa pertanyaan untuk diisi.

Keuntungan menjadi subjek penelitian adalah subjek penelitian dapat mengetahui

grade maloklusi berdasarkan estetik komponen dari IOTN.

Jika Saudara bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan mengijinkan anak anda menjadi

Subjek Penelitian harap ditandatangani. Perlu Saudara ketahui bahwa surat kesediaan

tersebut tidak mengikat dan anak anda dapat mengundurkan diri dari penelitian ini

kapan saja selama penelitian berlangsung apabila terdapat hal-hal yang dirasakan

merugikan anak anda.

Universitas Sumatera Utara


Mudah-mudahan keterangan diatas dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara

mengijinkan anak anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima

kasih.

Medan,……………………..

Peneliti,

Chandra Susanto

Hp : 08196014267

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN KEPADA ORANG

TUA CALON SUBJEK PENELITIAN

Setelah membaca semua keterangan tentang risiko, keuntungan, dan hak-hak

anak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul :

Akibat dari Maloklusi Pada Anak SMU Negeri 1 Binjai

Dan saya memahaminya, maka :

Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia memberi persetujuan kepada

anak saya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini untuk diteliti oleh peneliti

Chandra Susanto sebagai mahasiswa FKG USU, dengan catatan apabila suatu ketika

merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini.

Biaya penelitian tidak dibebankan kepada saya.

Medan,……………………2010

Tanda tangan,

(……………………………………………….)

Alamat :…………………………………………………………

No Telp/Hp :…………………………………………………………

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
Departemen Kedokteran Gigi Pencegahan
Kesehatan Gigi Masyarakat

LEMBARAN PEMERIKSAAN EVALUATED NEED PADA SISWA


SMA NEGERI I BINJAI

Nama Responden : No. Kartu :

Grade :

Pemeriksa :

Apakah anda menggunakan pesawat orthodonti?

a. Tidak

b. Sedang

c. Sudah

Jika jawaban a atau c maka dilakukan pemeriksaan evaluated need

Grade 1 Grade 2

Normal dengan deep bite 2-3 mm Ada pengaruh terhadap estetis

d d
Grade 3
h. Diastema (-)
i. Protusi (-) h. Diastema (-)
j. Intrusi/ekstrusi (-) i. Protusi (-)
k. Deep bite 2-3mm (+) j. Intrusi/ekstrusi (-)
l. Cross bite (-) k. Deep bite>2mm (+)
m. Crowded (-) l. Cross bite (-)
n. Open bite (-) m. Crowded (-)
n. Open bite (+)

Universitas Sumatera Utara


Grade 3 Grade 4

Ada pengaruh terhadap estetis Ada pengaruh terhadap


Grade 5 estetis,pengunyahan dan bicara

a
g g
g c
d

h. Diastema (-)
i. Protusi (-) h. Diastema (+)
j. Intrusi/ekstrusi (+) i. Protusi (-)
k. Deep bite>2mm (-) j. Intrusi/ekstrusi (-)
l. Cross bite (-) k. Deep bite>2mm (+)
m. Crowded (-) l. Cross bite (-)
n. Open bite (+) m. Crowded (-)
n. Open bite (+)

Grade 5 Grade 6

Pengaruh terhadap estetik, Pengaruh terhadap estetik dan


pengunyahan dan bicara pengunyahan

a a
b
d g d c

h. Diastema (+) h. Diastema (-)


i. Protusi (+) i. Protusi (-)
j. Intrusi/ekstrusi (-) j. Intrusi/ekstrusi (+)
k. Deep bite>2mm (+) k. Deep bite>2mm (+)
l. Cross bite (-) l. Cross bite (-)
m. Crowded (-) m. Crowded (-)
n. Open bite (-) n. Open bite (+)

Universitas Sumatera Utara


Grade 7 Grade 8

Pengaruh terhadap estetik, Pengaruh terhadap estetik,dan


pengunyahan pengunyahan

f
f
b
c g
b d c c

h. Diastema (-) h. Diastema (-)


i. Protusi (+) i. Protusi (+)
j. Intrusi/ekstrusi (+) j. Intrusi/ekstrusi (+)
k. Deep bite>2mm (+) k. Deep bite>2mm (-)
l. Cross bite (-) l. Cross bite (-)
m. Crowded (-) m. Crowded (+)
n. Open bite (-) n. Open bite (+)

Grade 9 Grade 10

Pengaruh terhadap estetik, Pengaruh terhadap estetik,


pengunyahan dan bicara pengunyahan dan bicara

a
f
b b
e e a
d d c

h. Diastema (+) h. Diastema (+)


i. Protusi (+) i. Protusi (+)
j. Intrusi/ekstrusi (-) j. Intrusi/ekstrusi (+)
k. Deep bite>2mm (+) k. Deep bite>2mm (+)
l. Cross bite (+) l. Cross bite (+)
m. Crowded (-) m. Crowded (+)
n. Open bite (-) n. Open bite (+)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
Departemen Kedokteran Gigi Pencegahan
Kesehatan Gigi Masyarakat

Kuesioner mengenai akibat dari maloklusi yang dirasakan siswa SMU

Negeri I Binjai

Nomor kartu :

Tanggal :

A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Umur :

Alamat :

1. Berapa tingkat penghasilan orang tua setiap bulan?

a. < Rp 1000.000

b. Rp 1000.000 – Rp 3000.000

c. Rp 3000.001 – Rp 5000.000

d. Rp 5000.001 - Rp 7000.000

e. > Rp 7000.000

2. Tingkat pendidikan akhir ibu/wali

a. SD/SLTP / Tidak sekolah

b. SMA/D1/D2

Universitas Sumatera Utara


c. Sarjana

3. Apakah anda pernah memakai pesawat ortodonti?

a. Belum pernah

b. Sedang memakai, Pesawat ortodonti jenis................

c. Sudah pernah, Pesawat ortodonti jenis...................

Jika jawaban a maka lanjutkan ke pertanyaan berikut

B. PERCEIVED NEED

4. Apakah anda merasa susunan gigi anda rapi?

a. Ya

b. Tidak

Jika tidak maka lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya.

AKIBAT DARI MALOKLUSI

5. Apakah anda memiliki gangguan pengunyahan?

a. Ya

b. Tidak

6. Jika ya, gangguan pengunyahan apa yang sering anda alami

a. Makanan tersangkut di gigi

b. Pengunyahan pada satu sisi

c. Rahang terasa sakit saat mengunyah

d. .....................................

7. Apakah anda memiliki gangguan dalam berbicara?

a. Ya

Universitas Sumatera Utara


b. Tidak

8. Jika ya, gangguan bicara apa yang sering anda alami

a. Kesulitan dalam mengucapkan huruf…….

b. Pengucapan sulit dimengerti

c. …………………………………..

9. Apakah susunan gigi anda mempengaruhi penampilan dan kepercayaan

diri anda?

a. Ya

b. Tidak

10. Jika ya, permasalahan apa yang sering anda hadapi

a. Sulit bergaul

b. Mudah tersinggung

c. Malas keluar rumah

d. .............................

C. DEMAND

11. Apakah anda mau melakukan perawatan untuk mendapatkan susunan

gigi yang lebih rapi?

a. Mau

b. Tidak mau

Jika jawaban b lanjutkan ke pertanyaan berikut

Universitas Sumatera Utara


12. Apa alasan anda tidak mau melakukan perawatan untuk mendapatkan

susunan gigi yang lebih rapi?

a. Rasa sakit

b. Biaya

c. Rasa malu

d. ..................................

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai