Anda di halaman 1dari 7

A.

ANALISIS PROKSIMAT
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi
seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau
pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan
pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Hal ini
dapat berdampak besar dalam suatu pertumbuhan ternak, sehingga dalam praktikum ini kita
akan melihat sejauh mana Meat and bone meal (MBM) bisa menjadi salah satu pakan yang
memiliki zat gisi yang tinggi.

Analisa Proksimat

1. Analisa Kadar Air


Air adalah zat makanan yang paling sederhana, namun adalah yang paling sukar penentuannya
dalam analisis proksimat. Penentuan kadar air dilakukan dengan pemanasan 105°C secara terus
menerus sampai sampel bahan beratnya tidak berubah lagi (konstan). Namun, untuk produk-
produk biologik, bila dipanaskan dengan temperature melebihi 70°C, akan kehilangan zat-zat
volatil (zat-zat yang mudah menguap). Sehingga, untuk penetuan kadar yang tepat, pemanasan
dengan temperature yang lebih rendah dan dengan menggunakan desikator yang dapat
divakumkan. Tetapi karena alat ini sangat terbatas kapasitasnya, sampel yang dapat dianalisa
juga terbatas. Untuk alasan ini laboratorium tetap menggunakan temperature tinggi. Pentingnya
air dalam menentukan nilai makanan adalah pengaruhnya terhadap komposisi makanan karena
sifat pengencer air tersebut.
Karena air sangat variable, maka harus diperhitungkan bila seseorang ingin membeli suatu bahan
makanan. Bahan makanan yang mengandung banyak air, bila harganya murah, kelihatannya
memberikan tawaran yang baik, namun kadar air harus diketahui, dan bila telah didapat kadar
airnya, kita dapat membandingkan nilai makanan bahan tersebut atas dasar bahan kering, untuk
mendapatkan nilai makanan yang sebenarnya
Patokan pemberian makanan tidak memperhitungkan kebutuhan air oleh ternak dan Tillman
(1989) berpendapat bahwa hal ini merupakan kekeliruan di Indonesia, terutama karena banyak
pengusaha ternak kelihatannya tidak cukup memberikan perhatian pentingnya air bagi ternak.
Kebutuhan air berhubungan erat dengan konsumsi kalori yang dapat diperhitungkan. Sehingga
air yang diberikan sebagai minuman harus dapat tersedia setiap waktu untuk mencukupi
kebutuhannya .

2. Analisa Kadar Abu


Komponen abu pada analisis proksimat tidak memberikan nilai makanan yang penting. Jumlah
abu dalam bahan makanan hanya penting untuk menentukan perhitungan BETN. Kenyataannya,
kombinasi unsure-unsur mineral dalam bahan makanan berasal dari tanaman sangat bervariasi
sehingga nilai abu tidak dapt dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsure mineral
tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting ( Tillman, 1989).
Pada bahan makanan yang berasal dari hewan, kadar abu berguna sebagai indeks untuk kadar
kalsium dan fosfor. Dengan diketahuinya kadar abu, masih diperlukan analisis lebih lanjut untuk
memisahkan 17 unsur penting yang diperlukan ilmu makanan (Tillman, 1989).
3. Analisa Kadar Serat Kasar
Istilah serat makanan ( dietary fiber ) harus dibedakan dengan isitilah serat kasar ( crude fiber )
yang biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian dari
pakan yang tidak dapat dihidrolisi oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan
kadar serat kasar yaitu asam sulfat ( H2SO4 1,25% ) dan natrium hidroksida ( NaOH 1,25% ).
Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat di hidrolisis oleh
enzim-enzim pencernaan.
Menurut Piliang dan Djojosoebagio ( 2002 ), mengemukakan bahwa hasil yang dimaksudkan
dengan serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan
asam kuat dan basa kuat 30 menit yang dilakukan dilaboratorium. Dengan proses seperti ini
dapat ini dapat merusak abeberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak
dapat diketahui komposisi kimia. Tiap-tiap bahan yang membentuk dinding sel. Oleh karena itu
serat kasar merendahkan perkiraan jumlah kandungan serat besar 80% untuk hemiselulosa 50 –
90% atau lignin dan 20- 50% untuk selulosa.

4. Analisa Kadar Protein Kasar


Analisa protein dapat dilakukan dengan dua metode yaitu secara kualitatif terdiri atas reaksi xantoprotein,
reaksi Hopkins-cole, reaksi millon nitroprusida, dan reaksi sakaguchi. Secara kuantitatif terdiri dari
metode Khejedal, metode titrasi formol, metode lowry, metode spekrofotometer visiable ( buret ), dan
metode spetorofotometri.

5. Analisa Kadar Lemak Kasar


Klasifikasi lemak dan minyak
Menurut Rohman (2007), berdasarkan strukturnya lemak terdiri dari:
a. Lemak sederhana (simple lipids)
Ester lemak-alkohol
Contohnya : ester gliserida, lemak, dan malam.
b. Lemak komplek (composite lipids dan sphingolipids)
Ester lemak-non alcohol
Contohnya : fosfolipid, glikolipid, aminolipid, lipoprotein
c. Turunan lemak (derived lipids)
Contohnya : asam lemak, gliserol, keton, hormon, vitamin larut lemak, steroid, karotenoid,
aldehid asam lemak, lilin dan hidrokarbon.
Berdasarkan kejenuhannya :
1. Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai
hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zag yang dapat cocok satu sama lain,
sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud padat.
Contohnya ialah : asam butirat, asam palmitat, asam stearat.

2. Asam lemak tak jenuh


Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbonnya. Asam lemak dengan lebih dari satu ikatan, dua tidak lazim, terutama terdapat
pada minyak nabati, minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda (poli-
unsaturat) cenderung berbentuk minyak. Contohnya ialah : asam oleat, asam linoleat, dan asam
linolenat.
6. Analisa Kadar Fosfor
Kehadiran fosfat dalam air menimbulkan permasalahan terhadap kualitas air, misalnya terjadinya
eutrofikasi. Untuk memecahkan masalah tersebut dengan mengurangi masukan fosfat kedalam
badan air, misalnya dengan mengurangi pemakaian bahan yang menghasilkan limbah fosfat dan
melakukan pengolahan limbah fosfat.
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku ( apit ) atau sedimen dengan kandungan fosfor
ekonomis. Biasanya kandungan fosfor dinyatakan sebagai bobe phosphate of lime ( BPL ) atau
triphosphate of lime ( TPL ) atau berdasarkan P2O5.
Fosfat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena tidak larut dalam air
sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan. Fosfat untuk pupuk tanaman pangan perlu
diolah menjadi pupuk buatan Anonim (2007).

7. Analisa Kadar Kalsium


Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh manusia. Kira-kira 99%
kalsium terdapat didalam jaringan keras, yaitu pada tulang dan gigi. 1% kalsium terdapat pada
darah dan jaringan lunak. Tanpa kalsium yang 1% ini, otot akan mengalami gangguan kontraksi
darah akan sulitmembeku, tranformasi darah terganggu ( Anonim, 2010 ).
Fungsi dari kalsium yaitu:
1. Membentuk serta mempertahankan tulang dan gigi yang sehat.
2. Mencegah osteoporis.
3. Membantu proses pembekuan proses pembekuan darah dan penyembuhan luka.
4. Mengatur kontraksi otot.
5. Menghantar sinyal ke dalm sel-sel syaraf.
6. Membantu transport ion melalui membrane
7. Sebagai komponen penting dalam produksi hormone dan enzim yang mengatur proses
pencernaan, energy dan metabolism lemak.
8. Mengatasi kram, sakit pinggang, wasir, dan reumatik.
9. Mengatasi keluhan saat haid dan menopause
10. Meminimalkan penyusunan tulang selam hamil dan menyusui.

F. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)


Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti abu,
protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat
kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). BETN
merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida
yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi.
Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bagian karbohidrat yang mudah dicerna atau golongan
karbohidrat non-struktural. Karbohidrat non-struktural dapat ditemukan di dalam sel tanaman
dan mempunyai kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbohidrat struktural. Gula,
pati, asam organik dan bentuk lain dari karbohidrat seperti fruktan termasuk ke dalam kelompok
karbohidrat non-struktural dan menjadi sumber energi utama bagi sapi perah yang berproduksi
tinggi. Kemampuan karbohidrat non-struktural untuk difermentasi dalam rumen nilainya
bervariasi tergantung dari tipe pakan, cara budidaya dan pengolahan bahan ekstrak tanpa
nitrogen tersusun dari gula, asam organik, pektin, hemiselulosa dan lignin yang larut dalam
alkali.
Contoh jurnal:

PENGGUNAAN SORGUM DAN KULIT PISANG YANG TEROLAH SECARA


KIMIAWI TERHADAP KECERNAAN NUTRIEN PADA AYAM BROILER

Prayogi Sunu, B. Sukamto, E. Suprijatna

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sorgum dan kulit pisang yang terolah secara
kimiawi dalam ransum broiler sebagai upaya untuk memanipulasi efek negatif tanin terhadap
kecernaan protein kasar, serat kasar, energi metabolis, danretensi nitrogen pada ayam bloiler.
Materi yang digunakan adalah anak ayam broiler unsex umur 2 minggu sebanyak 160 ekor,
dengan bobot badan awal 551, 46±2,49 g, yang dipelihara dalam 20 petak kandang, setiap petak
diisi 8 ekor ayam.Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan dan 4 ulangan. Data yang didapat diujikan menggunakan analisis ragam. Jika terdapat
perbedaan rata rata antara pengaruh perlakuan, maka dilanjutkan dengan menggunakan uji jarak
berganda Duncan. Sorgum dan kulit pisang di lakukan pengolahan secara kimia dengan
menggunakan NaOH 10% direndam selama 15 menit untuk menurunkan kadar tanin. Perlakuan
yang diberikan selama penelitian adalah sebagai berikut: T0 = ransum kontrol menggunakan
mengandung jagung tanpa kulit pisang maupun sorgum. T1= ransum dengan sorgum terolah
30%. T2 = ransum mengandungsorgum terolah 43%. T3 = ransum mengandung kulit pisang
terolah 30%. T4 = ransum mengandung kulit pisang terolah 43%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai kecernaan serat kasar, protein kasar, adalah berbeda nyata (P<0,05), sedangkan pada
parameter protein kasar, penggunaan kulit pisang dengan persentase 30% dan 43% nilainya tidak
berbeda nyata (P>0,05). Tingkat konsumsi ransum, nilai kelima perlakuan tidak berbeda nyata
(P>0,05). Disimpulkan bahwa sorgum dapat digunakan dalam ransum sampai taraf 43% tanpa
menurunkan kecernaan serat kasar, dan protein kasar. Kulit pisang dapat digunakan dalam
ransum sampai taraf 43% tanpa menurunkan kecernaan nutrien dan gangguan fisiologis pada
ayam broiler.

Kata kunci : Sorgum, kulit pisang, ayam bloiler,dan kecernaan


2. Analisis Van soest
Karbohidrat dalam pakan mempunyai dua fraksi utama yaitu serat kasar dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen. Serat kasar mempunyai pengertian sebagai fraksi karbohidrat yang tidak larut
dalam basa dan asam encer setelah pendidihan selama 30 menit. Analisa serat kasar ini tidak
diperoleh fraksi selulosa dan lignin sehingga fraksi-fraksi tersebut perlu diketahui secara khusus
untuk hijauan makanan ternak atau umumnya pakan berserat. Untuk mengetahui fraksi selulosa
dan lignin perlu dilakukan analisa lain yang lebih khusus yaitu metode analis Van Soest . Peter J.
Van Soest dari USDA Beltville National Research, sekitar tahun 1965 mengembangkan prosedur
pengujian yang memisahkan serat kasar menjadi dua bagian, yakni Neutral Detergent Fiber
(NDF) dan Acid Detergent Fiber (ADF), selanjutnya ADF diuraikan lagi menjadi Acid Detergent
Lignin (ADL)
Metode Van Soest digunakan untuk mengestimasi kandungan serat dalam pakan dan fraksi-
fraksinya ke dalam kelompok-kelompok tertentu didasarkan atas keterikatanya dengan anion
atau kation detergen (metode detergen). Kemampuan ternak ruminansia mencerna serat kasar,
maka dari analisis proksimat dikembangkan oleh Van Soest untuk mengetahui komponen apa
yang ada pada serat. Sistem analisis Van Soest menggolongkan zat pakan menjadi isi sel dan
dinding sel. Neutral Detergent Fiber (NDF) mewakili kandungan dinding sel yang terdiri dari
lignin, selulosa, hemiselulosa, dan protein yang berikatan dengan dinding sel. Bagian yang tidak
terdapat sebagai residu dikenal sebagai Neutral Detergent Soluble (NDS) yang mewakili isi sel
dan mengandung lipid, gula, asam organik, non protein nitrogen, pektin, protein terlarut, dan
bahan terlarut dalam air lainnya

Contoh jurnal:
Kandungan Fraksi Serat Ransum Pellet Unggas Dengan Penggunaan Tepung
Indigoferazollingeriana

Putri Jati, Triani Adelina, Dewi Ananda Mucra


Abstract

This study aims to evaluation the effect of Indigofera zollingeriana flour utilization inpoultry
pellet ration on the content of the fiber fraction ,namely : Neutral Detergent Fiber (NDF), Acid
Detergent Fiber (ADF), Acid Detergent Lignin (ADL), hemicelluloses and cellulose. The
experimental design used Completely Randomized Design(CRD),which consists of 4 treatments
and 5 replicates. The treatments were the level of Indigofera zollingeriana flour utilization that
were T0 = 0% Indigofera
zollingeriana (control),T1 = 5% Indigofera zollingeriana, T2 =10% Indigofera zollingeria
na, T3 = 15% Indigofera zollingeriana. The results showed that the Indigofera zollingeriana
utilization had no significant effect (P>0.05) on the content of NDF, hemicellulose, cellulose but
had significantly effect (P<0.05) to the content of ADF and highly significant effect (P<0.01) on
the content of ADL. It was concluded that the use of 15% Indigofera zollingerian alowered the
content ADF and ADL, unable to reduce the content fNDF and unable to increase the content of
hemicellulose and cellulose.The use of 15% Indigofera zollingeriana is t h e b e s t 30.39%
NDF; 9.42% ADF; 2.25% ADL; 20.98% hemicellulose and 4.53% cellulose.

Keywords

Indigofera zollingeriana flour; poultry rations; fiber fraction; pellet


Sumber:
http://wahyucahyowidodo.blogspot.co.id/2016/02/
analisis-proksimat.html
http://jurnalkampus.stipfarming.ac.id/index.php/a
m/article/view/66
http://syavhela.blogspot.co.id/2017/01/pengertian-
analisis-van-soest.html
http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/peternakan/article/view/339
6

Anda mungkin juga menyukai