Makalah Ilmiah
Makalah Ilmiah
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Badan Operasi Bersama PT. Bumi Siak Pusako - Pertamina Hulu Bandar
Pedada merupakan salah satu perusahaan daerah Kabupaten Siak, yang terletak di
Provinsi Riau yang bergerak dalam bidang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi,
yang memiliki pembangkit listrik sendiri untuk mensuplai kebutuhan operasional
perusahaan. Tegangan dan frekuensi yang dihasilkan oleh suatu pembangkit harus
mempunyai besaran yang tertentu dengan suatu penyimpangan yang diijinkan.
Kehandalan merupakan angka yang menunjukkan kemampuan pembangkit
menyalurkan energinya ke konsumen dalam batas mutu yang diijinkan. Jadi
merupakan kontinyuitas pelayanan energi.
Adanya gangguan yang terjadi pada sistem akan mengakibatkan turunnya
kesinanggungan penyaluran energi listrik. Salah satu gangguan yang sering terjadi
adalah gangguan tegangan lebih pada daerah penyaluran baik transmisi maupun
distribusi. Untuk memenuhi kebutuhan listrik, pada setiap sistem jaringan
diperlukan sistem proteksi terhadap tegangan lebih yang mungkin terjadi. Salah
satunya adalah proteksi terhadap sambaran petir. Kondisi daerah Indonesia yang
mempunyai tingkat kerapatan kilat yang tinggi dan curah hujan yang besar
menyebabkan banyaknya gangguan yang terjadi akibat sambaran kilat baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada saluran distribusi pengaruh sambaran kilat
tidak langsung memegang peranan yang lebih besar dibandingkan sambaran
langsung. Terkait dengan hal ini maka perlu dihitung besarnya angka keluaran
akibat sambaran kilat tidak langsung yang menunjukkan tingkat kehandalan
sistem.
Sambaran petir pada jaringan dapat menyebabkan terjadinya tegangan lebih
yang dapat menyebabkan terjadinya kegagalan pada sistem. Pada jaringan listrik
BOB PT. BSP - Pertamina Hulu Bandar Pedada terjadinya gangguan sangat
berpengaruh besar terhadap kelangsungan operasional perusahaan. Kerusakan
sistem distribusi karena petir merupakan persoalan penting pada sistem-sistem
perusahaan dan sebagian besar diperhitungkan sebagai pengeluaran konsumen,
1
merupakan pengeluaran tertinggi dalam perincian peralatan distribusi.
Perlindungan terhadap petir yang kurang memadai mengakibatkan kesalahan pada
sistem distribusi yang mungkin berakibat langsung pada transformator substasion.
Kerusakan transformator distribusi yang diletakkan di atas tiang yang disebabkan
oleh petir merupakan persoalan lama pada semua sistem. Pertimbangan ekonomi
untuk perlindungan berkaitan dengan biaya perbaikan yang harus dikeluarkan.
Persoalan lain yang dipikirkan adalah tidak nyamannya konsumen dan kehilangan
keuntungan karena pengeluaran Secara keseluruhan. Terutama pada sumur-sumur
produksi minyak yang dikelola BOB PT. BSP- Pertamina Hulu Bandar Pedada,
dikarenakan jaringan listrik tersebut langsung terhubung ke beban berupa motor-
motor pompa minyak di sumur-sumur produksi. Oleh karena itu, setiap kali
terjadi gangguan pada jaringan, target lifting minyak harian BOB PT. BSP -
Pertamina Hulu Bandar Pedada akan terganggu.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh sambaran petir terhadap reabilitas dari
keseluruhan sistem.
2. Untuk mengetahui jarak sambaran petir.
3. Untuk mengetahui probabilitas bahaya petir disekitar jaringan distribusi.
2
1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan dibahas adalah:
1. Hanya membahas Sambaran Petir Pada Jaringan Distribusi 13,8 kv di
BOB PT. BSP - Pertamina Hulu Bandar Pedada yang terjadi gangguan.
2. Tidak membahas sistem proteksi terhadap sambaran petir seperti lightning
arrester dan kawat tanah secara detail.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
relevan dengan teori Rusck pada jarak maksimum 1200 meter dari pusat sambaran
petir dengan batasan error 9,139%. Sementara untuk tinggi menara, pengukuran
yang akurat hanya pada ketinggian 33-50 meter saja dengan batasan error 6,468%,
Tegangan puncak induksi petir berbanding terbalik dengan jarak sambaran,
Hubungan antara tegangan puncak induksi petir dengan arus puncak petir adalah
berbanding lurus, Tinggi menara berbanding lurus dengan tegangan puncak
induksi petir, Waktu muka dan waktu ekor tegangan impuls petir mempengaruhi
nilai tegangan induksi petir. Semakin cepat waktu muka, semakin besar tegangan
puncak induksi petir. Sedangkan semakin cepat waktu ekor petir, semakin kecil
tegangan puncak induksi petir.
Pada penelitian Ira Debora Parhusip, judul Studi Pengaruh Variasi
Parameter Sambaran Petir Terhadap Tegangan Induksi Pada Jaringan Distribusi
20 KV, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Semarang, menyatakan Dengan melihat hasil simulasi sambaran induksi pada
Jaringan Distribusi 20 kV 3 fasa dapat disimpulkan bahwa Arus puncak yang
besar, jarak sambaran yang dekat, kecepatan sambaran yang besar, waktu muka
gelombang yang kecil dan waktu ekor yang panjang dapat menimbulkan tegangan
induksi yang besar . Dari simulasi juga diketahui bahwa magnitude gelombang
tegangan induksi mengalami atenuasi (penurunan) di sepanjang saluran dan akan
mencapai nilai terkecil pada titik dengan jarak terjauh dari titik sambaran.
Simulasi menunjukkan sambaran di fasa A pada simulasi juga akan menimbulkan
tegangan induksi di fasa yang tak tersambar (B dan C)
Pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis memiliki perbedaan dari
penelitian dari sebelumnya yaitu pengambilan data dilakukan pada salah satu
feeder 1 BOB PT. BSP - Pertamina Hulu Bandar Pedada dan dilakukan analisa
menggunakan metode Rusck, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan acuan atau
referensi pada BOB PT. BSP - Pertamina Hulu Bandar Pedada.
5
2.2. Teori Dasar
Teori yang secara luas dapat diterima tentang petir yaitu bahwa awan terdiri
dari daerah bermuatan positif dan negatif. Pusat-pusat muatan ini menginduksikan
muatan berpolaritas berlawanan ke awan terdekat atau ke bumi. Gradien potensial
di udara antara pusat-pusat muatan di awan atau antara awan dan bumi tidak
seragam tapi gradient tersebut timbul pada bagian konsentrasi muatan tinggi.
Ketika gradient tegangan tinggi pada titik konsentrasi muatan dari awan melebihi
harga tembus udara yang terionisasi, maka udara di daerah konsentrasi tekanan
tinggi mengionisasi atau tembus (breakdown).
Muatan dari pusat muatan mengalir ke dalam kanal terionisasi,
mempertahankan gradient tegangan tinggi pada ujung kanal dan melanjutkan
proses tembus listrik. Sambaran petir ke bumi mulai ketika suatu muatan
sepanjang pinggir awan menginduksikan suatu muatan lawan ke bumi seperti
gambar 2.1.
Gambar 2.2. Kilat Sambaran balik dari bumi ke awan (Fuad, 2011)
6
Muatan-muatan dapat terinduksi ke jaringan listrik yang ada disekitar
sambaran petir ke tanah. Walaupun muatan awan dan bumi dinetralisir seperti
terlihat pada gambar 2.3.
7
Sambaran langsung adalah apabila kilat menyambar langsung pada kawat
fasa (untuk saluran tanpa kawat tanah) atau pada kawat tanah (untuk saluran
dengan kawat tanah). Pada waktu kilat menyambar kawat tanah atau kawat fasa
akan timbul arus besar dan sepasang gelombang berjalan yang merambat pada
kawat. Arus yang besar ini dapat membahayakan peralatan-peralatan yang ada
pada pada saluran.
Sambaran tidak langsung atau sambaran induksi merupakan sambaran titik
lain yang letaknya jauh tetapi obyek terkena pengaruh dari sambaran sehingga
dapat menyebabkan kerusakan pada obyek tersebut. Bila terjadi sambaran petir ke
tanah di dekat saluran penghantar listrik, maka akan terjadi fenomena transien
yang diakibatkan oleh medan elektromagnetis dari kanal petir. Fenomena petir ini
terjadi pada kawat penghantar listrik. Akibat dari kejadian ini timbul tegangan
lebih dan gelombang berjalan yang merambat pada kedua sisi kawat penghantar
listrik di tempat sambaran berlangsung. Fenomena transien pada kawat
penghantar listrik berlangsung hanya di bawah pengaruh gaya yang memaksa
muatan-muatan bergerak sepanjang hantaran. Atau dengan perkataan lain
transien dapat terjadi di bawah pengaruh komponen vektor kuat medan magnet
yang berarah sejajar dengan arah penghantar. Jadi bila komponen vektor dari kuat
medan berarah vertikal, dia tidak akan mempengaruhi atau menimbulkan transien
pada penghantar. Perhitungan Tegangan Lebih Induksi Akibat Sambaran Tidak
Langsung dapat dilakukan dengan:
1. Mekanisme Kopling Elektromagnetis
Medan Elektromagnetik yang besar dihasilkan pada fasa sambaran balik
petir yaitu berupa surja arus dengan bentuk fungsi step yang bergerak ke atas
dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya dan menetralkan muatan di
sepanjang jalan kilat. Komponen vektor medan berinteraksi dengan saluran udara
akan membentuk kopling elektromagnetik yang menginduksikan tegangan induksi
pada saluran pada gambar 2.4.
8
Gambar 2.4. Kopling elektromagnetis sambaran dengan saluran (Ira, 2013)
V2 = V1(−x, t) (2-3)
Berdasarkan rumus perhitungan Rusck diberikan parameter sambaran yang
mempengaruhi nilai tegangan induksi maksimum :
x = Jarak sepanjang saluran udara (meter)
Zo = Impedansi Karakteristik = 30 𝛺
9
Io = Amplitudo step dari arus sambaran balik (kA)
h = Ketinggian saluran udara dari permukaan tanah (m)
v = kecepatan sambaran balik(29 m/μs – 240 m/μs)
d = jarak antar tiang distribusi (m)
β = rasio kecepatan sambaran balik dan kecepatan cahaya
t = waktu (sekon)
Tegangan induksi akan bernilai maksimum pada titik x= 0 dimana titik di saluran
terdekat ke sambaran. (x =jarak sepanjang saluran), maka: (Ira, 2013)
𝑐𝑡
Z 0 I0 h 2𝛽𝑐𝑡
V(x, t) = V(0, t) = 𝛽𝑐𝑡 2 (1 + 𝛽 2 𝑑
) (2-4)
d2 1+( ) 𝑐𝑡
𝑑 √1+𝛽 [( )2 −1]
2
𝑑
Z 0 I0 h 𝛽
Vinduksi Max = (1 + ) (2-5)
d √2−𝛽 2
10
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dengan dilakukannya penelitian tentan analisa sambaran petir pada jaringan
distribusi tenaga listrik di Badan Operasi Bersama PT. Bumi Siak Pusako -
Pertamina Hulu. diharapkan, dapat mengurangi terjadinya penyebab gangguan
pada jaringan. Dengan dilakukannya perbaikan pada jaringan tersebut diharapkan
dapat meningkatkan reliabilitas dari keseluruhan sistem BOB PT. BSP -
Pertamina Hulu.
11