Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Islam mengemukakan prinsip pedoman dan serangkaian aturan bagi semua aspek
kehidupan manusia, termasuk aspek ekonomi. Dalam ajaran agama Islam yang bersumber
kepada wahyu ilahi dan sunnaturrosul mengajarkan kepada umatnya untuk berusaha
mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan sekaligus memperoleh kehidupan yang baik di
akhirat. Memperoleh kehidupan yang baik di dunia dan akhirat inilah yang dapat menjamin
dicapainya kesejahteraan hidup lahir batin. Dengan demikian, kesejahteraan- kesejahteraan
yang hendak dicapai itu adalah sebagaimana yang di perintahkan Allah SWT.

Dikaruniai harta yang berlimpa adalah salah satu nikmat dunia yang diberikan Allah SWT.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa harta merupakan keperluan hidup yang sangat penting.
Sebab harta adalah salah satu bentuk perhiasan kehidupan dunia. Dengan harta manusia dapat
memenuhi kebutuhannya sehari hari mulai dari yang primer, sekunder, bahkan tersier
sekalipun. Oleh karena harta pula lah akan terjadi interaksi sosial atau hubungan horizontal
(manusia). Sebab harta ini didapat setelah terjadi hubungan timbal balik antar manusia, atau
biasa dikenal dengan kerja sama. Kerja sama dilakukan untuk memperoleh suatu yang
diinginkan, yaitu harta.

Tidak ada larangan dalam mencari harta, Islam menganjurkan kepada manusia untuk mencari
harta. Harta bagi manusia merupakan dzat yang sangat berharga. Meskipun ada sebagian orang
yang tidak menganggap harta itu berharga, dikarenakan mereka telah memiliki sesuatu yang
lebih berharga. Jadi, penilaian terhadap harta dilakukan secara subyektif, sesuai pola pikir tiap-
tiap individu. Bagi orang miskin, makan ayam merupakan hal yang mewah. Namun tidak bagi
orang kaya. Orang kaya menganggap ayam adalah makanan biasa. Itulah sebabnya mengapa
penilaian terhadap harta dilakukan secara subyektif. Menyangkut konsep harta itu sendiri, dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu secara Islami dan konvensional. Dua hal tersebut memiliki
kriteria yang berbeda – beda mengenai harta.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian harta (al – maal)


Harta dalam kitab – kitab fiqih disebut “maal” dan jamaknya adalah “anwal”. Kata
maal juga mempunyai arti benda. Ada yang menerjemahkan dengan istilah harta ada
yang menggabungkan kedua istilah tersebut yaitu harta benda. Menurut bahasa, maal
atau benda ialah segala sesuatu yang dimiliki atau segala sesuatu yang disimpan dengan
perbuatan oleh manusia dengan maksud untuk disendirikan dari lainnya, dengan
demikian segala sesuatu yang tidak dimiliki atau disimpan oleh manusia seperti
binatang buruan dipadang belantara, burung di udara, ikan di laut dan sebagainya bukan
termasuk benda atau harta. Menurut istilah banyak yang memberikan pengertian benda,
kesemuanya hampir mempunyai pengertian yang sama dan sedikit banyak perbedaan
diantaranya 1menurut Ibnu Abidin, benda adalah:

Sesuatu yang disenangi naluri dan (mungkin) dapat disimpan untuk waktu yang
diperlukannya.
Demikianlah pengertian benda menurut golongan hanafi. Mereka memberi batasan
dengan kemungkinan dapat disimpan (iddikhar) untuk mengecualikan manfaat karena
manfaat tidak termasuk benda melainkan termasuk hak milik.
Dr. Musthofa Ahmad Zarqa sesuai dengan pendapat golongan hanafi sebagaimana
tersebut diatas memberikan pengertian benda adalah

Semua wujud materi yang mempunyai nilai yang beredar dikalangan manusia.

1
Nur Huda fiqih muamalah Jakarta:pustaka azzam.2003 hlm.27
Sedangkan menurut dokter Muhammad Musthofa Syalabi, benda adalah

Sesuatu yang mungkin dapat dikuasai dan atau dapat disimpan serta diambil
manfaatnya menurut kebiasaan.

B. Unsur – unsur kebendaan


Dari beberapa pengertian benda tersebut, maka sesuatu merupakan benda atau bukan
ditentukan oleh dua unsur yaitu:
1. Kemungkinan dapat dikuasai atau disimpan
2. Dapat diambil manfaatnya menurut kebiasaan
Menurut salam madkur unsur – unsur benda ada tiga yaitu:
1. Dapat dimiliki
2. Dapat diambil manfaatnya
3. Pemanfaatan itu diperbolehkan oleh syara’ dalam keadaan biasa bukan dalam
terpaksa.

C. Kedudukan dan fungsi harta, serta anjuran untuk berusaha memilikinya


Dalam islam harta merupakan jalan untuk merealisir kebutuhan – kebutuhan manusia baik
dalam hubungannya dengan sang khaliq maupun dengan sesama manusia bahkan sesama
makhluk hidup. Harta dibutuhkan dalam rangka memenuhi kewajiban, sehingga kewajiban
inilah yang harus diperjuangkan dengan harta tersebut. 2Harta bukan segalanya, tapi dengan
harta kita bisa memenuhi segalanya, dengan syarat dan batasan – batasan dari Allah SWT.
Dalam pembahasan ini ada beberapa hadist yang mengemukakan tentang kedudukan harta:

2
Ibid,hlm. 44
Sebaik – baik harta yang baik itu untuk manusia yang baik (H.R. Ahmad dan Tabrani)

Hampir saja kekafiran membuat orang menjadi kafir (H.R. Abu Muslim Al Laitsi dalam
sunnahnya dhoif)

Fungsi harta
Harta bagi kehidupan manusia sangatlah banyak fungsinya, Baik untuk individu maupun
sosial. Oleh karenanya manusia 3berusaha untuk memperoleh dan memiliki harta. Islam
memberi petunjuk baik dari cara memprolehnya maupun cara mentasharufkannya, sehingga
manusia akan terbimbing dalam menfungsikan harta. Fungsi harta yang sesuai dengan
ketentuan syara’ antara lain :
1. Untuk kesempurnaan ibadah mahdhah, seperti sholat memerlukan kain penutup aurat,
membayar zakat, ongkos ibadah haji dsb.
2. Untuk memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada allah SWT. Yaitu
dengan shodaqah. Sebaliknya kefakiran akan mendekatkan kekufuran.
3. Meneruskan estafet kehidupan, agar tidak meninggalkan generasi yang lemah
4. Menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat
5. Bekal mencari dan mengembangkan ilmu
6. Keharmonisan hidup bermansyarakat dan bernegara, seperti memeberi pekerjaan bagi
pengangguran

Anjuran untuk berusaha memiliki harta

Ada beberapa 4dalil al – Qur’an dan hadist yang dapat dikategorikan sebagai isyarat bagi
umat islam untuk berusaha memiliki harta supaya memperoleh kehidupan yang layak dan

3
Ibid,hlm.49
4
http://www.mirajnews.com/2015/05/kedudukan-harta-dalam-islam.html (diakses pada tanggal 13-03-2018)
mampu melaksanakan semua rukun Islam yang hanya diwajibkan bagi umat Islam yang
mempunyai harta atau kemampuan dari segi ekonomi. Sementara itu, harta kekayaan tidak
mungkin datang dengan sendiri, tetapi harus diusahakan dengan cara :

1. Banyak berdo’a

Doa adalah ibadah sesuai dengan firman Allah “berdoalah kepada Ku, niscaya akan aku
perkenankan bagimu Q.S. Ghafir (40):60” (H.R. Abu Daud)

2. Silaturrahmi

Barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya
menyambung silaturrahmi (H.R Bukhori)
3. Beristighfar

Barang siapa memperbanyak istighfar, Allah akan memberikan kelapangan dari semua
kesulitan dan jalan keluar dari semua kesempitan dan memberkan rizki dari arah yang
tidak diangan – angankan (H.R Ahmad)

D. Pembagian harta atau benda


Harta menurut hukum islam dibagi menjadi beberapa bagian ditinjau dari beberapa segi
masing masing bagian mempunyai ciri – ciri khusus dan hukum – hukum tersendiri:
1. Ditinjau dari segi ada tidaknya perlindungan dan kedudukan keadaan dari syara’ atau ditinjau
dari segi diperbolehkannya atau tidak mengambil manfaatnya oleh syara benda dibagi
menjadi : mutaqawwim (benda bernilai) dan ghairu metaqawwim (benda tidak bernilai)
2. Ditinjau dari segi tetap tidaknya suatu benda dari tempat asalnya benda dibagi menjadi :
a. al – uqqar (benda tetap)
b. al – manqul(benda bergerak)5

5
Nur huda, fiqih muamalah jakarta:pustaka azzam.2003 hlm. 51
SIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat dipahami bahwa harta itu adalah milik Allah yang diamanahkan
kepada manusia. Manusia dituntut untuk selalu mempergunakan harta itu sesuai dengan tuntunan
dan petunjuk pemiliknya yaitu Allah. Harta tersebut tidak hanya berfungsi untuk memenuhkan
kebutuhan manusia (orang kaya) sendiri, tetapi juga menunjukkan betapa orang kaya tersebut
juga wajib memperhatikan orang miskin sehingga harta itu berfungsi sosial.

DAFTAR PUSTAKA
Huda, Nur. Fiqih Muamalah. Jakarta : Pustaka Azzam.2003.
http://www.mirajnews.com/2015/05/kedudukan-harta-dalam-islam.html. Diakses pada tanggal
13-03-2018

Anda mungkin juga menyukai