Anda di halaman 1dari 25

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan merupakan seluruh faktor luar yang mempengaruhi suatu

organisme; faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotik) atau variabel-

variabel yang tidak hidup (abiotik) misalnya suhu, curah hujan, panjangnya siang,

angin, serta arus-arus laut.

Lingkungan hidup dapat didekati dari semua disiplin ilmu antara ilmu

kimia, sehinga muncul ilmu kimia lingkungan. Hal ini wajar karena semua

komponen baik komponen biotik maupun komponen abiotik yang menyusun

lingkungan hidup terdiri dari unsur dan senyawa kimia, di mana saja akhirnya

emua keadaan fisik memerlukan analisis dan penentuan-penentuan secara proses

kimia. Dengan demikian ilmu kimia memegang peranan penting dan turut

menentukan dalam penyelesaian serta memecahkan masalah lingkungan hidup.

Kimia lingkungan adalah studi ilmiah terhadap fenomena kimia dan

biokimia yang terjadi di alam.Bidang ilmu ini dapat didefinisikan sebagai studi

terhadap sumber, reaksi, transpor, efek, dan nasib zat kimia di lingkungan udara,

tanah, dan air; serta efek aktivitas manusia terhadapnya. Kimia lingkungan adalah

ilmu antardisiplin yang memasukkan ilmu kimia atmosfer, akuatik, dan tanah, dan

juga sangat bergantung dengan kimia analitik, ilmu lingkungan, dan bidang-

bidang ilmu lainnya.

Masalah lingkungan timbul pada saat pemanfaatan sumberdaya alam

melebihi kapasitas daya dukung lingkungan serta adanya permasalahan dan


2

konflik yang berkaitan dengan hak-hak atas sumberdaya alam antara masyarakat,

pemerintah dan dunia usaha.

Persoalan-persoalan yang mengancam kelestarian lingkungan sangat luas

dan beragam misalnya pemanasan bumi, penipisan lapisan ozon, hujan asam, efek

rumah kaca, penjarahan hutan hujan tropik yang akan mencapai sangat kritis pada

puluhan tahun mendatang. Salah satu permasalahan lingkungan tersebut adalah

hujan asam. Hujan asam merupakan segala macam hujan dengan pH dibawah 5,6.

Mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia. Hujan asam

menyebabkan peningkatan kadar asam di tanah, danau-danau, sungai serta

menyebabkan kematian pohon. Selain itu asam juga merusak material gedung,

patung-patung dan peninggalan sejarah. Persoalan ini secara langsung dipengaruhi

oleh populasi manusia yang terus bertambah besar.

Kualitas air merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi suatu

perairan yang dijadikan sebagai tempat budidaya. Dengan kualitas air yang baik,

produktifitas dan kesuburan perairan akan lebih baik dan menjanjikan untuk

memperoleh hasil yang lebih baik pula. Kualitas air yang di perlukan yaitu

adanya pH yang cukup. Salah satu faktor kimia dari kualitas air tersebut adalah

Alkalinitas.

Alkalinitas merupakan jumlah asam (ion hidrogen) air yang dapat

menyebar (buffer) sebelum mencapai pH yang diinginkan. Konsentrasi total

alkalinitas pada air laut sangat erat hubungannya dengan konsentrasi total

kesadahan air. Sebagai media hidup ikan, kondisi alkanitas air perlu diketahui

karena alkanitas merupakan salah satu parameter kimia yang dapat dipakai untuk

mengetahui kebasaan air. Kisaran pH suatu perairan kadang mengalami fluktuasi


3

atau perubahan cukup drastis. Hal ini kurang menguntungkan, sebab akan

mempengaruhi kehidupan organisme di perairan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Pada tingkatan berapakah suatu perairan dikatakan aman kadar

alkalinitasnya ?

2. Bagaimanakah dampak dari tingginya kadar alkalinitas terhadap suatu

perairan ?

3. Bagaimanakah dampak/ pengaruh hujan asam terhadap tanaman ?

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh atau efek

hujan asam secara langsung terhadap pertumbuhan tanaman, untuk mengetahui

kandungan bahan organik atau alkalinitas di perairan Selat Rupat, untuk

memperkenalkan kepada mahasiswa tentang metoda analisa kandungan bahan

organik atau alkalinitas pada air laut atau untuk mempelajari cara mentitrasi dan

kadar alkalinitas yang baik untuk perairan. Manfaat dari praktikum ini adalah

mahasiswa dapat mengetahui proses, pengaruh atau efek hujan asam terhadap

pertumbuhan tanaman secara langsung, mahasiswa dapat mengetahui metoda

analisa atau titrasi alkalinitas pada air laut, mulai dari persiapan, penyediaan alat,

pengambilan dan penanganan sampel, prosedur analisa dan perhitungan

kandungan alkalinitas.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alkalinitas

Alkalinitas merupakan gambaran dari kapasitas air untuk menetralkan

asam atau yang lebih kenal dengan nama ANC (Acid Neutralizing Capacity).

Selain itu, alkalinitas juga didefinisikan sebagai kapasitas penyangga (buffer

capacity) yang menetralkan perubahan pH perairan yang sering terjadi (Effendi,

2003).

Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau

dikenal dengan sebutan acid-neutrlizingcapacitry (ANC) atau kuantitas anion di

dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas`juga diartikan

sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan

(Anonim, 2012).

Alkalinitas merupakan kapasitas penyangga (buffercapacity) terhadap pH

perairan yang terdiri atas anion-anion seperti anion bikarbonat (HCO3-), karbonat

(CO32-) dan hidroksida (OH-), Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42-

dan H2PO4-) sulfide (HS-) dan amonia (NH3) dalam perairan yang dapat

menetralkan kation hidrogen.Namun pembentuk alkalnitas yang utama adalah

bikarbonat, karbonat dan hidroksida (Irianto, 2005).

Alkalinitas adalah jumlah asam (ion hidrogen) air yang dapat menyebar

(buffer) sebelum mencapai pH yang diinginkan. Total alkalinitas diungkapkan

sebagai milligram per liter atau bagian per juta kalsium karbonat (mg/l atau ppm

CaCO3-alkalinitas total 20 mg/l atau lebih banyak diperlukan untuk tambak yang

berproduksi baik).
5

Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang

mampu menetralisir kemasaman dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering

disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas larutan penyangga dari ion

bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air.

Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga

menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan

dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan

kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air

dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat

alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan

adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm (Anonymous B, 2010).

Konsentrasi total alkalinitas sangat erat hubungannya dengan konsentrasi

total ksadahan air. Di lahan, umumnya total alkalintas mempunyai konsentrasi

yang sama dengan total kesadahan air. Hal ini disebabkan karena kesadahan atau

yang disebut juga sebgai konsentrasi ion-ion logam bervalensi 2 seperti Ca2+ dan

Mg2+ dipasok dalam jumlah yang sama dari lapisan tanah dengan HCO3- dan

CO22- yang merupakan unsur pembentuk total alkalinitas (Kordi, 2007).

Pada saat asam baru ditambahkan, pH akan terukur rendah, tapi setelah

beberapa waktu kemudian, ketika reaksi mulai bergerak ke kiri, pH akan kembali

bergerak ke angka semula. Itulah hukum alam dan karena itu juga kita masih bisa

menemukan ikan di alam sampai saat sekarang. Dengan demikian penurunan pH

tidak akan efektif kalau hanya dilakukan dengan penambahan asam saja. Untuk

itu, cobalah pula usahakan untuk menurunkan alkalinitasnya. Kalaupun

dipaksakan hanya dengan penambahan asam maka jumlahnya harus diberikan


6

dalam jumlah lebih banyak yaitu untuk mengatasi alkalinitasnya terlebih dahulu,

seperti ditunjukkan pada reaksi diatas (Anonymous B, 2010).

2.2. Hujan Asam

Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia

karenakeragamannya sangat tinggi baik menurutwaktu dan tempat. Hujan adalah

salahsatu bentuk dari presipitasi. Menurut Lakitan (2002), presipitasi adalah

prosesjatuhnya butiran air atau kristal es ke permukaan bumi. SedangkanTjasyono

(2004) mendefenisikan presipitasi sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang

jatuh ke permukaan bumi. Kabut, embun dan embun beku bukan

merupakanbagian dari presipitasi (frost) walaupun berperan dalam alih kebasahan

(moisture).Curah hujan terukur dalam inci atau millimeter

Hujan asam adalah hujan dengan pH yang sangat rendah pada tetesan

airnya. Penyebab hujan asam yang paling dominan adalah SO2, CO2, dan NO.

Dengan komposisi udara pada atmosfer yang normal, hujan akan turun dengan pH

5,6 sehingga hujan yang memiliki pH < 5,6 dapat dikategorikan sebagai hujan

asam. Penelitian pada lapisan es menunjukkan pH hujan telah berubah dari 6

sampai 4 terjadi karena banyaknya gas buangan yang memicu terjadinya hujan

asam dengan pH mencapai 2,4 (pH yang dimiliki asam cuka). Gas-gas penyebab

hujan asam dihasilkan oleh alam (letusan gunung merapi dan daur biologis tanah)

dan manusia (asap kendaraan bermotor dan industri). Gas-gas di atas selanjutnya

akan bereaksi dengan hujan membentuk asam (Anonim, 2013).

Proses terjadinya hujan asam diawali dengan asap-asap yang salah satunya

yang dikeluarkan industri atau pabrik karena asap tersebut mengandung gas SO

(Sulfur Oksida) dan N (Nitrogen) dan gas yang dihasilkan kendaraan bermotor.
7

Gas-gas tersebut akan bereaksi dengan uap air yang ada di udara, hasil dari reaksi

tersebut menghasilkan asam sulfat, asam nitrit, dan juga nitrat lalu secara

bersamaan akan berkondensasi membentuk awan. Lalu saat terjadi hujan maka air

yang turun akan terasa asam dan sangat berbahaya bagi makhluk hidup yang ada

di bumi (Soran, 2015).


8

III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum lapangan Kimia Lingkungan ini dilaksanakan pada tanggal 5

April 2018, yang berlokasi di Selat Rupat, kemudian analisis alkalinitas di

Laboratorium Kimia Laut Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau pada

hari Rabu, tanggal 22 April 2017 dan pengamatan hujan asam dari tanggal 23-29

April 2017.

3.2. Bahan dan Alat

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum ini dapat

dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam Praktikum


No. Alat Bahan
1. Botol Sampel  Sampel air laut
 Tumbuhan Pucuk Merah
2. pH Indikator
 Larutan H2SO4 0,02 N, Larutan
3. Thermometer Indikator PP, Larutan MO
 Aquades
4. Handrefractometer
5. Erlenmeyer
6. Gelas Ukur
7. Pipet Tetes
8. Biuret
9. Botol Semprot
10. Alat tulis
11. Tisue Gulung
12. Serbet
9

3.3. Prosedur Praktikum

3.3.1. Penentuan Lokasi Sampling

Survey dilakukan pada saat surut terendah. Untuk memperoleh

gambaran tentang kondisi kualitas perairan, konsentrasi alkalinitas di

perairan Selat Rupat, Lokasi pengambilan sampel tersebut diperkirakan

mendapat pengaruh dari aktivitas antropogenik yang berbeda dan

buangan limbah dari masyarakat di sekitarnya, kawasan muara sungai

dan juga dari kawasan yang relatif jauh dari aktivitas antropogenik yang

diperkirakan masih relatif bersih.

3.3.2. Pengambilan dan Penanganan Sampel

Sampel praktikum diambil pada perairan Selat Rupat. Sampel yang

diambil berupa air laut dengan satu kali pengambilan. Sampel diambil

dengan menggunakan botol sampel tanpa ada bubling. Sampel yang

sudah diambil tadi kemudian diberi label dan disimpan dalam coolbox

untuk dianalisis di laboratorium Kimia Laut Jurusan Ilmu Kelautan.

3.3.3. Parameter Kualitas Air

Parameter lingkungan perairan yang diukur adalah beberapa

parameter penentu yang berperan dalam menentukan tingkat

pencemaran/kondisi suatu perairan berupa parameter fisika dan

parameter kimia. Parameter fisika yang diukur adalah suhu, sedangkan

parameter kimia yang diukur adalah pH dan salinitas.

3.3.4. Analisis Alkalinitas dan Hujan Asam

 Tidak terdapat PP Alkalinitas


10

1. Pertama-tama kita masukkan air sampel ke dalam gelas ukur

sebanyak 50 ml.

2. Menambahkan larutan indikator PP sebanyak 5 tetes ke

dalam air sampel.

3. Apabila tidak terjadi perubahan warna pada air sampel

tersebut berarti tidak terdapat PP Alkalinitas.

4. Kemudian menambahkan 5 tetes larutan indikator Methyl

Orange.

5. Setelah itu, titrasi dengan menggunakan larutan H2SO4 dari

berwarna kuning sampai berubah menjadi warna orange.

6. Catat H2SO4 yang digunakan (X).

 Terdapat PP Alkalinitas

1. Pertama-tama kita masukkan air sampel ke dalam gelas ukur

sebanyak 50 ml.

2. Menambahkan larutan indikator PP sebanyak 5 tetes ke

dalam air sampel.

3. Apabila terjadi perubahan warna pada air sampel tersebut

dari warna bening menjadi pink, maka sampel tersebut

terdapat PP Alkalinitas.

4. Kemudian titrasi dengan menggunakan larutan H2SO4 yang

digunakan (Y).

5. Menambahkan 5 tetes larutan indikator Methyl Orange.


11

6. Setelah itu titrasi kembali larutan tersebut dengan

menggunakan larutan H2SO4 sampai larutan berwarna

orange.

7. Mencatat larutan H2SO4 yang digunakan (Z).

 Prosedur Pengamatan Hujan Asam

1. Beri label/tanda satu pot dengan label “asam” dan satu pot

dengan label “normal”.

2. Letakkan kedua tanaman di tempat yang cukup terkena

matahari.

3. Setiap hari/dua hari, siram dengan air.

4. Buat larutan asam dengan mencampurkan H2SO4 dengan

satu liter air. Ukur larutan asam dengan menggunakan pH

meter. Tingkat keasaman larutan yang diharapkan adalah 3.

Jika terlalu asam, tambahkan air. Jika kuran asam

tambahkan H2SO4.

5. Isi botol penyemprot dengan larutan asam, sedangkan botol

penyemprot lainnya dengan air biasa. Jangan lupa member

tanda “air biasa” pada botol penyemprot berisi air dan label

“air asam” pada botol penyemprot berisi larutan.

6. Semprotkan air dalam penyemprot berlabel “air biasa” di

daun pada tanaman pot berlabel “normal”.

 Semprotkan larutan asam dalam penyemprot berlabel “air asam” di daun

pada tanaman pot berlabel “asam”.


12

3.4 Analisis Data

Analisis data adalah suatu bentuk atau segala cara yang digunakan untuk

mengolah data agar lebih mudah dibaca dan dipahami oleh para pembaca. Berikut

adalah analisis data yang digunakan dalam praktikum ini:

1. PP Alkalinitas

(𝑋+𝑌)𝑥(50)𝑥(1000)𝑥(𝑋)
Alkalinitas= Keterangan:
𝑉𝑜𝑙𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

X = Titrasi pertama menggunakan H2SO4


Y = Titrasi kedua menggunakan H2SO4
N = Normalitas H2SO4
50 = Berat molekul CaCO3
2. Tidak Terdapat PP Alkalnitas

(𝑁)𝑥(50)𝑥(1000)𝑥(𝑋)
Alkilinitas = Keterangan:
𝑉𝑜𝑙𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

N = Normalitas H2SO4
50 = Berat molekul CaCO3
X = Volume pemakaian H2SO4
3.5. Asumsi Data

1. Sampel air laut yang diambil mempunyai kesempatan yang sama untuk

terambil pada setiap stasiun dan dianggap telah mewakili kondisi perairan

yang ada.

2. Parameter kualitas perairan yang diukur dianggap memberikan pengaruh

yang terhadap kandungan alkalinitas di perairan.


13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Keadaan Secara Geografis

Secara geografis kabupaten Dumai terletak antara : 1010.23’.27’ -

1010.28’ 13’ Lintang Utara dan antara 10.23’ - 10.24’-23’ Bujur Timur. Dengan

luas wilayah 1.727.385 km2 (BPS Dumai, 2007) dan merupakan kota terluas ke

dua di Indonesia setelah Monokwari. Dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut:

 Sebelah Utara dengan Selat Rupat


 Sebelah Selatan dengan Kecamatan Mandau dan Kecamatan
Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis
 Sebelah Timur dengan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten
Bengkalis
 Sebelah Barat dengan Kecamatan Tanah Putih dan Kecamatan

Bangko, Kabupaten Rokan Hilir

Kabupaten Dumai memiliki topografi yang relatif datar dengan

ketinggian berkisar 1.3-6.3 m dari permukaan laut dan kemiringan 0-3 % sehingga

sangat pontensial dikembangkan sebagai pelabuhan utama dipulau Sumatra.

4.1.2. Kondisi Lokasi Praktikum

Secara umum Dumai Selatan beriklim tropis dengan temperatur

bervariasi antara 21.62ºC hingga 35.02ºC di siang hari dengan suhu maksimum

berkisar 33.120C-35,020C dan suhu minimum berkisar 21.620C-22.670C.

(BMKG Pekanbaru, 1998-2007) Kondisi


14

Kondisi tempat pengambilam sampel/titik sampling berlokasi di

Perairan Selat Rupat dimana dipengaruhi oleh aktivitas antropogenik.

4.1.3. Parameter Kualitas Perairan Pesisir Selatan

Untuk parameter kualitas perairannya dapat dilihat pada Tabel 1

berikut:

Tabel 1. Parameter Kualitas Air


Parameter
No. Stasiun
Salinitas Kecerahan KecepatanArus

1. Stasiun 1 28 ppt 82,5 cm 0,03

2. Stasiun 2 28 ppt 67, 5 cm 0,05

3. Stasiun 3 30 ppt 95 cm 0,33 m/s

4. Stasiun 4 30 ppt 107,5 cm 0,22 m/s

5. Stasiun 5 27 ppt 122,5 cm 0,21 m/s

6. Stasiun 6 25 ppt 127,5 cm 15,12 m/s

7. Stasiun 7 25 ppt 110 cm 48,35 m/s

8. Stasiun 8 26 ppt 125 cm 0,24 m/s

9. Stasiun 9 26 ppt 123,5 cm 0,15 m/s

10. Stasiun 10 25 ppt 85 cm 0,08 m/s

4.1.4. Alkalinitas

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa perairan

Selat Rupat terdapat PP Alkalinitas dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:


15

Tabel 2. Hasil Pengamatan PP Alkalinitas

No Stasiun Hasil perhitungan (mg/l CaCO3)


1 St1 104
2 St2 134
3 St3 120
4 St4 125
5 St5 110
6 St6 121
7 St7 109
8 St8 105
9 St9 104
10 St 10 132

4.1.5. Hujan Asam

Untuk hasil pengamatan hujan asam dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Hasil Pengamatan Hujan Asam


Jam Hari Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Tinggipohon Daungugur Tinggipohon Daun Tinggipohon Daun


(cm)
(cm) (cm gugur gugur

08.00 Senin 52 cm - 60 - 50 -
16.00 - - 5
08.00 Selasa 52 3 60 - 50 45
16.00 - - 55
08.00 Rabu 52 2 60 2 50 3
16.00 - 5 8
08.00 Kamis 52 - 60 2 50 5
16.00 - 3 20
08.00 Jumat 52 - 60 2 50 6
16.00 - 3 10
16

08.00 Sabtu 52 - 60 3 50 4
16.00 - 1 8

Jam Hari Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6

Tinggipohon Daungugur Tinggipohon Daungugur Tinggipohon Daun


(cm) (cm) gugur
(cm)

08.00 Senin 53 - 63 - 60 -
16.00 2 - -
08.00 Selasa 53 3 63 4 60 1
16.00 - 5 -
08.00 Rabu 53 8 63 3 59 1
16.00 - - 1
08.00 Kamis 53 4 63 - 59 2
16.00 - 6 0
08.00 Jumat 53 - 63 - 59 3
16.00 2 8 0
08.00 Sabtu 53 12 63 10 59 11
16.00 - 13 3

Jam Hari Kelompok 7 Kelompok 8 Kelompok 9

Tinggipohon Daun Tinggipohon Daun Tinggipohon Daun


(cm) (cm) gugu
(cm gugur gugur
r

08.00 Senin 60 - 69 - 50 -
16.00 - 2 2
08.00 Selasa 60 2 69 1 50 -
16.00 1 1 2
08.00 Rabu 60 8 68 2 50 -
16.00 5 - -
08.00 Kamis 60 7 68 - 50 5
16.00 6 3 20
08.00 Jumat 60 11 68 - 50 6
17

16.00 4 2 10
08.00 Sabtu 60 13 67 - 50 4
16.00 5 9 8

Jam Hari Kelompok 10

Tinggipohon Daungugur
(cm)

08.00 Senin 60 -
16.00 5
08.00 Selasa 60 3
16.00 2
08.00 Rabu 60 3
16.00 3
08.00 Kamis 60 1
16.00 3
08.00 Jumat 60 3
16.00 5
08.00 Sabtu 60 8
16.00 4

4.2. Pembahasan

Pengamatan pada Stasiun 1 di dapat hasil untuk kualitas perairan Selat

Rupat yaitu, rata-rata Salinitas = 27 ppt, Suhu = 30.6ºC, pH = 7.3. Parameter

salinitas, pH, dan suhu merupakan parameter perairan yang sangat penting, karena

dapat mempengaruhi sifat fisika-kimia perairan maupun fisiologi hewan perairan

dan menyebabkan perubahan kondisi fisika–kimia perairan.

Dari hasil analisis praktikum tersebut didapatlah rata-rata konsentrasi

alkalinitas perairan yaitu 116.4 mg/L CaCO3 diperairan Selat Rupat. Nilai

alkalinitas yang cukup tinggi karena pada daerah tersebut banyak terdapat pH
18

yang berasal dari bahan organik yang mengalami pembusukan sehingga sedikit

membutuhkan CO2 untuk proses pembusukannya. Sebagai media hidup ikan,

kondisi alkanitas air perlu diketahui karena alkanitas merupakan salah satu

parameter kimia yang dapat dipakai untuk mengetahui kebasaan air. Kisaran pH

suatu perairan kadang mengalami fluktuasi atau perubahan cukup drastis. Hal ini

kurang menguntungkan, sebab akan mempengaruhi kehidupan organisme

perairan.

Fluktuasi atau perubahan nilai pH yang drastis disuatu perairan dapat

dicegah apabila perairan tersebut mempunyai sistem buffer yang memadai.

Apabila suatu perairan mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat, dan

silikat, maka pada perairan tersebut akan memiliki pH diatas netral (bersifat basa)

dan sekaligus dapat mencegah terjadinya penurunan pH secara drastis.

Untuk pengamatan hujan asam yang dilakukan dengan menggunakan

tumbuhan pucuk merah yang di semprot dengan larutan HCl 0.05 N setiap pagi

dan sore hari. Penyemprotan dilakukan setelah menghitung jumlah daun dan

tinggi batang tumbuhan tersebut. Larutan yang disemprotkan ketumbuhan akan

memberikan efek satu hari setelah penyemprotan awal, berupa gugurnya daun.

Untuk tinggi dari tumbuhan tidak mengalami penyusutan, kemungkinan

penyemprotan HCl 0.5 N terhadap tumbuhan pucuk merah tidak terlalu

berpengaruh di karenakan kosentrasilarutan yang rendah.

Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan

bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam

memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada

lingkungan abiotik.
19

V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Alkalinitas larutan setelah di tambah dengan indikator Phenolphtalein

warna air sampel Tidak berubah, ini menunjukkan tidak terdapat alkalinitas pada

sampel air tersebut.

Untuk pengamatan hujan asam, Terdapat pengaruh/ dampak pemberian

HCL 0.5 N terhadap pertumbuhan tanaman, khususnya tanaman pucuk merah.

Setelah satu hari ada beberapa daun yang gugur disebabkan efek yang diberikan

oleh HCL 0.5 N. Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang

ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan

asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada

lingkungan abiotik.

5.2. Saran

Dalam melakukan analisis alkalinitas, hendaknya lebih teliti dalam

pengambilan sampel maupun praktikum dalam laboratorium agar nilai alkalinitas

yang didapat akurat.


20

DAFTAR PUSTAKA

Agustiarni, Y. 2008. Pengaruh Hutan Kota Dalam Mengurangi Hujan Asam Di


Kawasan Industri: Studi Kasus Di Kawasan Industri Medan,
Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Medan. Skripsi
Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Akutresno. 2012. Parameter Kualitas Air. https://akutresno.wordpress.com
/2012/02/26/parameter-kualitas-air/. Diakses pada tanggal 05/05/2018.
Anonymous, “Introduction to Public Key Cryptography”, http://docs.sun.com/sour-
ce/816-6154-10/contents.htm#1053011, Diakses pada tanggal
05/05/2018.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
LingkungaPerairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta. 256 hal
Kratocvil F.J. Partial removable prosthodontics. 1st ed. Philadelphia, W.B
Saunders Company. 1988;111-117
Kordi, K. M. Ghufran. 2007. PengelolaanKualitas Air
dalamBudidayaPerairan. Jakarta: PT RinekaCipta.
Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Cetakan Ke-2. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Soran. 2015. Pengertian Hujan Asam dan Dampaknya yang ditimbulkan.
http://www.pengertianku.net/2015/05/pengertian-hujan-asam-dan-
dampaknya-yang-ditibulkan.html. Diakses pada tanggal 05/05/2018.
Tjasyono, Bayong 2004. Klimatologi. ITB, Bandung
Wardoyo, S.T.H. 1975. Pengelolaan Kualitas Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor
21

LAMPIRAN
22

Lampiran 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum:

Botol Sampel Tanaman Pucuk Merah

Erlenmeyer Larutan Indikator PP

Larutan Indikator MO Biuret


23

Pipet tetes
Gelas Ukur

Botol Semprot
Hand refractometer

pH Indikator Termometer
24

Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum

Proses pengambilan sampel air laut Sampel air laut dimasukkan ke botol
sampel

Penambahan Larutan Indikator PP Air sampel berubah menjadi pink


setelah ditambahkan larutan Indikator
PP

Sampel ditambahkan Larutan Indikator Sampel di titrasi


MO
25

Sampel yang sudah dititrasi Proses pengukuran tinggi tanaman

Proses perhitungan jumlah daun

Anda mungkin juga menyukai