Anda di halaman 1dari 4

Pengaruh Dalam Pengambilan Keputusan, Perbedaan Individu dan Batasan Organisasi.

Faktor – faktor yang mempengaruhi bagaimana orang mengambil keputusan dan tingkat di mana
mereka rentan pada kesalahan serta bias.

1. Perbedaan Individu

Pengambilan keputusan dalam praktiknya dikarakterisasikan oleh batasan – batasan


rasionalitas, bias dan kesalahan umum serta penggunaan instuisi . Perbedaan – perbedaan individu
juga menciptakan deviasi dari model rasional.

 Kepribadian

Riset tentang kepribadian dan pengambilan keputusan menyatakan kepribadian


mempengaruhi keputusan kita. Aspek – aspek spesifik dari kehati – hatian dari pada sifat – sifat
luasnya, bisa mempengaruhi eskalasi komitmen. Khususnya aspek kehati – hatian usaha keras untuk
pencapaian dan kepatuhan. Pertama riset menyatakan bahwa orang – orang yang berjuang dalam
pencapaiannya lebih mungkin mengeskalasi komitmennya, sedangkan orang – orang yang patuh
lebih tidak mungkin. Kedua, individu yang mengejar pencapaian tampaknya lebih rentan pada bias
retrospeksi, mungkin karena mereka perlu menjustifikasi tindakannya. Kita belum memiliki bukti
mengenai apakah orang – orang yang patuh kebal pada bias ini.

Orang – orang dengan harga diri tinggi sangat termotivasi untuk mempertahankannya, sehingga
mereka menggunakan bias pemenuhan diri untuk mempertahankannya. Mereka menyalahkan orang
lain atas kegagalanya, tetapi mengambil kredit atas kesuksesan.

 Jenis Kelamin

Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan jenis kelamin dalam
pengambilan keputusan. Kontemplasi bermakna berefleksi dalam waktu yang lama. Dari sisi
pengambilan keputusan, itu berarti terlalu memikirkan masalah.

Dua puluh tahun studi mendapati wanita mengahabiskan lebih banyak waktu dibandingkan pria
dalam menganalisis masa lalu, masa kini dan masa depan. Mereka lebih mungkin terlalu
menganalisis masalah sebelum mengambil keputusan dan menyesali keputusan ketika telah dibuat.
Ini dapat mengarah pada pertimbangan kehati – hatian atas masalah dan pilihan.

Alasan kenapa wanita lebih berkontemplasi dari pada pria masih belum jelas. Pendapat Pertama
bahwa orang tua mendorong dan menanamkan ekspresi kesedihan dan kecemasan lebih banyak
pada anak perempuan dari pada anak laki – laki. Pendapat kedua adalah bahwa wanita lebih banyak
dari pada pria, mendasarkan harga diri dan nilai positifnya pada apa yang orang lain pikirkan tentang
mereka. Pendapat ketiga adalah bahwa wanita lebih berempati dan lebih dipengaruhi oleh peristiwa
dalam kehidupan orang lain, sehingga mereka memiliki lebih banyak hal untuk dikontemplasikan.

 Kemampuan Mental

Kita tahu orang – orang dengan level kemampuan mental yang lebih tinggi mampu
memproses informasi lebih cepat, memecahkan masalah lebih akurat, dan belajar lebih cepat,
sehingga anda mungkin mengekspektasikan mereka juga lebih sedikit berisiko salah mengambil
keputusan umum.

 Perbedaan Budaya

Model rasional tidak membuat pengakuan atas perbedaan budaya, oleh karena itu, kita
perlu mengakui bahwa latar belakang budaya dari pembuat keputusan dapat mempengaruhi dengan
signifikan pilihan masalah, keadaan analisis, pentingnya logika, rasionalitas dan apakah keputusan
organisasi seharusnya dibuat secara antokrat oleh seorang manajer atau secara kolektif dalam
kelompok.

Budaya berbeda dalam orientasi waktu, pentingnya rasionalitas, kepercayaan dalam kemampuan
orang memecahkan masalah, dan preferensi pengambilan keputusan kolektif. Perbedaan dalam
orientasi waktu membantu kita memahami mengapa manajer di Mesir mengambil keputusan pada
fase yang lebih perlahan dan hati – hati dari pada rekanannya di AS. Ketika rasionalitas dinilai di
Amerika Serikat tidak demikian ditempat lain.

Beberapa budaya menekankan pemecahan masalah, sedangkan yang lainnya fokus pada menerima
situasi sebagaimana adanya. Oleh karena manajer yang memecahkan masalah percaya pada mereka
mampu dan harus mengubah situasi sesuai kepentingan mereka.

Jepang menghargai keseragaman dan kerja sama. Jadi sebelum CEO jepang membuat keputusan
penting, mereka mengumpulkan sejumlah besar informasi untuk digunakan dalam keputusan
kelompok yang membentuk konsensus.

Mungkin ada perbedaan – perbedaan budaya penting dalam pengambilan keputusan, tetapi
sayangnya belum banyak riset um banyak riset yang mengidentifikasinya.

2. Batasan Organisasi

Organisasi dapat membatasi pengambilan keputusan, menciptakan deviasi dari model rasional.
Misalnya, manajer membentuk keputusan untuk merefleksikan eveluasi kinerja dan sistim imbalan
organisasi, untuk memenuhi peraturan baku dan untuk memenuhi batasan – batasan waktu
organisasi.

 Evaluasi Kerja

Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi. Jika seorang manajer divisi
percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di bawah tanggung jawabnya beroperasi terbaik ketika ia
tidak mendengar hal negatif, kita akan mendapati manejer pabriknya bekerja menghabiskan banyak
waktu untuk memastikan tidak ada informasi negatif yang sampai padanya.

 Sistem Imbalan

Sistim imbalan organisasi mempengaruhi pengambilan keputusan dengan menyarankan pilihan apa
yang memiliki pembayaran pribadi lebih baik. Jika organisasi menghargai penghindaran resiko,
manajer lebih mungkin untuk mengambil keputusan konservatif. Dari tahun 1930-an sampai
pertengahan tahun 1980-an. General Motors secara konsisten memberikan promosi dan bonus pada
manajer yang tetap low profile dan menghindari kontrovesi. Ekseutif ini menjadi ahli dalam
menghindari isu – isu dan menyerahkan keputusan – keputusan kontroversial pada komite.

 Peraturan Baku

David seorang manajer sif di restoran Taco Bell di San Antonio, Texas, menjelaskan batasan –
batasan yang dihadapinya dalam pekerjaannya, “ Saya menerima peraturan – peraturan yang
mencakup hampir setiap keputusan yang saya buat, dari bagaimana membuat burrito sampai
seberapa sering saya perlu membersihkan toilet. Pekerjaan saya tidak muncul dengan banyak
kebebasan memilih” Situasi David tidaklah unik. Semua kecuali sangat sedikit, organisasi membuat
peraturan dan kebijakan untuk memprogram keputusan dan mengarahkan individu bertindak sesuai
yang diharapkan. Dalam melakukan hal demikian, mereka membatasi pilihan – pilihan keputusan.

 Batasan Waktu Akibat Sistem

Hampir semua keputusan penting muncul dengan tenggat waktu eksplisit. Sebuah laporan tentang
pengembangan produk baru bisa saja harus siap untuk ditinjau komite eksekutif tanggal pertama
bulan itu. Kondisi – kondisi demikian sering membuat sulit, jika tidak mungkin bagi manajer untuk
memperoleh semua informasi sebelum mengambil keputusan.

Contoh historis kesimpulannya adalah, Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka memiliki
sebuah konteks. Keputusan – keputusan individu merupakan poin – poin dalam arus pilihan yang
dibuat di masa lampau seperti hantu yang membuntuti dan membatasi pilihan – pilihan sekarang.
Merupakan rahasia umum bahwa penentu terbesar dari ukuran dari anggaran tahun ini adalah
anggaran tahun lalu. Pilihan – pilihan yang dibuat hari ini sebagian besar merupakan hasil dari pilihan
– pilihan yang dibuat bertahun – tahun.

Etika Dalam Pengambilan Keputusan.

Pertimbangan etis harusnya menjadi kriteria dalam semua pengambilan keputusan dalam organisasi.
Ada tiga cara untuk membingkai keputusana secara etis.

1. Utilitarianisme

Mengusulkan pengambilan keputusan hanya berdasarkan outcome/keluaran, idealnya untuk


memberikan yang paling baik dalam jumlah yang paling besar. Pandangan ini mendominasi
pengambilan keputusan bisnis. Ia konsisten dengan sasaran seperti efisiensi, produktivitas dan laba
tinggi.

2. Membuat Keputusan Konsisten

Dengan kebebasan dan hak – hak fundamental, seperti yang tercantum dalam Piagam Hak Azazi.
Sebuah penekanan pada hak dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi
hak – hak asasi individu, seperti hak atas privasi, kebebasan berbicara dan proses yang pantas.
Kriteria ini melindungi whistle blower (ketika mereka mengungkapkan praktik tidak etis organisasi
pada pers atau agen pemerintah, menggunakan hak kebebasan berbicara).
3. Menanamkan dan Mendorong Aturan – Aturan

Dengan adil dan netral untuk memastikan keadilan atau distribusi yang merata atas manfaat dan
biaya. Anggota serikat umumnya memihak pandangan ini. Adil membayar orang dengan upah yang
sama untuk pekerjaan yang sama tanpa memandang perbedaan kinerja dan menggunakan senioritas
sebagai penentu utama dalam keputusan PHK.

Setiap kriteria memiliki keuntungan dan kewajiban. Sebuah fokus pada utilitarianisme mendorong
efisiensi dan produktivitas, tetapi dapat menyerempet hak – hak beberapa individu, khususnya
mereka dengan representasi minoritas. Penggunaan hak melindungi individu dari cidera dan
konsisten dengan kebebasan dan privasi, tetapi dapat menciptakan lingkungan legalistik yang
mengurangi produktivitas dan efisiensi.

Sebuah fokus pada keadilan melindungi kepentingan yang kurang diwakilkan dan kurang berkuasa,
tetapi dapat mendorong rasa kepemilikan yang mengurangi pengambilan resiko, inovasi dan
produktivitas.

Riset etika perilaku menekankan pentingnya budaya pada pengambilan keputusan etis. Ada
beberapa standar global untuk pengambilan keputusan etis, yang kontras antara yang Asia dan
Barat. Apa yang etis dalam satu budaya bisa saja tidak etis dalam budaya lain. Contohnya, “ karena
penyuapan lebih umum di negara – negara seperti Cina, seorang Kanada yang bekerja di Cina
mungkin menghadapi sebuah dilema. Haruskah saya menyuap untuk mengamankan bisnis jika itu
merupakan bagian yang diterima dari budaya negara itu ? Meskipun beberapa perusahaan seperti
IBM secara eksplisit menyelesaikan isu ini, banyak yang tidak. Tanpa sensitivitas pada perbedaan –
perbedaan budaya dalam mendefinisikan aturan – aturan etika, organisasi bisa saja mendorong
perilaku tidak etis bahkan tanpa mengetahuinya.

Anda mungkin juga menyukai