Bubu (portable trap) merupakan salah satu alat tangkap yang umum digunakan
oleh masyarakat nelayan untuk menangkap ikan-ikan dasar, ikan karang dan biota
murah dan mudah dioperasikan dengan kapal atau perahu ukuran kecil. Sayangnya,
menutup alat tangkap dengan patahan karang hidup untuk menarik spesies target
Menurut Reppie (2010) dalam Bab et al. (2014) menyatakan bahwa bubu dasar
merupakan salah satu alat tangkap yang umum digunakan oleh masyarakat nelayan
untuk menangkap ikan-ikan karang, karena kontruksi sederhana, relatif murah dan
mudah dioperasikan dengan kapal atau perahu ukuran kecil. Sayangnya praktek
alat tangkap dengan patahan karang hidup untuk menarik ikan target. Walaupun alat
tangkap ini telah berkembang sejak lama, efesiensi penangkapan ikan dan
Bubu lipat merupakan alat tangkap berupa perangkap dan masuk ke dalam
kategori traps. Alat tangkap ini di rancang agar fish target dapat masuk ke dalam
bubu melewati pintu dan tidak dapat keluar kembali. Alat tangkap bubu lipat ini
bersifat pasif atau diam di suatu tempat tanpa adanya usaha tetapi karena masuknya
sasaran tangkap ke dalam bubu atas minat dan inisiatif gerak dari sasaran tangkap itu
sendiri (rajungan). Umpan merupakan hal pokok dalam penangkapan ikan. Pembelian
umpan setiap nelayan berbeda-beda, hal ini disebabkan perbedaan jumlah bubu lipat
Menurut Brandt (1984), klasifikasi bubu dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu:
perlengkapan tali dan pelampung. Bubu tradisional biasanya terbuat dari batang
bambu atau rotan yang dipotong, selanjutnya dibagi lagi sekecil mungkin sesuai
dengan keinginan. Di Pulau Nusa Penida pada umumnya bubu ini dibuat dari bambu,
karena murah dan mudah didapat. Bubu bambu ini rata-rata berbentuk trapesium
dengan menggunakan satu anakan yang merupakan mulut atau pintu masuknya ikan.
Pada bagian bawah dari bubu itu terletak ruang untuk mengambil hasil tangkapan.
Bubu trapesium dianyam dari potongan bambu dengan ukuran 1-1,5 cm. Pada bagian
dalam atau luar dari bubu diletakkan 4 buah pemberat, tergantung ukuran besar
kecilnya bubu.
Menurut Puspito et. al. (2015) bentuk perangkap lipat menyerupai balok yang
disangga oleh 5 batang besi berdiameter 0,5 cm dan diselimuti oleh jaring PE 210D/6
dengan ukuran mata 1,25”. Pada kedua sisinya terdapat 2 mulut masuk yang masing-
masing terdiri atas lintasan atas dan bawah yang bersudut 25o sertacelah masuk.
Penggunaan perangkap lipat oleh nelayan Indonesia dilakukan secara apa adanya.
Sedikit perubahan hanya terdapat pada ukurannya yang lebih kecil. Tiga ukuran
perangkap yang biasa digunakan terdiri atas ukuran kecil 40×25×15 (cm), sedang
45×28×18 (cm), dan besar 50×30×20 (cm). Ini disesuaikan dengan kapasitas perahu
lebih dahulu secara ilmiah. Konstruksinya disesuaikan dengan jenis kepiting yang
menjadi tujuan penangkapan. Ini mengingat perangkap lipat di negara asalnya tidak
digunakan untuk menangkap kepiting bakau, tetapi untuk menangkap rajungan dan
Hasil yang diperoleh pada pengukuran Bubu Dasar adalah sebagai berikut:
100 cm dengan jumlah mata 68 dan mesh size 2,102cm menggunakan jenis bahan PE
dengan arah pilinan Z. Lebar bubu 50 cm dengan jumlah mata 29 dan mesh size 2,102
jumlah mata 31 dan mesh size 2,102 cm menggunkan jenis bahan PE memiliki arah
pilinan Z. Bahan jarring yang digunakan PE mempunyai arah pilinan Z. Material bubu
yang digunakan yaitu besi memiliki diameter 0,615 cm. Bubu dasar memiliki bentuk
kotak dengan rangka terbuat dari besi yang digunakan untuk menangkap ikan
demersal.
digunakan adalah dari anyaman bambu, anyaman rotan, dan anyaman kawat. Untuk
pembuatan bubu, biasanya digunakan bambu untuk konstruksi bagian luar dan untuk
hinjap atau handut dibuat dari rotan agar elastis. Untuk bubu udang konstruksi bagian
kurungan depan dibuat dari anyaman bambu, anyaman kulit kayu atau nipah. Bentuk
bubu bermacam-macam yaitu silinder, bundar, gendang, segi empat memanjang, bulat
setengah lingkaran, segitiga memanjang dan bentuk lainnya. Untuk menangkap udang
biasanya digunakan bentuk silinde. Bentuk alat tangkap ayunan ini adalah empat
persegi panjang dengan menggunakan bahan dari bilahan bambu dengan tinggi
ayunan 30 cm, lebar 1 m, panjang 1 m, dan jarak antar bilahan bambu 1- 1,5 cm.
Bagian-bagian alat ini terdiri dari mulut ayunan, bilahan bambu, tempat perangkap,
tempat pengambilan serta menggunakan alat bantu rumpon berupa pelepah kelapa
sehingga ikan-ikan yang ada di sungai berkumpul di dekat ayunan dan dapat
terperangkap ke dalam ayuna. Ayunan adalah salah satu jenis alat tangkap yang
atau segi banyak, bulat setengahlingkaran, dan lain-lain. Secara umum, bubu terdiri
Menurut Puspito et.al. (2015) bentuk perangkap lipat menyerupai balok yang
disangga oleh 5 batang besi berdiameter 0,5 cm dan diselimuti oleh jarring PE. Pada
kedua sisinya terdapat 2 mulut masuk yang masing-masing terdiri atas lintasan atas
dan bawah yang bersudut 25O serta celah masuk. Perangkap dapat dilipat ketika tidak
Indonesia dilakukan secara apa adanya. Sedikit perubahan hanya terdapat pada
ukurannya yang lebih kecil. Tiga ukuran perangkap yang biasa digunakan terdiri atas
ukuran kecil 40×25×15 (cm), sedang 45×28×18 (cm), dan besar 50×30×20 (cm). Ini
Hasil yang diperoleh pada pengukuran Bubu Lipat adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil dari praktikum darat yang kami dapatkan panjang bubu 45
cm, jumlah mata 27 dan mesh size 3,202cm dengan jenis bahan PE memiliki arah
pilinan Z. Lebar bubu 30 cm, jumlah mata 19 dan mesh size 3,202cm dengan jenis
bahan PE memiliki arah pilinan Z.Tinggi bubu 20 cm, jumlah mata 12 dan mesh size
3,202cm dengan jenis bahan PE memiliki arah pilinan Z. Bahan jaring terbuat dari PE
memiliki arah pilinan Z berdiameter 0,2075 cm. Material bubu terbuat dari besi dengan
diameter 0,001 cm. Bubu lipat ini dapat dilipat sehingga dapat memudahkan dalam
untukdibawa di kapal dengan jumlah yang banyakdan harga relatif murah dibanding
jenis alattangkap lainnya. Penggunaan bubu lipatselanjutnya semakin luas tidak hanya
7.4. Gambar Kontruksi dan Desain Bubu Dasar dan Bubu Lipat
100 cm
50 cm
100 cm
Gambar . Desain Bubu Dasar Tampak Samping.
4
Gambar . Kontruksi Bubu Lipat.
Keterangan :
30 cm
45 cm
20 cm
45 cm
cm Tampak Depan.
Gambar. Bubu Lipat
Pengoperasian bubu dasar bisa tunggal dan bisa ganda. Pengoperasian tunggal
ganda dilakukan dengan bubu yang berukuran kecil atau sedang yang nantinya akan
dirangkai dengan tali panjang pada jarak tertentu. Bubu dipasang di perairan karang
atau diantara krang-karang atau bebatuan. Bubu dilengkapi dengan pelampung yang
dihubungkan dengan tali panjang. Setelah bubu diletakkan di daerah operasi, bubu
ditinggalkan untuk kemudian diambil setelah 24 jam atau beberapa hari setelah
dipasang.
Menurut Reppie (2010) yang menyatakan bahwa tiga unit bubu menggunakan
umpan malalugis yang diberikan atau disuntikkan larutan minyak cumi, sedangkan 3
unit bubu lainnya menggunakan umpan malalugis tanpa minyak cumi. Alat tangkap
yang telah berumpan diturunkan sore hari di dasar perairan pada kedalaman sekitar
penempatan tiap unit bubu diupayakan cukup berjauhan untuk menghindari saling
interaksi. Pengoperasian bubu dilakukan sebanyak 10 trip pada saat bulan gelap.
Hasil tangkapan dicatat dan diidentifikasi berdasarkan perlakuan dan trip operasi.
Pengoperasian bubu lipat bisa tunggal dan bisa ganda. Pengoperasian tunggal
ganda dilakukan dengan bubu yang berukuran kecil atau sedang yang nantinya akan
dirangkai dengan tali panjang pada jarak tertentu. Bubu dipasang di perairan karang
atau diantara krang-karang atau bebatuan. Bubu dilengkapi dengan pelampung yang
dihubungkan dengan tali panjang. Setelah bubu diletakkan di daerah operasi, bubu
ditinggalkan untuk kemudian diambil setelah 24 jam atau beberapa hari setelah
dipasang.
dilakukan sebanyak 10 trip dengan 2 kali operasi penangkapan per trip, yaitu pada
pagi dan sore. Pada penelitian ini bubu dioperasikan dengan system tunggal dengan
kedalaman 1-5m. Lokasi bubu ditandai dengan adanya pelampung yang terbuat dari
busa yang dipasang pada tali pelampung dan diikat pada tiap bubu. Bubu tersebut
Daerah operasional bubu dasar dan bubu lipat berada di dasar perairan.
Pengoperasian bubu yaitu dengan dipasang di perairan karang atau diantara krang-
karang atau bebatuan.Hasil tangkapan dengan menggunakan alat tangkap bubu dasar
dan bubu lipat biasanya terbagi dalam beberapa jenis ikan dan udang. Beberapa hasil
tangkapan bubu dasar dan bubu lipat meliputi: baronang (Siganus sp), kerapu
(Epinephelus sp), kakap (Lutjanus sp), udang baronang, kepiting, rajungan dan lain-
lain.
berjumlah 261 ekor dengan proporsi hasil tangkapan kepiting bakau sebagai hasil
tangkapan utama sebanyak 36% dari total hasil tangkapan yang setara dengan 94
ekor. Adapun hasil tangkapan sampingan selama penelitian sebanyak 64% dari total
hasil tangkapan atau setara dengan 167 ekor. Adapun untuk hasil tangkapan
sampingan yang tertangkap selama penelitian antara lain udang peci (Penaeus
indicius), kepiting batu (Thalamita sp), kepiting bolem (Leptodius sp), rajungan