Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322628213

Konflik Sosial : Dipahami, Identifikasi Sumbernya dan Dikelola-Kajian


Literature

Article · January 2018

CITATIONS READS

0 386

1 author:

Yostan Absalom Labola


Universitas Kristen Satya Wacana
10 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Perpaduan Aspek AQ dengan Aspek Kecerdasan Lainnya Dalam Dunia Pendidikan View project

All content following this page was uploaded by Yostan Absalom Labola on 21 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Konflik Sosial :
Dipahami, Identifikasi Sumbernya dan Dikelola-Kajian Literature
Yostan A. Labola
Abstract
Masifnya kekerasan sosial adalah representasi dari manusia tanpa
akal sehat serta peradaban yang melegitimasi kekerasan
berlandasakan egoisme, kebenaran organisasi tertentu dan
kebenaran mayoritas. Dilain sisi, pemahaman dan pengelolaan
konflik secara benar bermuara pada pertumbuhan yang positif.

1. Pendahuluan istimewa untuk pertumbuhan personal


Berbagai fenomena sosial dan mencoba menggunakannya
sering terjadi dan menyebabkan sebagai keuntungan terbaik. Perlu
konflik sosial dalam kehidupan diketahui bahwa dari setiap konflik
masyarakat. Gejala sosial ini ibarat yang terjadi, ada yang dapat
gunung es yang siap mencair dan diselesaikan dan ada yang terus
layaknya bom waktu yang hadir tanpa berlanjut dan menimbulkan aksi
memandang ruang dan waktu. kekerasan. Hal tersebut dikarenakan
Permasalahannnya terletak pada aksi tidak teratasinya akar konflik yang
gejala sosial tersebut, apakah tentunya menyebabkan kerugian.
menimbulkan kekerasan atau tidak. Masifnya kekerasan sosial
Kekerasan bisa dilihat sebagai akhir-akhir ini, sebetulnya representasi
manifestasi dari suatu konflik dari manusia-manusia tanpa nurani
uninstitutionalized (Rahim, 2001) dan dan akal sehat serta peradaban yang
institutionalized (Robbins, 1988). melegitimasi kekerasan berlandasakan
Nebgen (1978) mengatakan bahwa egoisme, kebenaran organisasi tertentu
konflik menjadi bagian dari kehidupan dan kebenaran mayoritas.
masyarakat dan menjadi hadiah abadi Penyelesaian konflik yang bernuansa
dalam hidup. Beberapa orang agama, budaya, dan/atau keyakinan
memandang fenomena konflik sosial sering kali tidak pernah berakhir
memerlukan manajamen tetapi ada dalam dialog melainkan menyisahkan
yang menganggap sebagai kesempatan berbagai potensi konflik, dominasi dan
pembenaran kelompok mayoritas. Dalam kehidupan, tidak
Tentunya ini menjadi tantangan karena satupun manusia yang memiliki
kebenaran, keadilan, kebersamaan kesamaan dari unsur etnis, keinginan,
menjadi semu oleh kacamata kehendak dan tujuan sehingga
mayoritas (Sumartias dan Rahmat, nampaknya konflik tidak bisa
2013). dihindari. Oleh karena itu, akan sangat
Sebagai gejala sosial, konflik bermanfaat bila konflik dimaknai
selalu ada, baik antar individu maupun sebagai potensi pertumbuhan yang
antar kelompok pada setiap positif. Ada tiga asumsi bahwa konflik
masyarakat. Konflik berkaitan dengan bisa positif, yaitu ; (a) konflik adalah
hubungan sosial masyarakat, baik wajar, (b) konflik baik dan diperlukan
secara personal dan kolektif dan dan (c) konflik didasarkan pada
memiliki tingkat antagonisme tertentu, perbedaan nyata. Asumsi tersebut
ketegangan atau perasaan negatif dikarenakan konflik dapat merangsang
(Johnson, 1990). Semua dikarenakan inovatif berpikir ketika dikelola
keinginan individu atau kelompok dengan baik, memungkinkan
untuk meningkatkan kesejahteraan, pemeriksaan sehingga memerlukan
kekuasaan, prestise, dukungan sosial, pemikiran dan tindakan serta menuntut
dan penghargaan. Terdapat dua tipe pengakuan menghadapi fakta bahwa
kekerasan akibat konflik yaitu ; perbedaan memang ada (Deetz dan
bersifat personal dan yang bersifat Stevenson, 1986). Karena itu, konflik
kolektif atau sosial. Biasanya jelas diperlukan demi melihat potensi
kekerasan personal berakar pada konstruktif atau destruktif dan
konflik personal dan kekerasan sosial bagaimana kita belajar mengelola
berakar pada konflik sosial dan konflik dan menerapkan solusi terbaik
berimplikasi terhadap ekonomi dan dengan cara yang praktis (Fleerwood,
sosial-politik. Selain itu, realita 1987).
membuktikan bahwa terkadang Untuk meminimalisir berbagai
konflik sosial dapat berlanjut ke konflik sosial Presiden Joko Widodo
konflik pribadi dan sebaliknya konflik memberi pengarahan yang tercantum
personal berlanjut menjadi konflik dalam poin ke-5 “Tingkatkan
sosial. kemampuan antisipatif terutama dalam
cegah konflik sosial, terorisme dan memperhatikan norma dan nilai yang
gangguan keamanan lainnya” berlaku.
(http://ksp.go.id). Maka dalam tulisan Beberapa pengertian konflik ;
ini saya ingin menginformasikan (a) Nimran (1996) mendefinisikan
tentang memahami konflik, konflik sebagai kondisi yang
melakukan identifikasi sumber dan dipersepsikan pihak tertentu, baik
proses konflik lalu mengelola konflik individu, kelompok dan lainnya yang
secara baik sehingga memberikan efek merasakan ketidaksesuaian tujuan dan
positif. peluang, (b) Robbins (2006) memberi
2. Kajian Literature pengertian konflik sebagai proses yang
2.1.Pemahaman Konflik Sosial berawal dari satu pihak menganggap
Konflik merupakan gejala pihak lain secara negatif memengaruhi
sosial yang bersifat inheren dalam sesuatu yang menjadi kepedulian
masyarakat dan tentunya pihak pertama.
masyarakatlah arena pertentangan dan Dari berbagai pengertian yang
integrasi yang senantiasa berlangsung. telah disampaikan, disimpulkan bahwa
Perbedaan dan persamaan kepentingan konflik dapat dimaknai sebagai
merupakan penyebab koflik dan perselisihan atau pertentangan yang
integrasi sosial yang selalu mengisi terjadi antar anggota atau masyarakat
kehidupan sosial. Secara etimologis yang bertujuan mencapai sesuatu yang
terms konflik berasal dari bahasa latin diinginkan dengan cara saling
“con” yang memiliki arti bersama dan menantang dengan ancaman
“fligere” yang memiliki pengertian kekerasan. Sehingga dapat kita
benturan atau tabrakan (Setiadi dan katakan bahwa konflik sosial berkaitan
Kolip, 2011). Kamus Besar Bahasa erat dengan interaksi sosial antara
Indonesia (KBBI) mendefinisikan pihak-pihak tertentu dalam masyarakat
istilah konflik berarti percekcokan, yang ditandai dengan sikap saling
perselisihan dan pertentangan mengancam, menekan, hingga
sedangkan kamus sosiologi tindakan ektrim.
mendefinisikan konflik sebagai proses 2.2.Sumber Konflik Sosial
pencapaian tujuan dengan cara Timbulnya konflik menurut
melemahkan pihak lawan, tanpa para sosiolog karena adanya hubungan
sosial, ekonomi, politik yang akarnya pedagang, pengusaha, pegawai negeri,
adalah perebutan atas sumber-sumber militer, wartawan, alim ulama, sopir
kepemilikan, status sosial dan dan cendekiawan dan (b)
kekuasaan yang jumlah ketersediaanya kemajemukan vertikal, yang artinya
sangat terbatas dengan pembagian struktur masyarakat berdasarkan
yang tidak merata di masyarakat kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan
(Setiadi dan Kolip, 2011). Beberapa (Setiadi dan Kolip, 2011).
sosiolog menjabarkan banyak faktor 2.3.Proses Konflik Sosial
yang menyebabkan terjadinya konflik- Dalam suatu lembaga baik
konflik, diantaranya yaitu: (a) lembaga pemerintah maupun swasta
Perbedaan pendirian dan keyakinan proses konflik dapat dipahami
orang perorangan telah menyebabkan menggunakan model Pondy tentang
konflik antar individu, (b) perbedaan episode konflik yang ditunjukkan
kebudayaan, perbedaan kebudayaan dengan serangkaian tahap, seperti ; (a)
tidak hanya akan menimbulkan Latent conflict, tahap munculnya
konflik antar individu, akan tetapi bisa faktor-faktor yang menjadi penyebab
juga antar kelompok (Narwoko dan terjadinya konflik di dalam organisasi,
Suyanto, 2005) dan perbedaan (b) perceived conflict, tahap dimana
kepentingan. mengejar tujuan salah satu pihak memandang bahwa
kepentingan masing-masing yang pihak lain seperti akan menghambat
berbeda-beda, kelompok-kelompok atau mengancam pencapaian
akan bersaing dan berkonflik untuk tujuannya, (c) felt conflict, tahap
memperebutkan kesempatan dan dimana konflik tidak hanya sekedar
sarana (Susanto, 2006). dipandang atau dianggap ada, tetapi
Pada dasarnya, penyebab sudah benar-benar dirasakan dan
konflik dibagi dua, yaitu: (a) dikenali keberadaannya, (d) manifest
Kemajemukan horizontal, yang artinya conflict, tahap dimana perilaku
adalah struktur masyarakat yang tertentu sudah mulai ditunjukkan
mejemuk secara kultural, seperti suku sebagai pertanda adanya konflik,
bangsa, agama, ras dan majemuk misalnya sabotase, agresi terbuka,
sosial dalam arti perbedaan pekerjaan konfrontasi, dan rendahnya kinerja, (e)
dan profesi seperti petani, buruh, Conflict resolution, konflik yang ada
diselesaikan atau ditekan dengan Dalam kehidupan masyarakat
berbagai macam cara dan pendekatan, terjadi proses sosial yang bersifat
mulai dari menghindari terjadinya associative processes dan dissociative
sampai pada menghadapi konflik itu processes. Proses sosial yang bersifat
dalam usaha mencari jalan keluar asosiatif diarahkan pada terwujudnya
sehingga pihak-pihak yang terlibat nilai-nilai seperti keadilan sosial, cinta
mencapai tujuannya, (f) Conflict kasih, kerukunan, solidaritas
aftermath, tahap ini mewakili kondisi sebaliknya proses sosial yang bersifat
yang dihasilkan oleh proses dissosiatif bertujuan terciptanya nilai-
sebelumnya. Apabila konflik nilai negatif atau asosial, seperti
terselesaikan maka terjadi peningkatan kebencian, permusuhan, egoisme,
dalam hubungan dan jika tidak tepat kesombongan, pertentangan,
dalam penyelesaiannya akan memicu perpecahan dan sebagainya. Karenan
konflik baru (Nimran, 1996). itu, proses sosial yang asosiatif dapat
2.4.Mengelola Konflik Sosial digunakan untuk menyelesaikan
Konflik harus diselesaikan konflik (Soetomo, 1995).
secara baik sehingga memberi efek
Lazimnya penyelesaian konflik
yang positif bagi pribadi, organisasi
biasanya dilakukan dengan cara ; (a)
atau kelompok bahkan dalam
Conciliation, dilakukan diskusi
kerangka yang lebih luas yaitu Negara.
mengenai persoalan yang dipersoalkan
Kegagalan dalam mengelola konflik
dan pengambilan keputusan antara
berakibat mencelakakan dan
pihak yang yang bertikai, (b)
menciptakan pemisah. Alat yang
mediation, kesepakatan dengan
digunakan untuk menyelesaikan
pemberian nasihat untuk
konflikpun berlainan, tergantung pada
menyelesaikan pertentangan, (c)
keadaan. Memilih sebuah resolusi
Arbitrasi, dilakukan dengan
konflik yang cocok tergantung pada
pengambilan keputusan oleh hakim,
beberapa faktor termasuk alasan
(d) Perwasitan, pihak yang
mengapa konflik terjadi dan hubungan
bertentangan bersepakat untuk
khusus diantara pimpinan dan
memberikan keputusan dalam
kelompok yang berkonflik.
penyelesaian konflik kedua pihak
(Nasikun, 2003). Selain itu, Gibson
(2003) mengemukakan beberapa dari orang-orang yang terlibat konflik,
metode dalam mengatasi konflik yang (i) Penggantian variabel struktural, hal
meliputi : (a) pemecahan masalah, ini melibatkan perubahan struktur
Metode ini digunakan untuk organisasi yang resmi, (j)
mengurangi ketegangan melalui Mengidentifikasi musuh bersama,
pertemuan tatap muka kelompok yang Musuh bersamanya mungkin pesaing
berkonflik, (b) Tujuan superordinat, baru yang baru saja memperkenalkan
teknik tujuan superordinat melibatkan produk yang lebih bagus, (k) Proses
pengembangan sebuah himpunan perundingan, perundingan
tujuan dan sasaran yang tidak dapat mempertemukan dua pihak dengan
diperoleh tanpa kerjasama dari kepentingan yang berbeda atau
kelompok yang terlibat, (c) Perluasan berkonflik, bersama-sama untuk
sumber daya, perluasan sumber daya mencapai sebuah persetujuan.
merupakan salah satu cara untuk
3. Kesimpulan
memecahkan suatu masalah, (d)
Menghindari konflik, menghindari Fenomena sosial sering terjadi
konflik mungkin tidak membawa dan menyebabkan konflik sosial. Ini
manfaat jangka panjang dan hanya karena dalam kehidupan, tidak
merupakan pemecahan jangka pendek, satupun manusia yang memiliki
(e) Melicinkan konflik, Suatu teknik kesamaan dari unsur etnis, keinginan,
yang menekankan kepentingan umum kehendak dan tujuan sehingga
dari kelompok yang berkonflik dan nampaknya konflik tidak bisa
melunakkan perbedaan-perbedaannya, dihindari. Di lain sisi, konflik sosial
(f) Kompromi, Kompromi dapat sangat bermanfaat bila konflik
digunakan secara efektif bila tujuan dimaknai sebagai potensi
(misalnya, uang) dapat dibagi secara pertumbuhan yang positif.
adil, (g) Penggunaan kekuasaan,
Timbulnya konflik menurut
bawahan berpegang pada keputusan
para sosiolog karena adanya hubungan
atasan, apakah dia setuju atau tidak,
sosial, ekonomi, politik yang akarnya
(h) Penggantian variabel manusia,
adalah perebutan atas sumber-sumber
Cara ini berfokus pada satu atau
kepemilikan, status sosial dan
beberapa sebab konflik dan pada sikap
kekuasaan yang jumlah ketersediaanya
sangat terbatas dengan pembagian Interpersonal Conflict. Journal of
yang tidak merata di masyarakat Social Psychology. Vol. 125, 79-
86.
Daftar Pustaka
7. Robbins, Stephen P. (2006).
1. Deetz, Stanley A., & Sheryl L. Perilaku Organisasi. Edisi
Stevenson, (1986), Managing kesepuluh. Jakarta: PT Indeks
Interpersonal Communication, Kelompok Gramedia
New York: Harper and ROW, p 8. Sumartias, S ; Rahmat, A. 2013.
205 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
2. Elly M. Setiadi dan Usman Konflik Sosial. Jurnal Penelitian
Kolip, Pengantar Sosiologi Komunikasi Vol. 16 No. 1, Juli
Pemahaman Fakta dan Gejala 2013 : 13-20
Permasalahan Sosial:
Teori, Aplikasi, dan Pemecahann
ya (Jakarta: Kencana Prenada M
edia Group, 2011), hal 345.
3. Fleetwood, Karen L. (1987). The
Conflict Management Styles and
Strategies of Educational
Managers. Unpublished master's
thesis, University of Delaware,
Newark.
4. Johnson, D. W., & Johnson, R. T.
(2003a). Field testing integrative
negotiations. Peace and Conflict:
Journal of Peace Psychology, 9,
39–68.
5. Nebgen, M.K. (1978). Conflict
Management in Schools.
Administrators Notebook, 26, 6.
6. Rahim, M.A (1986). Referent
Roles and styles of Handling

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai