Anda di halaman 1dari 12

e-ISSN: 2549-5070

p-ISSN: 2549-8231

Journal of Medives Volume 2, No. 1, 2018, pp. 65-76


http://e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/matematika/article/view/521

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL


UNDERSTANDING PROCEDURES (CUPs) SEBAGAI UPAYA
MENGATASI MISKONSEPSI MATEMATIS SISWA

Asri Gita 1), Nerru Pranuta Murnaka 2), Klara Iswara Sukmawati 3)
1,2,3) Pendidikan Matematika, STKIP Surya Tangerang
nerru.pranuta@stkipsurya.ac.id

Diterima: Nopember 2017. Disetujui: Desember 2017. Dipublikasikan: Januari 2018

ABSTRAK
Kesalahan dalam memahami konsep menjadi salah satu faktor yang menyebabkan miskonsepsi
pada pelajaran matematika. Miskonsepsi pada materi bangun datar disebabkan oleh cara belajar
siswa yang hanya menghafalkan bentuk dasar tanpa memahami hubungan antar bangun datar
dan sifat-sifatnya. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi miskonsepsi tersebut adalah dengan
menerapkan pembelajaran konstruktivis. Salah satu model pembelajaran konstruktivis adalah
Conceptual Understanding Procedures (CUPs). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
sebagai upaya mengatasi miskonsepsi matematis siswa pada materi sifat-sifat bangun datar
segiempat. Subjek penelitian adalah 12 orang siswa SMP yang mengalami miskonsepsi pada
materi sifat-sifat bangun datar segiempat. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui
tes, video, observasi, dan wawancara. Validitas dan reliabilitas data melalui credibility,
dependability, transferability, dan confirmability. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) yang terdiri
dari fase individu, fase kelompok triplet, dan fase interpretasi seluruh kelas dapat mengatasi
miskonsepsi siswa pada materi sifat-sifat bangun datar segiempat. Perubahan miskonsepsi
siswa juga dapat dilihat dari nilai tes yang mengalami peningkatan nilai berdasarkan nilai tes
awal dan tes akhir siswa.

Kata Kunci: Conceptual Understanding Procedures (CUPs), miskonsepsi, segiempat.

ABSTRACT
Mistakes in understanding the concept became one of the factors that led to misconceptions in
mathematics. The misconceptions in plane shapes are caused by the way of learning of
students who only memorize the basic form without understanding the relationship between the
plane shapes and its properties. Efforts made in overcoming these misconceptions is to apply
constructivist learning. One of the constructivist learning models is Conceptual Understanding
Procedures (CUPs). The purpose of this research is to know the application of conceptual
learning model Conceptual Understanding Procedure (CUPs) as an effort to overcome
students' mathematical misconception on the properties of quadrilateral. Research subjects
were 12 students who experienced misconceptions on the properties of quadrilaterals. Data
collection was conducted through test, video, observation, and interview. Validity and
reliability of data through credibility, reliability, transferability, and confirmability. The
results of this study indicate that the application of learning models. Comprising individual
phases, triplet group phases, and all-class interpretation phenomena can overcome student
misconceptions on quadrilateral properties. Changes in student misconceptions can also be
seen from tests that have improved

Keywords: Conceptual Understanding Procedures (CUPs), misconception, quadrilateral.

How to Cite: Gita, A., & Murnaka, N. P., Sukmawati, K. I. (2018). Penerapan Model Pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures (CUPS) sebagai Upaya Mengatasi Miskonsepsi Matematis Siswa.
Journal of Medives, 2 (1), 65-76.
66 | Journal of Medives, Volume 2, No. 1, 2018, pp. 65-76

PENDAHULUAN konsep. Pada kasus ini, siswa mengalami


Salah satu tujuan dari belajar kesalahan konsep pada materi pecahan.
matematika adalah agar siswa dapat Kesalahan siswa dalam memahami
memahami suatu konsep dalam suatu konsep dapat menyebabkan
matematika. Hal tersebut sesuai dengan miskonsepsi pada siswa. Hal ini
Kemendikbud (2016) yang menetapkan didukung oleh Leinhardt, et al. (1990)
bahwa untuk mendukung pencapaian yang menyatakan bahwa miskonsepsi
kompetensi lulusan pendidikan dasar dan terjadi karena terdapat pemahaman yang
menengah dalam pelajaran matematika, salah dalam pengeta-huan siswa. Hal
siswa diharapkan mampu memahami senada juga diungkap-kan oleh Savitri,
konsep dan menerapkan prosedur et al., (2016) yang menyatakan bahwa
matematika dalam kehidupan sehari- siswa yang kurang memahami konsep
hari. Permendikbud nomor 58 tahun suatu materi menjadi faktor penyebab
2014 menetapkan bahwa pemahaman miskonsepsi pada siswa.
konsep matematika merupakan salah Menurut Ryan dan Williams
satu kompetensi dalam menjelaskan (2007) dalam buku yang berjudul
keterkaitan antar konsep dan mengguna- Children Mathematics 4-15: Learning
kan konsep secara luwes, akurat, efisien, from Error and Misconception, terdapat
serta tepat. Berdasarkan pernyataan- beberapa miskonsepsi dalam pelajaran
pernyataan di atas, pemahaman konsep matematika yang terjadi pada anak umur
matematis diperlukan dalam pelajaran 4 – 15 tahun. Adapun beberapa miskon-
matematika agar siswa dapat mencapai sepsi dalam pelajaran matematika, hal
kompetensi lulusan dan menerapkan ini dapat diketahui dari hasil penelitian
konsep sesuai prosedur matematika yang pernah dilakukan peneliti sebelum-
secara luwes, akurat, efisien, serta tepat. nya yaitu materi bilangan bulat, pecahan,
Kenyataan di lapangan menunjuk- desimal, dan bangun datar.
kan bahwa pemahaman konsep Hasil penelitian Farida (2016)
matematis siswa masih rendah. menunjukkan bahwa terdapat miskon-
Berdasarkan hasil studi pendahuluan sepsi siswa pada materi bangun datar.
yang diujikan kepada siswa kelas VII.1 Miskonsepsi tersebut terjadi karena
di SMP Negeri 8 Kota Tangerang siswa hanya fokus menghafalkan bentuk
Selatan, hanya 11 orang dari 37 orang tanpa memahami hubungan antar bangun
siswa yang menjawab benar soal yang datar serta sifat-sifatnya (Farida, 2016).
berkaitan dengan pemahaman konsep. Hal ini didukung oleh pendapat Ryan
Jika diubah menjadi bentuk persentase, dan Williams (2007) yang menyatakan
maka hanya 29,73% siswa yang bahwa miskonsepsi terjadi karena siswa
menjawab soal dengan benar. Berdasar- hanya belajar memahami konsep dengan
kan hasil studi pendahuluan dapat mengingat bentuk dasar (prototype).
disimpulkan bahwa kekurangan siswa Berdasarkan pernyataan di atas,
dalam menjawab soal tersebut disebab- miskonsepsi pada materi bangun datar
kan karena kesalahan dalam memahami disebabkan oleh cara belajar siswa yang
hanya menghafalkan bentuk dasar tanpa
Asri Gita, Nerru Pranuta M., Klara Iswara S. - Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding... | 67

memahami hubungan antar bangun datar digunakan untuk mengajar fisika kepada
dan sifat-sifatnya. siswa yang mengalami miskonsepsi pada
Berdasarkan pernyataan di atas materi mekanik (Mills, et al., 1999)
diperlukan suatu inovasi dalam Selanjutnya, model pembelajaran CUPs
pembelajaran yang mampu mengatasi memiliki fase-fase yang memberikan
miskonsepsi matematis siswa. Inovasi kesempatan kepada siswa untuk
pembelajaran yang dapat digunakan agar mengonstruksikan pengetahuannya
siswa lebih memahami konsep suatu sendiri. Hal tersebut juga sesuai dengan
materi adalah pembelajaran konstruk- pernyataan McKittrick & Mulhall (2002)
tivis. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa terdapat fase-
Iskandar (2015) yang menyatakan bahwa fase dalam model pembelajaran CUPs
salah satu upaya yang dapat dilakukan yang dapat menuntut siswa dalam
untuk mengatasi miskonsepsi siswa mengembangkan pemahaman yang telah
adalah melalui pembelajaran konstruk- ada sebelumnya. Kemudian berdasarkan
tivis. Pembelajaran konstruktivis ini pengetahuan yang ada, siswa akan saling
akan melibatkan interaksi antara berbagi ide kepada siswa lain melalui
pengetahuan baru dan pengetahuan yang fase triplet dan fase interpretasi seluruh
telah siswa miliki sebelumnya (Sadia, kelas. Berdasarkan uraian yang telah
2014). Selanjutnya, teori konstruktivis dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk
Vygotsky menyatakan bahwa perkem- melakukan penelitian dengan menerap-
bangan kognitif seseorang dalam proses kan model pembelajaran Conceptual
belajar juga dapat terjadi melalui Understanding Procedures (CUPs) dalam
pembelajaran secara kooperatif (Amir & mengatasi miskonsepsi matematis siswa.
Risnawati, 2016). Pembelajaran Adapun tujuan penelitian ini yaitu
kooperatif inilah yang dapat mengem- mengetahui penerapan model
bangkan cara berpikir dengan berbagi pembelajaran Conceptual Understanding
ide, mengaplikasikan pengetahuan, dan Procedures (CUPs) dalam mengatasi
menuntun untuk saling bekerjasama miskonsepsi siswa pada materi sifat-sifat
dengan kemampuan siswa yang berbeda bangun datar segiempat.
(Slavin, 2005).
Salah satu model pembelajaran METODE PENELITIAN
konstruktivis dan kooperatif yang dapat Metode penelitian yang digunakan
diterapkan dalam belajar matematika pada penelitian ini adalah metode
adalah model pembelajaran Conceptual kualitatif. Penelitian kualitatif dapat
Understanding Procedures (CUPs). digunakan untuk meneliti kondisi objek
Model pembelajaran CUPs pertama kali secara alamiah. Kondisi secara alamiah
digunakan untuk mengajar pada pelajar- artinya peneliti akan melihat hubungan,
an fisika, tetapi dapat juga dikembang- aktivitas, dan situasi yang terjadi selama
kan dan dirancang untuk pembelajaran penelitian (Fraenkel, et al., 2012). Pada
lain seperti kimia, biologi, dan matema- penelitian ini, aktivitas yang telah
tika (Mulhall & McKittrick, 2014). Pada diamati, yaitu aktivitas subjek penelitian
mulanya model pembelajaran CUPs selama pembelajaran dengan model
68 | Journal of Medives, Volume 2, No. 1, 2018, pp. 65-76

Conceptual Understanding Procedures dan wawancara pada penelitian ini telah


(CUPs). dilakukan dengan mentranskrip data
Subjek penelitian dalam penelitian tersebut ke dalam bentuk tulisan.
ini adalah tiga siswa yang mengalami c) Conclusion Drawing and
miskonsepsi di kelas VII.5 SMP Negeri Verification (Penarikan Kesimpulan/
8 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran Verifikasi)
2016/2017. Pemilihan subjek penelitian Setelah peneliti melakukan
dilakukan secara purposive sampling penarikan kesimpulan, telah dicek
(Fraenkel, et al., 2012). Pemilihan secara kembali kebenaran dari kesimpulan yang
purposive sampling agar subjek yang telah dibuat. Pengecekan dapat
dipilih dapat memberikan informasi dilakukan dengan mengecek ulang
yang dibutuhkan oleh peneliti yang proses pada tahap reduksi data dan
terkait dalam topik penelitian penyajian data.
(Denscombe, 2010). Selama pelaksanaan
penelitian, terdapat 12 siswa yang HASIL DAN PEMBAHASAN
mengalami miskonsepsi pada materi Penelitian dengan menerapkan
sifat-sifat bangun datar segiempat. model CUPs telah dilaksanakan pada 4
Teknik analisis data yang April 2017 s.d. 11 April 2017 pada siswa
digunakan pada penelitian ini adalah kelas VII.5. Penelitian ini dilakukan
teknik analisis data menurut Miles dan kepada 12 siswa yang mengalami
Huberman (1994). Adapun tahapan miskonsepsi pada materi sifat-sifat
dalam analisis data adalah sebagai segiempat. Dua belas siswa tersebut
berikut: telah dipilih berdasarkan nilai tes siswa
a) Data Reduction (Reduksi Data) yang tidak mencapai nilai KKM dan
Reduksi data bertujuan sebagai hasil diskusi bersama guru mata
proses seleksi untuk menyederhanakan, pelajaran matematika kelas VII.5.
memfokuskan, mentransformasi data, Kemudian terdapat satu kelompok yang
dan mereduksi data yang tidak menjadi terdiri dari tiga siswa telah yang dipilih
kebutuhan dalam penelitian. Sehingga sebagai subjek penelitian. Banyaknya
data yang direduksi dapat memberikan pertemuan yang dilakukan pada
gambaran yang lebih jelas dan membuat penelitian ini adalah sebanyak tiga
peneliti lebih mudah dalam melakukan pertemuan. Dua pertemuan digunakan
analisis data selanjutnya. untuk pelaksanaan pembelajaran
b) Data Display (Penyajian Data) menggunakan model pembelajaran
Pada tahap penyajian data, peneliti CUPs dan satu pertemuan lagi
menyajikan data selama proses peneliti- digunakan untuk evaluasi pembelajaran
an. Penyajian data penelitian telah disaji- siswa mengenai pemahaman materi yang
kan dalam bentuk teks naratif. Penyajian telah diajarkan. Selama penelitian
data dapat juga berupa grafik atau berlangsung, peneliti berperan sebagai
diagram. Penyajian data tersebut bertuju- guru yang mengajar di kelas dengan
an untuk mengorganisasikan data agar menerapkan model pembelajaran CUPs.
mudah dipahami. Penyajian data video Selanjutnya, hasil penelitian ini
Asri Gita, Nerru Pranuta M., Klara Iswara S. - Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding... | 69

berdasarkan pengamatan terhadap subjek layang tetapi siswa tersebut tidak bisa
penelitian yang terdiri dari tiga siswa. menyebutkan secara tepat bahwa bangun
Adapun hasil dari penerapan model tersebut bukanlah layang-layang.
pembelajaran CUPs dalam penelitian ini Kemudian selama diskusi kelompok
adalah sebagai berikut: triplet, dua siswa yang lain juga
Pada penelitian ini, ketiga siswa kebingungan dalam mengidentifikasi
telah mengerjakan Lembar Kerja Siswa bangun E. Bangun E terlihat seperti
(LKS) secara mandiri. segiempat layang-layang, tetapi ketiga
siswa juga belum bisa menyebutkan
alasan yang tepat apabila bangun
tersebut bukan layang-layang. Padahal
ketiga siswa telah mengetahui sifat-sifat
dari layang-layang. Percakapan ketiga
siswa dalam menentukan bangun E
adalah dapat dilihat pada Percakapan 1.
berikut:
Gambar 1. Kegiatan Diskusi Kelompok Triplet
Percakapan 1
Siswa 1 : Eh ini layang-layang bukan ya?
Berdasarkan hasil pengamatan Siswa 2 : Itu layang-layang kok bentuknya
pada fase individu, ketiga siswa telah Siswa 3 : Kalau layang-layang tapi kok ada
mengerjakan LKS secara individu. sisi yang miring gitu.
Selama proses pengerjaan, tampak Siswa 1 : Ah ini trapesium
beberapa siswa kesulitan menggunakan Siswa 2 : Gak ada materi trapesium hari ini

busur dan mengisi sifat-sifat setiap


segiempat. Setelah fase individu, kegiat- Berdasarkan percakapan di atas,
an siswa selanjutnya adalah bergabung ketiga siswa belum bisa mengidentifikasi
dalam satu kelompok triplet yang telah bangun E. Siswa mengalami kesulitan
disampaikan pada awal pertemuan. Pada dalam mengidentifikasi sifat segiempat
fase diskusi kelompok triplet, semua karena keraguan terhadap ukuran sisi-
siswa berpendapat dan saling memberi- sisi berdekatan pada bangun E yang
kan tanggapan terhadap jawaban dari dianggap sebagai layang-layang. Siswa 2
anggota kelompoknya. Berikut ini adalah menganggap bahwa bangun E merupa-
kegiatan siswa dalam mengatasi kan segiempat layang-layang karena
miskonsepsi selama proses penelitian: melihat bentuk bangun tersebut
menyerupai layang-layang. Kemudian
a. Kesalahan Mengidentifikasi Sifat siswa 3 tidak yakin dengan jawaban dari
Layang-Layang siswa 2 karena panjang setiap sisi
Miskonsepsi terjadi ketika siswa bangun E berbeda. Sedangkan siswa 1
mengidentifikasi sifat layang-layang. langsung mengatakan bahwa bangun E
Pada fase individu, salah satu siswa telah adalah trapesium tanpa melakukan
mendapatkan segiempat lain yang identifikasi sifat-sifat terlebih dahulu.
bentuknya hanya menyerupai layang- Siswa 1 mengatakan hal tersebut karena
70 | Journal of Medives, Volume 2, No. 1, 2018, pp. 65-76

bangun E bukan merupakan persegi, dan siswa 3 menemukan perbedaan-


persegi panjang, belah ketupat, maupun perbedaan sifat bangun E dengan
layang-layang. segiempat layang-layang yang lainnya.
Selanjutnya, pada kegiatan diskusi Hal tersebut dapat dilihat pada
kelompok triplet ini ketiga siswa Percakapan 3. berikut:
kembali membahas bangun E. Kegiatan
diskusi tersebut dilanjutkan dengan Percakapan 3.
Siswa 3 : Layang-layang mempunyai satu
dengan mengidentifikasi sifat berdasar- simetri lipat
kan diagonal pada bangun E. Kegiatan Siswa 1 : Lah tapi kok yang gua ga bisa
siswa dapat dilihat pada Percakapan 2. di dilipat ya. Ah gak bener ini
gambarnya.
bawah ini: (siswa 1 berusaha mencari simerti
lipat bangun E dengan melipat-
Percakapan 2 lipat bangun tersebut)
Siswa 1 : Diagonal layang-layang Siswa 2 : Iya, ini bukan layang-layang.
berpotongan tegak lurus atau Seharusnya ada dua diagonal.
enggak sih? Nah terus ini bukan diagonalnya.
Siswa 2 : Tidak berpotongan tegak lurus, Siswa 1 : (siswa 1 mengukur sudut bangun
coba lihat nih sama. E untuk melihat diagonal dan
(siswa 2 menunjukkan panjang besar sudut berhadapan)
kedua diagonal yang tidak sama : (selanjutnya siswa 1
panjang) membandingkan bangun E dengan
Siswa 1 : Lah itu namanya kedua diagonal dua bangun datar lain yang
tidak sama panjang. termasuk dalam layang-layang)
Siswa 2 : Emang iya? Dua bangun ini punya satu simetri
Siswa 1 : Iya.. lipat semua, tapi yang E ini kok
beda.
Percakapan kedua siswa di atas
Berdasarkan percakapan di atas,
menunjukkan bahwa miskonsepsi siswa
pemahaman siswa 3 terhadap segiempat
dalam menentukan sifat-sifat tersebut
layang-layang adalah bahwa suatu
dipengaruhi juga oleh salah pemahaman
segiempat layang-layang hanya memiliki
mengenai diagonal. Terjadi miskonsepsi
satu simetri lipat. Kemudian berdasarkan
pada siswa 2 dalam memahami diagonal
pada segiempat. Siswa 2 beranggapan pernyataan mengenai simetri lipat dari
bahwa diagonal yang tidak sama panjang pemahaman siswa 3, membuat siswa 1
belum yakin bahwa bangun E yang
dipahami sebagai diagonal yang tidak
siswa 1 dapatkan adalah segiempat
tegak lurus. Miskonsepsi pada siswa 2
layang-layang. Hal tersebut terjadi
tersebut ditanggapi oleh siswa 1 yang
karena segiempat layang-layang yang
mengatakan bahwa diagonal yang
dipunyai oleh siswa 2 dan siswa 3
dimaksud oleh siswa 2 tersebut
masing-masing memiliki satu simetri
merupakan kedua diagonal tidak sama
panjang, bukan diagonal yang saling lipat, sedangkan bangun E yang
tegak lurus. dianggap sebagai segiempat layang-
layang tidak memiliki simetri lipat. Pada
Kemudian keraguan siswa dalam
penelitian ini, ketiga siswa yang menjadi
menentukan bahwa bangun E bukan
subjek penelitian masih belum membuat
merupakan segiempat layang-layang
kesepakatan dalam kelompok triplet
muncul kembali ketika siswa 1, siswa 2,
Asri Gita, Nerru Pranuta M., Klara Iswara S. - Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding... | 71

dalam mengidentifikasi bangun E. menyatakan bahwa bangun E (yang


Sehingga ketiga siswa masih mengang- dilingkari) adalah layang-layang. Hal
gap bahwa bangun E merupakan tersebut terlihat dihasil kerja empat
segiempat layang-layang tanpa ada kelompok triplet pada Gambar 2.
kesepakatan dalam menentukan sifat-
sifatnya.
Selain jawaban dari subjek
penelitian, ternyata seluruh siswa juga

Gambar 2. Hasil Kerja Kelompok Triplet

Siswa mengalami miskonsepsi datar segiempat dari bangun E. Kegiatan


dalam menentukan bangun E. Semua guru dan siswa dapat dilihat pada
siswa mengira bahwa bangun E tersebut Percakapan 4. berikut:
adalah segiempat layang-layang. Siswa
juga menjadi yakin bahwa bangun E Percakapan 4
Guru : Coba kalian perhatikan lagi
merupakan segiempat layang-layang bangun E ini. Apakah bentuk
setelah semua siswa keliling kelas bangun ini sesuai dengan sifat
melihat jawaban dari kelompok triplet layang-layang. Bangun E ini
memiliki simetri lipat tidak?
lain. Akibat kekeliruan jawaban dari Siswa 1 : Bangun E tidak ada simetri lipat.
seluruh siswa di kelas, guru memberikan Guru : Lalu apakah bangun E ini memiliki
sisi yang berdekatan sama
beberapa pertanyaan yang mengarahkan panjang?
agar siswa dapat memperbaiki miskon- Siswa 1 : Enggak, Bu. Itu sisinya agak
sepsi terhadap bangun tersebut pada fase miring, Bu. Sisi yang bersebelahan
di atas itu panjangnya beda.
interpretasi seluruh kelas. Kegiatan pada Guru : Jadi, apakah bangun ini
fase interpretasi seluruh kelas telah merupakan layang-layang?
mengarahkan siswa untuk mengonstruksi Siswa : Bukan…
pemahaman mengenai sifat-sifat bangun
72 | Journal of Medives, Volume 2, No. 1, 2018, pp. 65-76

Berdasarkan percakapan di atas, Percakapan 5.


Siswa : Bu, ini kalau diperpanjang kan ga
guru tidak menyatakan bahwa 1 pernah ketemu? (siswa 1
kesepakatan seluruh siswa di kelas menunjukkan dua sisi yang
adalah jawaban yang salah mengenai berhadapan pada trapesium yang
telah diperpanjang menggunakan
bangun E. Guru juga tidak memberi tahu penggaris)
jawaban yang benar mengenai bangun E Guru : Iya, coba kalau diperpanjang ke
bawah. Ketemu ga kedua
tersebut. Guru hanya mengarahkan siswa
garisnya? (guru melihat bahwa
untuk menggunakan pengetahuan siswa 1 hanya memperpanjang
sebelumnya untuk mengidentifikasi satu arah garis)
kembali sifat-sifat pada bangun E.
Sehingga kesepakatan bersama yang Sesuai dengan percakapan di atas,
keliru pada fase kelompok triplet telah siswa hanya memperpanjang garis dari
diperoleh pada fase interpretasi seluruh satu bagian untuk menemukan apakah
kelas. kedua garis akan berpotongan atau tidak.
Pada fase interpretasi seluruh Selain dipengaruhi oleh pemahaman
kelas ini, semua siswa telah melalui tentang garis, siswa masih kebingungan
proses diskusi untuk memperoleh mengidentifikasi perbedaan-perbedaan
kesepakatan jawaban satu kelas. Peran pada jenis trapesium. Pemahaman siswa
guru pada fase interpretasi seluruh kelas terhadap trapesium juga terjadi apabila
ini, yaitu memimpin jalannya diskusi bentuknya yang menyerupai trapesium
bersama dengan siswa. Guru juga telah dan memiliki sudut 90 maka dapat
meluruskan kesepakatan jawaban siswa dikatakan bahwa segiempat tersebut
apabila belum mencapai kesimpulan merupakan trapesium siku-siku. Padahal
yang benar. Kesepakatan jawaban yang siswa tidak mengidentifikasi terlebih
belum benar pada kelompok triplet telah dahulu apakah bangun tersebut memiliki
dibahas kembali pada fase interpretasi garis yang sejajar pada sisi-sisi yang
seluruh kelas. berhadapan. Kekeliruan siswa dalam
mengidentifikasi trapesium dapat dilihat
b. Pengukuran Trapesium pada Gambar 3.
Selama diskusi kelompok triplet,
ketiga siswa tampak kebingungan dalam
mengidentifikasi trapesium. Hal ini
dipengaruhi oleh pemahaman siswa
terhadap materi hubungan dua garis.
Siswa masih kesulitan dalam menemu-
kan garis sejajar pada segiempat agar
dapat menentukan apakah bangun
tersebut memiliki tepat satu pasang sisi
sejajar agar dapat dikatakan sebagai
trapesium. Kesulitan siswa dalam Gambar 3. Identifikasi Sifat Trapesium pada
Jawaban Kelompok Triplet
menemukan garis sejajar dapat dilihat
pada Percakapan 5. berikut.
Asri Gita, Nerru Pranuta M., Klara Iswara S. - Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding... | 73

Selanjutnya untuk mengatasi segiempat trapesium pasti hanya


miskonsepsi siswa terhadap sifat-sifat memiliki satu pasang sisi berhadapan
trapesium, guru membantu siswa untuk yang sejajar. Sedangkan bangun D tidak
mengonstruksi pengetahuan sebelumnya memiliki satu pasang sisi berhadapan
dalam mengidentifikasi bangun D pada yang sama panjang. Sehingga pada fase
fase interpretasi seluruh kelas. Kegiatan interpretasi seluruh kelas ini, semua
guru dan siswa pada fase interpretasi siswa sepakat bahwa bangun D bukan
seluruh kelas dapat dilihat pada suatu trapesium.
Percakapan 6. berikut: Pada penelitian yang telah
dilakukan, siswa telah terlibat secara
Percakapan 6. langsung dalam mengonstruksi pengeta-
Guru : Menurut kalian bangun D ini
bangun apa? huan sendiri setelah siswa melewati
(guru bertanya sambil ketiga fase pada model pembelajaran
menunjukkan bangun D) CUPs. Pada fase individu, siswa telah
Siswa 1 : Trapesium
Guru : Kalau menurut yang lain, bangun melalui kegiatan dengan mengisi
D ini trapesium bukan? Lembar Kerja Siswa (LKS) secara
Siswa 4 : Bukan trapesium, karena gak ada
mandiri sebelum bergabung bersama
sisi yang sejajar
Guru : Siswa 1, mengapa bilang bangun kelompok triplet. Adanya LKS dapat
D trapesium? membantu siswa dalam memahami
Siswa 1 : Sisi kiri sama kanannya yang
sejajar bu. materi karena terjadi kegiatan mengukur
Guru : Coba kalau sisi kiri sama kanan bangun-bangun segiempat. Kemudian
diperpanjang, kedua garis akan gambar-gambar pada LKS dan
ketemu atau berpotongan gak?
Siswa 1 : Eh, enggak Bu. potongan-potongan segiempat memper-
(siswa 1 melakukan perpanjangan mudah siswa dalam membedakan
garis)
Guru : Jadi apakah bangun D adalah
segiempat berdasarkan sifat-sifatnya.
trapesium? Fase individu ini telah memberikan
Seluruh : Bukan.. kesempatan siswa untuk mengonstruksi
Siswa
pengetahuannya terlebih dahulu. Hal ini
Berdasarkan percakapan di atas, sesuai dengan pernyataan Gustone,
siswa 1 masih beranggapan bahwa McKittrick, dan Mullhall (1998) yang
bangun D adalah trapesium karena menyatakan bahwa model pembelajaran
memiliki sisi berhadapan yang sejajar. CUPs menggunakan pendekatan
Kemudian guru meminta siswa 1 konstruktivis untuk mengonstruksi
mengecek ulang mengenai hubungan pemahaman konsep dengan mengem-
garis pada sisi kiri dan kanan untuk bangkan pengetahuan yang telah ada
memastikan kembali apakah kedua sisi sebelumnya.
benar merupakan garis sejajar. Setelah Selanjutnya pada fase diskusi
melakukan perpanjangan garis kembali, kelompok triplet sangat membantu siswa
siswa 1 baru menyadari bahwa kedua untuk memperbaiki miskonsepsi atau
garis tidak sejajar. jawaban yang salah. Selama diskusi
Pada penelitian ini, pemahaman kelompok triplet sering terjadi
siswa terhadap trapesium bahwa setiap perbedaan pendapat diantara ketiga
74 | Journal of Medives, Volume 2, No. 1, 2018, pp. 65-76

siswa. Perbedaan pendapat tersebut melihat dan membandingkan jawaban


dapat diatasi ketika ketiga siswa saling antar kelompok triplet. Pada fase
berbagi ide atau gagasan berdasarkan interpretasi seluruh kelas ini juga telah
pengetahuan sebelumnya. Ide yang terjadi proses berpikir siswa dalam
setiap siswa sampaikan juga berdasarkan memahami permasalahan untuk
pengalaman siswa dalam mengidenti- memperoleh kesepakatan jawaban secara
fikasi bangun datar segiempat yang bersama-sama. Nilai dari pembelajaran
masing-masing siswa dapatkan pada fase secara kooperatif tersebut membuat
individu. Belajar secara kelompok sangat siswa berperan aktif selama pembelajar-
membantu untuk meluruskan jawaban an (Mulhall & McKittrick, 2014).
siswa yang salah. Sehingga miskonsepsi Selanjutnya apabila pada fase
siswa terhadap materi sifat-sifat bangun interpretasi seluruh kelas terjadi
datar segiempat dapat diatasi setelah kesepakatan siswa yang salah, maka
pembelajaran dengan menerapkan model guru dapat mengarahkan siswa agar
pembelajaran CUPs. Setiap anggota dapat berpikir kembali mengenai
dalam kelompok saling memberikan ide kesepakatan yang siswa dapatkan
dan tanggapan atas jawaban dari siswa tersebut. Hal ini sesuai dengan
lainnya agar memperoleh kesepakatan pernyataan Mulhall & McKittrick (2014)
bersama dalam kelompok triplet yang menyatakan apabila jawaban
tersebut. Kesepakatan yang diperoleh seluruh siswa di dalam kelas merupakan
siswa tersebut telah dituliskan dalam kesepakatan yang salah, maka guru tidak
LKS lembar A3. Hal ini sesuai dengan langsung memberikan jawaban yang
pernyataan Sanjaya (2013) bahwa siswa benar. Guru dapat memberikan beberapa
dapat saling bertukar pikiran, berbagi ide pertanyaan yang dapat mengarahkan
selama diskusi, serta memiliki tanggung siswa untuk mengonstruksi pemahaman
jawab untuk berkontribusi dalam mereka sendiri.
menyelesaikan tugas kelompok. Setiap Berdasarkan ketiga fase yang telah
kelompok triplet yang terbentuk telah dilalui, fase diskusi kelompok triplet
dibagi berdasarkan kemampuan lebih banyak kegiatan diskusi yang
akademis yang berbeda-beda, yaitu satu dilakukan oleh siswa dalam mengatasi
siswa berkemampuan tinggi, satu siswa miskonsepsi. Pada fase diskusi
berkemampuan sedang, dan satu siswa kelompok triplet, siswa telah melalui
berkemampuan rendah. Selain itu dalam tahap mengonstruksi pemahaman sendiri
setiap kelompok triplet juga telah dibagi pada fase individu dan selanjutnya dapat
berdasarkan perbedaan jenis kelamin. diklarifikasi oleh siswa lain apabila
Setidaknya dalam satu kelompok triplet terdapat kesalahan pemahaman konsep.
terdapat satu siswa perempuan. Selain itu, tiga orang dalam kelompok
Kemudian, pada fase interpretasi yang dibentuk berdasarkan kemampuan
seluruh kelas telah membantu dalam akademik yang berbeda juga saling
memperbaiki dan mengembangkan memberikan tanggapan selama kegiatan
pemahaman siswa. Pada fase interpretasi diskusi berlangsung. Kegiatan peneliti
seluruh kelas ini setiap siswa telah selama pembelajaran adalah berperan
Asri Gita, Nerru Pranuta M., Klara Iswara S. - Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding... | 75

sebagai guru yang menerapkan memberikan tanggapan dan klarifikasi


pembelajaran dengan model CUPs. atas pemahaman konsep yang belum
Selama proses pembelajaran, guru juga tepat. Selanjutnya pada fase interpretasi
berperan sebagai fasilitator dalam seluruh kelas, siswa telah mengembang-
mengatasi miskonsepsi siswa. Hal ini kan pemahaman dengan melihat jawaban
sesuai dengan pernyataan Iskandar dari kelompok triplet lain melalui
(2015) yang menyatakan bahwa presentasi dan diskusi untuk mendapat-
miskonsepsi dapat diatasi melalui kan kesepakatan bersama. Adapun saran
pembelajaran secara konstruktivis. Hal untuk penelitian selanjutnya adalah
senada juga diungkapkan oleh Subijakto sebaiknya peneliti adalah guru kelas
(2015) Pembelajaran konstruktivisme yang biasa mengajar mata pelajaran
merupakan cara yang ampuh untuk bersangkutan agar lebih memahami
menanggulangi miskonsepsi siswa, dan karakteristik miskonsepsi siswa.
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Sehingga melalui pembelajaran DAFTAR PUSTAKA
konstruktivis ini juga berperan dalam Amir, Z., & Risnawati. (2016). Psikologi
mengatasi miskonsepsi pada materi sifat- Pembelajaran Matematika.
sifat bangun datar segiempat. Yogyakarta: Aswaja
Denscombe, M. (2010). The Good
PENUTUP Research Guide for Small-Scale
Berdasarkan penelitian yang telah Social Research Projects (Fourth
dilakukan oleh peneliti dapat disimpul- ed.). England: Open University
kan bahwa ketiga fase yang terdapat Press.
pada model pembelajaran Conceptual Farida, A. (2016). Analisis Miskonsepsi
Understanding Procedures (CUPs) telah Siswa Terhadap Simbol dan Istilah
mendukung pembelajaran sebagai upaya Matematika Pada Konsep
Hubungan Bangun Datar
dalam mengatasi miskonsepsi siswa
Segiempat Melalui Permainan
pada materi sifat-sifat bangun datar dengan Alat Peraga. Konferensi
segiempat. Pada fase individu, siswa Nasional Penelitian Matematika
telah melakukan kegiatan pembelajaran dan Pembelajarannya (KNPMP I)
dengan mengonstruksi pengetahuan (pp. 286-295). Surakarta:
melalui pengerjaan Lembar Kerja Siswa Universitas Muhammadiyah
(LKS) secara mandiri. Fase ini Surakarta.
menunjukkan bahwa siswa mendapatkan Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hellen,
kesempatan untuk berpikir terlebih H. H. (2012). How to Design and
dahulu sebelum menyampaikan gagasan Evaluate Research in Education
(Eighth ed.). New York: McGraw
kepada anggota kelompok triplet.
Hill Companies Incorporate.
Kemudian pada fase diskusi kelompok
triplet yang terdiri dari tiga siswa dan Gustone, D., McKittrick, B., & Mulhall,
P. (1998). CUP - A Procedures for
dibentuk berdasarkan kemampuan Developing Conceptual Unders-
akademik yang berbeda, sangat berperan tanding. PEEL Conference (p. 41).
dalam kegiatan diskusi siswa selama Australia: Monash University.
76 | Journal of Medives, Volume 2, No. 1, 2018, pp. 65-76

Iskandar, S. M. (2015). Pendekatan November 11, 2016, from


Pembelajaran Sains Berbasis http://monash.edu/scienceeducatio
Konstruktivis. Malang: Media n/2015/resources/conceptual-
Nusa Creaticve. understanding-procedure/
Kemendikbud. (2016). Silabus Mata Ryan, J., & Williams, J. (2007). berjudul
Pelajaran SMP/MTs. Jakarta: Children Mathematics 4-15:
Kementrian Pendidikan dan Learning from Error and
Kebudayaan. Misconception. England: Open
Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B. University Press.
(2001). Adding It Up: Helping Sadia, I. W. (2014). Model-Model
Children Learn Mathematic. Pembelajaran Sains
Washington, DC: National Konstruktivistik. Singaraja: Graha
Academy Press. Ilmu.
Leinhardt, G., Zalslavsky, O., & Stein, Sanjaya, W. (2013). Strategi
M. K. (1990). Function, Graphs, Pembelajaran Berorientasi Standar
and Graphing. Review of Proses Pendidikan. Jakarta:
Educational Research, 1-64. Kencana.
McKittrick, B., & Mulhall, P. (2002). Savitri, M. E., Mardiyana, & Subanti, S.
Conceptual Understanding (2016). Analisis Miskonsepsi
Procedures (CUPs). PEEL Siswa pada Materi Pecahan dalam
Conference, 54. Bentuk Aljabar Ditinjau dari Gaya
McKittrick, B., Mulhall, P., & Gunstone, Kognitif Siswa Kelas VIII di SMP
Negeri 2 Adimulyo Kabupaten
R. (1999). Improving
Understanding in Physics: an Kebumen Tahun Ajaran
2013/2014. Jurnal Elektronik
Effective Teaching Procedure.
Australian Science Teacher, 45(3), Pembelajaran Matematika, 401-
413.
27-33.
Slavin, R. E. (2005). Cooperative
Miles, M. B., & Huberman, A. M.
(1994). Qualitative Data Analysis. Learning Teori, Riset, dan Praktik.
Bandung: Nusa Media.
USA: SAGE Publication.
Mills, D., McKittrick, B., Mulhall, P., & Subijakto, F. (2015). Pengaruh Strategi
Pembelajaran Konstruktivisme
Feteris, S. (1999). CUP:
Cooperative Learning That Works. dengan Pendekatan Konflik
Kognitif dan Miskonsepsi Fisika
Teaching Physics, 11-16.
Siswa Terhadap Hasil Belajar
Mulhall, P., & McKittrick, B. (2014, Fisika. Prosiding Seminar
November 1). Science Education Nasional Fisika (E-Journal)(Vol.
Research Group. Retrieved 4, pp. SNF2015-I).

Anda mungkin juga menyukai