Anda di halaman 1dari 55

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit gangguan

metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai

akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan kinerja insulin atau

karena kedua-duanya. Penyakit ini bersifat kronik bahkan seumur hidup.

Sampai sekarang, belum ada obat yang dapat mengobati penyakitnya, yang

ada saat ini hanyalah usaha untuk mengendalikan glukosa darah (Suhartono,

2004).
Indonesia merupakan Negara keempat yang memiliki jumlah

penderita diabetes mellitus terbanyak di dunia. Di Indonesia diperkirakan

jumlah diabetes mencapai 14 juta orang pada tahun 2006, dimana hanya 50%

yang menyadari mengidap diabetes mellitus dan diantaranya sekitar 30%

yang datang berobat secara teratur (WHO, 2008).


Menurut laporan Riskesdas tahun 2013, Provinsi Jawa Timur

merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan prevalensi penderita

diabetes mellitus sebesar 2,1% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data yang

didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2012) berdasarkan 10

pola penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit tipe B

diabetes mellitus merupakan penyakit terbanyak nomor dua setelah hipertensi

yakni sebanyak 102.399 kasus.


Berdasarkan laporan di Dinas Kesehatan Kota Kediri prevalensi

penderita diabetes mellitus sebanyak 7789 kasus dan penderita diabetes

mellitus di Puskesmas Sukorame sebanyak 1771 kasus pada tahun 2015

(Dinkes Kota Kediri, 2016). Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan

1
2

pada tanggal 10 Mei 2017 di Puskesmas Sukorame tahun 2017, didapatkan

hasil bahwa di puskesmas tersebut menggambarkan masih tingginya kadar

gula darah pasien diabetes mellitus tidak terkendali.


Gejala diabetes mellitus mulai tampak ketika kadar gula dalam darah

telah mencapai lebih dari 200 mg/dl. Hal ini dapat terjadi tiba-tiba, tetapi

dalam banyak kasus gula darah tinggi berkembang selama beberapa hari.
Diabetes mellitus juga merupakan salah satu penyebab utama penyakit

ginjal dan kebutaan pada usia dibawah 65 tahun, dan juga amputasi

(Flyvbjerg, 2006).
Selain itu diabetes juga menjadi penyebab terjadinya amputasi (yang

bukan disebabkan oleh trauma), disabilitas, hingga kematian. Dampak yang

ditimbulkan oleh diabetes mellitus tidak hanya pada kematian, tetapi sebagai

penyakit yang diderita seumur hidup, sehingga memerlukan biaya besar untuk

perawatan kesehatan penderita diabetes mellitus oleh sebab itu sangat

diperlukan pengendalian diabetes mellitus. Diabetes mellitus dapat dihindari,

ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan pengendalian faktor resiko

(Kemenkes, 2010).
Latihan jasmani (olahraga) merupakan salah satu pilar

penatalaksanaan diabetes mellitus disamping edukasi, terapi gizi medis dan

intervensi farmakologis. Manfaat latihan jasmani bagi pasien diabetes antara

lain dapat menurunkan kadar gula darah, mencegah kegemukan, ikut berperan

dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan

lemak darah, menormalkan tekanan darah, serta meningkatkan kemampuan

kerja insulin (Suhartono, 2004). Latihan jasmani yang dimaksud adalah

olahraga secara teratur, pada saat olahraga, sumber energy utama adalah

glukosa dan lemak. Setelah olahraga 10 menit, peningkatan kebutuhan


3

glukosa mencapai 15 kali dari kebutuhan biasa, setelah 60 menit, akan

meningkat sampai 35 kali (Suhartono, 2004). Latihan olah raga mempunyai

tujuan untuk meningkatan kepekatan insulin mencegah kegemukan,

memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru dan

mencegah komplikasi lembih lanjut.


Pengaruh olagraga untuk pasien diabetes mellitus secara langsung

berhubungan dengan peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot

(banyaknya otot mengambil glukosa dari aliran darah), atau disebut dengan

penggantian glikogen otot.


Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik meneliti

hubungan olahraga dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien

Diabetes Mellitus di Puskesmas Sukorame Kota Kediri tahun 2017.


1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah,

adakah hubungan antara olahraga dengan pengendalian kadar gula darah pada

pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Sukorame Kota Kediri Tahun 2017?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara olahraga dengan pengendalian kadar

gula darah pada pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Sukorame Kota

Kediri tahun 2017.


1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi olahraga yang dilakukan oleh pasien Diabetes Mellitus

di Puskesmas Sukorame Kota Kediri tahun 2017.


2. Mengidentifikasi pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes

Mellitus di Puskesmas Sukorame Kota Kediri tahun 2017.


4

3. Menganalisis hubungan antara olahraga dengan pengendalian kadar

glukosa darah pada pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Sukorame

Kota Kediri tahun 2017.


1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Teoritis
Mengetahui hubungan antara olahraga dengan pengendalian kadar

gula darah pada penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Sukorame Kota

Kediri tahun 2017 setelah melaksanakan olahraga.


1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat agar dapat

memperbaiki gaya hidupnya khususnya dalam olahraga, agar dapat

mencegah terjadinya berbagai macam penyakit, seperti Diabetes Melitus.

2. Bagi Institusi
Dapat mengembangkan penelitian tentang berbagai macam

manfaat dari olahraga, seperti menurunkan kadar glukosa, menurunkan

berat badan, mengurangi resiko jantung dan lain-lain.


3. Bagi Peneliti
Dapat mengembangkan penelitian tentang cara-cara mengatasi

dan mencegah penyakit metabolik, seperti diabetes mellitus.


5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Olahraga
2.1.1. Pengertian
Menurut (Dictionary, 2009), olahraga adalah aktivitas fisik yang

bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, atau memelihara kesegaran

jasmani atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan atau

mengembalikan fungsi organ dan fungsi fisiologis tubuh. Olahraga

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus

sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik

merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kelebihan lemak sekaligus

untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani yang baik serta dapat

meningkatkan kemampuan fungsional (Kusumaningtyas, 2011).


Menurut sumber (Depkes, 2008), latihan fisik pada penderita DM

dapat menyebabkan peningkatan pemakaian glukosa darah oleh otot yang

aktif sehingga latihan fisik yang langsung dapat menyebabkan penurunan


6

kadar lemak tubuh, mengontrol kadar glukosa darah, memperbaiki

sensitivitas insulin, menurunkan stress.


2.1.2. Manfaat Olahraga
Manfaat olahraga bagi para penderita diabetes antara lain :
1. Meningkatkan kebugaran tubuh.
2. Meningkatkan penurunan kadar glukosa darah.
3. Mencegah kegemukan.
4. Mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik.
5. Gangguan lemak darah.
6. Meningkatkan kadar kolesterol.
7. Meningkatkan sensitivitas reseptor insulin.
8. Manormalkan tekanan darah, serta meningkatkan kemampuan kerja.
Pada saat seseorang melakukan latihan jasmani, pada tubuh akan

terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh oleh ototyang aktif dan

terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi sirkulasi,

metabolisme, dan susunan saraf otonom. Dimana glukosa yang disimpan

dalam otot dan hati sebagai glikogen, glikogen cepat diakses untuk

dipergunakan sebagai sumber energi pada latihan jasmani terutama pada

beberapa atau permulaan latihan jasmani dimulai setelah melakukan latihan

jasmani 10 menit, akan terjadi peningkatan glukosa 15 kali dari kebutuhan

biasa, setelah 60 menit, akan maningkat sampai 35 kali (Suhartono, 2004).


Menurut (Yunir E, 2010), sebelum melakukan latihan jasmani

terlebih dahulu ada hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :


1. Pemanasan
Kegiatan ini dilakukan sebelum memulai aktivitas sebenarnya,

dengan tujuan mempersiapkan berbagai system imun seperti

meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan denyut nadi sehingga mencapai

intensitas latihan. Pemanasan perlu juga dilakukan untuk menghindari

cedera latihan. Pemanasan dilakukan cukup selama 5-10 menit.


2. Latihan utama atau inti
Latihan utama merupakan proses terpenting dari program latihan

yang sedang dikerjakan. Pada tahap ini aktivitas yang bersifat aerobik
7

dilakukan untuk meningkatkan daya tahan dan kebugaran secara

keseluruhan. Agar latihan efektif, durasi umumnya sekitar 30 menit.

Aktivitas pada tahap ini dapat berupa jalan kaki, jogging, berlari, naik

sepeda dan lain-lain. Latihan ini diharapkan denyut nadi mencapai target,

agar mendapatkan manfaat latihan.


3. Pendinginan
Setelah melakukan latihan jasmani sebaiknya melakukan

pendinginan. Tahap ini dilakukan untuk menghindari penimbunan asam

laktat yang dapat menyebabkan rasa nyeri pada otot setelah melakukan

latihan jasmani. Pendinginan dilakukan selama 5-10 menit hingga denyut

nadi mendekati denyut nadi saat istirahat.


4. Peregangan
Tahap ini dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot

yang masih tegang dan menjadikan lebih elastik. Tahapan ini lebih

bermanfaat terutama bagi mereka yang berusia lanjut.


Dalam melaksanakan olahraga harus memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:
1. Frekuensi latihan
Menurut berbagai peneliti, disamping intensitas latihan, frekuensi

latihan mempengaruhi hasil latihan secara keseluruhan. Bila dilakukan

terlalu sering, semisal setiap hari, maka otot tidak mempunyai

kesempatan untuk istirahat sedangkan bila terlalu jarang, hasilnya tidak

efektif (Dede, 2000).

2. Intensitas latihan
Bila hendak latihan atau olahraga, perlu diketahui terlebih dahulu

berapa jumlah intensitas yang hendak dicapai. Untuk kegiatan latihan

dikenal berbagai istilah detak jantung atau nadi sehingga seseorang tidak

mengalami cedera. Umumnya nadi istirahat (jumlah detak jantung


8

permenit waktu istirahat) orang dewasa sehat antara 60-75 permenit.

Sedangkan nadi sasaran (jumlah nadi yang harus dicapai bagi orang

sehat) menggunakan rumus 220-umur (Dede, 2000).


2.1.3. Macam-macam olahraga
Olahraga atau latihan jasmani dapat berupa latihan yang bersifat

aerobik maupun anaerobik. Latihan anaerobik merupakan aktivitas dengan

intensitas tinggi yang membutuhkan energi secara cepat dalam waktu yang

sangat singkat. Aktivitas ini biasanya juga akan membutuhkan interval

istirahat agar adenosine triphospate (ATP) dapat diregenerasi sehingga dapat

dilanjutkan kembali. Contoh dari kegiatan/jenis olahraga yang memiliki

aktivitas anaerobik dominan adalah lari cepat, push up, loncat jauh (ES,

2011).
Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menghasilkan

ATP dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan metabolisme

energi secara aerobik. Sehingga untuk gerakan-gerakan dalam olahraga

yang membutuhkan tenaga yang besar dalam waktu yang singkat, proses

metabolisme energi secara anaerobik dapat menyediakan ATP dengan cepat

namun hanya dengan waktu yang terbatas, yaitu hanya sekitar kurang lebih

90 detik. Walaupun prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun

metabolisme energi secara anaerobik ini hanya menghasilkan molekul ATP

yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara

aerobik (ES, 2011).


Latihan aerobik adalah latihan yang memerlukan oksigen untuk

pembentukan energinya yang dilakukan secara terus menerus, ritmis,

dengan melibatkan otot-otot besar terutama otot tungkai pada intensitas

latihan 60-90% dari maximal heart rate (MHR) dan 50-85% dari
9

penggunaan maksimal oksigen selama 20-50 menit dengan frekuensi latihan

3 kali perminggu (Kusumaningtyas, 2011).


Olahraga aerobik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang melibatkan

oto-otot besardan dilakukan dalam intensitas yang cukup rendah serta dalam

waktu yang cukup lama (L, 2006). Contoh latihan aerobik adalah jogging,

jalan, bersepedah, renang, dan senam. Efek efek latihan aerobik adalah

kebugaran kardiorespirasi, karena latihan tersebut mampu meningkatkan

pengambilan oksigen, meningkatkan kapasitas darah untuk mengangkut

oksigen dan denyut nadi menjadi lebih rendah saat istirahat maupun

beraktivitas. Manfaat lain, aerobik bisa meningkatkan jumlah kapiler,

menurunkan jumlah lemak dalam darah dan meningkatkan enzim pembakar

lemak (Kurniawati, 2010).


Latihan fisik jangka pendek adalah latihan fisik dengan intensitas

sedang, frekuensi satu kali seminggu, durasi 20 menit dengan intensitas

70% MHR, pengukuran glukosa darah dilakukan segera setelah melakukan

latihan fisik. Latihan fisik jangka panjang adalah latihan fisik yang

dilakukan dengan intensitas sedang, frekuensi 3 kali seminggu durasi 20

menit dengan intensitas 70% MHR. Pengukuran glukosa darah dilakukan

diakhir latihan fisik (Fathoni, 2007).


Dalam terapi untuk mengontrol serta menurunkan kadar gula darah

yang diharapkan setiap minggunya melakukan latihan jasmani secara rutin.

Berdasarkan litelatur yang ada, latihan jasmani diusahakan sesuai dengan

latihan jasmani aerobik seperti senam, jalan kaki, jogging, atau renang

diusahakan mencapai zona sasarannya yakni frekuensi denyut nadinya

maksimal ¾ kali 220-umur (dalam tahun). Latihan jasmani dibagi menjadi

3-4 kali tiap minggu selama 20-45 menit. Dengan latihan jasmani yang
10

terprogram dapat menurunkan kadar gula darah, memperbaiki kepekaan dan

menambahkan jumlah reseptor insulin dan dapat menurunkan angka

resistensi dari insulin. Dengan hasil akhir dapat mencegah atau

memperlambat perkembangan DM tipe 2 dan mencegah timbulnya penyakit

kardiovaskuler (ES, 2011). Senam diabetes merupakan senam low impact

dan ritmis yang telah dilaksanakan sejak tahun 1997 di klub-klub diabetes di

indonesia (ES, 2011). Senam direkomendasikan dilakukan dengan

intensitas sedang (60-70%MHR), durasi 30 menit dengan frekuensi 3-5 kali

per-minggu (ADA, 2006). Senam diabetes ditunjukkan kusus kepada

penderita DM dimana gerakan menyenangkan dan tidak membosankan serta

dapat diikuti oleh semua kelompok umur (O., 2010).


Senam diabetes dibuat oleh tim ahli yang terdiri atas tiga dokter

( spesialis rehabilitasi medis, spesialis penyakit dalam, spesialis olahraga

kesehatan), ahli gizi, dan pelatih sanggar senam. Senam diabetes merupakan

senam aerobik low impact dan ritmis dengan gerakan menyenangkan, tidak

membosankan dan dapat diikuti oleh semuan kelompok umur sehingga

menarik antusiasme kelopmpok dalam klub-klub diabetes (H, 2008). Senam

diabetes merupakan diabetes merupakan gerakan senam yang penekannya

pada gerakan ritmik otot, sendi, vaskuler, dan saraf dalam bentuk

peregangan dan relaksasi (Suryanto, 2008). Konsep senam diabetes mellitus

fokus latihannya yaitu pada peningkatan metabolisme tenaga melalui latihan

daya tahan, peningkatkan peredaran darah perifer, peningkatan kelenturan

dan merangsang saraf perifer.


2.1.4. Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah berolahraga
1. Setelah olahraga jangan langsung makan kenyang, makanlah makanan

yang lunak atau cair.


11

2. Setelah berolahraga minumlah secukupnya.


3. Bila berkeringan jangan langsung mandi
4. Gantilah pakaian bila terlalu basah (J.K, 1999).
2.1.5. Hal-hal yang tidak dianjurkan untuk olahraga
1. Bila sedang demam.
2. Untuk olahraga jalan bila bila terdapat varises pada kaki dan paha, nyeri

pada sendi terutama pada lutut.


3. Pada orang yang mempunyai penyakit:
a. Tekanan darah tinggi tidak terkontrol atau tekanan darah naik

kemudian turun.
b. Kencing manis tidak terkontrol.
c. Kelainan katup jantung (J.K, 1999).

2.2. Pengendalian Kadar Gula Darah


2.2.1. Pengertian
Pengendalian kadar gula darah adalah menjaga kadar gula darah

dalam kisaran normal seperti bukan pasien diabetes mellitus, sehingga dapat

terhindar dari hiperglikemia atau hipoglikemia. Penurunan kadar gula darah

(hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan yang tidak adekuat atau darah

terlalu banyak mengandung insulin (Soegondo, 1996).


Menurut WHO peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) terjadi

jika insulin yang beredar tidak mencukupi atau tidak dapat berfungsi dengan

baik. Pada kadar gula darah sewaktu dikatakan terkendali untuk 70-

200mg/dl dan kadar gula darah tidak terkendali >200mg/dl. Pada kadar gula

darah puasa dikatakan terkendali/normal untuk 72-126mg/dl dan kadar gula

darah tidak terkendali >126mg/dl.


Menurut (Soegondo, 1996) ada 7 tujuan pengendalian diabetes

mellitus yaitu : menghilangkan gejala, menciptakan dan mempertahankan

rasa sehat, memperbaiki kualitas hidup, mencegah komplikasi akut dan

kronik, mengurangi laju perkembangan komplikasi yang telah ada,

mengurangi kematian dan mengobati penyakit penyerta bila ada.


12

Untuk mengetahui kadar gula darah terkontrol, tentunya tidak dapat

bergantung pada hilangnya gejala diabetes mellitus saja, tetapi harus dengan

pemeriksaan kadar gula darah. Pemantauan kadar gula darah dapat

dilakukan dilaboratorium, diklinik saat konsultasi atau dapat dilakukan

sendiri oleh pasien dirumah. Cara mana yang akan dipilih ingin dicapai

bergantung pada tipe diabetes, jenis pengobatan, derajat pengendalian yang

ingin dicapai, usia pasien, kecerdasan dan emosi.


Menurut (Margatan, 1996) ada 3 pengendalian:
1. Perencanaan makanan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang

seimbang dalam karbohidrat, protein dan lemak sesuai dengan kecukupan

gizi baik yaitu karbohidrat 60-70%, protein 10-15% dan lemak 20-25%.

Tujuan pelaksanaan diet pada diabetes mellitus adalah mencapai dan

mempertahankan kadar gula darah mendekati normal, mencapai dan

mempertahankan lipid mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan

kronik serta meningkatkan kualitas hidup (Suyono, 1996).


2. Olahraga
Olahraga yang teratur dapat mempermudah penurunan berat

badan dan mengurangi kadar lemak dalam darah. Olahraga sangat efektif

dalam pengurangan kebutuhan badan akan insulin bagi diabetes

(Margatan, 1996). Manfaat olahraga bagi diabetisi yaitu penurunan kadar

gula darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mangatasi

kemungkinan terjadinya komplikasi, keadaan-keadaan ini dapat

mengurangi resiko penyakit jantung koroner dan meningkatkan kualitas

hidup diabetes dan meningkatkan kerja serta memberikan keuntungan

secara psikologis (Ilyas, 1999). Prinsip olahraga pada diabetes sama saja
13

dengan prinsip olagraga secara umumnya yaitu frekuensi, durasi, dan

jenis (Ilyas, 1999).

3. Obat antidiabetika oral


Ada 3 obat antidiabetis (OAD)yang ada di Indonesia (Tjokroprawiro,

2002) yaitu:
a. Tipe 1 (Short Acting)
Jenis ini memiliki paruh waktu sekitar 4 jam, daya kerjanya cepat,

diberika 1-3 kali sehari (pagi-siang-sore) yang termasuk kelompok ini

adalah : rastinon, orinase, nadisan, dymelor, tolynase, glymidine.


b. Tipe 2 (Intermediate Acting)
Memiliki paruh waktu antara 5-8 jam, diberikan 1-2 kali sehari (pagi

dan siang jangan pagi dan sore) apabila diberikan cukup sekali sehari,

berikanlah pada pagihari saja. Termasuk holongan ini adalah

glibenclamide (euglukon, daonil), golongan gliclazide (diamicron),

golongan gliquidone (glurenorm) dan golongan glipizide (minidiab).


c. Tipe 3 (Long Acting)
Mempeunyai paruh waktu antara 24-36 jam, diberikan sekali saja

setiap pagi jangan diberikan dalam dosis terbagi.


2.2.2. Pengertian Kadar Gula Darah
Kadar gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang

berasal dari karbohidrat dalam makanan dan dapat disimpan dalam bentuk

glikogen di dalam hati dan otot rangka (Kee, 2007). Energy sebagian besar

berfungsi untuk kebutuhan sel dan jaringan yang berasal dari glukosa.

Setelah pencernaan makanan yang mengandung banyak glukosa, secara

normal kadar glukosa darah akan meningkat, namun tidak melebihi

170mg/dl. Banyah hormon yang berperan dalam mempertahankan glukosa

darah. Pengukuran glukosa darah dapat dilakukan untuk memantau

mekanisme regulatorik ini. Penyimpanan berlebihan kadar glukosa darah


14

dari normal baik tinggi maupun rendah, maka terjadi gangguan homeostatis

yang dapat berhubungan dengan hormon (Sacher, 2004).

2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah

Ada beberapahal yang menyebabkan gula darah naik, yaitu kurang

berolahraga, bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi,

meningkatnya stress dan faktor emosi, pertambahan berat badan dan usia,

serta dampak perawatan dari obat, misalnya steroid (Kilvert, 2010).

1. Olahraga secara teratur dapat mengurangi resistensi insulin sehingga

insulin dapat dipergunakan lebih baik oleh sel-sel tubuh. Sebuah

penelitian menunjukkan peningkatan aktifitas fisik (sekitar 30menit/hari)

dapat mengurangi resiko diabetes. Olahraga juga dapat digunakan usaha

untuk membakar lemak dalam tubuh sehingga dapat mengurangi berat

badan bagi orang obesitas.

2. Asupan makanan terutama melalui makanan berenergi tinggi atau kaya

karbohidrat dan serat yang rendah dapat mengganggu stimulasi sel-sel

beta pankreas dalam memproduksi insulin. Asupan lemak didalam tubuh

juga perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap kepekaan

insulin.

3. Interaksi antara pituitary, adrenal gland, pancreas dan liver sering

terganggu akibat stress dan penggunaan obat-obatan. Gangguan organ-

organ tersebut mempengaruhi metabolism (hormone dari pituitary),

kortisol, glucocorticoids (hormone adrenal gland), glucagon merangsang

glukoneogenesis di liver yang akhirnya meningkatkan kadar gula dalam

darah (Mahendra, 2008). Kurang tidur bisa memicu produksi hormone


15

kortisol , menurunkan toleransi glukosa, dan mengurangi hormone tiroid.

Semua itu menyebabkan resistensi insulin dan memperburuk metabolism

(Vitahealth, 2009).

4. Semakin bertambah usia perubahan fisik dan penurunan fungsi tubuh

akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi. Berbagai

penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi pada usia lanjut sebagian

besar merupakan masalah gizi berlebih dan kegemukan/obesitas yang

memicu timbulnya penyakit degenerative termasuk diabetes mellitus

(Maryam, 2008).

2.2.4. Cara Mengukur Kadar Gula Darah

Pengukuran kadar gula darah ada dua cara pemeriksaan darah untuk

mengukur kadar gulanya. Cara ini meliputi pengujian dengan setrip dan

dengan meteran.

1. Pemeriksaan dengan setrip uji

Setelah menusuk jarum pada ujung jari anda, perlu meletakkan

setetes darah pada strip uji yang mengandung sesuatu senyawa kimia.

Pastikan jari anda tidak menyentuh strip itu dan hanya darah anda yang

berkontak dengannya. Tunggulah hingga strip uji berubah warna.

Cocokan warna strip itu dengan grafik warna standart pada botol yang

menunjukkan berbagai kadar gula darah. Metode ini disebut juga

pembacaan visual karena anda perlu membandingkan warna pada setrip

dengan warna padsa grafik warna standar.

2. Menguji dengan meteran


16

Ada beberapa jenis meteran glukosa darah yang tersedia. Alat ini

adalah mesin kecil terkomputerisasi yang mengukur kadar gula darah.

Setiap meteran ini memiliki intruksi yang terperinci tentang tatacara

mencatat kadar gula darah. Perlu meletakkan tetesan darah pada lembar

itu ke dalam meteran sesuai dengan intruksi yang tersedia pada peralatan

itu. Kadar gula darah akan tercatat dalam bentuk angka.

2.3. Diabetes Melitus


2.3.1. Pengertian
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kinerja insulin atau kedua - duanya (Association, 2005). Diabetes

mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan

meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin

atau gangguan kinerja insulin atau karena kedua-duanya. Penyakit ini

bersifat kronik bahkan seumur hidup. Sampai sekarang , belum ada obat

yang dapat mengobati penyakitnya, yang ada saat ini hanyalah usaha untuk

mengendalikan glukosa darah seperti glukosa darah pada orang normal

(Suhartono, 2004).
2.3.2. Etiologi
Faktor penyebab penyakit diabetes mellitus bersifat heterogen, akan

tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai peran utama

dalam mayoritas diabetes mellitus (Suhartono, 2004). Faktor-faktor lain

sebagai kemungkinan etiologi penyakit diabetes mellitus antara lain:


1. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai

dengan terjadinya kegagalan pada sel B melepas insulin.


2. Faktor lingkungan sekitar yang mempu mengubah fungsi sel B, antara

lain agen yang mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan


17

karbohidrat serta gula yang diproses secara berlebih, obesitas dan

kehamilan.
3. Adanya penggunaan system imunitas pada penderita / gangguan system

imunologi.
4. Adanya kelainan insulin.
5. Pola hidup yang tidak sehat.
2.3.3. Klasifikasi
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Pada diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering

ternyata pada remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang

memproduksi insulin mengalami kerusakan secara permanen. Oleh

karena itu, insulin yang diproduksi sedikit atau tidak langsung dapat

diproduksikan. Hanya sekitar 10% dari semua penderita diabetes mellitus

menderita type 1. Diabetes tipe 1 kebanyakan pada usia dibawah 30

tahun. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan seperti infeksi

virus atau faktor gizi dapat menyebabkan penghancuran sel penghasil

insulin di pankreas (Kishore, 2008).


Gejala diabetes mellitus tipe 1 di antaranya adalah (S, 2011):
a. Merasa sangat haus
b. Merasa sangat lapar
c. Kelelahan/letih
d. Pandangan kabur
e. Mati rasa atau merasa gatal pada kaki
f. Kehilangan berat badan tanpa berusaha\
g. Sering buang air kecil
Selain itu, gejala berikut ini juga dapat muncul pada penderita diabetes

mellitus tipe 1, atau muncul bila kadar gula darah sangat tinggi (S,

2011). Gejala tersebut adalah:


a. Nafas dalam dan cepat
b. Kulit dan bibir kering
c. Wajah kemerah-merahan
d. Mual, muntah
e. Sakit pada perut
2. Diabetes Mellitus Tipe 2
18

Diabetes Mellitus tipe 2 (Diabetes Non Dependent) ini tidak ada

kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus menghasilkan insulin,

bahkan kadang – kadang insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan

tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada

insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini

sering terjadi pada dewasa yang berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi

lebih umum dengan peningkatan usia. Obesitas menjadi faktor resiko

utama pada diabetes tipe 2. Sebanyak 80% sampai 90% dari penderita

diabetes tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas dapat menyebabkan

sensitivitas insulin menurun, maka dari itu orang obesitas memerlukan

insulin yang berjumlah sangat besar untuk mengawali kadar gula darah

normal (S, 2011).


Gejala diabetes mellitus tipe 2 adalah sebagai berikut (S, 2011):
a. Infeksi pada ginjal, kandung kemih atau kulit yang sering terjadi dan

memerlukan waktu lama untuk sembuh.


b. Lelah , letih.
c. Rasa lapar.
d. Merasa sangat haus.
e. Frekuensi buang air kecil lebih sering.
f. Pandangan kabur.
g. Merasa sakit atau mati rasa pada kaki atau tangan.
3. Diabetes Mellitus Tipe Lain.
Diabetes Mellitus tipe lain ini juga disebut dengan diabetes

sekunder (secondary diabetes). Penyebab dari diabetes mellitus tipe lain

ini diantaranya kelainan pada fungsi sel beta dan kerja insulin akibat

gangguan genetik, penyakit pada kelenjar eksokrin pankreas, obat atau

zat kimia, infeksi, kelainan imunologi, dan sindrom genetik lain yang

berhubungan dengan diabetes mellitus (Irawan, 2009).


4. Diabetes Mellitus Gestasional.
19

Diabetes mellitus gestasional terjadi apabila seorang wanita

pertama kali terdiagnosis mengalami intoleransi glukosa pada masa

kehamilan. Artinya, jika terdapat kemungkinan bahwa diabetes mellitus

terjadi sebelum masa kehamilan, maka tidak digolongkan sebagai

diabetes mellitus gestasional (Gill, 2001).


Gejala diabetes mellitus gestasioanal adalah sebagai berikut (Storck,

2011):
a. Pandangan kabur.
b. Lelah, letih.
c. Sering terjadi infeksi, di antaranya pada kandung kemih, vagina, dan

kulit.
d. Merasa sangat haus.
e. Sering buang air kecil.
f. Mual dan muntah.
g. Penurunan berat badan, meskipun nafsu makan maningkat.
Cara diagnosis diabetes mellitus dapat dilihat dari peningkatkan

kadar gula darahnya. Terdapat beberapa kriteria diagnosis diabetes

mellitus berdasarkan nilai kadar gula darah.


Menurut (Dictionary, 2009), olahraga adalah aktivitas fisik yang

bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, atau memelihara kesegaran

jasmani atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan atau

mengembalikan fungsi organ dan fungsi fisiologis tubuh. Olahraga

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus

sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik

merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kelebihan lemak

sekaligus untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani yang baik serta

dapat meningkatkan kemampuan fungsional (Kusumaningtyas, 2011).


Menurut sumber (Depkes, 2008), latihan fisik pada penderita DM

dapat menyebabkan peningkatan pemakaian glukosa darah oleh otot yang

aktif sehingga latihan fisik yang langsung dapat menyebabkan penurunan


20

kadar lemak tubuh, mengontrol kadar glukosa darah, memperbaiki

sensitivitas insulin, menurunkan stress.


2.3.4 Komplikasi
Pada penderita diabetes mellitus, jika gula darah tidak terkontrol

dengan baik beberapa tahun kemudian akan timbul komplikasi. Komplikasi

akibat diabetes mellitus yang timbul dapat berupa komplikasi akut dan

kronis (Kronenberg, 2008).


1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut adalah komplikasi yang muncul secara mendadak.

Keadaan bisa fatal jika tidak segera ditangani yang Termasuk dalam

kelompok ini adalah:


a. Hipoglikemia (glukosa darah turun terlalu rendah)
Menurut Fishbein dan Palumbo, hipoglikemia adalah suatu

keadaan di mana konsentrasi atau kadar gula di dalam darah terlalu

rendah (<60mg/dl), yang dapat terjadi pada pasien yang menerima

suntikan insulin dan obat anti diabetes mellitus. Hipoglikemia ini

terjadi jika pemberian dosis insulin atau obat anti diabetes mellitus

tidak tepat, latihan fisik atau olahraga berlebihan, menunda jadwal

makan setelah minum obat, serta kebiasaan konsumsi alkohol

(Kronenberg, 2008).
Pada saat mendapat suntikan penderita harus makan dengan

kalori yang sesuai untuk mengimbangi efek insulin. Jadwal makan

juga harus teratur, tiga kali makan utama dan selingan dua kali di

antara makan utama, makan snack pada malam hari sangat penting

karena makanan hanya dapat tahan hingga jam tiga pagi (Nabyl,

2009).
Olahraga membakar glukosa dalam tubuh, tetapi perlu

diperhatikan kesesuaian antara olahraga dengan dosis obat dan pola


21

diet penderita. Latihan fisik dan olahraga berlebihan dapat

menyebabkan hipoglikemia pada malam hari atau keesokan harinya

disebut dengan delayed onset low blood sugar. Pengaruh alkohol

bekerja dengan menghambat kemampuan hati untuk melepaskan

glukosa, alkohol juga menghambat kerja hormon yang menaikkan

glukosa darah serta meningkatkan efek insulin, dan dapat

menyebabkan hipoglikemia berat (H, 2008).


Tanda dari gejala hipoglikemia dapat bervariasi tergantung

penurunan kadar glukosa darah. Keluhan pada dasarnya dapat berupa

keluhan pada otak, ini dikarenakan otak tidak mendapat kalori yang

cukup sehingga mempengaruhi fungsi intelektual, antara lain sakit

kepala, kurang konsentrasi, mata kabur, lelah, kejang hingga koma.

Keluhan lain seperti lapar, nadi cepat, kejang atau koma. Keluhan

akibat efek samping hormon lain yang berusaha menaikkan kadar

glukosa darah, misalnya pucat, berkeringat, nadi cepat, berdebar,

cemas serta rasa lapar (H, 2008).


b. Hiperosmolar Non-ketotik
Pada keadaan tertentu gula darah dapat sedemikian tingginya

sehingga darah menjadi kental. Dalam keadaan seperti ini dinamakan

Hiperosmolar Non-Ketotik (HNOK), atau Diabetic Hiperosmolar

Syndrome (DHS). Kadar glukosa darah dapat mencapai nilai

600mg/dl. Glukosa dapat menarik air keluar sel dan selanjutnya keluar

bersama urin, dan tubuh mengalami dehidrasi. Penderita diabetes

mellitus dalam keadaan ini menunjukkan gejala nafas cepat dan

dalam, banyak kencing, sangat haus, lemah, kaki dan tulang kram,

bingung, nadi cepat, kejang dan koma (H, 2008).


22

c. Ketoasidosis (terlalu banyak asam dalam darah)


Pada diabetes mellitus yang tidak terkendali dengan kadar gula

darah yang tinggi dan kadar hormon yang rendah, tubuh tidak dapat

menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Sebagai gantinya tubuh

akan memecah lemak untuk sumber energi pemecahan lemak tersebut

kemudian menghasilkan badan-badan keton di dalam darah (ketosis).

Ketosis ini menyebabkan derajat keasaman (PH) dalam darah

menurun (asidosis).
Pada pasien dengan ketoasidosis diabetik umumnya memilki

riwayat asupan kalori (makanan) yang berlebihan atau penghentian

obat diabetes atau insulin. Gejala yang timbul dapat berupa kadar gula

darah tinggi (>240 mg/dl). Terdapat keton dalam urin, buang air kecil

banyak hingga dehidrasi, napas berbau aseton, lemas hingga koma

(Nabyl, 2009).
2. Komplikasi Kronik
Komplikasi kronik ini terjadi karena glukosa darah berada di atas normal

berlangsung secara selama bertahun-tahun. Komplikasi timbul secara

perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi berangsur semakin berat dan

membahayakan. Komplikasi kronik dapat berupa komplikasi

makrovaskular diantaranya:
a. Kerusakan Saraf (Neuropati Diabetik)
Baik pada penderita diabetes mellitus tipe I maupun pada

penderita diabetes mellitus tipe II bisa terkena neuropati. Hal ini bisa

terjadi setelah terkena diabetes mellitus dalam waktu yang lama,

dengan glukosa darah tinggi yang tidak terkontrol. Dalam jangka

lama, glukosa darah yang tinggi akan merusak dinding pembuluh

darah kapiler yang memberi makanan ke saraf menyebabkan


23

terjadinya kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik. Saraf tidak

dapat mengirim dan menghantarkan pesan-pesan rangsangan impuls

saraf. Keluhan yang terjadi bervariasi, mungkin nyeri pada tangan dan

kaki, gangguan pencernaan dan lain sebagainya (H, 2008).


Neuropati deabetik yang paling sering adalah neuropati perifer.

Kerusakan ini mengenai saraf perifer yang biasanya terjadi di anggota

gerak bawah yaitu kaki dan tungkai bawah (H, 2008).


Saraf yang telah rusak membuat penderita diabetes mellitus

tidak dapat merasakan sensasi sakit, panas, dingin, pada tangan dan

kaki. Gejala dapat berlanjut dengan rasa tebal di kaki, tidak ada rasa

nyeri pada kaki, penderita tidak dapat mengetahui adanya infeksi.

Apabila terjadi goresan luka akan menyebabkan munculnya ulkus

(borok) di kaki yang disebut dengan neuropatic ulcer. Bila tidak

diobati akan menyebabkan infeksi dan kerusakan tulang yang

memerlukan tindakan amputasi. Gangguan yang muncul setelahnya

adalah gangguan pada pembuluh darah, sehingga aliran darah tidak

mencukupi ke kaki dan tangan menyebabkan luka dan infeksi sukar

sembuh (Nabyl, 2009).


Neuropati yang lain yang dapat terjadi adalah neuropati

otonom, saraf yang rusak adalah saraf otonom yaitu saraf yang

mengatur bagian tubuh yang tidak disadari misalnya denyut jantung,

saluran cerna kandung kemih, alat kelamin dan kelenjar keringat.

Saraf ini berhubungan dengan sum-sum tulang belakang dan otak.

Neuropati otonom kardiovaskuler ditandai dengan denyut jantung

yang cepat terutama pada saat tidur. Denyut nadi bisa juga berubah
24

pada saat bernapas. Pada saat nafas denyut nadi jadi lebih lambat, saat

mengeluarkan nafas denyut nadi menjadi lebih lambat (H, 2008).


Neuropati gastrointestinal terjadi pada saraf otonom lambung

dan usus. Penyerapan makanan menjadi lambat yang menyebabkan

kembung, rasa penuh walau baru makan sedikit, mual dan bahkan

muntah. Masalah lambung pada penderita diabetes mellitus

disebabkan oleh kerusakan saraf sehingga fungsi lambung untuk

menghancurkan makanan menjadi lemah dan lambung

menggelembung dan menyebabkan proses pengosongan lambung

(Tjokroprawiro, 2007).
Neuropati otonom genitourinarius menyerang organ genital

dan saluran kemih. Termasuk gangguan ereksi, sukar mencapai

organisme serta gangguan kemih. Pada penderita diabetes mellitus

gangguan ereksi disebabkan oleh rusaknya urat saraf pada alat

kelamin. Kesukaran pengosongan kandung kemih disebut dengan

diabetic neurogenic bladder di mana bila kantung penuh tidak terasa,

bila ingin berkemih juga tidak terasa. Neuropati otonom adalah jenis

komplikasi yang lain yang ditandai dengan keringat yang abnormal.

Pada lengan dan tungkai hanya ada sedikit keringat dan tubuh bagian

tengah dan wajah berkeringat banyak. Neuropati otonom pada pupil

mata, mengatur masuknya sinar ke dalam bola mata. Di tempat yang

gelap pupil tetap kecil dan tidak membuka lebar walaupun berada di

dalam ruangan gelap (H, 2008).


Sebagian besar komplikasi kaki diabetik mengakibatkan

amputasi yang dimulai dengan pembentukan ulkus di kulit. Risiko

amputasi ekstrimitas bawah 15-46 kali lebih tinggi pada penderita


25

diabetik dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes

mellitus. Komplikasi kaki diabetik adalah alasan yang paling sering

terjadinya rawat inap pasien dengan prevalensi 25% dari seluruh

rujukan diabetes mellitus di Amerika Serikat dan Inggris (Yumizone,

2008).
b. Mata (Retinopati)
Penyakit diabetes mellitus dapat merusak mata dan menjadi

penyebab kebutaan. Ada tiga macam disebabkan oleh diabetes

mellitus yaitu retinopati, katarak, glukoma. Retinopati diabetik

merupakan salah satu komplikasi yang serius. Diawali kerusakan

pembuluh darah kapiler pada jaringan yang berfungsi sebagai sensor

cahaya (retina). Gangguan pembuluh darah kapiler pada retina mata

berupa melemahnya dinding pembuluh kapiler. Selanjutnya dinding

pembuluh menggembung membentuk suatu struktur yang disebabkan

mikroaneurisme, pembentukan mikroaneurisme akan diiringi dengan

penyumbatan pembuluh kapiler (Nabyl, 2009).


Pada retinopati yang non-proliferatif (background retinopati)

terjadi pembengkakan dan kelemahan retina. Retinopati proliferatif

yang terjadi perdarahan retina serta terbentuk pembuluh darah

merusak retina dan membuat mata kabur. Katarak adalah kelainan

mata kedua pada penderita diabetes melitus yang bisa mengakibatkan

kebutaan. Lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi

keruh sehingga menghambat masuknya sinar. Katarak tergantung pada

usia, dan lamanya diabetes mellitus. Glaukoma adalah terjadinya

peningkatan tekanan dalam bola mata sehingga merusak saraf mata

(H, 2008).
26

c. Jantung
Penyakit diabetes mellitus dapat menyebabkan berbagai

penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) antara lain

angina (nyeri dada), serangan jantung, tekanan darah tinggi, penyakit

jantung. Diabetes mellitus merusak dinding pembuluh darah yang

menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan

menyempitkan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai darah

berkurang dan tekanan darah meningkat.


Keluhan sakit jantung sangat bervariasi, biasanya tidak ada

keluhan, tetapi selanjutnya akan timbul gejala akibat penyumbatan

antara lain sesak nafas, nyeri dada, rasa lelah, sakit kepala, detak

jantung cepat dan tidak teratur, berkeringat banyak. Akan tetapi,

kadang pada penderita diabetes mellitus disertai tanpa rasa nyeri. Hal

ini disebabkan karena saraf yang mengantar rasa nyeri telah rusak (H,

2008).
d. Kerusakan Ginjal (Nefropati Diabetik)
Nefropati diabetik adalah komplikasi pada ginjal yang dapat

berakibat dengan gagal ginjal. Komplikasi ini ditemukan pada 35-45%

penderita diabetes mellitus tipe I. Kerusakan saringan ginjal timbul

akibat glukosa darah yang tinggi (umumnya di atas 200mg/dl) dan

dipengaruhi oleh tekanan darah yang tinggi (Rindiastuti, 2008).


Semakin lama terkena diabetes mellitus, pasien akan lebih

mudah mengalami kerusakan ginjal. Pada awalnya terjadi peningkatan

Glomerular Filtration Rate hingga 150ml/menit pada penderita

diabetes mellitus. Apabila keadaan ini berlanjut bertahun-tahun akan

ada sedikit protein yang keluar ke dalam urine. Keadaan ini disebut

sebagai mikroalbuminuria yaitu keluarnya protein albumin dalam


27

jumlah 30-300 mg dalam 24 jam. Selanjutnya akan menimbulkan

makroalbuminuria atau keluarnya protein dalam jumlah banyak dalam

urin (proteinuria) yang akan menjurus ke nefropati stadium lanjut atau

End-Stage Renal Disease (H, 2008).


2.4 Hubungan Antara Olahraga Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah

Pada Pasien Diabetes Mellitus


Olahraga sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah,

menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin,

sehingga akan memperbaikikadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah

terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik Diabetes Melitus

(Niemann, 1995).
Olahraga merupakan upaya awal dalam mencegah, mengontrol, dan

mengatasi diabetes. Olahraga secara langsung dapat menyebabkan terjadinya

peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, dan lebih banyak jala-

jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan

reseptor insulin menjadi lebih aktif yang akan berpengaruh terhadap

penurunan glukosa darah pada pasien diabetes (Ilyas, 1999).


Kadar gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang berasal

dari karbohidrat dalam makanan dan dapat disimpan dalam bentuk glikogen

di dalam hati dan otot rangka . Olahraga menyebabkan sel-sel otot dan organ

hati menjadi lebih sensitif terhadap insulin, sebagai hasilnya dapat

menyimpan dan menggunakan glukosa dengan lebih efektif, sehingga dapat

menurunkan kadar glukosa, keadaan ini dapat berlanjut beberapa jam setelah

melakukan olahraga. Olahraga yang dianjurkan untuk para pasien Diabetes

Melitus adalah jalan, jogging, berenang, aerobic, dan bersepedah. Olahraga


28

selama 30-40 menit dapat meningkatkan pemasukan glukosa kedalam sel

sebesar 7-20 kali lipat dibandingkan tanpa olahraga.


Tahapan dalam olahraga yang sangat diperlukan, tahapan dalam

olahraga perlu dilakukan agar otot tidak memperoleh beban secara mendadak.

Tahapan ini mulai dari pemanasan, inti, pendinginan, serta peregangan.

Lamanya manfaat olahraga akan hilang bila berhenti 3 hari, hal ini

menekankan pentingnya olahraga secara teratur dan berkesinambungan, agar

benar-benar bermanfaat olahraga yang dilakukan 3-4 kali dalam seminggu,

berkesinambungan dan dalam jangka waktu yang panjang (Ilyas, 1999).


29

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. KERANGKA KONSEPTUAL

Pengendalian Kadar Gula


DM Kadar Gula Darah Stabil
Darah

Faktor Yang Glukosa masuk


Mempengaruhi Kadar Gula Meningkatkan
Darah meliputi : ke sel
Kualitas Hidup
Insulin berikatan
1. Banyak mengkonsumsi dengan reseptor
makanan bergula.
2. Kurang aktivitas fisik
atau olahraga. Meningkatkan
3. Kurang tidur. Jumlah Reseptor
4. Stress. Insulin
Olahraga

Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
: ada hubungan

Gambar 3.1 Kerangka konsep


Berdasarkan gambar 3.1 diabetes mellitus merupakan penyakit

gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah

sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan kerja insulin

atau bisa terjadi kedua-duanya (Suhartono, 2004).


Pada diabetes mellitus juga terdapat faktor yang mempengaruhi kadar

gula darah yaitu meliputi banyaknya mengkonsumsi makanan bergula, kurang

aktivitas fisik atau olahraga, kurang tidur, stress. Di dalam faktor tersebut

yang paling terlihat menonjol yaitu aktivitas fisik atau olahraga, didalam

olahraga tersebut meningkatkan jumlah reseptor insulin. Sehingga insulin bisa


30

berikatan dengan reseptor yang akan mempengaruhi kadar glukosa untuk

bisa masuk ke dalam sel. Sehingga kadar gula darah terkendal yang membuat

kadar gula darah menjadi stabil dan berpengaruh terhadap peningkatan

kualitas hidup.
3.2. HIPOTESIS PENELITIAN
H1: Ada hubungan antara olahraga dengan pengendalian kadar gula darah

pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Sukorame Kota Kediri

tahun 2017.
H0: Tidak ada hubungan antara olahraga dengan pengendalian kadar gula

darah pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Sukorame Kota

Kediri tahun 2017.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini rancangan dibuat berdasarkan 7 macam pendekatan:

1. Berdasarkan lingkup penelitian termasuk lingkup penelitian inferensial.

2. Berdasarkan tempat penelitian termasuk penelitian lapangan.

3. Berdasarkan waktu pengumpulan data termasuk penelitian cross

sectional.

4. Berdasarkan cara pengumpulan data termasuk penelitian kuesioner.

5. Berdasarkan ada tidaknya perlakuan termasuk penelitian expost facto.

6. Berdasarkan tujuan penelitian termasuk penelitian analitik korelasional


31

7. Berdasarkan sumber data penelitian ini menggunakan data primer &

sekunder.

4.2 Populasi, sampel, besar sampel dan teknik pengambilan sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes

mellitus tipe II yang mendapatkan terapi insulin, oral di Puskesmas

Sukorame Kota Kediri Tahun 2017 sebanyak 60 responden.

4.2.2 Sampel

Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah sebagian penderita

diabetes mellitus tipe II yang mendapatkan terapi insulin, oral di Puskesmas

Sukorame Kota Kediri Tahun 2017.

4.2.3 Besar Sampel

Penentuan besar sampel < 1000 menggunakan rumus:

N
n=
1+N(d)2

Keterangan :

n = besar sampel yang dikehendaki

N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan

(Nursalam, 2007).

60
n=
32

1+60 (0,05)2
60
n= = 52,17 = 52
1,15

4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

random sampling, yaitu mengumpulkan data tentang besaran sekelompok

orang agar meminimalkan dampak terhadap survei tentang grup yang

sedang disurvei dalam hal ini sering tidak perlu dilakukan survei terhadap

seluruh populasi. Dengan cara semua responden diberi undian.

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.3.1 Variabel penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini ialah olahraga (x).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini ialah pengendalian kadar gula darah

(y).

4.3.2 Definisi Operasional

TabeL 4.1 Definisi Operasional Hubungan Antara Olahraga Dengan


Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus
Di Puskesmas Sukorame Kota Kediri Tahun 2017.
Variabel Definisi Parameter Alat Skala Kategori
Operasional ukur

Olahraga Olahraga adalah - Aktivitas Kuesioner Ordinal - Tidak pernah


(X) aktivitas fisik yang olahraga 1 minggu tidak
bertujuan untuk - Frekuensi olahraga
meningkatkan olahraga - Jarang
kesehatan, atau 1 minggu 2x
memelihara olahraga
kesegaran jasmani - Selalu
atau sebagai terapi 1 minggu 3x
33

untuk memperbaiki olahraga


kelainan atau
mengembalikan
fungsi organ dan
fungsi fisiologis
tubuh.
Pengendal Pengendalian kadar Kadar Gula Darah Cek Lab Interval - Terkendali
ian Kadar gula darah adalah acak selama 2 Kadar gula
gula menjaga kadar gula bulan berturut- sewaktu
darah darah dalam turut. 70-200 mg/dl
(Y) kisaran normal Kadar gula puasa
seperti bukan 72-126 mg/dl
pasien diabetes - Tidak terkendali
mellitus, sehingga kadar gula
dapat terhindar dari sewaktu
hiperglikemia atau >200 mg/dl
hipoglikemia Kadar gula puasa
>126 mg/dl

4.4 Bahan Penelitian

Bahan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner, hasil lab kadar

gula darah, dan bolpoint.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau

alat untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Variabel (X) olahraga

menggunakan alat ukur kuesioner dengan skala ordinal. Variabel (Y)

pengendalian kadar gula darah menggunakan alat ukur cek lab dengan skala

Interval.

4.5.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan sebelum alat ukur digunakan untuk

penelitian, pengujian validitas yang digunakan pada instrumen penelitian

ini adalah content validity yaitu pengukuran memasukkan sekumpulan item

yang memadai dan mewakili yang mengungkap konsep.


34

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di Puskesmas Sukorame di Kota

Kediri pada bulan Mei 2017.

4.7 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Teknik Pengambilan data Dalam melakukan penelitian, prosedur yang

ditetapkan adalah sebagai berikut:

1. Mengurus perizinan surat pengantar survey awal pengumpulan data kepada

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri Kediri.

2. Memberikan surat survey awal ke Badan Penanaman Modal (BPM).

3. Memberikan surat balasan dari Badan Penanaman Modal (BPM) ke Dinas

Kesehatan Kota Kediri.

4. Meminta data penderita Diabetes Mellitus sekota Kediri di Dinas

Kesehatan Kota Kediri.

5. Memberikan surat keterangan persetujuan dari Dinas Kesehatan ke

Puskesmas Sukorame Kota Kediri.

6. Meminta data penderita Diabetes Mellitus yang mengikuti olahraga dan

rutin control kadar gula darah di Puskesmas Sukorame Kota Kediri.

7. Membuat informent consent, meminta ijin kepada responden dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

8. Peneliti membagi kuesioner kepada responden untuk diisi.

9. Setelah selesai dan data terkumpul, selanjutnya dilakukan editing, coding,

scoring dan tabulating.

Teknik Pengolahan data Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan

pengolahan data dengan cara sebagai berikut:


35

1. Editing
Editing yaitu mengkaji atau meneliti kembali data yang telah

terkumpul, apakah sudah lengkap dan sudah dipersiapkan untuk proses

berikutnya, meliputi langkah sebagai berikut:


a. Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi.
b. Mengecek kelengkapan data, apabila ternyata ada kekurangan isi atau

halaman, maka perlu dikembalikan atau diulang.


c. Mengecek macam isi data, jika didalam instrument termuat sebuah atau

beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isian lain bukan yang

dikehendaki peneliti, padahal isian yang diharapkan tersebut merupakan

varian pokok, maka item ini perlu di drop (Arikunto, 2006).

2. Coding
Coding yaitu memberi kode dengan menuliskan angka dalam data

yang akan diproses. Menuliskan kode pada setiap data mulai dari nomor

urut 1 pada data yang pertama, nomor urut 2 pada data berikut nya, begitu

seterusnya sampai data terakhir. Hal ini bertujuan untuk memudahkan

dalam tabulasi dan analisis data.


1) Data umum
a. Jenis kelamin:
Laki-laki Kode 1
Perempuan Kode 2
b. Usia:
Dewasa awal 26 - 35 tahun Kode 1
Dewasa akhir 36 -45 tahun Kode 2
Lansia awal 46 -55 tahun Kode 3
Lansia akhir 56 -65 tahun Kode 4
Manula 65 – sampai atas Kode 5
c. Pekerjaan:
Petani Kode 1
Swasta Kode 2
Wiraswata Kode 3
PNS Kode 4
Ibu rumah tangga Kode 5
Tidak bekerja Kode 6
36

d. Lama terkena diabetes mellitus:

<1- 5 tahun Kode 1

>5 – 10 tahun Kode 2

> 10 tahun Kode 3

2) Data khusus

a. Pengendalian Kadar Gula Darah

Kadar gula darah terkendali Kode 1

Kadar gula darah tidak terkendali Kode 2

3. Scoring

Scoring yaitu memberi skor pada setiap responden dengan

melakukan pemberian nilai berdasarkan rangking pada setiap data

yang terkumpul. Panduan penelitian dan pemberian skoring dengan

menggunakan skala likert pada variabel olahraga.

Scoring olahraga :

a. Nilai 1 = Tidak Pernah

b. Nilai 2 = Jarang

c. Nilai 3 = Selalu

4. Tabulating

Tabulating yaitu menabulasi data dengan cara membuat table

distribusi rekuensi yaitu menuliskan seluruh data responden kedalam

sebuah table distribusi frekuensi. Hal ini bertujuan untuk

mempermudah peneliti dalam membaca data yang telah berkumpul.


37

4.8 Analisis Data

4.8.1 Analisis Univariate

Sebelum dilakukan analisis hubungan, maka dilakukan analisis

untuk masing-masing variabel yaitu olahraga dan pengendalian kadar gula

darah kemudian diklasifikasikan dalam bentuk presentasi dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

N : Nilai

SP : Skor yang didapat dari pengamatan peneliti

SM : Skor tertinggi yang diharapkan

Setelah data tersebut terkumpul dan dianalisis, data dapat di interpretasikan

sebagai berikut:

100% = Seluruhnya

76 – 99% = Hampir seluruhnya

51 – 75% = Sebagian besar

50% = Setengahnya

26 – 49% = Hampir setengahnya

1 – 25% = Sebagian kecil

0% = Tidak satupun

4.8.2 Analisis Bivariate

Untuk mengetahui Hubungan Antara Olahraga Dengan Pengendalian

Kadar Gula Darah di Puskesmas Sukorame Kota Kediri Tahun 2017


38

menggunakan analisa statistik bivariate. Tehnik dalam penelitian ini

menggunakan uji korelasi Spearman Rank adalah sumber data untuk kedua

variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari sumber yang tidak

sama, jenis data yang dikorelasikan adalah data ordinal.

Tabel 4.2 Analisis bivariate


Variabel Skala Uji analisis

Olahraga Ordinal
Uji Spearman Rhank
Pengendalian kadar gula Interval
darah

Rumus:

Keterangan:

rs = koefisiensi korelasi sperman rhank

d = Perbedaan skor antar 2 variabel

n = Jumlah kelompok

Untuk indeks korelasi dapat diketahui adanya 3 hal dengan menggunakan

nilai probabilitas dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0.05), yaitu:

1. Tingkat Signifikan dan Hubungan

Untuk mengetahui tingkat signifikan dan hubungan antara

olahraga dengan pengendalian kadar gula darah:

a. Jika p value < 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada

hubungan antara olahraga dengan pengendalian kadar gula darah di

Puskesmas Sukorame Kota Kediri Tahun 2017.


39

b. Jika p value >0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak ada

hubungan antara olahraga dengan pengendalian kadar gula darah di

Puskesmas Sukorame Kota Kediri Tahun 2017.

2. Arah korelasi
Arah korelasi ditentukan oleh tanda koefisien korelasi. Apabila

(+) maka arah hubungannya adalah positif, yaitu semakin besar nilai satu

variabel semakin besar nilai variabel lainnya. Apabila (-) maka arah

hubungannya adalah negatif, yaitu semakin besar nilai satu variabel

semakin kecil nilai variabel lainnya.


3. Kekuatan hubungan
Untuk kekuatan hubungan antara olahraga dengan pengendalian

kadar gula darah dapat diketahui dari besar kecilnya angka dalam indeks

korelasi, makin besar angka dalam indeks korelasi maka semakin kuat

korelasi kedua variabel (Arikunto, 2006).


Tabel 4.3 Nilai indeks koefisien korelasinya
Interval Koefisiensi Tingkat hubungan

Korelasi sempurna
1
Korelasi sangat kuat
>0,75 – 0,99
Korelasi kuat
>0,50 – 0,75
Korelasi cukup
>0,25 – 0,50
Korelasi sangat lemah
>0.00 – 0,25
Tidak ada korelasi antara dua
0
variabel

DAFTAR PUSTAKA
ADA. (2006). Complications of Diabetes in the United States. Retrieved 01 13,
2017, from http://www.diabetes.org/diabetes-statistic/complications.jsp
40

Ari, E. (2011). Diabetes type 2. Retrieved 01 13, 2017, from


http://nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000313.htm

Association, A. D. (2005). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus.


Diabetes Care.

Dede, K. (2000). Olahraga bagi kesehatan jantung . Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Depkes. (2008). Metode Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Resiko


Diabetes Melitus. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dictionary, M. M. (2009). Exercise Definition. Retrieved 01 13, 2017, from


http:/medical-dictonary.thefreedictionary.com

Fathoni, I. H. (2007). Perbedaan aktifitas fisik jangka pendek dan jangka


panjangterhadap glukosa darah pada penderita diabetes. Surabaya:
Universitas Airlangga.

Flyvbjerg, M. &. (2006). Prevention and Early Detection of Vascular


Complications of Diabetes. BMJ , 333 - 475.

Gill, G. J. (2001). Difficult Diabetes. London: Blackwell Science Ltd.

Hardjanti. (2011). Perbedaan pengaruh latihan interval dan jenis kelamin


terhadap kadar gula darah penderita prediabetes. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.

Ilyas, E. F. (1999). Olah raga Bagi Diabetis dalam. Jakarta: CV. Aksara Buana.

Irawan, R. (2009). Hubungan Perilaku dengan Prevalensi Diabetes Melitus pada


Masyarakat Kota Ternate. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia .

Kee, J. L. (2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta:


EGC.

Kemenkes. (2010). Diabetes melitus dapat dicegah. Retrieved 12 20, 2016, from
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=1314

Kilvert, F. &. (2010). Bersahabat Dengan Diabetes type 2. Jakarta: Penebar Plus.

Kishore. (2008). Gangguan hormonal: Diabetes mellitus. Retrieved Desember 12,


2016, from www.merck.com

Kronenberg. (2008). Body Fat and Lipid Metabolism. Philadelphia: Williams


Textbook of Endocrinology.
41

Kuntaraf. (1999). Olahraga Sumber Kesehatan. Jakarta: Perc. Advent Indonesia.

Kurniawati. (2010). Pelatihan interval meningkatkan attention. Universitas


Udayana.

Kusumaningtyas. (2011). pengaruh latihan aerobik intensitas ringan dan sedang


terhadap penurunan presenyase lemak badan. Surakarta: Universitas
Muhammadyah.

Mahendra. (2008). Care Your Salf Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Plus.

Margatan, A. (1996). Catur Laksana Pengendalian diabetes melitus . Solo: CV


Aneka.

Maryam. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba


Medika.

Nabyl. (2009). Mengenal Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Niemann, D. (1995). Fitness and sport Medicine a Health Related Approach.


California: Bull punlishing compani pato alto.

Rachmawati. (2010). Hubungan latihan jasmani terhadap kadar glukosa darah


pada diabetes melitus tipe 2. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Rindiastuti. (2008). Deteksi Dini dan pencegahan penyakit Gagal Ginjal Kronik.
Surakarta: FK UNS.

Riskesdas. (n.d.). Riset Kesehatan Dasar . Retrieved 12 20, 2016, from


http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/hasil%20Riskesdas
%202013.pdf

Sacher, R. A. (2004). Tinjauan klinis hasil pemeriksaan labpratorium. Jakarta:


EGC.

Sherwood. (2006). Fisiologis Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

Soegondo. (1996). Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI.

Storck, S. (2011). Gestational Diabetes. Retrieved 01 13, 2017, from


http://nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000896.htm

Suhartono. (2004). simposium diabetes melitus untuk dokter dan diabetisi. In


naskah lengkap PB persadia (pp. 25-31). Semarang: Universitas
Diponegoro.

Suryanto. (2008). Peran olahraga senam diabetes Indonesia bagi penderita


diabetes melitus. Retrieved 01 13, 2017, from http://staff.uny.ac.id
42

Suyono, S. (1996). Diet pada Diabetes dalam. Jakarta: FKUI.

Tandra. (2008). Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang diabetes. Jakarta:
Gramedia.

Tjokroprawiro. (2007). Hidup Sehat Bersama Diabetes Militus. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.

Tjokroprawiro, A. (2002). DM, Klasifikasi, Diagnosis, dan Terapi. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Vitahealth. (2009). Diabetes informasi lengkap untuk penderita diabetes dan


keluarganya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

WHO. (2008). Integrated Chronic Disease Prevention and Control. Retrieved 12


20, 2016, from www.who.int

Yumizone. (2008). Kaki Diabetik. Retrieved 01 13, 2017, from


http://yumizone.wordpress.com

Yunir E, S. S. (2010). Terapi Non Farmakologi pada Diabetes Mellitus. Jakarta:


FKUI.

DAFTAR SINGKATAN

ATP = Adenosina Trifosfat


43

DEPKES = Departemen Kesehatan

DHS = Diabetic Hiperosmolar Syndrome

dl = Desi Liter

DM = Diabetes Mellitus

HNOK = Hiperosmolar Non - Ketotik

Ir = Insinyur

M.Kep = Magister Keperawatan

mg = Milligram

MHR = Maximal Heart Rate

Ns = Ners

OAD = Obat Anti Diabet

PNS = Pegawai Negeri Sipil

S.Kep = Sarjana Keperawatan

WHO = World Health Organization

Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN


44

Bulan

No. Kegiatan Desember Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Survey tempat
penelitian
2 Penyusunan
Proposal
Penelitian
3 Ujian Proposal
Penelitian
4 Revisi Proposal

5 Pengambilan Data

6 Penyusunan hasil
penelitian dan
analisa data
7 Penyusunan
pembahasan
8 Ujian tugas akhir

Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


45

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S.1)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

Kepada
Yth. Bapak / Ibu / Saudara/i
di

Tempat

Dengan hormat,

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian yang berjudul “Hubungan


Antara Olahraga Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Mellitus Di Puskesmas Sukorame Kota Kediri Tahun 2017”, saya
mohon Bapak / Ibu / Saudara/i berkenan memberikan informasi yang berkaitan
dengan pelaksanaan penelitian tersebut diatas. Apabila Bapak / Ibu / Saudara/i
terlibat dalam penelitian dimohon menandatangani lembar persetujuan yang telah
disediakan (informed consent).

Kediri, April 2017

Hormat saya,

Yudha Wicaksana
NIM. 13620893

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


46

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S.1)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Setelah mendapat keterangan serta mengetahui manfaat dan tujuan

penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Olahraga Dengan Pengendalian

Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Sukorame

Kota Kediri Tahun 2017”, menyatakan (setuju / tidak setuju *) diikut sertakan

dalam penelitian dengan catatan apabila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam

bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini. Saya percaya apa yang saya

informasikan dijamin kerahasiaannya.

Kediri, April 2017

Responden

( )

*
) Coret yang tidak perlu

Lampiran 4
47

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA OLAHRAGA DENGAN PENGENDALIAN


KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI
PUSKESMAS SUKORAME KOTA KEDIRI TAHUN 2017
Kode responden :

Tanggal pengambilan data :

Nama responden (inisial) :

A. Data Umum
Petunjuk pengisian:
Isilah pertanyaan berikut secara langsung, pilihlah salah satu dari beberapa

pilihan dibawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) pada kotak

yang telah disediakan.


1. Jenis kelamin:

Laki-laki

Perempuan

2. Usia:

31- 40 tahun

41- 50 tahun

51- 60 tahun

61- 70 tahun

3. Pekerjaan :

Petani
48

Swasta

Wiraswasta

PNS

Ibu rumah tangga

Tidak bekerja

4. Lama terkena diabetes mellitus :

<1- 5 tahun

>5 – 10 tahun

> 10 tahun

B. Data Khusus
Petunjuk pengisian:
1. Responden diharapkan mengisi pertanyaan sesuai petunjuk pengisian

dan keadaan yang dirasakan sebenar-benernya.


2. Berikan tanda silang (X) untuk pilihan yang sesuai dengan pendapat

saudara/i dengan ketentuan sebagai berikut:


3. Bila saudara/i ingin memperbaiki jawaban pertama yang salah, cukup

memberikan tanda garis dua (=) pada tanda silang (X) yang salah

kemudian tuliskan kembali tanda silang (X) pada jawaban yang

dianggap benar.

A. Kuesioner aktivitas olahraga

1. Apakah anda olahraga ?

a. Ya
49

b. Tidak

2. Jika iya, dalam satu minggu anda olahraga berapa kali ?

a. 2 kali dalam 1 minggu

b. 3 kali dalam 1 minggu

B. Hasil lab kadar gula darah

a. Bulan ini = mg/dl

b. Bulan lalu = mg/dl

Lampiran 5
50

Lampiran 6
51

Lampiran 7
52

Lampiran 8
53

LEMBAR BIMBINGAN PENYUSUNAN SKRIPSI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S.1)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI

Nama : Yudha Wicaksana


NIM : 13620893
Judul Skripsi :HUBUNGAN ANTARA OLAHRAGA DENGAN
PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN
DIABETES di PUSKESMAS SUKORAME KOTA KEDIRI
TAHUN 2017
Pembimbing I:KUN IKA NUR RAHAYU.S.Kep.,Ns.,M.Kep

No. Tanggal Rekomendasi TTD

1. 01 November 2016 Konsul judul, Acc judul


Revisi bab 1
2. 22 Februari 2016 Revisi bab 1dan 2
Buat bab 3 dan 4
3. 13 Maret 2017 Revisi bab 3
Revisi bab 4
4. 20 Maret 2017 Revisi definisi operasional
Revisi definisi operasional dan
5. 11 April 2017
kuesioner.
6. 25 April 2017
ACC, Ujian Proposal
7. 28 April 2017
8. 05 Mei 2017

9. 19 Mei 2017

Lampiran 9
54

LEMBAR BIMBINGAN PENYUSUNAN SKRIPSI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S.1)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI

Nama : Yudha Wicaksana


NIM : 13620893
Judul Skripsi :HUBUNGAN ANTARA OLAHRAGA DENGAN
PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN
DIABETES di PUSKESMAS SUKORAME KOTA KEDIRI
TAHUN 2017
Pembimbing I : ARIF NURMA ETIKA.S.Kep.,Ns.,M.Kep

No. Tanggal Rekomendasi TTD

1. 02 November 2016 Konsul judul, Acc judul


Revisi bab 1 dan 2, Perhatikan
2. 23 Februari 2016 penulisan
Revisi cover, bab 1, tambahkan
dampak DM, perbaiki tujuan khusus
dan manfaat, perbaiki bab 2,buat bab
3. 03 Maret 2017
3 dan 4.

Perbaiki kata pengantar, perbaiki bab


1 dan 2, revisi bab 4, perbaiki DO,
cek penulisan hipotesis, perbaiki
4. 12 April 2017 kuesioner.

Revisi bab 1 masukkan hasil survey


Revisi bab 2 perkuat tentang
pengendalian kadar gula darah
Revisi bab 4, daftar pustaka,
5. 09 Mei 2017 kuesioner.

Perbaiki penyajian data, perbaiki bab


2 terkait pengendalian kadar gula
darah pada DM.
6. 13 Mei 2017
ACC, Ujian Proposal

7. 19 Mei 2017
55

Anda mungkin juga menyukai