( Skripsi)
Oleh :
Oleh
Joko Setyo Nugroho
kajian analisis kesalahan berbahasa? Kesalahan berbahasa sangat erat kaitannya dengan
pembelajaran bahasa. Oleh karena itu, kesalahan-kesalahan yang terjadi perlu dikaji
secara mendalam karena kesalahan tersebut merupakan bagian integral dari proses
belajar bahasa yang dilakukan oleh siswa. Penelitian mengenai kesalahan berbahasa ini
bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa yang terjadi pada karangan siswa
data pada penelitian ini adalah karangan siswa kelas X SMAN 1 Bandar Sribhawono.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi. Siswa
diberikan tugas untuk membuat karangan yang selanjutnya dianalisis berdasarkan tiga
taksonomi analisis kesalahan berbahasa, yaitu taksonomi kategori linguistik, taksonomi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam karangan siswa kelas X SMAN 1
linguistik meliputi kesalahan, (a) penulisan huruf, (b) penulisan kata, (c) penulisan
tanda baca; (2) berdasarkan taksonomi siasat permukaan meliputi kesalahan, (a)
penghilangan, (b) penambahan, (c) formasi, (d) susun; dan (3) berdasarkan taksonomi
Oleh :
Skripsi
pada
Penulis dilahirkan di Bandar Agung, Lampung Timur pada 2 Agustus 1995 sebagai
Kanak (TK) Bandar Agung pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan di
SDN 1 Bandar Agung dan lulus pada tahun 2007, lalu naik ke jenjang sekolah
menengah di SMPN 1 Bandar Sribhawono dan lulus pada tahun 2010, kemudian di
SMAN 1 Bandar Sribhawono dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013, penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
“Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk
(QS. Al-Insyirah: 7)
“Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”
Telah tumpas sebuah tugas, telah sampai pada apa yang hendak dicapai.
(Saudara)
Bagas Yuli Susilo dan Bintang Desi Triana, yang sabar menerima pengurangan jatah
uang jajan dari Bapak dan Ibu demi biaya kuliah Mamas.
x
SANWACANA
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya yang tiada tara,
sehingga penulis dapat menuntaskan skripsi dengan judul Kesalahan Berbahasa dalam
Karangan Siswa Kelas X SMAN 1 Bandar Sribhawono Tahun Ajaran 2016/2017 (Suatu
Kajian Analisis Kesalahan Berbahasa). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk mencapai gelar Strata 1 pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Tuhan menciptakan waktu agar semuanya tidak terjadi secara sekaligus, begitu juga
proses penyusunan skripsi ini. Dari beberapa waktu yang dilalui untuk sampai pada
skripsi yang selesai, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dengan rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih
1. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. sebagai dosen pembimbing I yang telah
2. Dr. Edi Suyanto, M.Pd. sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing
3. Dr. Sumarti, M.Hum. sebagai dosen pembahas yang telah memberi kritik dan saran
4. Dr. Munaris, M.Pd. sebagai ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
5. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Bahasa dan Seni, FKIP
Universitas Lampung.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
8. Keluarga besar berdarah tapi tidak sedarah KOSAKATA (Komunitas Sastra Suka
Cipta) yang aduhai, Mamas Dwi Satria Yuda alias Tio Morgano (Bidang
Kesenian), Abang Ahmad Farhan Sang Penjinak Ular (Bidang Keilmuan), dan
sebagai Jagoan. Serta Reffky Reza Darmawan, Ronaldo Fisda Costa, dan Ignasius
Edi Parlindungan, Mas Bayu Saputra, Bang Nurdin Putra Jaya, Kukuh Prasetyo,
Bryan Tioro Gisri, M. Lutfi Pratama, Anggara Yuda, Jordy G., dan yang lain yang
10. Teman-teman angkatan 2013 yang kuliah di Program Studi Pendidikan Bahasa dan
11. Kakak tingkat dan adik tingkat yang kuliah di Program Studi Pendidikan Bahasa
12. Semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan skripsi ini.
xii
Semoga segala bantuan yang tulus dan ikhlas tersebut menjadi amal kebaikan bagi
semua pihak yang sudah membantu dengan luar biasa. Penulis berharap skripsi ini
Indonesia.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... vi
SURAT PERNYATAAN ...................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... viii
MOTO .................................................................................................... x
SANWACANA ...................................................................................... xi
DAFTAR ISI.......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 5
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ........................................................................................... 104
5.2 Saran ................................................................................................ 105
I. PENDAHULUAN
Kita sebagai warga negara Indonesia perlu mempelajari bahasa Indonesia, karena
bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat kita gunakan untuk berinteraksi
dengan warga negara Indonesia lain yang setiap individunya memiliki bahasa
pertama yang berebeda-beda. Terutama bagi para pelajar, seperti siswa SD, SMP,
Tercantum dalam silabus kurikulum 2013 revisi 2016 bahwa kompetensi yang
melalui media teks. Teks merupakan perwujudan kegiatan sosial dan memiliki
pengungkapan tujuan sosial (yang disebut struktur retorika), pilihan kata yang
sesuai dengan tujuan, dan tata bahasa yang sesuai dengan tujuan komunikasi.
2
Para pelajar seperti siswa SD, SMP, SMA atau mahasiswa dalam proses
berbahasa pasti selalu terjadi dalam proses pembelajarannya. Para guru serta
orang tua tidak perlu mengelak dari kesalahan, tetapi justru harus menghadapi
orang tidak dapat belajar bahasa tanpa berbuat kesalahan (Tarigan dalam
Rusminto, 2011:2).
Tarigan berpendapat bahwa kesalahan berbahasa tidak hanya dibuat oleh siswa
yang mempelajari bahasa kedua (B2), tetapi juga dibuat oleh siswa yang
mempelajari (B1). Hal ini menunjukkan bahwa kesalahan itu erat kaitannya
perlu dikaji secara mendalam, sebab kesalahan tersebut merupakan bagian integral
menghasilkan setidaknya tiga informasi, yaitu (1) sebagai umpan balik bagi guru
tentang seberapa jauh jarak yang masih harus ditempuh siswa untuk sampai
tujuan, (2) sebagai bukti bagi peneliti tentang bagaimana seseorang memperoleh
dan memperlajari bahasa, dan (3) sebagai masukan bahwa kesalahan itu
merupakan hal yang tak terhindarkan dalam pemerolehan dan belajar bahasa,
sebab kesalahan itu merupakan salah satu strategi yng digunakan siswa dalam
Para ahli linguistik, pengajar bahasa, dan guru bahasa sependapat bahwa
karena itu, kesalahan berbahasa yang sering dilakukan siswa harus dikurangi atau
3
dihapuskan. Hal ini baru dapat tercapai apabila seluk-beluk kesalahan berbahasa
itu dikaji secara mendalam. Pengkajian secara mendalam ini dikenal dengan
analisis kesalahan berbahasa yang dalam proses kajiannya meliputi lima langkah,
pembelajaran bahasa memiliki kaitan yang erat terutama pada proses kreativitas
siswa dalam mengarang atau menulis. Oleh karena itu, peneliti melakuakan
siswa kelas X sekolah menengah atas pada karangan bebas yang mereka buat.
Pada penelitian ini penulis lebih menyoroti pada pemakaian ragam bahasa tulis,
tiga taksonomi kesalahan berbahasa yaitu, (1) Taksonomi kategori linguistik, (2)
2011:129).
Peneliti sudah melakukan prapenelitian dalam bentuk wawancara pada guru yang
berikut.
4
taksonomi efek komunikatif. Berikut ini beberapa data kesalahan berbahasa yang
dilakukan siswa.
(1) Aku melihat keluar kaca mobil ada [H]amparan padi, [T]anaman, dan
[R]umah.
(2) Saya langsung ikut kopdar dan berkenalan dengan [setiap anggota-
anggota] senior.
(3) Di sana, kami tidur di rumah salah satu warga, [dan] keesokan harinya
kami bangkat ke pulau pahawang kecil.
sebelumnya, yaitu dalam penelitian yang dilakukan Nadya Arizona pada tahun
2016 dan Achril Zalmansyah pada tahun 2014. Nadya Arizona meneliti
penggunaan ejaan yang juga disertai dengan kajian analisis kesalahan berbahasa
Berdasarkan data di atas, alasan yang mendasari peneliti untuk memilih karangan
yang sering dilakukan siswa sekolah menengah atas dan tindak lanjut yang
1. Memberi masukan bagi guru dan siswa sekolah menengah atas mengenai
cakupan kesalahan berbahasa dalam karangan siswa ini dibagi ke dalam tiga
taksonomi, yaitu:
6
Setiap peristiwa komunikasi memiliki tujuan komunikatif yang khas yang juga berbeda
dalam wujud komunikasinya. Wujud komunikasi ini ditentukan oleh masyarakat yang
menghasilkan genre tersebut. Ada beberapa prinsip yang yang diacu, yakni: (1) teks
terbentuk karena tuntutan kegiatan sosial; (2) teks itu memiliki tujuan sosial; (3) bentuk
teks merupakan hasil konvensi; (4) kebahasaan suatu teks bersifat fungsional sesuai
tujuan sosial; dan (5) aspek kebahasaan teks (seperti kosakata, tata bahasa, atau ciri
pertimbangan struktur teksnya (Silabus Kurikulum 2013: 2016). Hal yang perlu diingat
adalah bahwa genre merupakan makna dan tujuan sosial, tipe teks adalah bentuk
8
fisiknya. Oleh sebab itu, pendekatan berbasis genre juga terkadang disebut berbasis
teks.
Tercantum dalam silabus kurikulum 2013 revisi 2016 bahwa kompetensi yang
kegiatan sosial dan memiliki tujuan sosial. Pencapaian tujuan ini diwadahi oleh
karakteristik: cara pengungkapan tujuan sosial (yang disebut struktur retorika), pilihan
kata yang sesuai dengan tujuan, dan tata bahasa yang sesuai dengan tujuan komunikasi.
Kegiatan komunikasi dapat berbentuk tulisan, lisan, atau multimodal (yakni teks yang
menggabungkan bahasa dan cara/media komunikasi lainnya seperti visual, bunyi, atau
Berdasarkan hal tersebut, guru harus mampu menghantarkan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran bahasa yang diwadahi oleh karkteristik: cara pengungkapan tujuan
sosial (yang disebut struktur retorika), pilihan kata yang sesuai dengan tujuan, dan tata
Pebelajar bahasa tidak bisa luput dari suatu kesalahan. Seseorang tidak mungkin bisa
berbahasa yang akan dialami seseorang dalam proses belajar bahasa. Berikut dipaparkan
Kesalahan berbahasa adalah sisi cacat dalam kegiatan berbahasa baik dalam bentuk
ujaran maupun tulisan. Hal tersebut tidak bisa dihindarkan dari pelajar dalam proses
belajar bahasa. Tarigan (1990: 192) menegaskan bahwa hendaknya disadari bahwa
disebabkan oleh belum dipahaminya sistem linguistik bahasa yang digunakan. Berbeda
dengan kekeliruan (mistakes) yang merupakan penyimpangan yang tidak sistematis dan
tidak konsisten.
Kesalahan secara sistematis yang dilakukan seseorang di dalam berbahasa harus segera
kesalahan yang berkelanjutan yang akan berpengaruh pada hal-hal lain. Terutama bagi
Sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa suatu proses belajar bahasa seseorang tidak luput
yaitu (1) kesalahan karena pengaruh unsur bahasa pertama (kesalahan interlingual) dan
Selanjutnya, Richards membagi kesalahan intralingual menjadi empat macam, yaitu (1)
bahasa target secara berlebihan; (2) ignorence of rule restrictions, yaitu kesalahan yang
incomplete application of rules, yaitu kesalahan penerapan kaidah bahasa target yang
tidak sempurna; dan (4) false concept hyphothezed, yaitu kesalahan dalam membuat
menjadi lima golongan, yaitu (1) generalisasi berlebihan, yaitu penerapan kaidah bahasa
target secara berlebihan; (2) transfer, yaitu pemindahan unsur-unsur bahasa pertama ke
dalam bahasa kedua; (3) terjemahan, yaitu kesalahan yang menyebabkan berubahnya
jawaban yang dikehendaki; (4) kesalahan yang tidak diketahui sebabnya, dan (5)
kesalahan yang tidak perlu dipertimbangkan. Kemudian, dijelaskan juga bahwa transfer
11
lebih banyak terjadi pada tahap awal, karena generalisasi yang berlebihan. Sebaliknya,
semakin lanjut seseorang belajar bahasa semakin sedikit kesalahan transfer dan semakin
(1) overgeneralization of target language rules, yaitu kesalahan yang disebabkan oleh
adanya generalisasi unsur-unsur bahasa target secara berlebihan; (2) transfer of training,
yaitu kesalahan yang disebabkan oleh prosedur pembelajaran yang tidak tepat; (3)
strategy of second language learning, yaitu kesalahan yang disebabkan oleh pendekatan
pebelajar di dalam berkomunikasi dengan seorang penutur asli (native speaker) yang
tidak tepat; (5) language transfer, yaitu kesalahan yang disebabkan oleh pemindahan
penyebabnya menjadi tiga klasifikasi, yaitu (1) transfer, yaitu kesalahan yang terjadi
yaitu kesalahan yang terjadi karena penerapan kaidah bahasa target pada konteks yang
tidak tepat; dan (3) teaching-induced errors, yakni kesalahan yang terjadi karena kurang
efisiennya proses pembelajaran bahasa target baik yang menyangkut materi, teknik atau
metodologi pembelajarannya.
Berdasarkan penampakan struktur lahirnya, Dulay dan Burt (dalam Rusminto: 2011)
ialah kesalahan yang mencerminkan struktur bahasa pertama dan struktur itu dapat
ditemui dalam data pemerolehan bahasa target sebagai bahasa pertama; (2) L1
develpoment goof, yaitu kesalahan yang tidak mencerminkan struktur bahasa pertama,
tetapi kesalahan ini dapat ditemukan pada data pemerolehan bahasa target sebagai
bahasa pertama; (3) ambiguous goof, yaitu kesalahan yang struktur lahirnya dapat
dikategorikan pada dua bentuk struktur, baik struktur bahasa pertama ataupun struktur
bahasa target; dan (4) unique goof, yaitu kesalahan yang tidak mencerminkan struktur
bahasa pertama dan struktur bahasa tersebut tidak dapat dijumpai pada data
(presystematic errors), ialah kesalahan yang muncul karena tingkat penguasaan kaidah
bahasa target masih sangat rendah dan ketidaktahuan perbedaan sistem bahasa pertama
dan bahasa target; (2) kesalahan sistematis (systematics errors), yakni kesalahan yang
timbul karena pebelajar belum mampu menggunakan kaidah bahasa target yang
errors), yaitu kesalahan yang terjadi karena penggunaan kaidah yang tidak konsisten,
(dalam Rusminto: 2011) mengkalasifikasikan menjadi dua, yaitu (1) kesalahan lokal,
ialah kesalahan yang disebabkan oleh struktur lahir yang menyimpang dari kaidah
13
terhadap komunikasi; dan (2) kesalahan global, yaitu kesalahan yang disebabkan oleh
struktur lahir yang menyimpang dari kaidah baku dan mengakibatkan ketidakjelasan
mereka sepakat bahwa kebanyakan pebelajar melakukan dua jenis kesalahan, yaitu
Burt, Dulay, dan Krashen (dalam Rusminto: 2011) memprediksi kesalahan berbahasa
kesalahan berbahasa, yaitu (1) taksonomi kategori linguistik, (2) taksonomi siasat
permukaan, (3) taksonomi komparatif, dan (4) taksonomi efek komunikatif. Berikut
uraian empat taksonomi kesalahan berbahasa tersebut yang juga menjadi fokus pada
penelitian ini.
komponen dan atau konstituen bahasa tertentu yang dipengaruhi oleh kesalahan.
morfologi dan sintaksis, kesalahan semantik dan leksikon, dan kesalahan wacana.
misalnya frasa dan klausa dalam tataran sintaksis atau morfem-morfem dalam
sangat penting tentang kesalahan yang dikumpulkan dan yang akan dianalisis
(a) Kesalahan fonologi, mencakup ucapan bagi bahasa lisan dan ejaan bagi bahasa
kesalahan penulisan kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata
ganti (–ku, kau-, -mu, dan –nya), kata depan (di, ke, dan dari), kata sandang si
dan sang, partikel (-lah, -kah, dan –tah), singkatan dan akronim, dan penulisan
Kesalahan penggunaan tanda baca meliputi tanda titik (.), tanda koma (,), tanda
titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung (-), tada pisah (-), tanda elipsis
(...), tanda tanya (?), tanda (!), tanda kurung ((..)), tanda kurung siku ([...]),
tanda petik (”...”), tanda petik tunggal (’...’), tanda garis miring (/), dan tanda
(b) Kesalahan morfologi dan sintaksis, kesalahan ini mencakup kesalahan prefiks,
afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan salah
Contoh:
Contoh:
disebabkan oleh ketidakhadiran butir yang seharusnya ada dalam satuan bahasa
oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak diperlukan dalam satuan
16
disebabkan oleh pembentukan suatu konstruksi satuan bahasa tertentu yang tidak
oleh penempatan atau pengurutan unsur-unsur tertentu yang tidak tepat (Rusminto,
suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan yang baik dan benar.
Contoh kalimat:
(preposisi) yang tidak seharusnya terjadi. Seharusnya kalimat yang benar yaitu,
penghilangan, yaitu kesalahan yang ditandai oleh hadirnya suatu butir atau
unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan benar.
Contoh kalimat:
Para mahasiswa-mahasiswa.
Banyak rumah-rumah.
Yang seharusnya:
(c) salah formasi (misformation), kesalahan yang ditandai oleh pemakaian bentuk
morfem atau struktur yang salah. Kalau dalam kesalahan penghilangan, unsur
17
itu tidak ada atau tidak tersedia sama sekali, maka dalam kesalahan formasi ini
sang pelajar menyediakan serta memberikan sesuatu, walaupun hal itu tidak
Contoh kalimat:
Ciri kala lalu diutamakan oleh pelajar pada verba “eated” padahal itu tidak benar
(d) salah susun (misodering), kesalahan yang ditandai oleh penempatan yang tidak
benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem dalam suatu ucapan atau
ujaran.
Contoh:
(Tarigan, 1988:148-158)
struktur kesalahan bahasa dua dan tipe-tipe konstruksi lainnya. Sebagai contohnya,
klasifikasi, yaitu (1) kesalahan intralingual, yaitu kesalahan yang bersumber pada
kerumitan bahasa yang sedang dipelajari itu sendiri. Kesalahan ini sering disebut
terhadap bahasa kedua. Kesalahan ini sering disebut juga dengan kesalahan
yaitu kesalahan tersebut tidak bisa dikategorikan dalam kesalahan interlingual dan
intralingual, sehingga kesalahan tersebut dapat dilacak baik dari bahasa pertama
yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai
B1 mereka.
Contoh:
kalimat atau frasa yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang
pelajar.
Contoh:
Contoh di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar bahasa
Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam
(3) Kesalahan Taksa (atau ambiguous errors) adalah kesalahan yang dapat
(4) Kesalahan Lain (other errors) menurut Dulay dan Burt (1974), dalam membuat
(Unique errors) yang mengacu pada keunikannya bagi para pelajar B2.
dengan bahasa ibunya (Spanyol) dan juga tidak perkembangan B2 (seperti She
(Tarigan, 1988:158-163).
20
berbahasa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (1) kesalahan lokal dan (2) kesalahan
global. Kesalahan lokal adalah kesalahan yang terjadi pada suatu unsur dalam
Misalnya:
Misalnya:
Misalnya:
Yang seharusnya:
Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.
Keslahan-kesalahan ini hanya terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka
Kajian terhadap analisis kesalahan berbahasa dilakukan oleh adanya ketidakpuasan para
pakar bahasa terhadap kajian analisis kontrastif yang mendasarkan pada perbandingan
bahasa pertama dan bahasa kedua. Analisis kontrastif dengan hipotesis-hipotesis bentuk
kuatnya menganggap bahwa semua kesalahan berbahasa dapat terjadi akibat perbedaan
antara struktur bahasa pertama dan bahasa kedua yang sedang dipelajari. Pandangan ini
tidak dapat diterima oleh para pakar bahasa, sebab pada kenyataannya tidak semua
kesalahan berbahasa disebabkan oleh perbedaan struktur bahasa pertama dan bahasa
kedua. Sebagian besar kesalahan berbahasa justru dipengaruhi oleh rumitnya aturan-
aturan dan kaidah yang berlaku pada bahasa yang menjadi target pembelajaran.
22
Menganalisis kesalahan berbahasa yang diperbuat oleh para siswa jelas memberikan
umpan balik yang sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan penyusunan
materi dan strategi pembelajaran di dalam kelas (Targian dalam Rusminto, 2011).
Tarigan juga menyatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa dapat dimanfaatkan untuk
(1) menentukan urutan butir-butir yang diajarkan di dalam kelas dan buku teks,
misalnya urutan dari hal-hal yang mudah ke hal-hal yang lebih sukar; (2) menentukan
bahan yang diajarkan; (3) merencanakan pelatihan untuk pembelajaran remidial; dan (4)
Sementara itu, analisis kesalahan berbahasa itu merupakan suatu proses. Sebagai suatu
proses, analisis kesalahan berbahasa memiliki prosedur yang harus dilalui sebagai
pedoman kerja. Prosedur ini terdiri dari, (1) mengumpulkan data keslahan, (2)
Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia (PUEBI) adalah ejaan bahasa Indonesia
yang berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
A. Huruf Kapital
Misalnya:
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk
julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Halim Perdanakusumah
Wage Rudolf Supratman
Jenderal Kancil
Dewa Pedang
Alessandro Volta
André-Marie Ampère
Mujair
Rudolf Diesel
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan
Misalnya:
ikan mujair
mesin diesel
24
(2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna
‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.
Misalnya:
(3) Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Misalnya:
(4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci,
Misalnya:
Islam Alquran
Kristen Alkitab
Hindu Weda
Allah
Tuhan
Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.
25
(5) a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar
Misalnya:
Sultan Hasanuddin
Mahaputra Yamin
Haji Agus Salim
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Raden Ajeng Kartini
Doktor Mohammad Hatta
Agung Permana, Sarjana Hukum
Irwansyah, Magister Humaniora
Misalnya:
(6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
Misalnya:
(7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Dani
bahasa Bali
Catatan:
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata
Misalnya:
(8) a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
Misalnya:
tahun Hijriah
bulan Agustus
hari Jumat
hari Lebaran
tarikh Masehi
bulan Maulid
hari Galungan
hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
27
Misalnya:
Catatan:
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis
Misalnya:
Misalnya:
Catatan:
(1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan
huruf kapital.
Misalnya:
(2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak
Misalnya:
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat
Misalnya:
Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula
tebu, gula aren, dan gula anggur.
Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang
berbeda.
(termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga,
badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan,
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia
29
(11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama
majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyajikan makalah “Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata”.
(12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
Misalnya:
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara
(13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan. Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”
“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.
Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
“Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”
“Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak.”
Catatan:
Misalnya:
Misalnya:
A. Kata Berimbuhan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis
Misalnya:
berjalan
berkelanjutan
mempermudah
gemetar
lukisan
kemauan
perbaikan
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis
Misalnya:
sukuisme
seniman
kamerawan
gerejawi
Misalnya:
Catatan:
(1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan yang
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
non-ASEAN
anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan
Misalnya:
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan,
Misalnya:
B. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya.
Misalnya:
anak-anak
buku-buku
hati-hati
kuda-kuda
33
lauk-pauk
mondar-mandir
ramah-tamah
sayur-mayur
serba-serbi
Catatan:
Misalnya:
surat kabar → surat-surat kabar
kapal barang → kapal-kapal barang
rak buku → rak-rak buku
kereta api cepat → kereta-kereta api cepat
C. Gabungan Kata
1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
ditulis terpisah.
Misalnya:
Misalnya:
3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat
Misalnya:
bertepuk tangan
menganak sungai
garis bawahi
sebar luaskan
4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
Misalnya:
D. Pemenggalan Kata
a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan
Misalnya:
bu-ah
35
ma-in
ni-at
sa-at
Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
sur-vei
am-boi
c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan itu.
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
36
e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
Catatan:
Misalnya:
bang-krut
bang-sa
ba-nyak
ikh-las
kong-res
makh-luk
masy-hur
sang-gup
unsur pembentuknya.
Misalnya:
ber-jalan
mem-bantu
di-ambil
ter-bawa
per-buat
makan-an
letak-kan
pergi-lah
apa-kah
kekuat-an
37
Catatan:
Misalnya:
me-nu-tup
me-ma-kai
me-nya-pu
me-nge-cat
pe-mi-kir
pe-no-long
pe-nga-rang
pe-nge-tik
pe-nye-but
Misalnya:
ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk
(3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir
Misalnya:
3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
Misalnya:
4. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di
antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
5. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng.
Rangga Warsita.
Catatan:
Ia bekerja di DLL-
AJR.
Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.
Ng. Rangga Warsita.
E. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
F. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Misalnya:
Catatan:
Misalnya:
3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik
Misalnya:
2. a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
Misalnya:
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis
Misalnya:
PT perseroan terbatas
MAN madrasah aliah negeri
41
SD sekolah dasar
KTP kartu tanda penduduk
SIM surat izin mengemudi
NIP nomor induk pegawai
3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
hlm. halaman
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
sda. sama dengan di atas
ybs. yang bersangkutan
yth. yang terhormat
ttd. tertanda
dkk. dan kawan-kawan
4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat
Misalnya:
5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp rupiah
42
6. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
Misalnya:
7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
Misalnya:
Misalnya:
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50),
43
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
Misalnya:
Misalnya:
Catatan:
b. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
Misalnya:
Catatan:
Misalnya:
4. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
9 hektare
10 liter
11 tahun 6 bulan 5 hari
12 jam 20 menit
Rp5.000,00
US$3,50
£5,10
¥100
5. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
6. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Surah Yasin: 9
Markus 16: 15—16
a. Bilangan Utuh
Misalnya:
Misalnya:
12. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Kelapadua
Kotonanampek
Rajaampat
Simpanglima
Tigaraksa
46
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan
-ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Misalnya:
Catatan:
Huruf awal sang ditulis dengan huruf kapital jika sang merupakan unsur nama
Tuhan.
Misalnya:
Misalnya:
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung
Misalnya:
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam
penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan,
Misalnya:
2. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
Misalnya:
3. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan
(yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
49
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
Misalnya:
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,
Misalnya:
Misalnya:
pembilangan.
Misalnya:
2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan
Misalnya:
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimatnya.
Misalnya:
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun
demikian.
Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa
belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi
bintang pelajar
Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil
menjadi sarjana.
5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, jalannya licin!
Nak, kapan selesai kuliahmu?
Siapa namamu, Dik?
Dia baik sekali, Bu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Misalnya:
Catatan:
langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian
Misalnya:
7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang
marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, M.Hum.
Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
koma!
Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu
tanpa melalui tes.
13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat
Misalnya:
Bandingkan dengan:
1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat
majemuk.
Misalnya:
Misalnya:
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel,
dan jeruk. Agenda rapat ini meliputi
a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja;
dan
c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
Misalnya:
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Tahap penelitian yang harus
dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Misalnya:
5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan
Misalnya:
1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian
baris.
Misalnya:
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
mengorek-ngorek
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang
dinyatakan dengan angka atau menyam-bung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
11-11-2013
p-a-n-i-t-i-a
4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau
ungkapan.
Misalnya:
ber-evolusi
meng-ukur
dua₂₅-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
20²³∕ (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
mesin hitung-tangan
Bandingkan dengan
be-revolusi
me-ngukur
dua₂₅ -puluh lima-ribuan (20 x 5.000)
20 ³∕ (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)
mesin-hitung tangan
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-
Jawa Barat);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X,
ber-KTP, di-SK-kan);
g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-
Catatan:
Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut
Misalnya:
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
Misalnya:
7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek
bahasan.
Misalnya:
1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
Misalnya:
2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
Misalnya:
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti ‘sampai
Misalnya:
Tahun 2010—2013
Tanggal 5—10 April 2013
Jakarta—Bandung
Misalnya:
60
Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
Misalnya:
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
kuat.
Misalnya:
1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan
Misalnya:
Catatan:
(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat
buah).
2. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya:
Catatan:
(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
Misalnya:
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah,
Misalnya:
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
Misalnya:
1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan
lain.
Misalnya:
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau ungkapan.
Misalnya:
Misalnya:
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
utama kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar
dalam negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam
Misalnya:
Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai
penanda pemerincian.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c)
tenaga kerja.
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
64
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang di-
Misalnya:
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
Misalnya:
Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan
Misalnya:
Nomor: 7/PK/II/2013
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2012/2013
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
65
Misalnya:
3. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang
Misalnya:
Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
Misalnya:
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut digunakan pendekatan kualitatif
menerngkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data
Sumber data dalam penelitian ini adalah karangan siswa kelas X SMAN 1 Bandar
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menugasi siswa
siswa tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Semua tulisan yang
dihasilkan siswa lebih berfokus pada berbagai kesalahan yang mereka lakukan di
dalam karangannya.
diminta membuat karangan dengan batasan minimal terdiri dari 2 paragraf dengan
jumlah kata minimal 250 kata. Hal ini dimaksudkan agar karangan yang mereka
Tabel 3.2
Indikator Taksonomi Kesalahan Berbahasa
Teknik dalam menganalisis data pada penelitian ini dengan cara sebagai berikut.
3. Memberi tanda dengan cara melingkari dan memberi kode setiap bagian
taksonominya.
taksonominya.
104
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
lah, -kah, dan –pu), pemenggalan kata, kata berimbuhan, penulisan kata
sandang, kata depan, angka dan bilangan, kata ganti (-ku, ku-, -mu, dan –
tanda hubung, tanda titik, tanda tanya, tanda kurung, tanda koma, tanda
elipsis, tanda petik tunggal, tanda seru, dan tanda titik dua.
(misordering).
105
5.2 Saran
sebagai berikut.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai umpan balik bagi guru untuk
DAFTAR PUSTAKA