Anda di halaman 1dari 9

Gangguan Somatisasi 2011

GANGGUAN SOMATISASI
PENDAHULUAN

Gangguan somatisasi telah dikenal sejak jaman Mesir kuno. Nama awal
untuk gangguan somatisasi adalah histeria, suatu keadaan yang secara tidak tepat
diperkirakan hanya mengenai wanita, (kata “Histeria” di dapatkan dari kata
bahasa Yunani untuk rahim, Hystera). Pada abad ke-17 Thomas Syndenham
menemukan bahwa faktor psikologis yang dinamakannya penderitaan yang
mendahului (antecendent sorrow), terlibat dalam patogenesis gejala gangguan
somatisasi.
Pada tahun 1859 Paul Briquet, seorang dokter Prancis, mengamati
banyaknya gejala dan sistem organ yang terlibat dan perjalanan penyakit yang
biasanya kronis. Karena pengamatan klinis tersebut maka gangguan ini
dinamakan Sindroma Briquet. Akan tetapi sejak tahun 1980 sejak diperkenalkan
DSM edisi ketiga (DSM III) istilah “Gangguan Somatisasi” menjadi standar di
Amerika Serikat untuk gangguan yang ditandai oleh banyak keluhan fisik yang
mengenai banyak sistem organ. (1,2)

DEFINISI

Gangguan somatisasi adalah salah satu gangguan somatoform spesifik


yang ditandai oleh banyaknya keluhan fisik/gejala somatik yang mengenai banyak
sistem organ yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan
fisik dan laboratorium. (1,2,3)
Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya karena
banyaknya keluhan dan melibatkaan sistem organ yang multiple (sebagai contoh,
gastrointestinal dan neurologis). Gangguan ini bersifat kronis dengan gejala
ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai sebelum usia 30 tahun dan disertai
dengan penderitaan psikologis yang bermakna, gangguan fungsi sosial dan
pekerjaan, dan perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan. (1)

SMF Psikiatri
RSU Dr.Pirngadi Medan 1
Gangguan Somatisasi 2011

EPIDEMIOLOGI

Prevalensi gangguan somatisasi pada populasi umum diperkirakan 0,1 –


0,2 %, walaupun beberapa kelompok penelitian percaya bahwa angka
sesungguhnya mungkin mendekati 0,5 %. Prevalensi gangguan somatisasi pada
wanita di populasi umum adalah 1 – 2 %. Rasio penderita wanita dibanding laki-
laki adalah 5 berbanding 1 dan biasanya gangguan mulai pada usia dewasa muda
(sebelum usia 30 tahun). (1,2,3)
Beberapa peneliti menemukan bahwa ggangguan somatisasi seringkali
bersama-sama dengan gangguan mental lainnya. Sifat kepribadian atau gangguan
kepribadian yang seringkali menyertai adalah yang ditandai oleh ciri
penghindaran, paranoid, mengalahkan diri sendiri dan obsesif konpulsif. (1)

ETIOLOGI

Pendapat mengatakan bahwa para pasien penderita gangguan somatisasi


lebih sensitif terhadap sensasi fisik, memberikan perhatian berlebihan terhadap
sensasi tersebut atau menginterprestasikannya sebagai suatu yang membahayakan.
Kemungkinan yang lain adalah mereka memiliki sensasi fisik yang lebih kuat
dibanding orang lain. Sebuah pandangan perilaku mengenai gangguan somatisasi
menyatakan bahwa berbagai macam rasa sakit dan nyeri, rasa tidak nyaman, dan
disfungsi merupakan manifestasi kecemasan yang tidak realistis dalam sistem-
sistem tubuh. Sejalan dengan pemikiran bahwa terdapat faktor kecemasan yang
tinggi, pasien penderita gangguan somatisasi memiliki kadar kortisol tinggi, suatu
indikasi bahwa mereka berada dibawah tekanan. Mungkin ketegangan ekstrim
yang dimiliki individu berpusat pada otot-otot perut, mengakibatkan rasa mual
atau muntah. Bila keberfungsian normal terganggu, pola maladiaptif akan
menguat karena menghasilkan perhatian dan alasan untuk menghindari sesuatu.

Dari referensi lain dikemukakan beberapa faktor yang berperan terhadap


timbulnya gangguan somatisasi yakni:
1. Faktor Psikososial
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikis dibawah sadar yang
mempunyai tujuan tertentu. Rumusan psikososial tentang penyebab gangguan
SMF Psikiatri
RSU Dr.Pirngadi Medan 2
Gangguan Somatisasi 2011

melibatkan interpretasi gejala sebagai sutu tipe komunikasi sosial, hasilnya


adalah menghindari kewajiban (sebagai contoh: mengerjakan ke pekerjaan
yang tidak disukai), mengekspresikan emosi (sebagai contoh: kemarahan pada
pasangan), atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau keyakinan
(sebagai contoh: nyeri pada usus seseorang).
Beberapa pasien dengan gangguan somatisasi berasal dari rumah yang tidak
setabil dan telah mengalami penyiksaan fisik. Faktor sosial, kultural dan juga
etnik mungkin juga terlibat dalam perkembangan gangguan somatisasi. (1,2,3,4)

2. Faktor Biologis
Ditemukan adanya faktor genetik dalam transmisi gangguan somatisasi dan
adanya penurunan metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus
frontalis dan hemisfer nondominan. Selain itu diduga terdapat regulasi
abnormal sistem sitokin yang mungkin menyebabkan beberapa gejala yang
ditemukan pada gangguan somatisasi.(1,2)

GAMBARAN KLINIS

Ciri utama gangguan somatisasi adalah adanya gejala-gejala fisik yang


bermacam-macam (multiple), berulang dan sering berubah-ubah, yang biasanya
sudah berlangsung beberapa tahun sebelum pasien datang ke psikiater.
Kebanyakan pasien mempunyai riwayat pengobatan yang panjang dan sangat
kompleks, baik ke pelayanan kesehatan dasar, maupun spesialistik, dengan hasil
pemeriksaan atau bahkan operasi yang negatif.
Keluhannya dapat mengenai setiap sistem atau bagian tubuh manapun,
tetapi paling lajim mengenai keluhan gastrointestinal (perasaan sakit, kembung,
mual, muntah), kesulitan menelan, nyeri di lengan dan tungkai, napas pendek
yang tidak berhubungan dengan aktivitas dan keluhan-keluhan perasaan abnormal
pada kulit (perasaan gatal, rasa terbakar, kesemutan, baal, pedih, dsb.), serta
bercak-bercak pada kulit. Keluhan mengenai seks dan haid juga lazim terjadi. (1,3)
Penderitaan psikologis dan masalah interpersonal adalah menonjol, dan
sering sekali terdapat anxietas dan depresi yang nyata sehingga memerlukan terapi

SMF Psikiatri
RSU Dr.Pirngadi Medan 3
Gangguan Somatisasi 2011

khusus. Pasien biasanya tetapi tidak selalu menggambarkan keluhannya dengan


cara yang dramatik, emosional, dan berlebih-lebihan, dengan bahasa yang
gamblang dan bermacam-macam. Pasien wanita dengan gangguan somatisasi
mungkin berpakaian eksibisionistik. Pasien mungkin merasa tergantung, berpusat
pada diri sendiri, haus akan pujian atau sanjungan dan manipulatif.
Gangguan somatisasi sering disertai oleh gangguan mental lainnya,
termasuk gangguan depresi berat, gangguan kepribadian, gangguan berhubungan
dengan zat, gangguan kecemasan umum, dan fobia. (1)

DIAGNOSIS

Kriteria diagnosis gangguan somatisasi berdasarkan DSM IV:


A. Riayat banyak keluhan fisik dengan onset sebelum usia 30 tahun yang terjadi
selama periode beberapa tahun dan menyebabkan gangguan bermakna dalam
fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
B. Tiap kriteia berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi
pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan.
1. Empat gejala nyeri: Riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya
empat tempat atau fungsi yang berlebihan (misalnya: kepala, perut,
punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama
hubungan seksual, atau selama miksi).
2. Dua gejala gastrointestinal: Riwayat sekurangnya dua gejala
gastrointestinal selain dari nyeri (misalnya: mual, kembung, muntah selain
dari kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap berbagai jenis makanan).
3. Satu gejala seksual: Riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau
reproduksi selain dari nyeri (misalnya: indiferensi seksual, disfungsi
erektil, atau ejakulasi, menstruasi yang tidak teratur, perdaraahan
menstruasi yang berlebih, muntah sepanjang kehamilan).
4. Satu gejala pseudoneurologis: Riwayat sekurangnya satu gejala atau
defisit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas
pada nyeri (gejala konversi seperti gangguaan koordinasi atau

SMF Psikiatri
RSU Dr.Pirngadi Medan 4
Gangguan Somatisasi 2011

keseimbangan, paralisis atau kelemahan setempat, sulit menelan atau


benjolan ditenggorokan, retensi urin, hilangnya sensasi sentuh atau nyeri,
pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang, gejala disosiatif seperti
amnesia atau hilangnya kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1) atau (2)
1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum yang dikenal atau efek
langsung dari suatu zat (misalnya: efek cedera, medikasi, obat atau
alkohol).
2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau
pekerjaan yang ditimbulkannya melebihi apa yang diperkirakan dari
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau pura-pura).(1,2,3,4)
Diagnosis pasti gangguan somatisasi berdasarkan PPDGJ III:
1. Ada banyak dan berbagai gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan adanya
kelainan fisik yang sudah berlangsung sekitar 2 tahun.
2. Selalu tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter
bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-
keluhannya.
3. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampaak daari
perilakunya. (3)

DIAGNOSIS BANDING

Klinisi harus selalu menyingkirkan kondisi medis nonpsikiatrik yang dapat


menjelaskan gejala pasien. Gangguan medis tersebut adalah sklerosis multiple,
miastenia gravis, lupus eritematosus sistemik kronis.
Diantara gangguan somatofotm lainnya, hipokondriasis, gangguan
konversi, dan gangguan nyeri perlu dibedakan dari gangguan somatisasi.
Hipokondriasis ditandai oleh keyakinan palsu bahwa seseorang menderita

SMF Psikiatri
RSU Dr.Pirngadi Medan 5
Gangguan Somatisasi 2011

penyakit spesifik, berbeda dengan gangguan somatisasi, yng itandai oleh


permasalahan dengan banyak gejala. Gejala gangguan konversi adalah terbatas
pada satu atau dua gejala neurologis, bukannya berbagai gejala dari gangguan
somatisasi. Gangguan nyeri adalah terbatas pada satu atau dua keluhan nyeri.1,2,4

PERJALANAN PENYAKIT

Gangguan somatisasi merupakan gangguan yang berlangsung kronik,


berfluktuasi, menyebabkan ketidakmampuan dan sering kali disertai dengan
ketidakserasian dari perilaku sosial, interpersonal dan keluarga yang
berkepanjangan.
Episode peningkatan keparahan gejala dan perkembangan gejala yang baru
diperkirakan berlangsung 6 – 9 bulan dan dapat dipisahkan dari periode yang
kurang simtomatik yang berlangsung 9 – 12 bulan. Tetapi jarang seorang pasien
dengan gangguan somatisasi berjalan lebih dari satu tahun tanpa mencari suatu
perhatian medis.
Seringkali terdapat hubungan antara periode peningkatan stress atau stress
baru dan eksaserbasi gejala somatik. (1)

TERAPI

Para ahli kognitif dan perilaku percaya bahwa tingkat kecemasan yang
tinggi berkaitan dengan gangguan somatisasi dipicu oleh situasi spesifik.
Beberapa teknik seperti pemaparan atau terapi kognitif dapat digunakan untuk
rasa takut, berkurangnya rasa takut dapat membantu mengurangi berbagai keluhan
somatik.2

Pasien dengan gangguan somatisasi paling baik diobati jika mereka


memiliki seorang dokter tunggal sebagai perawat kesehatan umumnya. Klinisi
primer harus memeriksa pasien selama kunjungan terjadwal yang teratur, biasanya
dengan interval satu bulan.
Jika gangguan somatisasi telah didiagnosis, dokter yang mengobati pasien
harus mendengarkan keluhan somatik sebagai ekspresi emosional, bukannya
sebagai keluhan medis. Tetapi, pasien dengan gangguan somatisasi dapat juga
SMF Psikiatri
RSU Dr.Pirngadi Medan 6
Gangguan Somatisasi 2011

memiliki penyakit fisik, karena itu dokter harus mempertimbangkan gejala mana
yang perlu diperiksa dan sampai sejauh mana.
Strategi luas yang baik bagi dokter perawatan primer adalah meningkatkan
kesadaran pasien tentang kemungkinan bahwa faktor psikologis terlibat dalam
gejala penyakit. Psikoterapi dilakukan baik individual dan kelompok. Dalam
lingkungan psikoterapetik, pasien dibantu untuk mengatasi gejalanya, untuk
mengekspresikan emosi yang mendasari dan untuk mengembangkan strategi
alternatif untuk mengekspresikan perasaan mereka. (1)
Pengobatan psikofarmakologis diindikasikan bila gangguan somatisasi
disertai dengan gangguan penyerta (misalnya: gangguan mood, gangguan depresi
yang nyata, gangguan anxietas. Medikasi harus dimonitor karena pasien dengan
gangguan somatisasi cenderung menggunakan obat secara berlebihan dan tidak
dapat dipercaya. (1)

SMF Psikiatri
RSU Dr.Pirngadi Medan 7
Gangguan Somatisasi 2011

KESIMPULAN
Gangguan sonatisasi adalah salah satu gangguan somatoform spesifik yang
ditandai oleh banyak keluhan fisik/gejala somatik yang banyak mengenai sistem
organ yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik
dan laboratorium.
Ciri utama gangguan somatisasi adalah adanya gejala-gejala fisik yang
bermacam-macam (multiple), berulang dan sering berubah-ubah, biasanya sudah
berlangsung sedikitnya 2 tahun, dan menyebabkan disabilitas individu tersebut di
masyarahat dan keluarga. Gangguan somatisasi merupakan gangguan yang
bersifat kronik dan progresif umumnya sedang sampai buruk.
Terapi gangguan somatisasi adalah dengan psikoterapi dan terapi
psikofarmakologis bila gangguan somatisasi tersebut disertai dengan gangguan
penyerta (seperti: depresi, anxietas, gangguan mood).

SMF Psikiatri
RSU Dr.Pirngadi Medan 8
Gangguan Somatisasi 2011

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Gangguan Somatoform, in Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA, et al
eds, Sinopsis Psikiatri, Jilid II, Edisi ke-7, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997,
hal 84-106.
2. Kusumawardhani, dkk. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 265-280
3. Pardamean E, Gangguan Somatoform, Ikatan Dokter Indonesia Cabang
Jakarta Barat, Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalam Rangka Menyambut
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Jakarta available from URL
http://www.idijakbar.com/prosiding/gangguan_somatoform.htm
4. Maslim R, Gangguan Somatoform, in Maslim R, eds, Buku Saku Diagnosis
Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III, Jakarta, 2001, 84-86

SMF Psikiatri
RSU Dr.Pirngadi Medan 9

Anda mungkin juga menyukai