Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai mana kita ketahui, untuk menjadi seorang wirausaha
atau kewirausahaan yang sukses tidak hanya mempunyai keterampilan di bidang
usaha tertentu akan tetapi juga mempunyai kemauan dan kemampuan (Jiwa
Kewirausahaan). Mampu dalam menangkap ide peluang peluang bisnis dan
manajerialnya, cakap untuk bekerja, mengorganisir, kreatif serta mempunyai
kemamuan yang kuat untuk konsisten dan tidak mudah menyerah (menyukai
tantangan).
Selanjutnya adalah tahap memasuki dunia usaha, ada tiga cara untuk
memulai atau memasuki dunia usaha atau kewirausahaan yaitu merintis usaha baru,
membeli perusahaan yang sudah ada di pasar dan kerja sama manajemen.
Sebelum kita membahas mengenai usaha baru dan model
pengembangannya, alangkah baiknya Kita mengetahui akan pengertian dan
tujuannya. Menurut Brown dan Protello, bisnis adalah suatu lembaga yang
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat, apabila kebutuhan
masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis inipun akan meningkat pula
perkembangannya dalam melayani masyarakat.
Sedangkan tujuan dari pembisinis itu adalah Untuk memasuki dunia usaha,
seseorang harus memiliki jiwa sebagai seorang wirausaha. Wirausaha adalah orang
yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian menghadapi resiko.
Sebagai pengelola sekaligus pemilik usaha, kita harus memiliki Kecakapan untuk
bekerja, mengorganisir, kreatif, dan lebih menyukai tantangan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Bisnis (Usaha) ?
2. Hal apa saja yang Harus Diperhatikan Dalam Membangun Sebuah Usaha
(Bisnis) Baru ?
3. Bagaimana Profil Usaha dan Pengembangannya ?
4. Bagaimana Analisis dan Evaluasi Usaha ?
5. Apasajakah Poin Kunci dari Usaha ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Bisnis (Usaha)
2. Mengetahui Hal Penting Yang Harus Diperhatikan Dalam Membangun
Sebuah Usaha (Bisnis) Baru.
3. Mengetahui Profil Usaha dan Pengembangannya
4. Memahami Analisis dan Evaluasi Usaha
5. Memahami Poin Kunci dari usaha

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bisnis (Usaha)


Pengertian lain dari bisnis menurut Hugnes dan Kapoor, adalah suatu
kegiatan usaha individu yang diorganisasi untuk menghasilkan atau menjual barang
dan jasa guna mendapatkan keuntungan dan memenuhi kebutuhan masyarakat
.Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Peggy Lambing (2000:90), 43%
responden (wirausaha) memulai usaha atau mendapatkan ide untuk berbisnis dari
pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan, 11% responden
memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar, sedangkan 46% memulai usaha
dikarenakan hobi.

2.2 Beberapa Hal Penting Yang Harus Diperhatikan Dalam Membangun


Sebuah Usaha (Bisnis) Baru.
Di antaranya adalah :
a. Jenis produk (barang) yang dibutuhkan dalam pasar,
b. konsumen terhadap produk (barang) yang diinginkan,
c. Daya beli konsumen dalam pasar tertentu, dan
d. usaha sejenis dalam pasar tersebut.
Dalam memasuki dunia bisnis, seseorang dituntut untuk tidak hanya memiliki
kemampuan tetapi juga ide dan kemauan. Ide dan kemauan itulah yang akan
diwujudkan dalam bentuk penciptaan/pembuatan barang dan jasa yang laku di
pasar.

2.2.1 Langkah-Langkah Dalam Memulai Usaha

1. Mengenali Peluang Usaha Seseorang dalam menangkap peluang, antara


lain juga bisa dipengaruhi oleh pengetahuan atau informasi yang
dimilikinya. Menurut Shane dikemukakan bahwa akses terhadap informasi
dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan hubungan sosial.

3
2. Optimalisasi Potensi Diri
Untuk memulai usaha perlu dilakukan self evaluation atau self assesment,
yaitu penilaian atas kemampuan diri sendiri. Caranya ialah dengan
menanyakan pada diri sendiri, misalnya: “Sesungguhya saya ini bisa apa
ya?”.
3. Dan untuk menunjang keberhasilan seorang wirausaha perlu
mengoptimalkan motivasi diri.
4. Fokus dalam Bidang Usaha
 Fokus berarti memusatkan perhatian pada suatu usaha tertentu yang sudah
ditekuninya, yaitu fokus pada produk dan fokus pada biaya rendahnya
(efisien dalam pebiayaan).
 Fokus, berarti pula ia menekuni bidang usahanya sampai ia dikenal oleh
pelanggan sebagai satu-satunya yang terbaik di bidang itu.
 Fokus, juga bisa dimaknai bahwa memulai berwirausaha berawal dari hal-
hal yang kecil dan terfokus berdasarkan sumberdaya yang dimilikinya.
5. Berani Memulai
6. Untuk memulai berusaha harus ada:
a. Peluang
b. Potensi diri
c. Motivasi yang tinggi
d. Keberanian memulai

2.2.2 Proses Memulai Bisnis


Apapun jenis dan bentuk bisnis yang akan kita jalani, pastinya mempunyai
proses. Proses-proses tersebut adalah;
1. Ide
Penemuan tidak sengaja dan pencarian ide dengan dasar pertimbangan.
Banyak kalangan mencari ide baru dengan melakukan beberapa usaha. Usaha ini
dapat dilakukan dengan cara magang pada usaha lain atau dengan cara membaca
beberapa tabloid atau majalah untuk dapat mengembangkan pikiran secara serius
mengenai ide membuka sebuah usaha baru.

4
Majalah atau tabloid dapat dijadikan sebagai pendukung untuk mencari sumber
pertimbangan ide baru.
2. Modal
Dalam hal ini, modal yang dimaksud bukan saja modal berupa uang, tetapi
juga berupa barang, orang (tenaga kerja/skill), dan juga fasilitas. Modal berupa
uang atau sumber dana tersebut dapat diperoleh dari kekayaan sendiri, dari badan-
badan keuangan (seperti; bank, pegadaian, koperasi), dan juga dari orang-orang
yang bersedia menjadi penyandang dana (investor/penanam modal).
3. Barang dan jasa
Menentukan barang dan jasa yang akan dijadikan sebagai objek bisnis
tentunya harus memiliki pasar (dibutuhkan konsumen dan laku di pasaran).
4. Pasar
Mengamati peluang pasar sebelum menciptakan barang dan jasa (barang dan
jasa apa yang sedang banyak diminati oleh konsumen).
5. Profit
Bila peluang pasar sudah tersedia, maka tinggal memproduksi barang dan jasa
yang telah ditentukan sebagai objek bisnis, memasarkannya dan segera
mendapatkan keuntungan dari penjualan barang dan jasa yang ditawarkan.

2.3 Profil Usaha dan Pengembangannya


1. Tahap Studi Kelayakan
Studi kelayakan usaha secara umum dapat dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Tahap Penemuan ide. Pada tahap ini wirausaha memiliki ide untuk merintis
usaha barunya. Ide tersebut kemudian dirumuskan dan diidentifikasi.
Misalnya peluang bisnis apa saja yang paling memberikan keuntungan,
yaitu: bisnis industri, perakitan, perdagangan, usaha jasa, atau jenis usaha
lainnya yang dianggap paling layak.
2) Memformulasikan Tujuan. Tahap ini adalah tahap perumusan visi dan misi
bisnis. Apa visi dan misi bisnis yang hendak diemban setelah jenis bisnis

5
tersebut diidentifikasi? Apakah misinya untuk menciptakan barang dan jasa
yang sangat diperlukan masyarakat sepanjang waktu ataukah untuk
menciptakan keuntungan yang langgeng?
3) Tahap Analisis. Proses sistematis yang dilakukan untuk membuat suatu
keputusan apakah bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak. Tahapan ini
dilakukan seperti prosedur proses penelitian ilmiah lainnya, yaitu dimulai
dengan mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menarik
kesimpulan. Kesimpulan dalam studi kelayakan usaha hanya dua, yaitu
dilaksanakan (go) atau tidak dilaksanakan (no go).
4) Tahap Keputusan. Langkah berikutnya adalah tahap mengambil keputusan
apakah bisnis layak dilaksanakan atau tidak. Karena menyangkut keperluan
investasi yang mengandung risiko, maka keputusan bisnis biasanya
berdasarkan beberapa kriteria investasi, seperti Pay Back Pe¬riod
(PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return, dan sebagainya
Setelah ide untuk memulai usaha muncul, maka langkah pertama yang harus
dilakukan adalah membuat perencanaan
Perencanaan usaha adalah suatu cetak biru tertulis (blue-print) yang berisikan
tentang misi usaha, usulan usaha, operasional usaha, rincian finansial, strategi
usaha, peluang pasar yang mungkin diperoleh, dan kemampuan serta keterampilan
pengelolanya. Perencanaan usaha sebagai persiapan awal memiliki dua fungsi
penting, yaitu :
 Sebagai pedoman mencapai keberhasilan manajemen usaha
 Sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dan
luar.
2. Kekuatan dan kelemahan Usaha Kecil
Bebenapa kekuatan usaha kecil antara lain:
1) Memiliki kebebasan untuk bertindak. Bila ada perubahan, misalnya
perubahan produk baru, teknologi baru, dan perubahan mesin baru, usaha
kecil bisa bertindak dengan cepat untuk menyesuaikan dengan keadaan
yang berubah tersebut. Sedangkan, pada perusahaan besar, tindakan cepat
tersebut susah dilakukan.

6
2) Fleksibel. Perusahaan kecil sangat luwes, ia dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan setempat. Bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran produk usaha
kecil pada umumnya menggunakan sumber-sumber setempat yang bersifat
lokal. Beberapa perusahaan kecil di antaranya menggunakan bahan baku
dan tenaga kerja bukan lokal yaitu menda-tangkan dari daerah lain atau
impor.
3) Tidak mudah goncang. Karena bahan baku dan sumber daya lainnya
kebanyakan lokal, maka perusahaan kecil tidak rentan terhadap fluktuasi
bahan baku impor. Bahkan bila bahan baku impor sangat mahal sebagai
akibat tingginya nilai mata uang asing, maka kenaikan mata uang asing
tersebut dapat dijadikan peluang dengan memproduksi barang-barang untuk
keperluan ekspor.
Kelemahan perusahaan kecil dua aspek, yaitu :
Aspek kelemahan struktural. Kelemahan dalam struktur perusahaan misalnya
kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam
pengendalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaan teknologi,
kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih lokal, dan terbatasnya akses
pasar. Kelemahan faktor struktural yang satu saling terkait dengan faktor yang lain
kemudian membentuk lingkaran ketergantungan yang tidak berujung pangkal dan
membuat usaha kecil terdominasi dan rentan.
Aspek kelemahan Kultural. Kelemahan kultural mengakibatkan kelemahan
struktural. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan
lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan,
pemasaran, dan bahan baku, seperti:
 Informasi peluang dan cara memasarkan produk.
 Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah, dan mudah
didapat.
 Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha besar dalam
menjalin hubungan kemitraan.
 Informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik desain, kualitas,
maupun kemasannya.

7
 Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan persyaratan yang
terjangkau.
3. Pengembangan Usaha Kecil
Banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen
modern tentang cara meraih keberhasilan usaha kecil dalam mempertahankan
eksistensinya secara dinamis. Dalam berbagai konsep strategi bersaing dikemu-
kakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung pada kemampuan
internal. Untuk menghadapi kondisi jangka panjang dan dinamis, perusahaan harus
dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada pengembangan sumber daya
internal secara superior (internal resource-based strategy) untuk menciptakan
kompetensi inti (core competency).
Agar perusahaan kecil berhasil take-off, maka harus ada usaha khusus yang
diarahkan untuk survival, consolidation, control, planning, dan expectation. Dalam
tahapan ini diperlukan penguasaan manajemen, yaitu mengubah pemilik sebagai
pengusaha (owners as businessman) yang merekrut tenaga dan diberi wewenang
secara jelas. Perubahan yang dilakukan, yaitu : bidang pemasaran harus mengubah
getting customer menjadi improve competitive situation, bidang keuangan tahap
cash flow berubah menjadi tahap tighten financial control, improve margin, and
control cost, dan bidang pendanaan usaha kecil harus sudah ventura capital (Yuyun
Wirasasmita,1993: 2).
Menurut teori the design school, perusahaan harus mendesain strategi
perusahaan yang ‘fit” antara peluang dan ancaman eksternal dengan kemampuan
internal yang memadai yang didukung dengan menumbuhkan kapabilitas inti (core
competency) yang merupakan
kompetensi khusus (distinctive competency) dan pengelohaan sumber daya
perusahaan.
Dalam konteks persaingan bebas yang semakin dinamis seperti sekarang,
perusahaan harus menekankan pada strategi pengembangan kompetensi inti
(building core competency), yaitu pengetahuan dan keunikan untuk menciptakan
keunggulan. Keunggulan tersebut dapat diciptakan melalui “The New 7-S’ strategy
(The New 7-S’s)”, yaitu :

8
1. Superior stakeholder satisfaction, yaitu mengutamakan kepuasan
stakeholder.
2. Strategic sooth saying, yaitu merancang strategi yang membuat kejutan atau
yang mencengangkan.
3. Position for speed, yaitu posisi untuk mengutamakan kecepatan.
4. Position for surprise, yaitu posisi untuk membuat kejutan.
5. Shifting the role of the game, yaitu strategi untuk mengadakan
perubahan/pergeseran peran yang dimainkan.
6. Signaling strategic intent, yaitu mengindikasikan tujuan dan strategi.
7. Simultanous and sequential strategic thrusts, yaitu membuat rangkaian
penggerak/pendorong strategi secara simultan dan berurutan.
Berdasarkan pandangan para ahli di atas, jelaslah bahwa kelangsungan hidup
perusahaan baik kecil maupun besar pada umumnya sangat tergantung pada strategi
manajemen perusahaan dalam memberdayakan sumber daya internalnya.

2.4 Analisis dan Evaluasi Usaha


Evaluasi Usaha adalah Suatu aktivitas untuk melakukan analisis kinerja suatu
usaha bisnis. Evaluasi usaha prinsip dasar utamanya adalah membandingkan
rencana usaha yang telah dibuat sebelum kegiatan dimulai dengan apa yang telah
dicapai pada akhir masa produksi.
Bagi pelaku usaha baik itu Usaha Kecil, Usaha Mikro atau Usaha menengah
mengalami kemandegan dalam sebuah usaha tentu merupakan sesuatu yang tidak
diinginkan dan tidak dikehendaki. Tentu setiap orang menginginkan selalu
mengalami kemajuan Usaha dari waktu ke waktu. Akan tetapi kemandegan dan
stagnasi usaha terkadang menjadi sesuatu hal yang tidak bisa dihindarkan, bahkan
terkadang harus mundur beberapa tahap.
Banyak hal yang bisa mempengaruhi kondisi usaha kita, pasar yang mulai
lesu, persaingan yang makin ketat, produktifitas menurun, biaya produksi yang
meningkat dan lain-lain. Bagaimana agar usaha selalu mengalami kemajuan, atau
paling tidak tidak surut ke belakang? Setelah rencana bisnis yang kita buat dengan
baik apakah sudah cukup? tentu tidak kita perlu melakukan evaluasi dan monitoring

9
usaha. Kuci untuk menuju sukses usaha adalah melakukan evaluasi terhadap usaha
yang sudah dilaksanakan.
Melakukan evaluasi kemajuan usaha merupakan proses yang berlangsung
terus menerus dan berkesinambungan. Evaluasi berangkat dari kegiatan montoring
setiap proses dalam usaha yang dijalankan, dari hasil monitoring dapat dibuat
analisis kemajuan, kemunduran dan pencapaian apa yang sudah dilaksanakan.
Evaluasi dan monitoring bagi seorang enterpreneur sekaligus menjadi sarana
belajar dan proses mengupgrade diri. dalam proses ini bisa jadi ditemukan hal-hal
baru dan strategi baru mencapai sukses bisnis.
1. Analisis Sosial
Adalah analisis untuk melakukan kajian secara mendalam tentang dampak
sosial yang ditimbulkan usaha tersebut.
Evaluasi Lingkungan
 Biaya dan manfaat sosial
 ANDAL
Evaluasi sosial masyarakat
 Hubungan dengan masyarakat
 Hubungan dengan pemerintah
2. Etika
Keyakinan mengenai tindakan yang benar dan yang salah dan tindakan yang baik
dan yang buruk yang mempengaruhi hal lainnya
3. Perilaku Etis
Perilaku yang sesuai dengan norma norma sosial yang diterima secara umum
sehubungan dengan tindakan tindakan yang bermanfaat dan yang
membahayakan
4. Perilaku Tidak Etis
Perilaku yang tidak sesuai dengan norma norma sosial yang diterima secara
umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang
membahayakan

10
5. Etika Bisnis
Perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan oleh seorang manajer atau majikan
suatu organisasi
6. Tanggung Jawab Sosial
Usaha suatu bisnis menyeimbangkan komitmennya terhadap kelompok dan
individu dalam lingkungannya, yang meliputi konsumen,bisnis lain, karyawan
dan investor
7. Sikap Obstruktif
Pendekatan terhadap tanggung jawab sosial yang melibatkan tindakan
seminimal mungkin dan mungkin melibatkan usaha-usaha menolak atau
menutupi pelanggaran yang dilakukan
8. Sikap Defensif
Pendekatan tanggung jawab sosial yang ditandai dengan perusahaan, hanya
memenuhi persyaratan hukum secara minimum atas komitmennya terhadap
kelompok dan individu dalam lingkungansosialnya
9. Sikap Akomodatif
Pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu perusahaan, dengan
melakukannya, apabila diminta, melebihi persyaratan hukum minimum, dalam
komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
10. Sikap Proaktif
Pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu perusahaan, yaitu
secara aktif mencari peluang untuk menyumbang demi kesejahteraan
kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya

2.4.1 Tujuan Evaluasi Kelayakan Usaha


Evaluasi kelayakan usaha merupakan suatu usaha untuk mengetahui sejauh
mana tingkat keberhasilan pelaksanaan proyek, apakah proyek tersebut berjalan
sesuai rencana dan akan memberikan hasil seperti yang diharapkan. Terdapat
beberapa kegunaan dari studi kelayakan, yaitu:

11
1) Memandu pemilik dana untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang
dimilikinya,
2) Memperkecil resiko kegagalan investasi dan bisa memperbesar peluang
keberhasilan investasi yang bersangkutan. (Umar : 2003)

2.4.2 Tahap-Tahap Evaluasi Kelayakan Usaha


Secara umum studi kelayakan usaha akan mencakup beberapa aspek yaitu:
aspek pemasaran, aspek teknis, aspek finansial, aspek legal dan aspek lingkungan.
Dalam kenyataan tidak semua aspek harus diteliti, hanya aspek yang dibutuhkan
saja yang perlu dianalisis lebih lanjut. Untuk kasus ini hanya meneliti aspek pasar,
aspek teknis dan aspek finansial saja.
1. Monitoring Dan Evaluasi Usaha
Hal yang menjadi dasar setiap pelaku usaha untuk maju adalah keyakinan diri
bahwa ia mampu untuk maju dan sukses dalam bisnis, jika cara berfikir ini cukup
kuat maka satu tiket untuk sukses sudah didapat. Langkah selanjutnya adalah
melaksanakan dan belajar dengan melakukan (learning by doing). Apa saja yang
perlu dievaluasi dalam sebuah bisnis?
1) Posisi Keseluruhan Usaha
Posisi keseluruhan Usaha digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pencapaian hasil dari keseluruhan usaha. Dengan begitu bisa diketahui
berapa jumlah harta (modal/pendapatan usaha), berapa jumlah hutang-
hutang pada pihak lain, Berapa rata-rata pengeluaran dalam sebulan, dan
berapa pendapatan bersih yang diperoleh setiap bulannya.
2) Apakah Ada kemajuan atau Kemunduran usaha
Posisi keuangan biasanya menjadi patokan utama dalam Evaluasi kemajuan
atau kemunduran sebuah usaha, meski bukan yang segala-galanya. Setelah
mengetahui posisi keuangan , selanjutnya melakukan evaluasi terhadap
kegiatan usaha . Apakah usaha mengalami kemajuan atau kemunduran?
3) Lakukan langkah perbaikan atau pengembangan
Hasil evaluasi usaha yang menunjukkan beberapa parameter dipergunakan
sebagai bahan untuk melakukan langkah selanjutnya. Caranya, berikanlah

12
perhatian pada penjualan yang menurun. Dimana kira-kira letak
kesalahannya, sehingga Anda bisa melakukan langkah-langkah efektif
untuk mengatasinya, dan bisa segera melakukan ‘penyehatan’ agar usaha
Anda kembali berjalan baik.
4) Pikirkan target usaha Anda selanjutnya
Evaluasi sebuah usaha juga bisa dimanfaatkan sebagai baha untuk mencapai
merencanakan target pertumbuhan usaha selanjutnya. Jika hasil usaha sudah
menunjukkan pertumbuhan usaha yang mengalami kenaikan, tentu bukan
sebagai bahan berbuas diri, justru menjadi bahan untuk mencapai target dan
strategi yang baru.
 Menjalankan usaha tanpa melakukan evaluasi, seperti anda berpergian
ketempat asing tanpa peta atau petunjuk jalan.
 Anda tidak akan pernah tau perkembangan usaha atau tujuan anda tanpa
adanya evaluasi.
 Evaluasi juga diperlukan untuk mengetahui posisi usaha anda sekarang
ataupun untuk menjad ipatokan dalam mengembangkan usaha.
2. Analisa Aspek Pasar
Evaluasi aspek pasar sangat penting dilakukan karena tidak ada proyek bisnis
yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang/jasa yang dihasilkan oleh
proyek tersebut. Pada dasarnya, analisis pasar bertujuan untuk mengetahui berapa
besar luas pasar, pertumbuhan permintaan dan pangsa pasar dari produk yang
bersangkutan.
a. Penentuan Pasar
Pasar merupakan kimpulan seluruh pembeli aktual dan potensial dari suatu
produk. Dalam penentuan pasar ada beberapa kriteria pasar yang harus diukur
untuk mempermudah penentuan pasar sasaran, yaitu :
 Pasar potensial adalah sejumlah konsumen atau pelanggan yang
mempunyai minat terhadap suatu penawaran pasar.
 Pasar tersedia adalah sekumpulan konsumen yang mempunyai minat,
penghasilan dan akses penawaran pasar tertentu

13
 Pasar sasaran adalah bagian dari pasar yang memenuhi syarat dan juga
bersedia untuk dimasuki perusahaan kita. (Chumaidiyah : 2004a)
b. Peramalan Permintaan
Metode peramalan permintaan dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu :
1. Metode Kuantitatif
Metode yang menggunakan data kuantitatif untuk peramalan, yaitu metoda
rata dan metoda eksponensial smoothing.
2. Metoda Kualitatif
Metode ini tidak menggunakan data berupa angka, metode-metode yang
digunakan yaitu metode eksploratori dan metode normatif. Metode
eksploratori menggunakan asumsi titik asal pada saat ini dan masa lalu
untuk proyeksi masa datang. Metode normatif bermula dari kondisi ideal
dan melihat kemungkinan-kemungkinan dengan kondisi saat ini.
3. Peramalan Tanpa Data Statistik
 Peramalan analisis menurut sektor pemakai
 Memperhatikan faktor-faktor politik
 Evaluasi akhir ukuran pasar
3. Analisa Aspek Teknis
Analisis aspek teknis antara lain menentukan jenis teknologi yang paling
sesuai dengan
kebutuhan usaha yang dikaji. Beberapa faktor yang dipertimbangan dalam
pemilihan jenis teknologi
antara lain:
1. Jenis teknologi yang diajukan harus memenuhi standard mutu yang sesuai
dengan keinginan pasar atau konsumen.
2. Teknologi harus sesuai dengan persyaratan yang diperlukan untuk mencapai
skala produks yang ekonomis.
3. Pilihan jenis teknologi yang diusulkan sering dipengaruhi oleh
kemungkinan pengadaan tenaga ahli, pengadaan bahan baku, dan bahan
penunjang yang diperlukan untuk penerapannya. Seringkali keterbatasan

14
pengadaan salah satu bahan baku, baik dalam kualitas maupun kuantitas
akan membatasi perencanaan proyek, serta berpengaruh pada biaya.
4. Pemilihan teknologi hendaknya dikaitkan dengan memperhatikan jumlah
dana yang diperlukan untuk pembelian mesin serta peralatan yang
dibutuhkan.
5. Perlu juga meninjau pengalaman penerapan teknologi yang bersangkutan
oleh pihak lain di tempat lain, sehingga dapat diketahui apakah teknologi
tersebut telah dapat disetarakan dengan baik.
4. Analisis Aspek finansial
Analisis aspek finansial dipergunakan untuk mengetahui karakteristik
finansial dari suatu perusahaan melalui data-data akuntansinya. Karena dari data-
data finansial tersebut dapat ditentukan bagaimana prospeknya dimasa depan.
Untuk menentukan suatu investasi layak atau tidak dan untuk memilih alternatif
investasi yang ditawarkan, diperlukan suatu dasar bagi pihak pengambil keputusan
untuk melakukan evaluasi investasi.
Pentingnya Evaluasi :
 Mengetahui Posisi Usaha Anda. 50%
 Mengetahui Kemajuan Usaha anda. 24%
 Mengambil langkah Perbaikan/ Pengembangan Usaha 16%
 Target Usaha andaSelanjutnya. 10%
Metoda Evaluasi Usaha :
 Menggunakan daftar pertanyaan untuk menganalisis masalah.
 Menggunakan laporan kinerja organisasi.
 Menyusun flow-chart untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinanterjadi
resiko pada masing-masing tahap.
 Inspeksi langsung.
 Melakukan interaksi intensif dengan unit-unit.
 Mengadakan benchmarking dengan pihak luar untuk berbagi pengalaman.
 Melakukan analisis terhadap bentuk-bentuk kerjasama.
 Melakukan analisis lingkungan (ansos)

15
2.5 Poin Kunci
a. Sebuah sistem penilaian kinerja dapat memotivasi staf untuk melakukan
yang terbaik untuk diri mereka sendiri dan praktek dengan mempromosikan
pengakuan staf dan memperbaiki komunikasi.
b. Evaluasi harus dilakukan secara adil, konsisten dan obyektif untuk
melindungi karyawan Anda dan praktek Anda.
Sebuah sistem penilaian kinerja yang efektif memiliki bentuk evaluasi
standar, tolok ukur kinerja, pedoman umpan balik dan prosedur disiplin.
1. Mengembangkan bentuk evaluasi.
Evaluasi Kinerja harus dilakukan secara adil, konsisten dan obyektif untuk
melindungi kepentingan karyawan Anda dan untuk melindungi praktek
Anda dari tanggung jawab hukum. Salah satu cara untuk memastikan
konsistensi adalah dengan menggunakan formulir evaluasi standar untuk
evaluasi masing-masing. Bentuk yang Anda gunakan harus fokus hanya
pada bidang kinerja pekerjaan penting. Membatasi area fokus membuat
penilaian lebih bermakna dan relevan dan memungkinkan Anda dan
karyawan untuk mengatasi isu-isu yang paling penting. Anda tidak perlu
menutup setiap detail kinerja seorang karyawan dalam evaluasi.
2. Identifikasi pengukuran kinerja.
Standar pengukuran kinerja, yang memungkinkan Anda untuk
mengevaluasi kinerja karyawan secara obyektif, dapat mengurangi jumlah
waktu dan stres yang terlibat dalam mengisi formulir evaluasi. Meskipun
mengembangkan langkah-langkah ini dapat menjadi salah satu bagian
memakan waktu lebih banyak untuk menciptakan sistem evaluasi kinerja,
itu juga salah satu yang paling kuat.
Ukuran kinerja standar dapat bahkan objektif mengukur beberapa daerah
kerja yang lebih subyektif kinerja, seperti kebiasaan kerja. Sebagai contoh, Anda
dapat menetapkan ukuran yang obyektif untuk pertemuan dengan mendefinisikan
jumlah kali diterima seorang karyawan bisa lambat atau tidak selama jangka waktu
tertentu.

16
Namun, ukuran kinerja standar tidak selalu bekerja untuk daerah subyektif lainnya,
seperti sikap. Dalam kasus ini, itu masih penting untuk seobjektif mungkin dalam
evaluasi Anda. Jangan mencoba untuk menggambarkan sikap, misalnya, melainkan
menggambarkan perilaku karyawan, yang adalah apa yang menyampaikan sikap,
dan konsekuensi dari perilaku untuk berlatih . Sebagai contoh: "karyawan ini telah
gagal untuk mendukung rekan kerja. Ketika anggota lain dari departemennya tidak
ada, ia menolak untuk mengambil tugas-tugas tambahan yang diperlukan untuk
memproses pasien secara tepat waktu .” Perilaku ini menyebabkan backlog pasien,
tempat beban pada staf dan kompromi kerja sama tim yang efektif. "

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bisnis atau usaha adalah suatu kegiatan usaha individu yang diorganisasi
untuk menghasilkan atau menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan
dan memenuhi kebutuhan masyarakat .Menurut hasil survey yang dilakukan oleh
Peggy Lambing (2000:90), 43% responden (wirausaha) memulai usaha atau
mendapatkan ide untuk berbisnis dari pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di
beberapa perusahaan, 11% responden memulai usaha untuk memenuhi peluang
pasar, sedangkan 46% memulai usaha dikarenakan hobi.
Tiga cara memasuki dunia usaha, ada 3, yaitu;
1. merintis usaha baru,
2. membeli perusahaan dari orang lain, dan
3. kerjasama manajemen.
Unsur yang harus diperhatikan dalam merintis perusahaan baru, diantaranya,
adalah;
1. bidang dan jenis usaha,
2. bentuk usaha dan kepemilikan perusahaan,
3. tempat usaha,
4. organisasi usaha,
5. jaminan usaha, dan
6. lingkungan usaha.
Bagaimana cara dan apapun bidang/jenis usaha yang akan kita masuki
pastilah memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk itu kita harus dapat menentukan
bidang dan jenis usaha apa yang akan kita mulai, apakah kita mempunyai keahlian
di bidang usaha yang akan kita masuki tersebut, agar tidak mengalami kejadian
yang fatal dikemudian hari, yaitu usaha yang kita dirikan hancur atau berhenti
begitu saja karena kita tidak memiliki kompetensi di bidang usaha yang kita mulai.
Kami dari seluruh anggota pemakalah, mengucapkan selamat dan semoga sukses
bagi anda yang akan memulai karir dengan memasuki dunia usaha.

18
3.2 Saran
Semoga makalah ini bisa dijadikan salah satu panduan untuk memulai karir
anda. Sekian pembahasan mengenai “Merintis Usaha Baru dan Model
Pengembangannya”. Mungkin terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
sekalian, agar di waktu yang akan dating, makalah ini akan semakin sempurna.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Mardiyatmo. 2006, KEWIRAUSAHAAN. Jakarta: Yudhistira.


2. Suryana. 2006, KEWIRAUSAHAAN. Jakarta: Salemba Empat.
3. Budiarta, Kustoro, dkk. 2007, PENGANTAR BISNIS. Medan.
4. Manurung. 2005, KEWIRAUSAHAAN. Medan.

20

Anda mungkin juga menyukai