Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
Keunggulan dari kacang Gude adalah mudah ditanam, mempunyai
daya adaptasi yang luas, toleran terhadap kekeringan, tahan rebah dan
polong tidak mudah pecah. Sehingga mempunyai potensi yang baik untuk
dikembangkan di daerah kering dan agak tandus (Syam, 1988, Karsono
dan Sumarno, 1989). Selain itu kacang Gude mempunyai kandungan
nutrisi cukup baikya itu sebagai sumber protein (20-30%) vitamin (A, B
dan C) dan mineral (kalsium, besi dan fosfor) (Syam,1985). Belum banyak
yang menggunakan kacang gude sebagai bahan pakan sehingga kacang
gude masuk pada golongan pakan inkonvensional maka dari itu makalah
ini kami buat agar masyarakat lebih mengatahui masih terdapat banyak
potensi lokal yang belum diujicobakan yang sebenarnya kandungan nutrisi
dan dari segi palatabilitas pada ternak tidak jauh berbeda.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2. Antinutrien Kacang Gude
Ada beberapa perlakuan untuk mengurangi zat antinutrien dari kacang Gude,
yaitu:
4
b. Fermentasi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Torres et al. (2006), fermentasi
dapat mengurangi asam pitat (48%), dan aktivitas inhibitor tripsin (39%).
Dan Tranggono et al. (1992) melaporkan bahwa dengan fermentasi,
akvitas enzim tripsin meningkat 45-72%. Namun, fermentasi ini tidak
mempunyai pengaruh nyata pada kandungan tannin.
5
Di Jawa, biji gude segar maupun yang sudah kering, biasa dijual di
pasar-pasar tradisional. Masyarakat Jawa mengolah biji gude menjadi
sayur yang disebut jubleg, atau dibuat bongko. Bumbunya bawang merah,
bawang putih, kencur, daun salam, garam dan parutan kelapa yang masih
agak muda. Kalau sayur gude hanya cukup direbus dalam wadah, maka
bongko dibungkus satu per satu dengan daun pisang, baru kemudian
dikukus. Rasa kacang gude sangat khas, hingga sulit untuk dibandingkan
dengan kacang-kacangan lain.
Meskipun areal jagung juga rapat, namun umur tanaman ini hanya
3,5 bulan, hingga pada bulan-bulan selanjutnya gude dapat menerima sinar
matahari penuh, sampai dengan saat panen pada musim kemarau.
Pengolahan lahan untuk budidaya gude secara monokultur, tidak perlu
sebaik pada penanaman tumpangsari. Sebab gude mampu tumbuh dengan
cukup baik, di lahan-lahan marjinal. Bahkan lahan alang-alang yang
dibabat serta dibakar pun, bisa ditanami gude dengan cara ditugal. Tidak
lama kemudian alang-alang memang akan tumbuh, dan menutup tanaman
gude yang masih muda.
6
pada hari keempat sampai dengan kelima. Kalau tiga biji ini tumbuh
semua, tetap harus dibiarkan besar hingga kelihatan, mana tanaman yang
tumbuh kerdil dan harus dibuang. Kalau tiga individu tanaman ini tumbuh
sama suburnya, maka tiga-tiganya harus dipelihara.
7
tanaman semusim. Setelah dipanen, tanaman gude akan mati, hingga
diperlukan penanaman baru dengan benih baru.
8
berbentuk kupu- kupu, daun mahkota kuning atau krem, bendera pada
bagian dorsalnya berwarna merah, jingga atau ungu.
Table 2.2. Perbandingan Nilai Gizi Kacang Gude dan Kacang Lain.
9
BAB III
KESIMPULAN
10
Perbandingan Nilai Gizi Kacang Gude dan Kacang Lain.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997. Cajanus cajan (L.) Millsp(Center for New Crops and Plants
Products).http://www.hort.purdue.edu/newcrop/duke_energy/Cajanus_caja
n.
Karsono, S dan Sumarno. 1989. Kacang Gude. Balittan Pangan Malang. Hal 39-
42.
Kay, D .E . 1979 . Food Legumes . Tropical Products Institute Corp and Product
Digest. No. 3 . London.
Singh, Faujdar dan B. Diwakar. 1993. Nutritive Value and Uses of Pigeonpea and
Groundnut. International Crops Research Institute for the Semi-Arid
Tropics.India. http://www.icrisat.org/Training/sds.14.
12
Singh, U.K ., C . JAIN, R . JA2vIBuNATHAN, and D.G. FAms . 1984 .
Nutritional quality of vegetable pigeonpeas (Cajanus Cajan L) : Dry
Matter accumulation, carbohydrates and protein . Journal ofFood Science
49 (3) : 799 – 802.
Syam, M. 1985. Kacang Glide (Kacang Hiris) prospeknya cukup baik untuk
dikembangkan . Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7 : 2 – 3.
13