BAB IV
A. Pendahuluan
Bangunan bertingkat rendah adalah, bangunan yang terdiri dari satu sampai
dengan lima lantai. BBR umumnya memiliki sistem struktur yang masih
sederhana, tidak menggunakan alat transportasi vertikal, kecuali tangga sebagai
alat penghubung antar lantai.
Bangunan bertingkat sedang adalah banguann yang terdiri dari lima sampai
sepuluh lantai. BBS menggunakan alat transportasi vertikal dan sistem pemadam
kebakaran aktif (sprinkler).
utilitas yang lengkap seperti transportasi vertikal, alat pemadam kebakaran dengan
sistem sprinkler, alat pembersih bangunan gondola dan lainnya.
Dengan kata lain metode pelaksanaan konstruksi adalah suatu metode atau
cara pelaksanaan pekerjaan pada proyek konstruksi dimana perencana (design
plan) dan pelaksana (actuating) memegang kendali dalam berjalannya suatu
proyek konstruksi dari perencanaan awal proyek sampai pekerjaan proyek selesai.
1) Urutan pekerjaan
2) Jenis pekerjaan
4) Keselamatan kerja
6) Air tanah
Dalam suatu proyek diperlukan tim yang solid, karena pada tahapan
pelaksanaan pekerjaan membutuhkan persiapan matang dari rencana kerja dan
teknis pekerjaan yang didukung oleh tenaga pelaksana professional mulai dari
Project Manager, Site Manager, Architecture, Engineer dan Tenaga ahli
professional lainnya.
Persiapan
Dewatering
Metode Konstruksi
Struktur Bawah
Gedung Bertingkat
Struktur Atas
Finishing
Persiapan
Access road
Site Plan
Pengukuran
Angkutan Vertikal
Dewatering
Open Pumping
Pre Drainage
Cut Off
Struktur Bawah
Fondasi Dalam
Galian Basement
Struktur Basement
Ground beam
Struktur Atas
Kolom/Balok/Slab
Shear/Core Wall
Lift Slab
Finishing
Bagian Luar
Bagian Dalam
Dalam bab ini, pelaksanaan pekerjaan yang akan penulis uraikan adalah
tentang pekerjaan yang dilaksanakan dan dialami penulis selama kerja praktek di
proyek pembangunan proyek pembangunan Rumah Sakit Grha Kedoya, dengan
pelaksanaan pekerjaan antara lain :
Pekerjaan sumur resapan
Pekerjaan struktur beton kolom, balok, pelat
B. Peralatan
Pada Proyek Rumah Sakit Grha Kedoya sebagain besar peralatan dimiliki
oleh kontraktor sendiri tapi ada juga peralatan alat-alat berat yang menggunakan
alat berat sewa, karena biaya akan lebih murah. Berikut ini akan diuraikan
peralatan konstruksi dalam proyek Rumah Sakit Grha Kedoya.
b. Tower Crane
struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor dan material lainnya. Penempatan
tower crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek konstruksi
bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang.
Bagian dari crane adalah mast atau tiang utama, jib dan counter jib,
counterweight, trolley dan tie ropes. Mast merupakan tiang vertikal yang berdiri
diatas base atau dasar. Jib merupakan tiang horizontal yang panjangnya
Lengan pada crane yang disebut sebagai jib terdiri dari dua macam yaitu
saddle jib dan lufting jib. Saddle jib adalah lengan yang mendatar dengan sudut
90o terhadap mast atau tiang tower crane. Jib jenis ini dapat bergerak 360o. Saddle
jib terdiri dari dua bagian yaitu jib panjang yang berfungsi untuk pengangkatan
material dan jib pendek berfungsi untuk penyeimbnag (counter jib).
Pada proyek Rumah Sakit Grha Kedoya digunakan tower crane jenis
“Free Standing Crane”, yaitu crane yang berdiri diatas pondasi yang khusus
dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika crane harus mencapai ketinggian yang besar
maka digunakan pondasi dalam seperti tiang pancang. Syarat pondasi crane
adalah pondasi tersebut harus mampu menhan momen akibat angin dan ayunan
beban, berat crane dan berat material yang diangkat. Free standing crane dapat
berdiri sampai dnegan ketinggian 100 m. Tiang utama (mast) diletakkan diatas
dasar (footing block) dengan diberi ballast sebagai penyeimbang (counterweight).
Ballast ini terbuat dari beton atau baja.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan beton. Yang
pertama adalah segregasi. Segregasi dapat terjadi pada saat pengangkuatan beton
plastis. Untuk menghindari segregasi maka tinggi jatuh beton pada saat
dikeluarkan dari atau dimasukkan keadalam drum mixer (bucket) harus lebih kecil
dari 1,5 m. Faktor lainnya yaitu jarak tempuh pengangkutan.
d. Dump Truck
1) Untuk batuan , dasar bak dialasi papan kayu agar tidak mudah rusak,
2) Untuk aspal, bak dilapisi oleh solar agar aspal tidak menempel pada pada
permukaan bak. Agar aspal tidak cepat dingin tutup bagian atas dengan
terpal.
3) Untuk material lengket seperti lempung basah, pilih bak bersudut bulat.
e. Bulldozer
Pada proyek - proyek konstruksi, terutama proyek yang ada hubungannya dengan
pemindahan tanah, bulldozer digunakan pada pelaksanaan pekerjaan seperti
berikut :
f. Tandem Roller
Tandem roller digunakan untuk penggilasan akhir, artinya fungsi alat ini
adalah untuk meratakan permukaan tanah. Tandem roller tidak dipakai untuk
permukaan batuan keras dan tajam karena dapat merusak roda. Ada dua model
tandem roller, yaitu two axle tandem roller dan three axle tandem roller. Model
yang pertama mempunyai berat berkisar 8 -14 ton. Ballast yang dipaki biasanya
cairan. Sedangkan three axle tandem roller berfungsi untuk menmbah kepadatan.
Biasanya three axle tandem roller dipakai pada proyek lapangan terbang.
Ada beberapa jenis alat pemancang tiang yang umum digunakan dalam
proyek konstruksi. Palu atau hammer yang berfungsi sebgai lat tiang pancang
tersebut adalah :
Drop Hammer
Diesel Hammer (pemancang diesel)
Hydraulic Hammer (pemancangan hidrolis)
Vibratory pile driver (pemancangan dengan getaran)
Dalam proyek Rumah Sakit Grha Kedoya digunakan alat pemancang tiang
yaitu “Drop Hammer”. Drop hammer merupakan palu berat yang diletakkan pada
kertinggian tertentu diats tiang. Palu tersebut kemudian dilepaskan dan jatuh
mengenai bagian atas tiang yaitu kepala tiang.
Untuk menghindari tiang menjadi rusak akibat tumbukan, maka pada kepala
tiang dipasangkan semacam topi atau cap sebgai penambahan energi atau shock
absorber. Biasanaya cap dibuat dari kayu. Palu dijatuhkan sepanjang alurnya.
Pada bagian atas palu terdapat kabel yang berfungsi untuk menahan supaya palu
tidak jatuh lebih jauh. Ukuran umum palu berkisar antara 250 kg sampai 1500 kg.
tinggi jatuh palu berkisar antara 1,5 sampai 7 meter yang bergantung dari jenis
bahan dasar pondasi. Jika diperlukan energi yang besar untuk memencang tiang
pondasi maka sebaiknya menggunakan palu yang berat dengan tinggi jatuh yang
lebih kecil daripada palu yang lebih ringan dengan tinggi jatuh yang lebih besar.
Akan tetapi alat ini pun memiliki beberapa kekurangan. Kekurangannya dari alat
ini adalah :
Theodolith adalah alat untuk mengukur dua buah sudut vertikal dan
horisontal. Theodolite merupakan alat utama dalam survei dan pekerjaan teknis,
terutama pada pekerjaan pengukuran tanah.
Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as
bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat
tidak miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi tanah dan
elevasi tanah galian timbunan.
b. Waterpass
Waterpass adalah alat yang digunakan untuk menetukan elevasi / peil lantai,
balok, lain – lain yang membutuhkan elevasi. Alat ini sangat berguna untuk
mengecek ketebalan lantai saat pengecoran, sehingga lantai yang dihasilkan dapat
datar. Selain itu, waterpass juga dapat digunakan untuk pengecekan bekisting
pada kolom.
c. Sipatan ( Marker )
b. Bar Cutter
c. Generator listrik
Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari
sumber energi mekanikal, biasanya dengan menggunakan induksi
elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit listrik. Generator
mendorong muatan listrik untuk bergerak melalui sebuah sirkuit listrik eksternal
tetapi generator tidak menciptakan listrik yang sudah ada didalam kabel lilitannya.
b. Stamper
Stamper adalah alat yang digunakan dalam pekerjaan tanah seperti
memadatkan tanah
c. Vibrator
Mortar Silo merupakan tabung yang berisi agregat halus (pasir) dan semen
atau yang biasa disebut dengan semen instan. Untuk proyek besar dimana
kebutuhan mortar sangat banyak maka biasanya Mortar Silo dibangun dalam
suatu proyek. Pada Proyek RS Grha Kedoya digunakan produk mortar dari Mortar
Utama. Mortar tersebut digunakan untuk berbagai pekerjaan, misalnya saja
plesteran.
c. Trolly
d. Terminal
Terminal digunakan untuk mobilitas material dan alat yang digunakan pada
kondisi yang sulit dijangkau. Terminal dipasang pada ujung terluar dinding setiap
lantai untuk memudahkan pendistribusian material dan peraltan dari lantai dasar
ke lantai atas, dimana pengangkutan tersebut dibantu oleh tower crane.
e. Halimak/Passanger Hoist
f. Jaring pelindung
g. Tangga Proyek
C. Material
dikerjakan di lapangan. Agregat halus yang digunakan sebagai bahan pengisi pada
proyek ini harus memenuhi beberapa syarat berikut :
a. Butiran – butiran pasir kasar, tajam dan keras, harus bersifat kekal ( tidak
hancur karena pengaruh cuaca ).
b. Pasir terdiri dari butir – butir yang beraneka ragam.
c. Pasir tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak.
d. Pasir laut tidak boleh digunakan di dalam semua mutu beton, kecuali dengan
menggunakan petunjuk – petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan – bahan
yang diakui.
e. Mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.
2. Agregat Kasar
Agregat kasar berupa butir – butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak harus memenuhi kriteria sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0 %
berat, sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90 % sampai 98 % berat dan
selisih antara sisa – sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah
maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan – batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu.
Agregat kasar harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak berpori.
3. Semen
Semen Portland atau biasa disebut semen adalah bahan pengikat hidrolis
berupa bubuk halus yang diohasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bhan ini
terutama terdiri dari bahan silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan
batu gips sebgai bahan tambahan. Bahan baku pembuatn semen adalah bahan –
bahan yang mengdung kapur, silika, alumina, oksida besi dan oksida-oksida lain.
Semen digunakan sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan konstruksi, antara lain
Semen Portland, mengacu pada SNI 15-2049-2004
Standar ini membagi semen menjadi lima jenis sebagai berikut
a) Jenis I, yaitu semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan – persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan
pada semen jenis lainnya.
b) Jenis II, yaitu semen Portland yang penggunaannya memerlukan
ketahanan pada sulfat atau kalor hidrasi sedang.
c) Jenis III, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
d) Jenis IV, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kalor hidrasi rendah.
c) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi :
1) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton
yang menggunakan air dari sumber yang sama.
2) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat
dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurang – kurangnya sama dengan 90 % dari kekuatan benda uji yang dibuat
dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus
dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan
diuji sesuai dengan metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis
(menggunakan specimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm) (ASTM C 109).
5. Bahan Tambah
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan
bahan tambah yang bersifat mineral (additive).
Admixture adalah bahan atau zat kimia yang ditambahkan didalam adukan
beton pada tahap mula –mula sewaktu beton masih segar. Jika ditinjau dari
fungsinya, menurut ASTM membagi bahan tambah untuk beton membagi 7 jenis.
3) Adhimix
4) Betamix
Untuk mengukur tinggi slump digunakan alat yang dinamakan alat slump, yang
terdiri dari :
a) Corong baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya.
Bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atasnya berdiameter 10 cm dan
tinggi konus 30 cm
Adukan beton yang mudah dikerjakan atau dituang dan dipadatkan dalam
cetakan, biasanya mempunyaui nilai slump anatara 7 cm samapi 12 cm. Berikut
ini tabel penetapan acuan nilai slump beton pada berbagai bentuk pekerjaan,
Nilai Slump (cm)
Pemakaian Beton
Maksimum Minimum
Dinding, pelat fondasi dan telapak bertulang 12,5 5
Fondasi telapak tidak bertulang dan
9 2,5
struktur dibawah tanah
Pelat, balok, kolom dan dinding 15 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5
Pembetonan masal 7,5 2,5
1. Pekerjaan Kolom
a. Pendahuluan
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya
menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom merupakan suatu elemen
struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total.
pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom
menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus
kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman
tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan
antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan
tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua
material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain
seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.
Dimensi kolom direncanakan sesuai beban yang diterima dan mutu beton
bertulang yang digunakan, semakin besar beban yang diterima maka dimensi
kolom pada dasarnya adalah tipikal untuk setiap lantai. Kolom ada dua macam
yaitu Kolom Utama dan kolom Praktis. Kolom utama adalah kolom yang fungsi
utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya sedangkan kolom
praktis adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil.
b. Metode Pelaksanaan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perencanaan. Besi merupakan
material yang sangat penting dalam beton bertulang, sehingga perlu dijaga mutu
dan kualitasnya.
3. Pembesian kolom
b. Diberi beton decking untuk menjaga jarak antar sisi bekisting dengan baja
tulangan sehingga terbentuk ruang untuk selimut beton.
5. Pengecoran Kolom
Setelah bekisting selasai dipasang, maka diadakan pengecekan posisi kolom
oleh surveyor dengan menggunakan theodolith. Hal ini untuk menjaga kelurusan
bangunan dan ketepatan pemasangan kolom.
Untuk menjaga supaya permukaan beton tidak retak maka sewaktu beton
mengeras perlu perawatan. Fungsi utama dari perawatan ini adalah :
a) Menghindarkan kehilangan zat cair yang banyak ketika pengerasan beton
pada jam–jam awal.
b) Menghindarkan kebanyakan penguapan air dari beton pada pengerasan
beton pada suhu yang tinggi.
c) Menghindarkan perbedaan temperature dalam beton yang mengakibatkan
retakan pada beton.
Perawatan beton dilakukan setiap hari selama 2 minggu dengan cara
menggenangi permukaan beton dengan air sehingga penguapan berlebih dari
beton dapat dikurangi. Dengan demikian retak–retak beton yang timbul akibat
pengaruh cuaca dapat dihindari.
a. Pendahuluan
b. Metode Pelaksanaan
Penentuan as balok dan plat lantai mengikuti posisi kolom. Terutama balok
yang berhubungan langsung dengan kolom. Hal yang sangat diperhatikan adalah
posisi elevasi pelat lantai dan balok. Penentuannya adalan sebagai berikut:
a. Dari dasar kolom diukur setinggi 1 m dan diberi elevasi pada kolom tersebut.
b. Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang lain juga diberi
elevasi yang sama.
c. Dari elevasi tersebut, digunakan sebagai patokan yaitu diukur sesuai tinggi
yang diinginkan sebagai elevasi dasar bekisting balok dan pelat.
Pelaksanaan pekerjaan bekisting balok dan plat lantai, adalah sebagai berikut :
Pada pembesian plat lantai maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Untuk menjamin selimut beton cukup tebal, maka diberi beton decking.
b. Untuk menjaga jarak antar tulangan atas dengan tulangan bawah tetap maka
perlu dipasang kaki ayam, diletakkan pada daerah tumpuan antara tulangan
atas (tarik) dan tulangan bawah (tekan).
Pengecoran balok dan pelat lantai menggunakan metode yang sama dengan
pengecoran kolom. Sebelum diadakan pengecoran diadakan pemeriksaan terlebih
dahulu, yaitu:
120
Kekuatan tekan (%)
100
80
60
40
20
0
0 5 10 15 20 25
Rongga - rongga udara (%)
7) Tinggi jatuh tidak boleh lebih dari 1,5 meter. Jika terjadi jarak yang lebih
besar maka perlu ditambahkan alat bantu seperti tremi atau pipa.
8) Tidak dilakukan penuangan selam terjadi hujan agar kedap air tetap
terjaga, kecuali jika pengecoran dilakukan dibawah atap.
9) Setiap kali penuangan tebal lapisan maksimum 30 - 45 cm, agar
pemadatannya dapat dilaksanakan dengan mudah
10) Penuangan hanya berhenti dititk momen sama dengan nol.
Bleeding ini dapat dikurangi dengan cara; (1). Memberi banyak semen, (2)
menggu akan air sedikit mungkin, (3) menggunakan butir halus yang lebih banyak
Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS, semakin rendah
mutu kekuatan beton. Namun demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak
selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Ada batas-bats dalam hal ini.
Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan pengerjaan, yaitu kesulitan
dalam pelaksanaan pemadatan yang akhirnya akan menyebabkan mutu beton
menurun. Umumnya nilai FAS minimum diberikan sekitar 0,4 dan maksimum
0,65.