JUDUL
PEMAIN
1. TASYA DEVITA
2. IRMA SHOLIKHAH
3. SILVIA MAYA
4. NUR FADHILA
5. SHEREENA JEH-LONG
6. YULIANA HANISA
Sinopsis : Pada zaman penjajahan, terdapat beberapa kelompok perempuan-perempuan desa yang
kehidupannya terbelenggu dan serba terbatasi. Emansipasi mereka sebagai seorang perempuan
sangat di jajah. Mereka dilarang untuk menempuh pendidikan, karna mereka memiliki pandangan dan
doktrin bahwasannya perempuan hanyalah bayang-bayang, mereka tidak perlu melangkah jauh, dan
selangkah lebih dibelakang daripada laki-laki. Kemudian ada seorang nyonya menir dari belanda, dia
adalah seorang istri dari Panglima tempur. Dia bernama Jeessea (Silvia Maya) yang memiliki pemikiran
yang sama dengan perempuan-perempuan pribumi, ia merasa bahwa kedudukan perempuan pribumi
sangat tersudutkan. Olehkarenanya, Jeessea secara sembunyi-bunyi memberikan ilmu dan
pengajaran agar mereka memiliki pengetahuan dan tidak terbelakang dengan salah satu caranya tak
lain adalah belajar berkomunikasi bahasa Inggris. Sejalan dengan bergulirnya waktu mereka tidak juga
menemui titik terangnya. Salah seorang perempuan pribumi yang bernama R.A Kartini ( Irma
Shoikhah) ingin melakukan suatu perubahan dan pembelaan terhadap diri-diri perempuan ribumi
yang tetindas.
Adegan 1:
Suat ketika sebuah keluarga kecil yang beranggotakan ibu dengan dua anak perempuannya tengah
bercengkrama di dapur tuanya
Anak 1 : Mengapa setiap pagi kerjanya begini saja ya, pagi bertemu malam terkena asap api saja.
Sangat membosankan.
Anak 2 : Wajah sampai seperti pantat panci. Sudah buruk di tambah hitam lagi.
R.A Kar : Lalu kita harus bagaimana? Demo dengan siapa? Ingin berbicara sampai mulut kalian berbusa
yang mendengar juga siapa? Baiklah, kalian disini saja dan ibu akan pergi ke tetangga sebelah
unuk meminta kayu bakar lagi.
Adegan 2:
Di situasi yang lain, Ibu raden ajeng kartini pergi untuk meminta kayu bakar dengan tetangga sebelah
rumahnya. Dan sesampainya disana Ibu kartini menceritakan apa yang di keluhkan oleh kedua anak
perempuannya.
R.A Kartini : saya mau minta kayu bakarnya sedikit, apa ada bu?
Tukiyem : oh iya ada, silahkan masuk dulu, saya ambilkan kayu bakarnya dibelakang
...
R.A Kartini : terimakasih bu, oh iya bu saya mau cerita, tadi anak-anak saya pada mengeluh kata
mereka “mengapa keadaan kita selalu seperti ini tidak ada perubahan bagi para perempuan untuk
bisa memiliki kehidupan yang lebih baik”
Tukiyem : iya bu, saya juga merasakan letih, tiap hari suami saya selalu merendahkan saya, katanya
saya hanya bisa melakukan pekerjaan di dapur saja.
Tidak lama kemudian ibu Sarinah datang ke rumah Ibu Tukiyem sambil menangis
Sarinah : saya benar-benar sakit hati, saya habis dipukuli suami saya dan dia pergi bersama istri
barunya pergi meninggalkan saya, dia berkata bahwa saya sebagai istri tidak ada gunanya bagi dia
karena saya tidak bisa kasih dia anak dan saya sakit-sakitan hanya menyusahkan hidupnya saja.
Saat para ibu berkumpul di rumah ibu Tukiyem, datanglah seorang perempuan Belanda yang bernama
Jessie, dia adalah istri dari Panglima tempur tentara Belanda dan dia adalah seorang guru bahasa dan
keterampilan. Dia datang dengan membawa buku-buku untuk mereka pelajari.
Jessie : I feel bad for you miss Sarinah, in this situation I hope strength be with you. Anyway, i have
a book and it tells about Woman Emancipation. Based on what I see, i really dont like how men treat
women in Indonesia, so i will try my best to teach you about knowlegde.
Nimas: mom i feel bored to be at home everyday, i want to look up for a job
Nimas: what if we work to the dutch? Who knows we can learn from them
Ra kartini: i will let you to work but i will pick the boss for you. I have a dutch friend and she is so kind,
i am going to ask her to give you some work