Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

ANALISIS JURNAL TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK


UNTUK ULKUS DIABETIK
Dosen Pengampu: Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB.

MAKALAH

oleh
Bella Fitra Mardatillah
NIM 152310101131

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Alamat : Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto
TUGAS KEPERAWATAN KOMPLEMENTER
ANALISIS JURNAL TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK
UNTUK ULKUS DIABETIK
Dosen Pengampu: Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB.

MAKALAH
diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Komplementer

oleh
Bella Fitra Mardatillah
NIM 152310101131

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Alamat : Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto

i
PRAKATA

Segala puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmad, taufiq, hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Analisis Jurnal Terapi Oksigen Hiperbarik untuk Ulkus Diabetik”
yang dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan
Komplementer.
Pembuatan makalah ini tidak luput dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB., selaku PJMK mata kuliah
Keperawatan Komplementer,
2. seluruh dosen pengajar mata kuliah Keperawatan Komplementer,
3. seluruh dosen pengajar dan staf karyawan di Fakultas Keperawatan Universitas
Jember,
4. keluarga penulis yang senantiasa memberi dukungan dan do’a,
5. teman-teman penulis yang senantiasa memberi semangat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karenanya, penulis sangat terbuka dalam menerima kritik maupun saran yang
bersifat membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat menjadi
lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 4 April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
PRAKATA ..................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
BAB 2. PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1 Terapi Hiperbarik ...................................................................... 3
2.1.1 Definisi Terapi Oksigen Hiperbarik ................................... 3
2.1.2 Sejarah Terapi Oksigen Hiperbarik .................................... 3
2.1.3 Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik ................................... 3
2.1.4 Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik ........................ 4
2.1.5 Efek Samping Terapi Oksigen Hiperbarik ......................... 5
2.2 Analisis Jurnal Hiperbarik untuk Ulkus Diabetik .................. 5
BAB 3. PENUTUP ......................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 9
3.2 Saran ............................................................................................ 9
3.2.1 Saran bagi Pemerintah ........................................................ 9
3.2.2 Saran bagi Masyarakat ........................................................ 9
3.2.3 Saran bagi Perawat ............................................................. 9
3.2.4 Saran bagi Mahasiswa Keperawatan .................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 11

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Diabetes melitus adalah salah satu penyakit dimana kadar gula darah
seseorang melebihi batas normal. Diabetes melitus atau DM tidak dapat dianggap
remeh begitu saja karena jika dibiarkan akan menyebabkan komplikasi, seperti
nefropati, retinopati, neuropati dan lain sebagainya. Salah satu komplikasi dari
diabetes yang paling sering dijumpai adalah ulkus diabetik. Ulkus diabetik adalah
luka pada penderita diabetes dimana luka tersebut sukar sembuh dan dapat
semakin memburuk bahkan dapat merusak lapisan kulit dalam. Salah satu faktor
yang berkontribusi dalam pemburukan ulkus diabetik adalah komplikasi
neuropati, dimana penderita kehilangan sensasi rasa nyerinya sehingga penderita
tidak tahu bahwa terdapat luka. Akibatnya luka tersebut tidak mendapat
penanganan yang tepat dan cepat sehingga luka semakin parah. Penanganan ulkus
diabetik pun tidak seperti perawatan luka pada umumnya, melainkan
menggunakan teknik khusus.
Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular dengan jumlah penderita
cukup banyak. Di Amerika Serikat, 9,4% dari populasi orang Amerika atau sekitar
30,3 juta orang Amerika terkena diabetes (CDC, 2017). Di Indonesia sendiri,
penderita diabetes melitus mencapai 12.191.564 jiwa pada tahun 2013 (Kemenkes
RI, 2014). Tingginya penderita diabetes ini tentu juga berpengaruh pada jumlah
penderita diabetes yang terkena ulkus diabetik. Ditemukan bahwa prevalensi
ulkus kaki diabetik global adalah 6,3% dimana lebih tinggi pada pria, yaitu
sebesar 4,5% dibandingkan pada wanita, yaitu sebesar 3,5% serta lebih tinggi
pada pasien diabetes tipe 2, yaitu sebesar 6,4% (Zhang et al., 2017). Lebih dari
60% amputasi non-traumatik di Amerika Serikat terjadi pada penderita diabetes
dan 85% dari kasus amputasi ekstremitas bawah pada penderita diabetes
disebabkan karena ulkus diabetik (Huang et al., 2015).
Diabetes melitus merupakan penyakit dimana penderita memiliki kadar gula
darah yang tinggi. Tingginya kadar gula darah pada penderita diabetes
menyebabkan konsentrasi darah meningkat sehingga aliran darah tidak lancar.

1
Keadaan ini akan menyebabkan apabila terjadi luka pada penderita diabetes, luka
tersebut akan sukar sembuh dan jika tidak diberikan penanganan yang tepat akan
timbul ulkus diabetik. Individu dengan diabetes melitus sering memiliki fungsi
leudukxis dan fagositosis yang meningkatkan kemungkinan pengembangan
infeksi luka hingga 17 kali lipat (Chen et al., 2017). Oleh karenanya, penderita
diabetes sangat rentan terkena ulkus diabetik.
Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang tidak dapat
disembuhkan. Satu-satunya cara agar diabetes melitus tidak menyebabkan
komplikasi adalah dengan mengontrol diet dan gaya hidup agar kadar gula darah
dapat terkontrol dengan baik. Seiring dengan kemajuan perkembangan teknologi,
semakin banyak variasi terapi kesehatan menggunakan teknologi yang canggih.
Salah satu bentuk perkembangan teknologi di bidang kesehatan adalah terapi
oksigen hiperbarik. Terapi oksigen hiperbarik dapat digunakan sebagai terapi
penunjang untuk menyembuhkan ulkus diabetik. Melalui pemberian terapi
oksigen hiperbarik, penyembuhan ulkus diabetik dapat lebih cepat. Hal yang perlu
diperhatikan adalah terapi hiperbarik hanya sebagai terapi penunjang untuk
menyembuhkan ulkus diabetik, sehingga penderita tetap perlu melakukan diet
yang benar dan juga perawatan ulkus diabetik.

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Terapi Oksigen Hiperbarik


2.1.1 Definisi Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi hiperbarik adalah prosedur noninvasif nonmedis, memanfaatkan
daya penyembuhan oksigen dengan memberikannya kepada pasien yang
berada di sisi ruang hiperbarik khusus menggunakan kompresor udara atau
chamber oksigen dimana oksigen akan bekerja pada tingkat sel dengan
diserap ke dalam jaringan di dalam tubuh yang kekurangan oksigen sehingga
dapat disembuhkan atau dijauhkan dari kematian (Maxfield, 2017). Terapi
oksigen hiperbarik (HBOT) adalah terapi bernapas menggunakan oksigen
100% sementara di bawah tekanan atmosfer yang tinggi dan telah ada sejak
tahun 1600-an (Latham, 2017). Terapi oksigen hiperbarik adalah terapi
dengan pemberian oksigen 100% untuk dihirup di dalam chamber yang
bertekanan tinggi.
2.1.2 Sejarah Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik merupakan pengembangan dari terapi yang
ada pada tahun 1600-an. Pada tahun tersebut, terdapat bentuk terapi yang
menggunakan ruang bertekanan tinggi. Kemudian pada tahun 1879, beberapa
dokter mulai mengembangkan perawatan yang menggunakan ruangan
bertekanan tinggi tersebut. Ruang terkenal pertama yang digunakan untuk
terapi oksigen hiperbarik dibangun dan dijalankan oleh seorang pendeta
Inggris bernama Henshaw. Dia membangun struktur yang disebut domicilium
yang digunakan untuk mengobati banyak penyakit. Ruangan itu diberi
tekanan udara atau tidak ditekan menggunakan bellow. (Latham, 2017).
2.1.3 Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik diindikasikan untuk individu yang
mengalami gangguan kesehatan sebagai berikut (UIHC, 2017).
- Emboli udara atau gas
- Gangren gas
- Cedera yang parah

3
- Sindrom kompartemen
- Iskemia perifer akut
- Penyakit dekompresi
- Peningkatan penyembuhan dalam masalah luka yang dipilih
- Anemia kehilangan darah yang luar biasa
- Nekrosis infeksi jaringan lunak
- Osteomielitis
- Cedera radiasi yang tertunda (jaringan lunak dan nekrosis tulang)
- Cangkok kulit
- Keracunan karbon monoksida
Selain diindikasikan untuk individu yang mengalami gangguan kesehatan
seerti yang disebutkan di atas, terapi oksigen hiperbarik juga dapat membantu
penyembuhan dari kerusakan jaringan karena radiasi dan luka kaki pada
penderita diabetes atau ulkus diabetik (UIHC, 2017).
2.1.4 Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik membawa banyak manfaat bagi kesehatan
tubuh. Namun, terapi oksigen hiperbarik tidak boleh diberikan pada individu
dengan kondisi tertentu. Terapi oksigen hiperbarik dikontraindikasikan pada
individu dengan kondisi sebagai berikut.
Tabel 1. Kontraindikasi Pemberian Terapi Oksigen Hiperbarik
Kontraindikasi Alasan Kontraindikasi Kondisi yang Diperlukan
Sebelum Pemberian Terapi
Oksigen Hiperbarik
Pneumotorak - Tension pneumothorax Torakostomi
yang tidak - Pneumomediastinum
diobati
Asma Udara terperangkap yang Perlu dikontrol dengan
dapat menyebabkan medikasi yang baik
pneumotorak
Penyakit Paru Hilangnya dorongan Observasi ketika pasien

4
Obstruktif untuk bernapas berada dalam chamber
Kronis (PPOK)
Demam tinggi Risiko tinggi kejang Sediakan antipiretik
Kejang Memiliki ambang kejang Harus tetap dalam program
yang rendah medikasi
Infeksi saluran Barotrauma Resolusi gejala
pernapasan atas
(Sumber: Latham, 2017)
2.1.5 Efek Samping Terapi Oksigen Hiperbarik
Efek samping dari pemberian terapi oksigen hiperbarik sangat jarang
terjadi karena proses yang aman dan kondisi chamber yang telah didesain
dengan aman dan nyaman (Sechrist Industries, 2008). Terapi oksigen
hiperbarik tidak akan menimbulkan efek samping negatif jika pemberiannya
sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang ada. Efek terburuk
jika pemberian terapi oksigen hiperbarik berlebihan dapat menyebabkan
toksisitas oksigen, claustrophobia dan perubahan tekanan dalam tubuh
(Sechrist Industries, 2008).

2.2 Analisis Jurnal Terapi Oksigen Hiperbarik untuk Ulkus Diabetik


Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang memiliki
jumlah penderita cukup banyak. Diabetes melitus dapat menimbulkan sejumlah
komplikasi mikro maupun makro. Salah satu komplikasi yang timbul pada
penderita diabetes melitus adalah luka yang sukar sembuh. Penderita diabetes
melitus sangat rentan terkena ulkus diabetik karena neuropati yang terjadi pada
penderita diabetes dapat menghilangkan sensasi rasa pada indera perabaan dimana
ketika terdapat luka, rasa nyeri tidak terasa sehingga tidak segera mendapat
perawatan yang tepat. Individu dengan diabetes melitus sering memiliki fungsi
leudukxis dan fagositosis yang meningkatkan kemungkinan pengembangan
infeksi luka hingga 17 kali lipat (Chen et al., 2017). Sekitar 40% pasien dengan
infeksi kaki diabetes kembali ke rumah sakit untuk perawatan berulang dan
sebanyak 85% individu yang dengan ulkus diabetik mengalami amputasi serta

5
68% akan meninggal dalam waktu 5 tahun setelah amputasi (Chen et al., 2017).
Dalam 1 tahun, satu dari 20 penderita diabetes memiliki ulkus diabetik dan sekitar
50% dari kasus, amputasi tungkai bawah dilakukan pada pasien diabetes
(Stoekenbroek et al., 2014).
Ulkus diabetik memerlukan perawatan tersendiri yang cukup berbeda dengan
perawatan luka pada umumnya. Proses penyembuhan ulkus diabetik memerlukan
waktu yang panjang dan kontrol gula darah yang baik. Saat ini, perkembangan
teknologi dalam bidang kesehatan sudah semakin pesat. Salah satu perkembangan
teknologi dalam bidang kesehatan adalah terapi oksigen hiperbarik. Terapi
oksigen hiperbarik ini dapat menjadi terapi penunjang dalam mengatasi ulkus
diabetik. Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT) atau terapi oksigen hiperbarik
digunakan sebagai terapi penunjang bersamaan dengan terapi topikal dan
sistemik, termasuk debridemen, faktor pertumbuhan turunan trombosit manusia
rekombinan, atau pengganti kulit lainnya pada orang dengan ulkus diabetik yang
tidak stabil atau memburuk (Chen et al., 2017). Terapi hiperbarik adalah terapi
dengan menghirup oksigen murni 100% dan tekanan udara 1,3-6 atm di dalam
hyperbaric chamber atau ruang khusus untuk terapi hiperbarik (Cahyono, 2017).
Pemberian terapi hiperbarik pada penderita diabetes dengan ulkus diabetik tidak
bisa berdiri sendiri, tetapi juga diikuti dengan perawatan ulkus diabetik dan
kontrol gula darah yang baik. Ruang terapi hiperbarik ini tersedia dalam dua jenis,
yaitu multiperson chamber dimana satu ruangan dapat diisi beberapa orang dan
single chamber dimana satu ruangan hanya untuk satu orang. Pasien diabetes
dengan ulkus diabetik ditempatkan di ruang hiperbarik setiap 5 hari dalam
seminggu selama 1 bulan dengan tekanan atmosfir absolut sebesar 2,5 selama 120
menit di setiap sesi terapi (Chen et al., 2017). Terdapat pula yang menyatakan
bahwa HBOT untuk ulkus diabetik melibatkan pemberian oksigen 100% secara
intermiten, biasanya dalam sesi harian masing-masing 90 menit, pada tekanan
atmosfir 1,5-3,0 absolut (ATA) di kabin kedap udara (Stoekenbroek et al., 2014).
Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari terapi osigen hiperbarik,
sebaiknya terapi dilakukan sedikitnya 20 kali terapi (Chen et al., 2017).
Pemberian terapi oksigen hiperbarik memerlukan pengawasan yang ketat karena

6
jika terjadi kesalahan atau kecelakaan akan berbahaya bagi pasien di dalam
hyperbaric chamber dimana ruangan dengan oksigen 100% mudah sekali
menimbulkan kebakaran.
Terapi penunjang untuk ulkus diabetik tidak hanya melalui terapi oksigen
hiperbarik. Salah satu bentuk inovasi terapi dalam perawatan ulkus diabetik
adalah dengan balutan luka ulkus diabetik menggunakan resapan madu Manuka.
Terapi oksigen hiperbarik dan teknik balutan luka dengan resapan madu Manuka
tentu sangat berbeda dari segi teknik dan cara kerja dari masing-masing terapi.
Pada perawatan balutan luka dengan resapan madu Manuka, hal yang diterapkan
adalah pemberian madu Manuka dalam perawatan ulkus diabetik sebagai
antibakteri. Efek terapi oksigen hiperbarik berbeda dengan efek terapi balutan
luka menggunakan resapan madu Manuka pada ulkus diabetik. Efek terapi
hiperbarik sendiri adalah mampu menekan beberapa sitokin, seperti interleukin-1
(IL-1) dan interleukin-6 (IL-6) untuk memicu respon inflamasi lokal serta
menekan nekrosis faktor-alpha (TNF-α) dan interleukin-10 (IL-10) untuk
menginduksi kematian jaringan yang dapat merangsang sitokin anti-inflamasi
(Chen et al., 2017). Sedangkan efek dari terapi balutan luka menggunakan resapan
madu Manuka adalah madu Manuka dapat dijadikan sebagai antibakteri aktif
dimana telah ditemukan bahwa madu Manuka mampu menahan perkembangan
dan mencegah pembelahan sel bakteri, seperti bakteri Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa dan vancomycin (Kamaratos et al., 2014). Madu
Manuka mengandung Methylglyoxal, yaitu komponen yang berperan sebagai zat
antibakteri aktif. Perbedaan efek dari kedua terapi tersebut sama-sama bertujuan
menyembuhkan ulkus diabetik, mungkin perbedaan lain yang muncul dari kedua
terapi tersebut adalah biaya yang dibutuhkan untuk terapi. Biaya untuk terapi
oksigen hiperbarik cenderung mahal karena teknologi yang digunakan sudah
cukup canggih dan aman, sedangkan biaya untuk balutan luka menggunakan
resapan madu Manuka dapat dikatakan lebih ekonomis karena madu Manuka
dapat dijadikan sebagai pengganti dari antibiotik pada perawatan ulkus diabetik.
Namun, untuk di Indonesia sendiri, madu Manuka masih sulit didapatkan
sehingga madu Manuka diimpor dan harga penjualannya pun menjadi kurang

7
terjangkau. Terapi oksigen hiperbarik dan balutan luka menggunakan resapan
madu Manuka untuk perawatan ulkus diabetik memiliki kekurangan dan
kelebihannya masing-masing yang dapat menjadi pertimbangan bagi pasien dan
keluarga dalam memilih terapi penunjang yang akan digunakan.
Tujuan dari pemberian terapi penunjang dengan terapi oksigen hiperbarik
pada kasus ulkus diabetik adalah untuk membantu proses penyembuhan ulkus
diabetik dan mempercepat proses pemulihan dari ulkus diabetik itu sendiri. Terapi
oksigen hiperbarik dapat meningkatkan dispersi oksigen ke jaringan yang rusak,
mengurangi peradangan serta menekan pertumbuhan bakteri anaerob, sehingga
dapat menyembuhkan ulkus diabetik (Chen et al., 2017). Hal yang menjadi
penting adalah pemberian terapi oksigen hiperbarik bukan menjadi terapi utama
dalam mengatasi ulkus diabetik, tetapi juga perlu didukung oleh kontrol gula
darah yang baik, perawatan ulkus diabetik dan pengaturan diet yang tepat serta
olahraga yang cukup. Penyembuhan ulkus diabetik akan menurunkan peluang
kemungkinan amputasi pada penderita diabetes dengan ulkus diabetik.

8
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terapi oksigen hiperbarik adalah terapi dengan pemberian oksigen 100%
untuk dihirup di dalam chamber yang bertekanan tinggi. Terapi hiperbarik ini
dapat menjadi terapi penunjang dalam mengatasi ulkus diabetik. Pemberian terapi
hiperbarik pada penderita diabetes dengan ulkus diabetik tidak bisa berdiri sendiri,
tetapi juga diikuti dengan perawatan ulkus diabetik dan kontrol gula darah yang
baik. Tujuan dari pemberian terapi penunjang dengan terapi oksigen hiperbarik
pada kasus ulkus diabetik adalah untuk membantu proses penyembuhan ulkus
diabetik dan mempercepat proses pemulihan dari ulkus diabetik itu sendiri.
Penyembuhan ulkus diabetik akan menurunkan peluang kemungkinan amputasi
pada penderita diabetes dengan ulkus diabetik.

3.2 Saran
3.2.1 Saran bagi Pemerintah
Pemerintah perlu memfasilitasi masyarakat Indonesia untuk mengenali
dan memahami perkembangan teknologi atau inovasi dalam bidang
kesehatan. Dengan memperluas pengetahuan masyarakat tentang
perkembangan teknologi dalam bidang kesehatan, diharapkan masyarakat
dapat lebih tergerak untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi dalam bidang kesehatan yang ada.
3.2.2 Saran bagi Masyarakat
Penting bagi masyarakat untuk terbuka terhadap informasi terkait
perkembangan teknologi dalam bidang kesehatan. Masyarakat perlu
merasakan manfaat yang diperoleh dari teknologi yang berkembang dalam
bidang kesehatan.
3.2.3 Saran bagi Perawat
Perawat perlu memberikan layanan konseling bagi masyarakat atau
klien yang akan menerima terapi oksigen hiperbarik. Perawat perlu

9
menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur dan efek yang mungkin muncul dari
pemberian terapi oksigen hiperbarik.
3.2.4 Saran bagi Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa keperawatan dapat mengembangkan teknologi dalam terapi
oksigen hiperbarik melalui sebuah penelitian. Mahasiswa keperawatan juga
dapat memperluas pengetahuan masyarakat tentang terapi penunjang untuk
penyembuhan ulkus diabetik dengan terapi oksigen hiperbarik melalui
kegiatan pendidikan kesehatan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Tri. 2017. Penyehatan Udara. Yogyakarta: Penerbit Andi.


Chen, C.Y., R.W. Wu, M.C. Hsu, C.J. Hsieh, M.C. Chou. 2017. J Wound Ostomy
Continence Nurs. Adjunctive Hyperbaric Oxygen Therapy for Healing of
Chronic Diabetic Foot Ulcers. 00(0):1-10.
Huang, Enoch T., J. Mansouri, M.H. Murrad, W.S. Joseph, M.B. Strauss, W.
Tettelbach, E.R. Worth. 2015. UHM 2015. A Clinical Practice Guideline
for The Use of Hyperbaric Oxygen Therapy in The Treatment of Diabetic
Foot Ulcers. 42(3): 205-247.
Kamaratos, Alexandros V., K.N. Tzirogiannis, S.A. Iraklianou, G.I.
Panoutsopoulos, I.E. Kanellos, A.I. Melidonis. 2014. International Wound
Journal. Manuka Honey-Impregnated Dressings In The Treatment of
Neuropathic Diabetic Foot Ulcers. 11: 259 – 263.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Infodatin: Waspada Diabetes. Jakarta Selatan:
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Latham, Emi. 2017. Hyperbaric Oxygen Therapy. Diambil dari
https://emedicine.medscape.com/article/1464149-overview [31 maret 2018]
Maxfield, William S. 2017. The Oxygen Cure: A Complete Guide to Hyperbaric
Oxugen Therapy. USA: Humanix Books.
National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion (CDC).
2017. National Diabetes Statistics Report, 2017: Estimates of Diabetes and
Its Burden in the United States. Amerika Serikat: CDC.
Sechrist Industries Inc. 2008. Diabetic Foot Ulcer Treatment Using Hyperbaric
Oxygen Therapy Guide. Didapat dari http://sechristusa.com/pdf/sechrist-
diabetik-hyperbaric-guide_v1_2.pdf [1 April 2018]
Stoekenbroek, R.M., T.B. Santema, D.A. Legemate, D.T. Ubbink, A. van den
Brink, M.J.W. Koelemay. 2014. European Journal of Vascular and
Endovascular Surgery. Hyperbaric Oxygen for The Treatment of Diabetic
Ulcers: A Systematic Review. 47(6):647-655.
University of Iowa Hospitals and Clinics. 2017. Indications of Hyperbaric Oxygen
Therapy. Didapat dari https://uihc.org/health-library/indications-hyperbaric-
oxygen-therapy [1 April 2018]
Zhang, Pengzi, J. Lu, Y. Jing, S. Tang, D. Zhu, Y. Bi. 2017. Journal Annals of
Medicine. Global Epidemiology of Diabetic Foot Ulceration: A Systematic
Review and Meta-analysis. 49(2): 106-116.

11

Anda mungkin juga menyukai