Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NOC, NIC
ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM PADA An. R
DI MELATI 2 INSKA RSUP DR. SARDJITO
DEFINISI
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal > 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
KLINIS
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berusia 6 bulan - 5 tahun. Kejang disertai
demam pada bayi < 1 bulan tidak termasuk kejang demam. Jika anak berusia < 6
bulan atau > 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan
lain seperti infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Anak
yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang saat demam, tidak
termasuk dalam kejang demam.
Kejang demam dibagi atas 2 jenis:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure); yaitu :
Kejang demam yang berlangsung singkat, < 15 menit dan umumnya akan berhenti
sendiri. Kejang berupa kejang umum tonik atau klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang demam tidak berulang dalam 24 jam. Kejang jenis ini merupakan 80% dari
seluruh kejang demam
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure); yaitu :
Kejang dengan salah satu ciri berikut :
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin; dilakukan untuk evaluasi
penyebab demam, atau keadaan lain; misalnya pemeriksaan darah perifer, elektrolit
dan gula darah. Punksi lumbal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis; risiko meningitis bakterialis adalah 0.6% - 6.7 %. Jika yakin
klinis bukan meningitis, tidak perlu dilakukan.
Mengingat manifestasi klinis meningitis sering tidak jelas pada bayi maka pada:
1. Bayi < 12 bulan sangat dianjurkan punksi lumbal
2. Bayi antara 12 – 18 bulan dianjurkan
2. Bayi antara 12 – 18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
EEG tidak direkomendasikan karena tidak dapat memprediksi berulangnya kejang
atau memperkirakan risiko epilepsi dikemudian hari. Pemeriksaan EEG dapat
dilakukan pada kejang demam tak khas; misalnya pada anak usia > 6 tahun atau
kejang demam fokal.
Pencitraan seperti foto X ray, CT scan atau MRI kepala hanya dilakukan jika ada:
1. Kelainan neurologik fokal menetap (misal hemiparesis)
2. Paresis n.VI (n. abdusens) - bola mata tidak dapat melirik ke lateral
3. Papiledema
PENATALAKSANAAN
Saat kejang
Umumnya kejang berlangsung singkat dan berhenti sendiri. Jika masih kejang
diberikan diazepam intravena 0.3 – 0.5 mg/kg.bb iv diberikan dalam waktu 3 – 5
menit, dosis maksimal 20 mg. Atau diazepam per rektal 5 mg. untuk anak dengan
berat badan < 10 kg,. dan 10 mg. jika berat badan > 10 kg. Atau diazepam per rektal 5
mg. untuk usia < 3 tahun dan 7.5 mg. untuk usia > 3 tahun. Jika setelah pemberian
diazepam per rektal kejang belum berhenti, dapat diulang dengan dosis sama setelah
selang waktu 5 menit. Jika setelah dua kali pemberian diazepam per rektal masih
belum berhenti, dianjurkan ke rumah sakit.
Di rumahsakit :
Diberikan diazepam intravena 0.3 – 0.5 mg/kg.bb. Jika masih tetap kejang, berikan
fenitoin intravena 10-20 mg/kg.bb/kali dengan kecepatan 1 mg/menit atau < 50
mg/menit. Jika berhenti dosis selanjutnya fenitoin 4-8 mg/kg.bb/hari dimulai 12 jam
setelah dosis awal. Jika masih belum berhenti, rawat di ruang intensif.
Pengobatan rumat/pencegahan/profilaksis
Diberikan jika:
1. Kejang lama > 15 menit
1. Kejang lama > 15 menit
2. Ada kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya paresis
Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal
Dipertimbangkan jika:
1. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
2. Terjadi pada bayi < 12 bulan
3. Kejang demam ≥ 4 kali/tahun
Jenis obat :
Pilihan pertama saat ini ialah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kg.bb/hari dibagi
2-3 dosis; atau fenobarbital 3-4 mg/kg. bb/hari dibagi dalam 1-2 dosis. Asam valproat
dapat menyebabkan gangguan fungsi hati pada sebagian kecil kasus terutama pada
usia < 2 tahun; fenobarbital dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan
belajar pada 40% - 50% kasus.
Lama pengobatan:
Diberikan selama 1 tahun bebas kejang; kemudian dihentikan bertahap dalam 1-2
bulan.
PROGNOSIS
Risiko cacad akibat komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal. Ada penelitian retrospektif yang melaporkan kelainan
neurologis pada sebagian kecil kasus, biasanya terjadi pada kasus dengan kejang
lama atau kejang berulang. Kematian akibat kejang demam tidak pernah dilaporkan.
Risiko berulang
Faktor risiko berulangnya kejang demam :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia < 12 bulan
3. Suhu rendah saat kejang demam
4. Cepatnya kejang setelah demam
Jika semua faktor risiko ada , risiko berulang 80%; jika tidak ada hanya 10-15%.
Sebagian besar berulang pada tahun pertama (setelah kejang).
Risiko epilepsi
Faktor risiko epilepsi adalah jika ada :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung.
Masing-masing faktor risiko meningkatkan risiko epilepsi sampai 4% – 6%;
kombinasi faktor risiko tersebut meningkatkan risiko epilepsi menjadi 10%– 49%.
kombinasi faktor risiko tersebut meningkatkan risiko epilepsi menjadi 10%– 49%.
Risiko epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat/profilaksis pada
kejang demam.
PENGKAJIAN
Orang Tua/Wali
Orang Tua/Wali
Nama Ayah/Ibu : Bp. M/Ibu R
Pekerjaan Ayah/Ibu : Swasta/Guru
Pendidikan : SLTA/SPG
Alamat : Sumberadi, Mlati, Sleman
Anak lahir spontan pervaginam di dokter Sp.OG pada usia kehamilan 9 bulan 10
hari, presentasi kepala, ketuban jernih, setelah lahir anak langsung menangis. Gerak
aktif, tidak biru dan tidak kuning. Berat badan lahir 3400 gr panjang badan 52 cm.
Post natal anak kontrol dan mendapat imunisasi di Puskesmas
3. Penyakit yang pernah diderita : Sebelumnya anak belum pernah
menderita penyakit berat.
yang lain baik. Selama dirawat di RS anak sering dijengauk oleh saudara.
3. Hubungan dengan teman sebaya : Oleh ibu anak sering diajak bermain
dengan teman sebayanya.
dengan teman sebayanya.
F. Riwayat Keluarga
1. Sosial ekonomi : Anak tinggal dengan orang tua dan saudara
kandung di rumah sendiri ayah bekerja dibidang swasta dan ibu bekrja
sebagai guru TK. Pendapatan perbulan ± Rp 1.000. 000,-
4. Tidur dan istirahat : an. R tidur mulai jam 08.00 hingga jam
06.00, kadang tertidur kembali. Siang tidur 3-4 jam/hari.
2. Kulit : turgor baik, tidak ada ptechie dan diaperras
3. Kepala : bersih, ubun-ubun belum menutup.
4. Mata : tidak ada edema palpebra, konjungtiva tidak
pucat, scelera tidak ikterik.
5. Telinga : kebersihan baik, tidak ada pengeluaran
cairan.
6. Hidung : terpasang sonde.
7. Mulut : mukosa lembab, tidak ada iritasi mukosa.
8. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
9. Dada : Simetris, tidak ada ketinggalan gerak
10. Paru-paru : perkusi sonor, bunyi napas vesikular.
11. Jantung : Auskultasi S1 tunggal, S2 split tdk konstan,
tidak ada bising.
12. Abdomen : bentuk soepel, tidak ada distensi.
13. Anus dan rectum : tidak ada iritasi pada mukosa.
14. Muskuloskeletal : kekuatan otot baik, pergerakan tidak
terbatas.
RUMUSAN MASALAH
No Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan
1 14/4 ‘09
08.00 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolik.
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Tgl/Jam Outcome Intervensi
Keperawatan
14/4 ‘09 Hipertermi Thermoregulation: Fever treatment
08.00 berhubungan · Suhu tubuh dalam § Monitor suhu sesering
dengan rentang normal. mungkin.
peningkatan · Nadi dan RR dalam § Monitor warna dan suhu
metabolik. rentang normal. kulit.
· Tidak ada perubahan § Monitor nadi dan RR.
warna kulit. § Lakukan tapid sponge.
§ Berikan cairan intravena.
§ Tingkatkan sirkulasi
udara.
§ Kolaborasikan pemberian
antipiretik.
§ Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam.
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Tgl/Jam Outcome Intervensi
Keperawatan
14/4 ‘09 Risiko cedera Vital signs status: Vital signs monitoring:
08.00 berhubungan · Temperatur dalam · Monitor adanya
dengan fungsi rentang normal. hipertermia.
regulatori · Catat tren dan fluktuasi
biokimia Knowledge: personal peningkatan suhu.
(hipertermi dan safety · Monitor nadi dan
konvulsi). · Mampu menjelaskan respirasi.
langkah-langkah
pencegahan risiko. Environment Management
· Mampu menjelaskan · Sediakan lingkungan
langkah-langkah yang aman untuk pasien
kedaruratan saat di · Identifikasi kebutuhan
rumah. keamanan pasien, sesuai
dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien
dan riwayat penyakit
terdahulu pasien
· Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien.
· Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
Discharge planning:
· Identifikasi pengetahuan
keluarga.
· Diskusikan dengan
keluarga tentang
tatalaksana post hospital.
· Diskusikan dengan
keluarga untuk
melakukan rujukan ke
pelayanan kesehatan
sehubungan perawatan
klien.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/Jam No. DK Catatan Keperawatan Evaluasi
14/4 ‘09 1 13.45
08.00 · Memonitor tanda vital klien: S:
suhu axila 38,2 °C, rr 30 x/m Ibu klien mengatakan suhu
dan nadi 124 x/m. Kulit kulit an. R turun dari
kemerahan. sebelumnya.
· Memberikan tapid sponge. O:
· Mengelola pemberian · Temperatur 37,6 °C.
antipiretik paracetamol ¾ cth. · Tidak ada kejang.
09.00 A:
· Memotivasi ibu untuk tetap Hipertermi belum teratasi.
memberikan ASI atau cairan P:
peroral lainnya. · Monitor perubahan tanda
11.00 vital ekstrim.
· Memonitor tanda vital klien: · Berikan tapid sponge bila
suhu axila 37,6 °C, rr 30 x/m panas.
dan nadi 124 x/m. · Tingkatkan hidrasi.
· Memotivasi keluarga untuk
tetap memberikan tapid
sponge.
· Menganjurkan ibu untuk
memasangkan pakaian tipis,
menyerap keringat dan
memudahkan sirkulasi udara.
14/4 ‘09 2 13.45
08.00 · Memantau status hidrasi klien: S:
turgor kulit baik, klien muntah Ibu klien menyatakan an. R
dan BAB 1 kali. mau menetek.
· Mengaff infus: daerah insersi O:
flebitis. · Intake hingga jam 13.00 ±
120 cc.
09.00 · Memberikan cairan/PASI · Output hingga jam 13.00 ±
personde 20 cc. 85cc.
· Menghitung output urine ± · Mukosa mulut lembab.
25cc. A:
11.00 Defisit cairan tidak terjadi.
· Menghitung output urine ± 15 P:
cc dan feces ± 50 cc. · Monitor input-output.
· Memberikan diet personde 60 · Motivasi pemberian
cc intake peroral.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/Jam No. DK Catatan Keperawatan Evaluasi
14/4 ‘09 3 09.45
09.30 · Mendiskusikan dengan ibu S:
klien tentang antisipasi demam Ibu klien mengatakan
dan kejang. sudah bisa melakukan
· Menjelaskan kepada ibu antisipasi demam dan
penyebab kejang terdahulu. kejang.
· Mendiskusikan dengan ibu O:
menanganan di rumah bila -
anak kembali demam tinggi A:
serta terjadi kejang. Pengetahuan ibu
· Memotivasi ibu untuk meningkat.
memanfaatkan fasilitas Injuri tidak terjadi.
kesehatan. P:
Monitor perubahan suhu.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/Jam No. DK Catatan Keperawatan Evaluasi
14/4 ‘09 1 21.00
14.00 · Memonitor tanda vital klien: S:
suhu axila 38 °C, rr 32 x/m dan Ibu klien mengatakan anak
nadi 180 x/m. kembali panas.
· Memotivasi ibu untuk O:
memberikan tapid sponge. · Temperatur 38,6 °C.
· Tidak ada kejang.
21.00 · Mengukur tanda vital klien: A:
suhu aksila 38,6 °C, rr 32 x/m Hipertermi belum teratasi.
dan nadi 178 x/m. P:
· Memberikan tapid spnge. · Monitor perubahan tanda
· Mengelola pemberian vital ekstrim.
antipiretik ¾ cth. · Tingkatkan hidrasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.aidsinfonet.org/factsheet_detail.php?fsnumber=504
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000568.htm
Johnson, M., Maas, M., 2000. Nursing Outcome Classification (NOC) 2nd ed. Mosby, Inc.
St. Louis, Missouri.
McCloskey, J., Bulechek, G., 2000. Nursing Interventions Classification (NIC), 4th ed.
Mosby, Inc. St. Louis, Missouri.
Berbagi
Posting Komentar
‹ ›
‹ Beranda ›
Lihat versi web
PROFIL SAYA
Rizki Kurniadi
Ikuti 419