Seorang perempuan umur 30 tahun masuk rumah sakit di bawa ke ugd dengan keluhan
sesak nafas dicetuskan dengan aktivitas jalan 200 meter, sejak 2 bulan terakhir, disertai
dengan dada berdebar-debar dan sesak dirasakan memberat. OP (-), VND (+), riwayat
panas badan disertai menggigil dan batuk-batuk, TD 100/60 mmHg, ND 132 x/mnt, suhu
badan afebris, SPO2 100%, kepala konjungtiva anamis (+), sklera iterik (-), leher JPV
tidak meningkat, thorax dada simetris, S1 dan S2 inguler, murmur (+), galop (-), pulmo :
vesikuler kiri kanan, ronchi (+), weezing (+), abdomen : hepart teraba 3 jari, tepi tumpul,
rata liyen tidak teraba membesar, BU (+), normal, ekstremitas : hangat, edema (+),
terjadi pitik edema, EKG, AVQRS Aksis normal, rontgen : cardio megali, laboratorium :
Hb : 9,2, leukosit 10.400, GDS 124
A. Kata kunci
1. Perempuan
2. Umur 30 thn
3. Sesak nafas
4. Dada berdebar-debar
5. Menggil dan batuk-batuk
6. - OP (-)
-VND (+)
7. – TD : 100
- ND : 132x/menit
- SB : afebris
- SPO2 : 100%
Kepala :
- Konjung tiva anemis (+)
- Sclera ikterik (-)
Leher :
- JPV tidak meningkat
Thorax :
- Dada simetris
8. - S1 & S2 inguler
- murmur (+)
- galop (-)
9. pulmo :
- vesikuler kiri kanan
- ronchi (+)
- weezing (+)
10. abdomen :
- hepart teraba 3 jari
- tepi tumpul
- rata liyen tidak teraba membesar
11. ekstremitas :
- hangat,
- edema (+)
12. EKG
13. AVQRS aksis normal
14. Rontgen :
- Cardio megali
15. Laboratorium :
- HB : 9,2
- Leukosit 10.40
- GDS : 124
ARITMIA JANTUNG
CORONER HEARD FILE
LURE (CHF)
Sesak Napas
ANGINA PECTORIS
Lembar Ceklis
Penyakit dan ANGINA INFARK PENYAKIT CONGNESTIVE ARITMIA
Tanda gejala PECTORIS MIOCARD JANTUNG HEARD FILE JANTUNG
AKUT KORONER LURE (CHF)
(PJK)
Sesak nafas
Dada
berdebar-debar
Ada riwayat
demam
Batuk
TD :
100/60mmHg
Nadi
132x/menit
OP (-)
PND (+)
SB : AFEBRIS
Konjungtiva
anemis (+)
S1 & S2
IREGULER
MUR-MUR
(+)
GALOP (-)
PULMO
RONCHI (+)
WHEEZING
(+)
ABDOMEN :
Hepar teraba 3
jari,tepi
tumpul, rata
lien tidak
teraba
membesar
Leukosit
10.400
D. PERTANYAAN PENTING
1. Apa yang menyebabkan klien mengeluhkan sesak napas saat klien melakukan aktivitas
jalan 200 meter?
2. Apakah riwayat penyakit klien seperti riwayat panas badan di sertai menggigil dan batuk-
batukdapat mempengaruhi penyakit yang diderita?
3. Apakah usia dapat mempengaruhi penyakit gagal jantung?
4. Apa yang menyebabkan klien mengalami edema perifer?
5. Mengapa klien penyakit gagal jantung mengalami penurunan tekanan darah?
E. JAWABAN PERTANYAAN
1. Klien mengalami sesak nafas karena terjadi retensi cairan di paru. Cardiac output pada
saat istirahat masih bisa baik tapi, peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama/
kronik akan dijalarkan pada kedua atrium dan sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sistemik.
Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan
timbul edema paru atau edema sistemik. Penurunan cardiac output, terutama jika
berkaitan dengan peningkatan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktifasi
beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis akan
memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; perubahan yang
terakhir ini akan meningkatkan volume darah sentral. Yang selanjutnya meningkatkan
preload. Meskipun adaptasi – adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output,
adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan
kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien-pasien dengan
penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk
kongesti pulmoner.
2. Ya berpengaruh, karena gejala umum yang seringkali dialami oleh penderita sesak napas
adalah nyeri dada, yang membuat penderita tidak dapat melakukan pekerjaan yang cukup
berat. Klien juga cepat merasa lelah. Klien sering mengalami batuk karena batuk
diperlukan oleh penderita sesak napas sebagai salah satu cara untuk melegakan aliran
udara yang tersedak di dalam tenggorokan dan mengeluarkan lendir yang
menyumbatpenyebab sulitnya aliran udara dan oksigen untuk masuk ke paru-paru.
3. Ya. Karena pada saat usia lanjut, fungsi organ dalam tubuh menurun. Otomatis otot
jantung tidak dapat berkontraksi secara normal. Apabila otot jantung tidak bekerja secara
normal maka akan besar kemungkinan klien mengalami msalah jantung seperti, gagal
jantung kongestif,aritmia,infark miokard, dan akan menimbulkan penyakit-penyakit lain
dan menimbulkan komplikasi.
4. Karena dari gejala CHF sendiri dapat menyebabkan edema. Dimana pembuluh darah
mengalami penyempitan yang dapat menyebabkan aliran darah tidak berjalan secara
normal. Aliran darah yang seharusnya masuk ke atrium kiri melalui vena pulmonalis
mengalami tahanan yang menyebabkan cairan tertumpuk di paru-paru sehingga
menyebabkan edema perifer.
5. Pada umumya klien penyakit gagal jantung dapat mengalami aritmia. Pada awalnya
tekanan darah klien meningkat dan terjadi dekompensasi,sehingga terjadi pembesaran
otot-otot jantung yang akhirnya akan kelelahan. Karena jantung kelelahan, maka terjadi
penurunan tekanan darah karena jantung tidak berkontraksi secara sempurna. Pasien
CHF yang mempunyai tekanan darah rendah itu biasanya dipengaruhi oleh aritmia
tersebut.
F. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit penyakit yang menyebabkan sesak
napas
2. Mengetahui pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis , seperti EKG dan hasil Laboratorium
I. Laporan Diskusi
a. Konsep Medis
1) Definisi
Aritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekwensi
atau irama. Aritmia adalah gangguan system hantar jantung dan bukan struktur
jantung. Aritmia dapat didefenisikan atau diidentifikasi dengan menganalisa
gelombang EKG. Aritmia dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal implus
dan mekanisme hantar yang terlibat.
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges,
1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.
Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial
aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama
jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk
gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
Misalnya, aritmia yang berasal dari nodus sinus ( nodus SA ) dan
frekwensinya lambat dinamakan sinus bradikardi, jika aritmia berasal dari atrium
dinamakan takikardi, jika berasal dari nodus AV atau sambungan dinamakan
fluter dan fibrilasi dan jika berasal dari ventrikel dinamakan denyut premature.
2) Etiologi
Penyebab yang paling umum dari aritmia ventrikel adalah penyakit
miokard (iskemi dan infark), yang disertai dengan perubahan keseimbangan
elektrolit, gangguan metabolisme, toksisitas obat dan vasospasme coroner. Karena
implus berasal dari ventrikel, maka tidak melalui system konduksi yang normal
melainkan jaringan otot ventrikel. Hal ini menimbulkan gambaran kompleks QRS
yang lebar (< 0,12 detik)
Penyebab dasar suatu aritmia sering sulit dikenali tetapi beberapa faktor
aritmogenik berikut ini dapat menjadi perhatian :
1. Hipoksia : miokardium yang kekurangan oksigen menjadi iritabel
2. Iskemia : infark miokard dan angina menjadi pencetus
3. Stimulasi simpatis : menguatnya otot tonus karena penyebab apapun
(hypertiroid, gagal jantung kongesti, latihan fisik dll) dapat
menimbulkan aritmia.
4. Obat–obatan : efek dari pemberian obat–obatan digitalis atau bahkan
obat-obatan anti arimia itu sendiri
5. Gangguan elektrolit : ketidak seimbangan kalium, kalsium dan
magnesium
6. Bradikardi : frekuensi jantung yang sangat lambat dapat menjadi
predisposisi aritmia
7. Regangan (stretch) : hipertrofi ventrikel
1. Gambaran klinis
Pasien dengan aritmia, gejala awal yang sering ditemukan adalah :
a) Palpitasi yaitu orang tersebut merasakan denyut jantungnya sendiri
bertambah cepat atau melambat.
b) Tanda – tanda penurunan curah jantung seperti
- Pasien mengeluh pusing yang disertai sinkop ( pingsan )
- Pulsasi lemah, hemodinamik menurun, akral dingin
c) Pasien kejang dan kesadaran menurun
2. Gambaran electrocardiogram
Ventrikel ekstrasistol karena denyut berasal dari ventrikel, maka tidak
melalui system konduksi yang normal. QRS tidak hanya premature tetapi
melebar dengan gelombang T yang berlawananan didefleksinya dengan
kompleks QRS. VES digambarkan melalui pola dan frekuensi timbulnya
bisa jarang, kadang – kadang atau sering.
5) Penatalaksanaan Medis
1. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan
untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi
yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris
dan hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
2. Terapi mekanis
a. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur
elektif.
b. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat.
c. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada
pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
6) Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan
obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif
(di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu
jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Scan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.
c. Konsep Keperawatan
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Diagnosa Aritmia Jantung
1. Pengkajian
a. Data Demografi
Biodata
1) Nama : Ny. X
2) Umur : 30 tahun
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Agama : Tidak Terkaji
5) Alamat : Tidak Terkaji
6) Suku/Bangsa : Tidak Terkaji
7) Pekerjaan : Tidak Terkaji
8) Pendidikan : Tidak Terkaji
9) Status kawin : Tidak Terkaji
10) Diagnosa Medis : Aritmia
11) Penanggung jawab :-
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan Masuk Rumah Sakit : Klien mengeluh sesak nafas dicetuskan
dengan aktivitas jalan 200 meter sejak 2 bulan terakhir
2) Keluhan Utama : Sesak nafas yang disertai dada berdebar-
debar dan sesak dirasakan memberat
3) Riwayat Keluhan Utama :-
4) Riwayat Kesehatan Yang Lalu : -
B. Riwayat Kesehatan Keluarga :-
C. Pola Kehidupan Sehari-hari :-
D. Keadaan Umum
1) Tanda-tanda vital
TD : 100/60 mmHg
SB : Afebris (37,5-40 0C)
N : 132 x/menit
BB :-
TB :-
Sat : 100%
2) Kesadaran :-
3) GCS
Eye :-
Motorik :-
Verbal :-
4) Pemeriksaan Fisik :
E. Pemerisaan Penunjang :
EKG : AVQRS Aksis Normal
Rontgen : Cardiomegali
Laboratorium : Hb 9,2 ; Leukosit 10.400 ; GDS 124
Data Fokus
a. Data Subjektif
Pasien mengeluh sesak napas dengan aktivitas jalan 200 meter, disertai
dengan dada berdebar – debar dan sesak yang terasa semakin
memeberat
Pasien memiliki riwayat panas badan, disertai menggigil dan batuk –
batuk
b. Data Objektif
Ditemukan tekanan darah 100/60 mmHg, HR 132 x/mnit, suhu badan
afebris, SPO2 100% kepala kongjungtiva anemis (+), sclera ikterik (-),
leher JVP tidak meningkat, ronchi (+), weezing (-) abdomen : hepar
terabab 3 jari, tepi tumpul, rata liyen tidak teraba membesar, OP (-),
murmur (+), gallop (-), pulmo : vesikuler kiri kanan, Thorax dada
simetris, S1 dan S2 inguler, BU (+), normal ekstremitas : hangat edema
(+), terjadi pitik edema, EKG, AVQRS aksis normal, rontgen :
cardiomegali, laboratorium : Hb : 9,2, leukosit 10.400, GDS : 124