Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
yang bejudul “Ahklak” secara baik sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan makalah seperti ini, tugas yang di kerjakan dapat tercatat dengan rapi dan
dapat kita pelajari kembali pada kesempatan yang lain untuk kepentingan proses belajar
kita terutama dalam bidang Agama Islam.
Bersama ini saya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya tugas ini, terutama kepada Ibu Darul
Nurjanah sebagai dosen mata kuliah bahasa indonesia yang telah memberikan banyak
saran, petunjuk dorongan serta bimbingan dalam melaksanakan tugas ini, juga teman –
teman lainnya. Semoga segala yang telah kita kerjakan merupakan bimbingan yang lurus
dari Alloh SWT.
Dalam penyusunan tugas makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu
segala kritik dan saran sangat saya harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini
dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa
mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan
kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
e. Ar Rifq (lemah lembut) ................................................................................ 19
F. AKHLAK TERCELA ...................................................................................... 20
a. Sifat sombong ............................................................................................... 20
b. Dengki (hasad) dan permusuhan .................................................................. 20
c. Perkataan Dusta ............................................................................................ 20
d. Mencela ......................................................................................................... 21
e. Ghibah ........................................................................................................... 21
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ .24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
1. Apakah itu Akhlak ?
2. Bagaimana cara berakhlak kepada Alloh SWT. ?
1
3. Bagaimana cara berakhlak kepada Nabi Muhammad SAW.?
4. Bagaimana cara berakhlak kepada Orang tua,masyarakat,dan diri sendiri?
5. Apa saja macam – macam Akhlak ?
6. Apa perbedaan Akhlak,moral dan etika?
C. Pembatasan Permasalahan
Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah dan
tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini kami membatasi masalah
hanya pada pengertian,pengaplikasian akhlak dan macam – macam akhlak.
D. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas pembuatan
makalah tentang Agama Islam sehingga mendapatkan nilai yang sempurna.
2
BAB II
PENGERTIAN AKHLAK
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkahlaku,
perangai, tabi’at. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang
mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi.
Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang
secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan
spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut akhlak yang baik
atau akhlakul karimah (akhlak mahmudah). Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah,
santun dan sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau
akhlakul mazmumah. Misalnya kikir, zalim, dengki, iri hati, dusta dan sebagainya.
Baik dan buruk akhlak didasarkan kepada sumber nilai, yaitu Al Qur’an dan Sunnah
Rasul.
Di samping akhlak dikenal pula istilah moral dan etika. Moral berasal dari
bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan
ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat
masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan.
Misalnya berpakaian minim di pantai Kuta Bali itu biasa saja,dianggap tidak
melanggar norma karena budaya itu diterima masyarakat.
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu
masyarakat tertentu, Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena
itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia. Jika dibandingkan
dengan moral, maka etika lebih bersifat teoritis sedangkan moral bersifat praktis.
Moral bersifat lokal atau khusus dan etika bersifat umum.
3
Perbedaan antara akhlak, moral dan etika
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar
penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan
buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika
berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat jika
masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan
itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal,
sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam,
akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak
yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus
ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul
sebagaimana disabdakannya :
“ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad)
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah
akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang.
Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir akhlak yang baik, atau
dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari’at Islam telah
dilaksanakan berdasarkan aqidah.
4
BAB III
PEMBAHASAN
A. AKHLAK TERHADAP ALLAH
Allah telah mengutus Rasul-Nya, Muhammad , untuk mengajarkan akhlak yang
mulia kepada manusia. Berakhlak yang baik kepada Allah merupakan perkara yang
paling penting sebelum seorang hamba itu berakhlak kepada yang selain-Nya. Di antara
akhlak-akhlak yang harus dimiliki seorang hamba ketika bermu’amalah (berhubungan)
dengan Rabbnya antara lain:
Dari shahabat Mu’adz bin Jabal ia berkata: “Suatu hari aku dibonceng nabi di atas
keledai, beliau berkata kepadaku: “Wahai Mu’adz! Tahukah kamu apa hak Allah atas
hamba-Nya dan apa hak hamba atas Allah?” Aku pun berkata: “Allah dan Rasul-Nya
yang lebihtahu.” Maka beliau pun berkata: “Hak Allah atas hamba-Nya adalah agar
mereka beribadahhanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun. Sedangkan hak hamba atas Allah adalah Dia tidak akan mengadzab orang yang
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
5
Allah menjanjikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertauhid (memurnikan ibadah
hanya kepada Allah ) berupa kenikmatan Al Jannah, maka ikhlaskanlah niatmu dalam
beribadah kepada Allah , yakni kamu beribadah kepada Allah semata-mata hanya
mengharapkan ridha-Nya, bukan karena dilihat atau didengar orang lain, atau ingin
dipujidan dikatakan kepadamu bahwa engkau seorang yang rajin beribadah, jauhilah sifat-
sifat seperti itu, karena itu semua termasuk kesyirikan kepada Allah .Tahukah kamu bahwa
kesyirikan itu bisa menghapuskan amalan kebaikan yang telah kamu kerjakan? Allah
berfirman:
Berhati-hatilah dari perbuatan riya', karena hal itu bisa menggugurkan nilai
ibadahmu.Berusahalah untuk selalu mengikhlaskan niat hanya untuk Allah dan berdo'alah
kepada-Nya agar engkau dijauhkan dari perbuatan syirik kepada Allah . Karena
barangsiapa yang berbuat syirik, Allah tidak akan mengampuni dosa syirik itu selama dia
belum bertaubat kepada-Nya.Di antara do'a yang diajarkan oleh Rasulullah adalah:
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik dan aku mengetahuinya, dan
aku memohon ampun kepada-Mu dari apa-apa yang tidak aku ketahui."
6
Sebagai seorang muslim yang baik, sudah seharusnya bersyukur atas nikmat-
nikmat yang telah Allah berikan, dan bersabar tatkala tertimpa musibah. Tidaklah Allah
menetapkan sesuatu, kecuali ada hikmah yang baik di balik itu semua. Itulah sifat seorang
mu'min sebagaimana yang disabdakan Rasulullah dalam haditsnya.
Dari shahabat Abu Yahya Sh uhaib bin Sinan berkata: “Rasulullah bersab da: “Sungg uh
menakjubkan urusan orang m ukmin, karena seluru h perkarany a baik. Da n tidak akan
terjadi hal tersebut kecuali bagi orang beriman yang jika dia mendapa tkan kesenangan
dia bersyukur, maka hal itu baik baginya, dan jika dia ditimpa musibah dia be rsabar
maka hal itu pun baik bagi dia.“ (HR. Muslim)
Maka setelah engkau mengetahu i bahwa seluruh perka ra yang ditetapkan ole h
Allah untuk kaum mukm inin itu seluruhnya baik, maka be rsyukurlah ketika kam u
mendapa tkan kenikmatan dengan mengerja kan segala perintah Allah dan menjauhi se
gala larang an-Nya. D an bersabarlah tatkala kamu ditim pa musibah dengan m enerima m
usibah itu dengan lapang dada dan tanpa berkeluh kesah. Sesung guhnya kaum muslimin
adalah o rang-orang yang palin g berseman gat di dalam mensyukuri nikmat All ah , baik
dengan lisann ya berupa ucapan Alh amdulillah, atau dengan menyebut nikmat-nik mat
yang diberikan ole h Allah tersebut, seb agaimana dalam firman- Nya:
"Dan terhadap nik mat Rabbmu hendaklah kamu menyebutnya." (Adh Dh uha: 11)
Bersyukur kepada Allah pun juga bisa dilakukan de ngan perb uatan, sepe rti banyak
beribad ah kepada Allah dan sebagainya .
7
kepada-Nya dan mengancam orang-orang yang mengingkari nikmat- Nya. Sebagaimana
dalam firman-Nya:
"Jika ka lian bersyu kur pasti akan Aku ta mbah (nikmat tersebut) untuk kali an. Dan
jik kalian mengingkari (nikmat t ersebut), se sungguhnya adzab-K u sangat ke ras."
(Ibra him: 7)
Sabar itu ada tiga ma cam: sabar dalam men jalankan ketaatan kepada Allah, sabar
dalam meninggalkan laranga n Allah , dan sabar dalam mengh adapi taqdir Allah. Allah
telah menja njikan pahala yang be sar dan tida k terbatas bagi orang yang besabar. Allah
pun telah me nyebutkan tentang sabar ini di 90 (sembilan puluh) temp at di dalam Al
Qur'an. D i antarany a ada tiga a yat yang m enyatakan bahwa sab ar termasuk 'Azmul
Umur, yak ni perkara yang sanga t dianjurkan dan ditekankan oleh Allah
"Dan jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya itu adalah termasuk 'Azmul
Umur." (Ali 'Imran: 186)
Oleh karena itulah, hendaknya kita selalu berupaya untuk bersabar dengan ketiga macam
sabar yang telah kita ketahui itu.
8
Dari shahabat Al Aghor bin Yasar Al Muzani ia berkata: “Rasulullah bersabda: “Wahai
kaum muslimin! bertaubatlah kalian kepada Allah dan minta ampunlah kepada-Nya.
Karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dan minta ampun kepada-Nya seratus
kali dalam sehari.” (HR. Muslim)
Atas dasar itulah maka sudah sepantasnya bagi kita semua untuk bertaubat kepada
Allah dengan sebenar-benarnya taubat (Taubatan Nashuha) dan meminta ampun kepada-
Nya setiap waktu sebagaimana yang Allah perintahkan dalam Al Qur'an3.
Adapun syarat-syarat bertaubat adalah menyesali perbuatan salah yang dilakukan,
meninggalkan perbuatan itu, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Dan Allah
Maha menerima taubat hamba-hamba-Nya.
a. Mencintainya
Di antara bukti kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya adalah diutusnya
Rasulullah kepada manusia untuk memberikan petunjuk dan hidayah kepada mereka ke
jalan yang diridhai Allah .Beliau adalah seorang rasul yang sangat kasih sayang dan cinta
kepada umatnya,sangat bersemangat dalam membimbing umatnya ke jalan yang benar,
dan berat bagi beliauapa-apa yang memberatkan umatnya.4 Maka sudah sepantasnya bagi
kaum muslimin untuk mencintai Rasulullah melebihi kecintaannya terhadap orang tuanya,
anaknya bahkan terhadap dirinya sendiri.Mendahulukan kecintaan terhadap Rasulullah
merupakan tanda kesempurnaan iman seorang muslim, sebagaimana disebutkan dalam
hadits:
Dari shahabat Anas bin Malik ia berkata: “Rasulullah bersabda: “Tidak sempurna
keimanan salah seorang dari kalian sampai dia menjadikan aku lebih dia cintai daripada
kecintaannya terhadap anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia.” (Muttafaqun
‘Alaihi)
9
Kecintaan terhadap Rasulullah dapat dilakukan dengan membela sunnahnya, yaitu
mempelajari, mengamalkan kemudian mendakwahkannya kepada manusia.
Dari shahabat Abu Hurairah ia berkata: “Rasulullah bersabda: “Seluruh umatku akan
masuk jannah kecuali orang yang enggan.” Dikatakan kepada Rasulullah :
“Siapakahorang yang enggan tersebut wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab:
”Barangsiapa yang mentaatiku akan masuk jannah dan barangsiapa yang bermaksiat
kepadaku berarti dia telah enggan.” (HR. Al Bukhari)
10
para Malaikat-Nya. Beliau memerintahkan kepada umatnya untuk banyak bershalawat
kepadanya dan hal itu merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah .
Nabi bersabda:
"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya
sepuluh kali." (HR. Muslim)
Dari shahabat Al Husain bin ‘Ali , ia berkata: "Bersabda Rasulullah : “Orang yang
bakhil adalah orang yang disebutkan namaku di sisinya namun dia tidak bershalawat
kepadaku.”
(HR. At Tirmidzi dan Ahmad)
11
mengantarkan kepada keridhaan-Nya adalah dengan berbuat baik kepada kedua orang tua
dan menjauhi perbuatan durhaka terhadap keduanya.
Hal ini disebabkan karena keridhaan kedua orang tua merupakan sebab datangnya
keridhaan Allah dan perilaku/sikap durhaka terhadap orang tua bisa menyebabkan
kemurkaan Allah terhadap hamba tersebut, sebagaimana disebutkan di dalam hadits:
Dari shahabat Abdullah bin 'Amr , ia berkata: "Rasulullah bersabda: “Ridha Allah ada
pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang
tua.” (HR. Al Bukhari dalam kitab Al Adabul Mufrod dan At Tirmidzi)
Di antara akhlak terpuji yang bisa mendatangkan keridhaan kedua orang tua adalah
membantu pekerjaannya, lemah lembut terhadapnya, menghormatinya, mencintainya,
mendo'akan kebaikan bagi keduanya, mentaatinya selama tidak memerintahkan untuk
bermaksiat, dan memuliakan teman kedua orang tua.
b. Tidak mendurhakainya
Durhaka kepada orang tua merupakan bagian dari dosa besar yang paling besar.
Bagaimana seorang anak tega mendurhakai kedua orang tuanya padahal merekalah yang
memeliharanya sejak lahir, menjaganya, mendidiknya, menyayanginya dan mencintainya?
Dari shahabat Abu Bakrah ia berkata: “Suatu hari kami bersama Rasulullah , kemudian
beliau bersabda: ”Perhatikanlah! Aku akan mengabarkan kepada kalian tentang dosa
besar yang paling besar (beliau mengatakannya tiga kali), yaitu: syirik kepada Allah,
durhaka kepada orang tua, persaksian palsu atau perkataan dusta.” (HR. Muslim)
12
Rasulullah sangat mengkhawatirkan umatnya terjatuh kepada perbuatan durhaka
kepada orang tua, sampai-sampai beliau menempatkan dosa durhaka terhadap orang tua
setelah dosa syirik terhadap Allah , dan beliau senantiasa memperingatkan para
shahabatnya dari hal tersebut.Di antara bentuk durhaka terhadap orang tua adalah sombong
terhadap keduanya,menyakiti mereka, baik dengan perkataan atau perbuatan, tidak mau
membantu dan mendengar nasehatnya.
Dari shahabat 'Abdullah bin 'Amr bin Al ‘Ash , bahwasanya Rasulullah bersabda:
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela kedua orang tuanya.” Para shahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah mungkin seseorang itu mencela kedua orang
tuanya?” Rasulullah menjawab: “Mungkin saja, yaitu bila seseorang mencela ayah orang
lain kemudian orang tersebut membalas dengan mencela ayahnya, demikian juga jika
seseorang mencela ibu orang lain dan orang tersebut membalas dengan mencela ibunya.”
(Muttafaqun‘Alaihi)
Jadi yang dimaksud dengan mencela kedua orang tua adalah mencela orang tua
orang lain yang menyebabkan orang tersebut mencela kedua orang tuanya, maka perbuatan
tersebut menjadi sebab dicelanya orang tuanya.
13
D. AKHLAK TERHADAP KAUM MUSLIMIN
a. Akhlak terhadap teman
Agama Islam telah mengatur cara bergaul dengan sesama muslim, baik ketika
belajar,bekerja, berdakwah, maupun aktivitas yang lainnya. Kaum muslimin itu
bersaudara, maka tidaklah pantas bagi seorang muslim untuk menyakiti saudaranya baik
dengan perbuatan ataupun dengan perkataan yang menyakitkan. Allah telah berfirman:
Hendaklah kamu tolong-menolong dalam kebaikan, dan jika kamu melihat aib
pada dirisaudaramu janganlah mencela dan merendahkannya, atau menzhaliminya dan
mengambil harta miliknya, karena hal itu adalah perbuatan yang tercela yang telah
diharamkan di dalam agama kita sebagaimana dalam hadits:
Dari shahabat Abu Hurairah ia berkata: Bersabda Rasulullah : “Orang muslim terhadap
muslim yang lainnya adalah bersaudara, maka dia tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh
mencelanya, dan tidak boleh merendahkannya. Takwa itu tempatnya di sini (Rasulullah
menunjuk ke dadanya tiga kali), cukup seseorang dikatakan berbuat kejelekan dengan
sekedar merendahkan kehormatan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap
muslim yang lainnya haram darah, harta dan kehormatannya.” (HR. Muslim)
14
saling hidup berdampingan dengan damai, saling menghormati, tolong-menolong dan
menasehati dalam kebaikan.
Di antara akhlak yang baik terhadap tetangga yang harus kita tunaikan antara lain:
memuliakannya, mengucapkan salam ketika bertemu, menengoknya ketika sakit,
mengunjunginya, dan membantunya.Rasulullah telah memperingatkan umatnya dengan
peringatan yang keras untuk tidak mengganggu, menyakiti, serta menzhalimi tetangga,
sehingga mengakibatkan mereka tidak merasa aman dari gangguan saudaranya,
sebagaimana disebutkan di dalam hadits:
Dari shahabat Abu Hurairah , bahwasanya Rasulullah bersabda: "Tidak akan masuk
Jannah orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Muslim)
Di antara perbuatan yang bisa mengganggu tetangga antara lain: berbuat gaduh, mengotori
rumah atau pekarangannya, menzhaliminya dan menghinanya.
Begitu juga terhadap orang yang lebih tua, walaupun beliau manusia yang paling
mulia akan tetapi beliau tidak pernah berbuat sombong dan merendahkan orang lain.
Beliau tetap memuliakan orang yang pantas dimuliakan dari kalangan orang yang lebih tua
usianya ataupun dari para pemuka kaum dan orang-orang yang berilmu. Sebagaimana
disebutkan dalam hadits:
15
Dari shahabat Anas bin Malik , ia berkata: Rasulullah bersabda: “Bukan dari golongan
kami, orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati yang lebih tua.”
(HR.At Tirmidzi dan Abu Dawud)
Di antara cara menyayangi orang yang lebih muda adalah dengan mendahulukan
kepentingan mereka, mengajarinya dengan hal-hal yang baik, tidak mengganggunya, dan
berlemah lembut terhadap mereka. Adapun cara menghormati orang yang lebih tua di
antaranya dengan memuliakan mereka, tidak berkata dengan perkataan yang kasar, berlaku
sopan, tawadhu’ dan tidak sombong di hadapan mereka. Jangan lupa, kita s ebagai seo
rang pelajar untuk me mematuhi orang-orang yang telah membi mbing dan mengarahkan
kita kepada kebaik an.
“Wahai orang-oran g yang beriman, berta kwalah ke pada Allah dan kataka nlah
perkataan yang b aik.” (Al Ahzab: 70)
Bila kamu belum bisa berkata yang baik, maka diam lah. Demik ianlah petu njuk Rasulu
llah kepad a kita dalam sebuah s abdanya:
“Baran gsiapa yan g beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang baik
atau diamlah .” (HR. Al Bukhari, Muslim, dari shahabat Abu Hurair ah )
16
Allah juga memerintahkan ke pada kita u ntuk menja uhi perkata an kotor sebagaimana
firm an-Nya:
Berkata kotor merupa kan dosa b esar, seseo rang dimas ukkan ke d alam An Naar
kebanyakan karena lisannya (yakni digunakan untuk berkata kotor).
Allah p un membenci orang yang berbua t keji dan j uga orang y ang berkata keji. Di
antara sifat seorang mu’min yang baik adalah tidak suka me ncela, melaknat, berbuat keji,
dan berkata ke ji.Setiap apa yang ka mu ucapkan, di sana ada Malaik at yang Allah p
erintahkanuntuk menc atat setiap apa yang k amu ucapk an tersebut.
Allah akan membalas setiap ucapan hamba -Nya di akhirat kelak. Barangsiap a
yang b ertutur kata dengan baik, akan dib alas denga n kebaikan pula. Bara ngsiapa yang
mengat akan perka taan jelek, akan dibal as dengan kejelekan pula.
Salah s atu sifat seorang muslim yang baik adalah dia bisa me njaga lisann ya dari ucapan-
ucapan buruk yang bisa menyakiti dan mengganggu orang lain sebagaimana dalam hadits
berikut:
Dari shahabat Abu Musa Al Asy‘ari , ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada
Rasulullah : “Wahai Rasulullah, siapakah orang Islam yang paling utama?” Rasulullah
menjawab: “Seorang muslim yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan
tangannya.”(Muttafaqun ‘Alaihi)
Tidakkah kamu bercita-cita menjadi seorang muslim yang paling utama? Tentunya
kamu menginginkannya bukan? Maka dari itu jagalah lisanmu dari ucapan-ucapan buruk
17
karena orang yang bisa menjaga lisannya akan dijamin untuk masuk Al Jannah.12
Rasulullah pernah bersabda (artinya):
“Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat
duduknya dariku pada hari kiamat adalah orang yang banyak bicara, suka mengobrol,
dan bermulut besar.”Jagalah lisanmu, semoga Allah memasukkan kita semuanya ke dalam
Jannah-Nya.
b. Menyebarkan Salam
Seorang muslim dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara. Maka sudah
sepantasnya untuk saling mencintai satu dengan yang lainnya, karena Allah menjadikan
diantara syarat sempurnanya iman seseorang adalah dengan mencintai saudaranya
sesamamuslim.Di antara sebab agar kita saling mencintai adalah dengan mengucapkan
salam ketika bertemu. Sebagaimana dalam hadits:
Dari shahabat Abu Hurairah ia berkata: “ Rasulullah bersabda (artinya): “Kalian tidak
akan masuk jannah sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian
saling mencintai. Maukah aku beritahukan sesuatu yang jika kalian melakukannya kalian
akan saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
Maka sebagai penuntut ilmu sudah sepatutnya bagimu untuk bersemangat dalam
menyebarkan salam, baik kepada orang yang kamu kenal ataupun yang tidak kamu kenal,
baik di rumah ataupun di jalan.Di antara ucapan salam yang diajarkan Rasulullah:
18
c. Sifat Malu
Seorang muslim yang mempunyai sifat malu akan berusaha menjaga dirinya dari
hal-hal yang bisa menjatuhkan muru’ah (harga dirinya), seperti menjauhi kemaksiatan atau
perbuatan yang bisa mendatangkan celaan dari orang lain. Rasulullah telah mengabarkan
bahwa malu itu merupakan bagian dari keimanan, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
Dari shahabat 'Abdullah bin 'Umar , ia berkata: Bersabda Rasulullah : “Malu itu
termasuk bagian dari iman.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Sifat malu seorang hamba terhadap Allah menjadikan dia selalu berhati-hati dalam
beramal sehingga tidak sampai terjatuh ke dalam perbuatan maksiat. Sifat malu terhadap
manusia akan menjaga seseorang dari perbuatan-perbuatan rendah yang tidak selayaknya
dilakukan. Misalnya seorang thalibul ‘ilmi akan selalu berusaha berakhlak sebagaimana
akhlaknya thalibul ‘ilmi. Dia akan merasa malu bila orang di sekitarnya melihat dirinya
melakukan perbuatan yang tidak baik, seperti banyak bermain atau memakai pakaian yang
kotor dan berbau.Tapi bukan merupakan malu yang terpuji jika kamu malu untuk
melakukan kebaikan.Bahkan itu sifat malu yang tercela yang harus dihindari.
19
dengan kelembutan tersebut menjadi sebab munculnya rasa kasih sayang dan saling
mencintai.
a. Sifat Sombong
Tahukah kamu, apakah sombong itu?
Perhatikan sabda Rasulullah berikut:
“Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim,
dari shahabat 'Abdullah bin Mas'ud)
Sifat sombong walaupun sedikit dapat menjadi penghalang seseorang untuk masuk
Al Jannah16. Dan Allah telah menyediakan tempat bagi orang-orang yang sombong di An
Naar.Memang, An Naar banyak dihuni oleh orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri
c. Perkataan Dusta
Dusta merupakan perbuatan tercela yang akan menyebabkan kejelekan. Di akhirat
kelak Allah akan membalas kejelekan ini dengan balasan yang jelek pula. Orang yang
senantiasa berdusta akan dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.
20
Perhatikan dan hafalkan hadits berikut:
d. Mencela
Mencela orang lain apalagi terhadap sesama muslim merupakan perbuatan yang
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya . Sama saja apakah bentuk celaan itu berupa
mengumpat, mengolok-olok, mencaci maki, atau menghina dan merendahkan orang lain.
Tidaklah pantas seorang muslim mencela saudaranya karena hal itu merupakan kefasikan.
Rasulullah telah bersabda: “Mengumpat seorang muslim adalah suatu kefasikan.” (HR.
Muslim)
e. Ghibah
Ghibah adalah membicarakan aib dan kekurangan yang ada pada seorang muslim
yang ia tidak ada di hadapannya. Tentunya tidak ada seorang pun yang senang bila aibnya
sampai diketahui oleh orang lain. Rasulullah menjelaskan tentang makna ghibah
sebagaimana dalam hadits berikut:
21
Dari shahabat Abu Hurairah , ia berkata: “Bahwasanya Rasulullah berkata : “Apakah
kalian tahu apa yang dimaksud dengan ghibah?” Para shahabat menjawab: “Allah dan
Rasul-Nya yang lebih tahu.” Berkata Rasulullah : “Engkau menyebutkan sesuatu
(kejelekan) tentang saudaramu yang tidak disukainya.” Dikatakan kepada Rasulullah :
“Apa pendapatmu wahai Rasulullah jika sesuatu yang aku katakan memang ada pada
saudaraku?” Berkata Rasulullah : “Jika memang ada berarti engkau telah
mengghibahinya dan jika sesuatu tersebut tidak ada pada saudaramu berarti engkau telah
berdusta tentangnya”. (HR. Muslim)
Seorang yang berbuat ghibah itu seperti orang yang memakan daging saudaranya
sendiri yang telah mati.Tentunya kamu merasa jijik, bukan?
Ghibah adalah perbuatan kotor yang seandainya dimasukkan ke dalam lautan, niscaya
akan terkotorilah air laut itu semuanya.23
22
BAB IV
PENUTUP
Akhirnya dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila
dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia
untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya
keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan
lahiriyah.
Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang
dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk
berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku
umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu
adalah al-qur'an dan al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak
bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila
bersifat local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan susila
menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral dan susila
berasala dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang
bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu,
yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan Hadis. Dengan kata lain jika etika,
moral dan susila berasal dari manusia sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
23
Daftar Pustaka
http://google.com (search : “Akhlak”)
http://wizanies.blogspot.com
http://dewon.wordpress.com/janji-matahari
24
25