Anda di halaman 1dari 24

Tuberculosis pada Anak

Lili Susanti
102011091
Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Email: lili_hapz@yahoo.com

Abstrak

Tuberculosis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak di Indonesia. Salah satu penyebabnya
adalah standar hidup dan kemajuan pengobatan yang masih sangat rendah. Maka dari itu di sini kita
akan membahas lebih jauh mengenai tuberculosis terutama pada anak-anak dengan harapan kita dapat
menekan angka morbiditas maupun mortalitas akibat penyakit tuberculosis ini. Tuberkulosis merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Basil
tuberkulosis masuk ke dalam paru melalui udara atau inhalasi. Infeksi tuberculosa dapat dicegah dengan
cara vaksinasi BCG, kemoprofilaksis dengan pemberian INH selama 1 tahun dan edukasi. Prognosa
penyakit ini menjadi lebih baik sejak ditemukannya obat anti tuberculosis.

Kata kunci: tuberkulosis, anak, mycobacterium tuberculosis, paru, anti tuberculosis

Abstract

Tuberculosis is one of the most disease in Indonesia. One reason is the standard of living and medical
advances are still very low. Therefore here we will discuss more about tuberculosis, especially in children
with the hope that we can reduce the number of morbidity and mortality from the disease tuberculosis.
Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis and Mycobacterium bovis.
Tuberculosis bacilli into the lungs through the air or inhalation. Tuberculosa infection can be prevented
by BCG vaccination, chemoprophylaxis with INH for 1 year administration and education. Prognosis of
this disease for the better since the introduction of anti-tuberculosis drugs.

Keywords: tuberculosis, child, mycobacterium tuberculosis, pulmonary, anti-tuberculosis

1
Pendahuluan

Tuberculosis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak di Indonesia. Salah satu
penyebabnya adalah standar hidup (kondisi perumahan, gizi, dan sebagainya) dan kemajuan-
kemajuan dalam cara pengobatan yang masih sangat rendah. Hal ini mempermudah penyebaran
penyakit tuberculosis. Faktor-faktor diatas masih banyak memerlukan perbaikan dalam upaya
menurunkan angka morbiditas maupun mortalitas. Hasil penelitian FKUI pada tahun tujuh
puluhan terhadap ribuan buruh perusahaan, pegawai kantor, mahasiswa dan pelajar, yang
menjalani pemeriksaan Rontgen (check-up) secara massal menunjukkan angka yang masih
cukup tinggi, yaitu sekitar 3% ditemui adanya kelainan yang didiagnosis sebagai proses spesifik
(tuberkulosis). Penelitian yang dilakukan oleh suatu tim WHO di daerah Yogyakarta dalam kurun
waktu yang sama, dengan disertai pemeriksaan bakteriologik, menunjukkan hasil yang kurang
lebih sama. Karena tingginya angka tersebut maka di sini kita akan membahas lebih jauh
mengenai tuberculosis terutama pada anak-anak. Dengan begitu diharapkan kita dapat menekan
angka morbiditas maupun mortalitas akibat penyakit tuberculosis ini.

Anatomi dan Fisiologi Paru

Gambar 1 Sistem Pernapasan

2
Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengah rongga
dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oeh selaput selaput yang bernama
pleura. Pleura dibagi menjadi dua:1

 Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru-paru.
 Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding dada.

Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada
keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang
kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya
(pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu bernafas
bergerak.1

Masing-masing paru berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam
tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas
dan bawah. Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut.Terletak dalam rongga dada atau
toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih besar dan
terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus.
Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.1

Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri yang disebut bronkus lobaris kanan (3
lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus). Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus
segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalis
ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang
memiliki : arteri, limfatik dan saraf. Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus.
Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut
tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas. Bronkiolus membentuk percabangan
menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus
terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori. Bronkiolus respiratori dianggap sebagai
saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Bronchus yang

3
terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima,
mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek
dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis
dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian
menjadi lobus segmentalis.1,2 Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya
semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang
tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang
lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot
polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat
bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.1

Proses fisiologi pernapasan dimana O2 dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-


jaringan dan CO2 dikeluarkan ke udara ekspirasi, dapat terbagi menjadi 3 stadium yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.2

Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Basil tuberkulosis masuk ke dalam paru melalui udara
dan dengan masuknya basil tuberculosis maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas dan
disebut fokus primer.3 Basil tuberkulosis akan menyebar dengan cepat melalui kelenjar getah
bening menuju kelenjar regional yang kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi. Fokus
primer, limfangitis dan kelenjar getah bening regional yang membesar, membentuk kompleks
primer. Manusia merupakan host yang utama dari Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini
memiliki sifat; bentuk batang, tahan pada pewarnaan asam, cepat mati pada sinar matahari
langsung, tumbuh di tempat lembab dan gelap, bisa “dorman” bertahun-tahun. TB pada anak
dapat terjadi pada usia berapa pun, namun usia paling umum adalah antara 1‐4 tahun. Anak lebih

4
sering mengalami TB luar paru‐paru (extrapulmonary) dibanding TB paru‐paru dengan
perbandingan 3:1. TB luar paru‐paru dan TB yang berat terutama ditemukan pada usia < 3 tahun.
Angka kejadian (prevalensi) TB paru‐paru pada usia 5‐12 tahun cukup rendah, kemudian
meningkat setelah masa remaja di mana TB paru‐paru menyerupai kasus pada pasien dewasa
(sering disertai lubang/kavitas pada paru‐paru). Selain oleh M. tuberculosis dari orang dewasa
atau anak lain, anak dapat terinfeksi Mycobacterium bovis dari susu sapi yang tidak
dipasteurisasi. Infeksi M. bovis ini umumnya bermanifestasi sebagai TB kelenjar getah bening
atau TB usus.3

Sebagian besar anak yang terinfeksi M. tuberculosis tidak menjadi sakit selama masa
anak‐anak. Satu‐satunya bukti infeksi mungkin hanyalah tes tuberkulin kulit yang positif.
Kemungkinan paling besar anak menjadi sakit dari infeksi M. tuberculosis adalah segera setelah
infeksi dan menurun seiring waktu. Jika anak yang terinfeksi menjadi sakit, sebagian besar akan
menunjukkan gejala dalam jangka waktu satu tahun setelah infeksi. Namun untuk bayi, jangka
waktu tersebut mungkin hanya 6‐8 minggu.3-5

Epidemiologi Umum

Sekitar sepertiga dari penduduk dunia telah terinfeksi dengan Mycobacterium


tuberculosis. Namun tidak semua menyebabkan penyakit infeksi dengan M. tuberkulosis dan
infeksi TBC banyak tidak menunjukkan gejala. Pada tahun 2007, 13,7 juta orang diperkirakan
menderita penyakit TBC aktif dengan 9,3 juta kasus baru dan 1,8 juta kematian. Tingkat insiden
tahunan bervariasi dari 363 per 100.000 di Afrika menjadi 32 per 100.000 di Amerika. TBC
adalah dunia terbesar menular pembunuh wanita usia reproduksi dan penyebab utama kematian
di antara orang dengan HIV / AIDS. Meningkatnya infeksi HIV dan mengabaikan program
penanggulangan TB telah memungkinkan kebangkitan tuberkulosis. Munculnya strain yang
resistan terhadap obat juga memberikan kontribusi untuk menimbulkan epidemi baru. Dari tahun
2000 hingga 2004, 20% dari kasus TB yang resisten untuk perawatan standar dan 2% resisten
terhadap obat lini kedua. Tingkat di mana kasus TB baru terjadi sangat bervariasi, bahkan di
negara-negara tetangga, rupanya karena perbedaan dalam sistem perawatan kesehatan.4

Pada tahun 2007, negara dengan tingkat kejadian TB tertinggi diperkirakan adalah
Swaziland, dengan 1.200 kasus per 100.000 orang. India memiliki total insiden terbesar, dengan

5
2,0 juta kasus yang diperkirakan baru. Filipina peringkat keempat di dunia untuk jumlah kasus
tuberkulosis dan memiliki jumlah tertinggi kasus per kepala di Asia Tenggara. Hampir dua
pertiga dari Filipina telah menderita tuberkulosis, dan sampai sekitar lima juta orang terinfeksi
tambahan setiap tahun. Di negara-negara maju, TB kurang umum dan terutama bukan
merupakan penyakit perkotaan. Di Britania Raya, rata-rata nasional adalah 15 per 100.000 pada
tahun 2007, dan tingkat insiden tertinggi di Eropa Barat adalah 30 per 100.000 di Portugal dan
Spanyol. Angka ini dibandingkan dengan 98 per 100.000 di Cina dan 48 per 100.000 di Brasil.
Di Amerika Serikat, tingkat kasus TB keseluruhan adalah 4 per 100.000 orang pada tahun 2007
Di Kanada TB masih endemik di beberapa daerah pedesaan (WHO, 2009).4

Kejadian TB bervariasi dengan usia. Di Afrika, TB terutama menyerang remaja dan


dewasa muda. Namun., Di negara-negara di mana TB telah pergi dari tinggi ke rendah insiden,
seperti Amerika Serikat, TBC adalah penyakit terutama orang tua, atau dari sistem kekebalan.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap
tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.5

Epidemiologi Anak

Laporan mengenai TB anak jarang didapatkan. Diperkirakan jumlah kasus TB anak per
tahun adalah 5 % sampai 6 % dari total kasus TB. Di negara berkembang, tuberkulosis pada anak
berusia <15 tahun adalah 15 % dari seluruh kasus TB, sedangkan di negara maju, angkanya lebih
kecil yaitu 5-7 %. Tuberkulosis anak merupakan faktor penting di negara-negara berkembang
karena jumlah anak berusia dibawah 15 tahun adalah 40-50 % dari jumlah populasi. 4 Menurut
perkiraan WHO tahun 1999, jumlah kasus TB baru di Indonesia adalah 583.000 orang per tahun
dan menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun. WHO memperkirakan bahwa TB
merupakan penyakit infeksi yang paling banyak menyebabkan kematian anak dan dewasa.
Karena sulitnya menegakkan diagnosis TB pada anak, data TB sangat terbatas termasuk di
Indonesia. Untuk mengatasinya WHO sedang membuat konsensus diagnosis di berbagai
negara.4,5

6
Etiologi

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis dan mycobacterium bovis (sangat jarang oleh Mycobacterium avium).
Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch dalam tahun 1882. Basil tuberculosis
dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati
pada suhu 60ºC dalam 15-20 menit.3-5 Fraksi protein basil tuberculosis menyebabkan nekrosis
jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor penyebab
terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil tuberculosis tidak
membentuk toksin (baik endotoksin maupun eksotoksin). Penularan Mycobacterium tuberculosis
biasanya melalui udara, hingga sebagian besar fokus primer tuberculosis terdapat dalam paru.
Selain melalui udara penularan dapat peroral misalnya minum susu yang mengandung basil
tuberculosis, biasanya Mycobacterium bovis. Dapat juga terjadi dengankontak langsung
misalnya melalui luka atau lecet dikulit. Tuberculosis kongenital sangat jarang dijumpai. Selain
Mycobacterium tuberculosis perlu juga dikenal golongan Mycobacterium lain yang dapat
menyebabkan kelainan yang menyerupai tuberculosis. Golongan ini disebut Mycobacterium
atipik atau disebut juga Unclassified Mycobacterium.3

Runyon membagi Mycobacterium atipic menjadi 4 golongan:3

1. Golongan fotokromagen, misalnya M. kansasii yang dapat menyebabkan penyakit di


dalam dan di luar paru seperti tuberculosis.
2. Golongan skotokromagen, misalnya M. scrofulaceum yang dapat menyebabkan adenitis
servikalis pada anak.
3. Golongan nonfotokromagen, misalnya M. intracellulare (Battey strains), yang dapat
menyebabkan penyakit paru seperti tuberculosis.
4. Golongan rapid growers, mislanya M. fortuitum yang dapat menyebabkan abseb M.
smegmantes merupakan saprofit pada smegma.

Patofisiologi Tuberkulosis

Masa inkubasi tuberkulosis yaitu 2-10 minggu sesudah exposure. Proses terbentuknya
tuberkulosis primer; Di paru basil yang berkembang biak menimbulkan suatu daerah radang
yang disebut afek/fokus primer dari ghon. Kemudian, basil akan menjalar melalui saluran limfe

7
dan terjadi limfangitis dan akan terjadi limfadenitis regional. Pada lobus atas paru akan terjadi
pada kelenjar limfe pada trakheal, sedangkan pada lobus bawah akan terjadi pada kelenjar limfe
hiler. Pada proses tuberkulosis primer pada anak biasa melalui inhalasi. Komplikasi yang sangat
mungkin terjadi adalah pleuritis, karena perluasan infiltrat primer ke pleura melalui penyebaran
hematogen. Komplikasi lain adalah atelektasis akibat stenosis bronkus karena perforasi kelenjar
ke dalam bronkus.5

Gambar 2 Patogenesis Tuberkulosis

(ket. diambil dari IDAI, 2004)

Perbedaan tuberkulosis primer (TB anak) dengan tuberkulosis sekunder (TB dewasa/re-
infeksi) antara lain, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:4,5

Table 1 Perbedaan Tuberculosis Primer dan Tuberculosis Sekunder4

8
Tb Primer (pada anak) Tb Sekunder (pada dewasa)
Lokasi Dapat di semua bagian paru Apeks dan infra klavikuler
Kelenjar Limfe Regional Membesar Tidak
Penyembuhan Perkapuran Fibrosis
Penyebaran Hematogen Sering Jarang
(ket. diambil dari IDAI, 2004)

Klasifikasi dan Gejala Klinis

Ada beberapa klasifikasi tuberculosis. Ranke membagi tuberculosis dalam 3 stadium


yaitu:3

1. Stadium pertama : kompleks primer dengan penyebaran limfogen.


2. Stadium kedua : pada waktu terjadi penyebaran hematogen.
3. Stadium ketida : tuberculosis paru menahun (chronic pulmonary tuberculosis)

Kalsifikasi lain dari tuberculosis adalah:3

1. Tuberculosis primer, merupakan infeksi pertama dari tuberculosis.


2. Tuberculosis subprimer, merupakan komplikasi tuberculosis primer.
3. Tuberculosis pascaprimer, merupakan reinfeksi yang dapat terjadi endogen (karena daya
tahan tubuh turun, kuman yang indolen aktif kembali) dan eksogen setelah infeksi primer
sembuh.

Sekarang yang dipakai klasifikasi yang membagi tuberculosis menjadi 2 stadium yaitu
tuberculosis primer yang merupakan kompleks primer serta komplikasinya dan tuberculosis
pascaprimer. Permulaan tuberculosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena
penyakit mulai secara perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberculosis ditemukan pada anak tanpa
keluhan atau gejala. Dengan melakukan tes tuberculin secara rutin, dapat ditemukan penyakit
tuberculosis pada anak. Gejala tuberculosis primer dapat juga berupa panas yang naik turun
selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gambaran klinis tuberculosis primer lain
adalah panas, batuk, anoreksia, dan berat badan yang menurun. Kadang-kadang dijumpai panas
yang menyerupai tifus abdominalis atau malaria yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali.
Oleh karena itu apabila menjumpai panas seperti tifus abdominalis pada bayi atau anak kecil,
harus dipikirkan juga kemungkinan tuberculosis sebagai penyebab panas tersebut.3,5

9
Tuberculosis dapat juga menunjukkan gejala seperti bronkopneumonia, sehingga pada
anak dengan gejala bronkopneumonia yang tidka menunjukan perbaikan dengan pengobatan
bronkopneumonia yang adekuat harus dipikirkan kemungkinan tuberculosis. Konjungtivitis
fliktenularis dapat juga dijumpai pada anak dengan tuberculosis, terutama tuberculosis tonsil,
adenoid, dan telinga tengah. Flikten pada mata diduga sebagai gejala hipersensitivitas dan dalam
flikten tidak terdapat basil tuberculosis. Selama tuberculosis atau fokus tuberculosis masih ada,
flikten sering tetap hilang timbul. Flikten sering disertai infeksi sekunder biasanya oleh
Staphylococcus hemolyticus. Hal lain yang juga dapat menyebabkan timbulnya flikten adalah
benda asing, trakoma dan askariasis. Eritema nodosum sangat jarang dijumpai di Indonesia,
tetapi bila terdapat di kulit menunjukkan bahwa penyakit masih aktif. Gambaran klinis lainnya
sesuai dengan organ yang terkena mislanya paru, selaput otak, hepar, tulang dan sendi, ginjal dan
lain-lain.5

Anamnesis

Anamnesis merupakan salah satu bagian penting untuk menegakkan suatu diagnosis. Hal-
hal yang dapat kita tanyakan berkaitan dengan tuberculosis adalah identitas pasien, keluhan
utama, keluhan penyerta seperti demam, batuk, mencret, kejang, muntah, edema, sesak napas,
sianosis, ikterus, serta pendaraha, riwayat perjalanan penyakit dimana kita harus menyusun cerita
yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum terdapat
keluhan sampai ia dibawa berobat. Kemudian kita juga tanyakan mengenai riwayat penyakit
dahulu, riwayat kehamilan ibu, riwayat kelahiran, riwayat makanan, riwayat imunisasi, riwayat
pertumbuhan dan perkembangan, riwayat keluarga, riwayat sosial ekonomi, kebersihan
lingkungan, serta riwayat minum obat. Perlu diperhatikan bila kita mendapatkan hasil anamnesis
sebagai berikut:6

 Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal
tumbuh.
 Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
 Batuk kronik ≥ 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
 Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.

Pemeriksaan Fisik

10
Pertama-tama yang dapat kita lakukan setelah melakukan anamnesis adalah melakukan
pemeriksaan fisik.6 Hal pertama yang kita lakukan adalah pemeriksaan umum berupa keadaan
umum, kesadaran, status gizi, tanda-tanda vital, nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu tubuh, dan
data antropometrik. Selanjutnya adalah kita melakukan pemeriksaan fisik spesifik berupa
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.6

Inspeksi dapat dbagi menjadi inspeksi umum dan inspeksi lokal. Pada inspeksi umum
kita melihat perubahan yang terjadi secara umum sedangkan pada inspeksi lokal, dilihat
perubahan-perubahan lokal sampai bagian terkecil. Palpasi adalah pemeriksaan dengan meraba,
mempergunakan telapak tangan dan memanfaatkan alat peraba yang terdapat pada telapak dan
jari tangan. Dengan palpasi dapat ditentukan bentuk, besar, tepi, permukaan serta konsistensi
organ. Perkusi bertujuan untuk mengetahui perbedaansuara ketuk, sehingga dapatditentukan
batas-batas suatu organ misalnya paru, jantung, dan hati, atau mengetahui batas-batas massa
yang abnormal di rongga abdomen.6 Auskultasi adalah pemeriksaan dengan mempergunakan
stetoskop dimana kita dapat mendengarkan suara pernapasan, bunyi dan bising jantung,
peristaltic usus, dan aliran darah dalam pembuluh darah. Hal-hal yang biasanya terlihat pada
pemeriksaan fisik penderita tuberculosis antara lain:6

 Pembesaran kelenjar limfe leher, aksila, inguinal.


 Pembengkakan progresif atau deformitas tulang, sendi, lutut, falang.
 Uji tuberkulin. Biasanya positif pada anak dengan TB paru, tetapi bisa negatif pada anak
dengan TB milier atau yang juga menderita HIV/AIDS, gizi buruk atau baru menderita
campak.
 Pengukuran berat badan menurut umur atau lebih baik pengukuran berat menurut
panjang/tinggi badan.

Pemeriksaan Penunjang

Uji Tuberkulin

11
Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting dalam menegakkan diagnosis
tuberculosis. Uji tuberculin lebih penting lagi artinya pada anak kecil bila diketahui adanya
konversi dari negatif (recent tuberculin converter). Pada anak di bawah 5 tahun dengan uji
tuberculin positif, proses tuberculosis biasanya masih aktif meskipuntidka menunjukkan kelainan
klinis dan radiologis, demikian pula halnya kalau terdapat konversi uji tuberculin. Uji tuberculin
dilakukan berdasarkan timbulnya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein karena adanya
infeksi.3,7 Ada beberapa cara melakukan uji tuberculin yaitu cara Moro dengan salep, dengan
goresan disebut patch test cara von Pirquet, cara Mantoux dengan penyuntikan intrakutan dan
“multiple puncture method” dengan 4-6 jarum berdasarkan cara Heaf dan Tine. Sampai sekarang
cara Mantoux masih dianggap sebagai cara yang paling dpat dipertanggungjawabkan karena
jumlah tuberculin yang dimasukkan dapat diketahui banyaknya. Resiko lokal yang terdapat pada
uji Mantoux terdiri atas:3

1. Eritema karena vasodilatasi primer.


2. Edema karena reaksi antara antigen yang disuntikkan dengan antibody.
3. Indurasi yang dibentuk oleh sel mononukleus.

Pembacaan uji tuberculin dilakukan 48-72 jam setelahpenyuntikan dan diukur diameter
melintang dari indurasi yang terjadi. Tuberculin yang biasanya dipakai ialah Old Tuberculin
(OT) dan Purified Protein Derivative tuberculin (PPD). Sebaiknya uji tuberculin dikerjakan
secara rutin pada setiap anak dan kalu negatif diulang tiap 6-12 bulan untuk menemukan
tuberculosis sedini mungkin. Penyuntikkan BCG menyebabkan konversi uji tuberculin sehingga
dapat mengacaukan penilaian uji tuberculin untuk diagnosis tuberculosis. Uji tuberculin akan
menjadi negatif untuk sementara pada penderita tuberculosis (anergi) pada:3,5,7

1. Malnutrisi Energi Protein


2. Tuberculosis berat
3. Morbili, Varisela
4. Pertussis, Difteria, Tifus abdominalis
5. Pemberian kontikosteroid yang lama
6. Vaksin virus misalnya poliomyelitis.
7. Penyakit ganas, misalnya penyakit Hodgkin

Pemeriksaan Radiologis

12
Pada anak dengan uji tuberculin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Secara rutin
dilakukan foto Rontgen paru dan atas indikasi juga dibuat foto Rontgen alattubuhlain, mislanya
foto tulang punggung pada spondylitis. Gambaran radiologis paru yang biasanya dijumpai pada
tuberculosis paru adalah:3,5,7

1. Kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran


2. Pembesaran kelenjar paratrakeal
3. Penyebaran milier
4. Penyebaran bronkogen
5. Atelectasis
6. Pleuritis dengan efusi

Foto thoraks yang khas adalah fokus primer, limfadenitis pada trachea dan limfangitis.
Pemeriksaan radiologis paru saja tidak dapat digunakan untuk membuat diagnosis tuberculosis,
tetapi harus disertai data klinis lainnya.

Pemeriksaan Bakteriologis

Merupakan diagnosis pasti bila ditemukan kuman basil tahan asam, tetapi sulit pada bayi
dan anak. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari sputum (pada anak besar), bilasan lambung
pagi hari atau dari cairan lain : LCS, Cairan pleura, cairan pericard. Pemeriksaan dapat dilakukan
cara langsung, biakan dengan metode lama, radiometrik (Bactec), dan PCR. Bahan-bahan yang
digunakan untuk pemeriksaan bakteriologis adalah: bilasan lambung, secret bronkus, sputum
pada anak besar, cairan pleura, likuor serebospinalis, cairan asites dan lain-lain.4

Pemeriksaan Patologi Anatomi

Pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan secara rutin. Biasanya diperiksa kelenjar
gatah bening, hepar, pleura, peritoneum, kulit dan lain-lain. Pada pemeriksaan biasanya
ditemukan tuberkel dan basil tahan asam.4

Uji BCG

Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberculin (BCG
langsung). Bila pada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam
waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan, maka harus dicurigai adanya tuberculosis dan
diperiksa lebih lanjut ke arah tuberculosis . pada anak dengan tuberculosis, BCG akan

13
menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan besar. Karena itu reaksi BCG ini dapat dipakai
sebagai alat diagnostic. Sering terdapat kesukaran untuk membuat diagnosis tuberculosis yang
dini pada anak dengan malnutrisi karena adanya anergi terhadap tuberculin.3,4,5,7

Pemeriksaan Histopatologi

Jarang dilakukan pada anak, dilakukan dengan biopsi misalnya dari kelenjar limfe.4

Pemeriksaan Fungsi Paru

Pada umumnya fungsi paru tak terganggu kecuali pada bronkhiektasis hebat.
Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada TB anak yang memerlukan tindakan operatif.4

Pemeriksaan terhadap Sumber Penularan

Dicari sumber infeksi baik dari keluarga maupun orang lain, dilakukan pemeriksaan
sputum, foto paru, pemeriksaan darah. Bila positif sebaiknya diisolasi untuk mengurangi kontak
dan dilakukan pengobatan.4

Pada pemeriksaan serologi hasil kurang memuaskan dan masih kontroversi, hasil
tergantung dari : Umur, status imunisasi, mycobacterium atypic, tidak dapat membedakan infeksi
dan sakit serta Interfedon γ.

Diagnosis Kerja

Permulaan tuberculosis sukar diketahui karena gejalanya tidak jelas dan tidak khas, tetapi
kalau terdapat panas yang naik turunnya lama dengan atau tanpa batuk dan pilek, anoreksia,
penurunan berat badan dan anak lesu, harus dipikirkan kemungkinan tuberculosis. Petunjuk lain
untuk diagnosis tuberculosis adalah adanya kontak dengan penderita tuberculosis orang dewasa.
Diagnosis tuberculosis paru berdasarkan gambaran klinis, uji tuberculin positif dan kelainan
radiologis paru. Basil tuberculosis tidak selalu dapat ditemukan pada anak.3

Untuk memudahkan penegakan diagnosis TB anak, IDAI merekomendasikan diagnosis


TB anak dengan menggunakan sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda
klinis yang dijumpai, seperti terlihat pada tabel di bawh ini.4

Tabel 2 Sistem Skoring Gejala dan Pemeriksaan Penunjang TB anak4

14
(ket. diambil dari IDAI, 2004)

Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang, maka


dilakukan pembobotan dengan sistem skoring. Pasien dengan jumlah skor ≥ 6 (sama atau lebih
dari 6), harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat pengobatan dengan obat anti
tuberkulosis (OAT). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan ke arah TB kuat maka
perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung,
patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-Scan dan
lain-lainnya (yang mungkin tidak dapat dilakukan di rumah sakit ini).4

Perlu perhatian khusus jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini.4,5

 Kejang, kaku kuduk


 Penurunan kesadaran
 Kegawatan lain, misalnya sesak napas
 Foto dada menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura.
 Gibus, koksitis

Penatalaksanaan

15
Alur tatalaksana pasien TB anak dapat dilihat pada skema di bawah ini.3-5,7-8

Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah
pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi
klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan. Bila
dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan
perubahan yang berarti, OAT tetap dihentikan.4

Panduan Obat TB pada Anak

Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan pertama) dan
sisanya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat pada
fase awal/intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase lanjutan (4
bulan, kecuali pada TB berat). OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif
maupun tahap lanjutan. Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT disediakan
dalam bentuk paket. Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket OAT
anak berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z);
sedangkan untuk tahap lanjutan, yaitu Rifampisin (R) dan Isoniasid (H).3,5

Dosis

 INH: 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari


 Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari
 Pirazinamid: 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2 000 mg/hari
 Etambutol: 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 250 mg/hari
 Streptomisin: 15–40 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 000 mg/hari

16
Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang relatif lama
dengan jumlah obat yang banyak, paduan OAT disediakan dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap
= KDT (Fixed Dose Combination = FDC). Tablet KDT untuk anak tersedia dalam 2 macam
tablet, yaitu:8

 Tablet RHZ yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin), H (Isoniazid) dan Z
(Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif.
 Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin) dan H (Isoniazid) yang
digunakan pada tahap lanjutan.

Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak dan
komposisi dari tablet KDT tersebut. Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis KDT yang
komposisi tablet RHZ adalah R = 75 mg, H = 50 mg, Z = 150 mg dan komposisi tablet RH
adalah R = 75 mg dan H = 50 mg.8

Tabel 3 Dosis KDT (R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada Anak3

17
(ket. diambil dari FKUI, 2005)

Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak. Dosisnya seperti
pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Dosis OAT Kombipak-fase-awal/intensif pada Anak3,5,8

Tabel 5. Dosis OAT Kombipak-fase-lanjutan pada Anak3,5,8

(ket. diambil dari farmakologi dan terapi, 2007)

Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti TB milier,


meningitis TB, TB sendi dan tulang, dan lain-lain:5

 Pada tahap intensif diberikan minimal 4 macam obat (INH, Rifampisin, Pirazinamid,
Etambutol atau Streptomisin).
 Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10 bulan.
 Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB
endobronkial, meningitis TB dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid (prednison)
dengan dosis 1–2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama pemberian kortikosteroid
adalah 2–4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu 2–
6 minggu. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan
mencegah terjadi perlekatan jaringan.

18
Perhatian: Hindarkan pemakaian streptomisin pada anak bila memungkinkan, karena
penyuntikan terasa sakit, dapat terjadi kerusakan permanen syaraf pendengaran, dan terdapat
risiko penularan HIV akibat perlakuan yang tidak benar terhadap alat suntikan.

Tujuan pengobatan Tuberkulosis pada anak adalah:4,5

 Menurunkan / membunuh kuman dengan cepat


 Sterilisasi kuman untuk mencegah relaps dengan jalan pengobatan
o Fase intensif (2 bulan) : mengeradikasi kuman dengan 3 macam obat : INH,
Rifampisim dan PZA
o Fase pemeliharaan (4 bulan) : akan memberikan efek sterilisasi untuk mencegah
terjadinya relap : menggunakan 2 macam obat : INH & RIF
 Mencegah terjadinya resistensi kuman Tb

Prinsip Pengobatan Tuberkulosis pada anak:

 Kombinasi lebih dari satu macam obat. Hal ini untuk mencegah terjadinya resistensi
terhadap obat.
 Jangka panjang, teratur, dan tidak terputus. Hal ini merupakan masalah kadar kepatuhan
pasien.
 Obat diberikan secara teratur tiap hari.

Pemantauan Hasil Pengobatan

Pengawasan terhadap respon pengobatan. Perhatikan perbaikan klinik, aktivitas, nafsu


makan, kenaikan berat badan. Bila ada tuberkulosis ekstra torakal diamati perbaikan yang
terjadi.Respon klinis yang baik terhadap terapi mempunyai nilai diagnostik. Respon yang baik
dapat dilihat dari perbaikan semua keluhan awal. Nafsu makan membaik, berat badan meningkat
dengan cepat, keluhan demam dan batuk menghilang dan tidak merasa sakit.Respon yang nyata
biasanya terjadi dalam 2 bulan awal (fase intensif).4

 Pengawasan terhadap komplikasi


 Pengawasan terhadap efek samping obat : biasanya jarang terjadi pada anak. Neuritis
perifer, gangguan Nervus VIII, gangguan penglihatan, gejala hepatotoksik
 Pengamatan terhadap perbaikan gambaran laboratorium darah.Pemeriksaan kimia darah
atas indikasi
 Pengamatan terhadap perbaikan radiologik dilakukan pada akhir pengobatan

19
 Mencari sumber infeksi pada keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Komplikasi Tuberkulosis

Tuberkulosis primer cenderung sembuh sendiri, tetapi sebagian akan menyebar lebih
lanjut dan dapat menimbulkan komplikasi. Tuberkulosis dapat meluas dalam jaringan paru
sendiri. Selain itu basil tuberkulosis dalam aliran darah dapat mati, tetapi dapat pula berkembang
terus, hal ini tergantung keadaan penderita dan virulensi kuman. Melalui aliran darah basil
tuberkulosis dapat mencapai alat tubuh lain seperti bagian paru lain, 13selaput otak, otak, tulang,
hati, ginjal dan lain – lain. Dalam alat tubuh tersebut basil tuberkulosis dapat segera
menimbulkan penyakit, tetapi dapat pula menjadi tenangdahulu dan setelah beberapa waktu
menimbulkan penyakit atau dapat pula tidak pernah menimbulkan penyakit sama sekali.3

Sebagian besar komplikasi tuberkulosis primer terjadi dalam 12 bulan setelah terjadinya
penyakit. Penyebaran hematogen atau millier dan meningitis biasanya terjadi dalam 4 bulan,
tetapi jarang sekali sebelum 3 – 4 minggu setelah terjadinya kompleks primer. Efusi plura dapat
terjadi 6 – 12 bulan setelah terbentuknya kompleks primer, kalau efusi pleura disebabkan oleh
penyebaran hematogen maka dapat terjadi lebih cepat. Komplikasi pada tulang dan kenjar getah
bening permukaan ( superficial ) dapat terjadi akibat penyebaran hematogen, hingga dapat terjadi
dalam 6 bulan setelah terbentuknya kompleks primer, tetapi komplikasi ini dapat juga terjadi
setelah 6 – 18 bulan ( Lincoln ). Komplikasi pada traktus urogenitalis dapat terjadi setelah
bertahun – tahun ( Lincoln ). Pembesaran kelenjar getah bening yang kena infeksi dapat
menyebabkan atelektasis karena menekan bronkus hingga tampak sebagai perselubungansegmen
atau lobus, sering lobus tengah paru kanan. Selain oleh tekanan kelenjar gatah bening yang
membesar, atelektasis dapat terjadi karena kontraksi bronkus pada tuberkulosis dinding bronkus,
tuberkuloma dalam lapisan otot bronkus atau oleh gumpalan keju di dalam lumen bronkus.
Pembesaran kelenjar getah bening yang terkena infeksi selain menyebabkan atelektasis karena
penekanan, dapat juga menembus bronkus kemudian pecah dan menyebabkan penyebaran
bronkogen. Lesi tuberkulosis biasanya sembuh sebagai proses resolusi, fibrosis dan atau
kalsifikasi.3

Pencegahan Tuberkulosis Anak

20
1. Perlindungan terhadap sumber penularan. Prioritas pengobatan sekarang ditujukan
terhadap orang dewasa. Akan tetapi seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa TB
anak yang tidak mendapat pengobatan akhirnya menjadi TB dewasa dan akan menjadi
sumber penularan.5
2. Vaksinasi BCG
3. Khemoprofilaksis primer maupun sekunder
4. Pengobatan terhadap infeksi dan penemuan sumber penularan
5. Pencegahan terhadap menghebatnya penyakit dengan diagnosis dini
6. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan

Tujuan akhir tuberkulosis kontrol adalah menghilangkan atau memberantas penyakit


tuberkulosis. Dari sudut tuberkulosis anak maka dapat diadakan intervensi siklus infeksi sebagai
berikut:3-5

1. Pencegahan primer :
 Vaksinasi
 Menghindari penyakit / sumber penyakit
 Profilaksis infeksi (khemoprofilaksis primer)
2. Profilaksis penyakit (khemoprofilaksis sekunder)
3. Pengobatan penyakit
4. Mempertahankan daya tahan tubuh, meningkatkan gizi, menghindarkan sumber penyakit.

Diagnosis Banding

1. Pneumonia

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk,
demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk pneumonia
baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut pneumonia.3 Pneumonia merupakan
penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding
dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan
napas dalam satu menit. Untuk balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau
lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih
permenit, dan umur kurang dari 2 bulan tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit.
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus,

21
mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa. Pada umumnya
pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara.5

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut
selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat
mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang
dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti
nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.5

2. Bronchitis Akut

Bronkitis akut adalah peradangan pada bronkus disebabkan oleh infeksi saluran nafas
yangditandai dengan batuk (berdahak maupun tidak berdahak) yang berlangsung hingga
3minggu.Sebagian besar bronkitis akut disebabkan oleh infeksi virus dan dapat sembuh
dengansendirinya, sehingga tidak memerlukan antibiotik. Meski ringan, namun adakalanya
sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk
berkepanjangan.Antibiotik diperlukan apabila bronkitis akut disebabkan oleh infeksi
bakteri(pada sebagian kecil kasus bronkitis akut). Bronkitis akut dapat disebabkan oleh infeksi
virus 90% (adenovirus, influenza virus, parainfluenza virus, rhinovirus, dan lain-lain), infeksi
bakteri (Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis, Haemophilus influenzae, Streptococcus
pneumoniae, atau bakteri atipik seperti Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumonia,
Legionella), jamur serta noninfeksi seperti polusi udara, rokok, dan lain-lain.3,5

Gejala dari bronchitis akut antara lain batuk, adanya lendir, baik yang tidak berwarna,
putih atau berwarna kuning kehijauan, napas pendek yang memburuk bahkan saat mengerahkan
sedikit tenaga, napas sesak, lelah, demam ringan dan menggigil, rasa tidak nyaman pada dada.
Pada orang yang menderita bronchitis ini dalam anamnesis dapat ditemui adanya demam, nyeri
kepala, nyeri otot selama 3-4 hari diikuti dengan batuk. Pada awalnya batuk bersifat kering dan
keras, kemudioan berkembang menjadi batuk yang produktif, dahak bisa jernih atau pululen.
Batuk biasanya berlangsung 7-10 hari, tetapi dapat juga berlangsung samnpai 3 minggu. Pada
anak kecil susah untuk mengeluarkan dahak yang lengket dan kental yang dapat merangsang
muntah, pada anak yang lebih tua keluhan utama dapat berupa batuk produktif dan nyeri dada
pada keadaan yang lebih berat. Pada umumnya gejala akan menghilang dalam 10-14 hari. Bila

22
gejala dan tanda klinis menetap sampai 2-3 minggu, perla dicurigai adanya proses kronis atau
terjadi infeksi bakteri sekunder.3,5

Prognosis

Prognosis untuk penyakit tuberculosis pada anak dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
umur anak, berapa lama telah mendapat infeksi, luasnya lesi, keadaan gizi, keadaan sosial
ekonomi keluarga, diagnosis dini, pengobatan adekuat dan adanya infeksi lain seperti morbili,
pertussis, diare yangberulang dan lain-lain.3

Kesimpulan

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium


tuberculosa. Dengan manifestasi klinis yang berlainan antara lain; demam, malese, keringat
malam, anoreksia, batuk, dan juga penurunan berat badan. Selain itu ditemukan adanya kontak
dengan penderita TBC. Untuk penegakkan diagnosis dapat dilakukan: Pemeriksaan Radiologis,
Pemeriksaan laboratorium ( darah dan sputum ) dan Uji tuberculin. Diagnosa pasti apabila
ditemukan adanya BTA dalam media biakan. Penatalaksanaan :

 Diberikan Rifampicin, INH, Pirazinamide setiap hari selama 2 bulan pada fase awal.
 Dilajutkan Rifampicin, INH setiap hari selama 4 bulan pada fase lanjutan.

Infeksi tuberculosa dapat dicegah dengan cara: Vaksinasi BCG, Kemoprofilaksis dengan
pemberian INH selama 1 tahun dan Edukasi. Prognosa penyakit ini menjadi lebih baik sejak
ditemukannya obat anti tuberkulosis, kecuali pada tuberkulosis resisten obat dan pada
tuberkulosis dengan penyulit atau komplikasi yang lainnya.

Daftar Pustaka

1. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga Medical Series. 2004.h. 10-3.
2. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.2011.h.497-
501.
3. Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-7. Jakarta:
FKUI.2005.h.573-84.

23
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar pelayanan medis anak. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI.2004.
5. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi ke-15.
Jakarta: EGC.2000.h.1028 – 42.
6. Matondang CS, Wahidayat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Edisi ke-2.
Jakarta: CV Sagung Seto. 2003.h.4-34.
7. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Dalam : Sudoyono AW, Setiyohadi B. Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Jilid 3. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing. 2009.h.2230-8.
8. Istiantoro YH, Setiabudy R. Tuberkulostatik dan leprostatik. Dalam: Gunawan SG,
Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. Jakarta: FKUI. 2007.h.613-37.

24

Anda mungkin juga menyukai