SKRIPSI
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Perilaku
Merokok Dengan Kejadian Stroke Iskemik Di Ruang Rawat Inap RSUD Panembahan
Senopati Bantul”.
Peneltian ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini peneliti dengan rendah hati mengucapkan terima kasih
dengan setulus-tulusnya kepada:
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Stikes Jendral Achmad Yani
Yogyakarta.
2. Tetra Saktika Adinugraha., M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB selaku Ketua Prodi
Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta dan selaku penguji
yang telah memberikan masukan kepada peneliti.
3. Ns.Miftafu Darussalam,M.Kep.,Sp.Kep.M.B. selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti.
4. Paulus Subiyanto., M.Kep., Sp.MB selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti.
5. Bapak, Ibu, kakak dan adik yang telah memberikan limpahan cinta, doa, dan
semangat yang tanpa henti kepada peneliti.
6. Sahabat-sahabat yang telah memberikan masukan, semangat dan dukungan
untuk menyelesaikan penelitian ini kepada peneliti.
7. Semua mahasiswa keperawatan angkatan 2012 yang telah membantu serta
member dukungan kepada peneliti.
8. RSUD Panembahan Senopati Bantul, yang telah memberikan kesempatan
bagi peneliti untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian.
9. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan bantuannya.
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………..5
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………………………………………………….5
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………………………………………………….5
E. Keaslian Penelitian…………………………………………………………………………………………………..6
A. Landasan Teretis
1. Perilaku Merokok
a. Definisi Perilaku………………………………………………………………………………………..8
b. Definisi Merokok………………………………………………………………………………………8
v
h. Dampak Perilaku Merokok…………………………………………………………………..13
2. Stroke
a. Definisi Stroke……………………………………………………………………………………….16
b. Klasifikasi Stroke……………………………………………………………………………………16
h. NiHSS…………………………………………………………………………………………………….24
B. Kerangka Teori…………………………………………………………………………………………………..25
C. Kerangka Konsep……………………………………………………………………………………………….26
D. Hipotesis…………………………………………………………………………………………………………….26
A. Desain Penelitian………………………………………………………………………………………………..27
D. Variabel Penelitian……………………………………………………………………………………………..30
E. Definisi Operasional……………………………………………………………………………………………30
I. Prosedur Penelitian………………………………………………………………………………………..39
J. Etika Penelitian……………………………………………………………………………………………….40
BAB IV HASIL DAN KESIMPULAN
A. HASIL PENELITIAN………………………………………………………………………………………….42
B. Pembahasan………………………………………………………………………………………………….45
C. Keterbatasan Penelitian………………………………………………………………………………..51
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………52
B. Saran……………………………………………………………………………………………………………..52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN NILAI NIHSS PADA
PASIEN STROKE ISKEMIK DI RUANG RAWAT INAP RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA
xi
THE RELATION BETWEEN THE SMOKING BEHAVIOR AND THE NIHSS
VALUE IN ISCHEMIC STROKE PATIENTS IN THE INPATIENT WARDS
OF PANEMBAHAN SENOPATI REGIONAL PUBLIC HOSPITAL BANTUL
YOGYAKARTA
ABSTRACT
Background: Stroke is a disease that is often found in today's modern society. World Health
Organization (WHO) determines that stroke is a clinical syndrome with symptoms of brain
dysfunction on a focal or global basis which can cause death or abnormalities persisting for
more than 24 hours. Stroke is divided into two kinds, namely non-hemorrhagic stroke and
hemorrhagic stroke (ischemic). According to a report of the World Health Organization
(WHO) in 2010, about 15 million people worldwide had a stroke each year, five million died.
The severity of stroke was assessed by NIHSS score. One of the risk factors that increase the
incidence of stroke is smoking behavior. Indonesia is also one of the developing countries
that has high levels of cigarettes consumption and production. The proportion of the
population aged ≥15 years who smoke or chew tobacco are likely to increase, based on the
Riskesdas in 2007 reached 34.2%, Riskesdas in 2010 reached 34.7% and Riskesdas in 2013
reached 36.3%. The highest proportions in 2013 (55.6%) ocurred in East Nusa Tenggara
Province (Riskesdas, 2013).
Objective: The objective of this research is to determine the relation between the smoking
behavior and the NIHSS value in ischemic stroke patients in the inpatient wards of
Panembahan Senopati Regional Public Hospital Bantul.
Method: The research was a descriptive correlational and cross-sectional approach using a
purposive sampling. Samples are ischemic stroke patients who met the criteria as respondents
in the inpatient wards of of Panembahan Senopati Regional Public Hospital Bantul with the
total number of 32 patients. Data were retrieved using questionnaires and assessments and
were analyzed using a statistical test commonly called Kendall's tau.
Result: The result of statistical analysis shows that patients with a high category of smoking
behavior have more values of NIHSS categorized as medium 6 (18.8%) and a weight of 4
(12.5%), patients with a smoking behavior of medium category have NIHSS value was
medium category 15 ( 46.9%), and patients with a smoking behavior categories have lower
NIHSS value of 4 categories (12.5%) and light 1 category (3.1%) with a p-value = 0.013 (p
<0.05) and τ = 0.421 is in the interval from 0.400 to 0.5999.
Conclusion: There is a significant correlation between the smoking behavior and the NIHSS
value in ischemic stroke patients in the inpatient wards of Panembahan Senopati Regional
Public Hospital Bantul, Yogyakarta with the strength of the medium category relationship.
1
Nursing Science student at STIKES Jenderal Achmad Yani, Yogyakarta
2
Nursing Science Lecturer at STIKES Jenderal Achmad Yani, Yogyakarta
3
Nursing Science Lecturer at AKPER Panti Rapih
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
Stroke iskemik adalah penyumbatan yang bisa terjadi disepanjang jalur pembuluh
darah arteri yang menuju ke otak (Smeltzer & Bare, 2008). Penyebab terjadinya
stroke iskemik secara umum disebabkan karena adanya gangguan aliran darah ke
otak yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah atau tertutupnya salah
satu pembuluh darah ke otak (Muttaqin, 2008).
Angka kematian stroke iskemik lebih kecil yaitu 9,3% dibandingkan dengan
stroke hemoragik sebesar 14,4% (Setyopranato, 2012) stroke hemoragik dapat
menyebabkan kematian dengan cepat apabila perdarahan tidak dapat berhenti
(Setyopranoto, 2012). Stroke iskemik akut dengan defisit neurologi yang berat
terjadi kurang lebih 2-10%. Stroke iskemik akut berhubungan dengan prognosis
yang buruk, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dan penanganan stroke
iskemik pada awal serangan saat ini masih belum memuaskan (Bill dkk., 2012).
Indonesia juga merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki
tingkat konsumsi dan produksi rokok yang tinggi. Rerata proporsi perokok saat
ini di Indonesia adalah 29,3%. Proporsi perokok saat ini terbanyak di Kepulauan
Riau dengan perokok setiap hari 27,2% dan kadang-kadang merokok 3,5%.
Proporsi penduduk umur ≥15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau
cenderung meningkat, berdasarkan Riskesdas 2007 sebesar 34,2%, Riskesdas
2010 sebesar 34,7% dan Riskesdas 2013 menjadi 36,3%. Proporsi tertinggi pada
tahun 2013 adalah di Nusa Tenggara Timur 55,6% (Riskesdas, 2013).
Risiko terjadi aterosklerosis menunjukan korelasi yang kuat dengan berapa
banyak rokok yang dikonsumsi oleh perokok dalam setiap tahun (Suanprasert,
2011). Nikotin pada rokok dapat menstimulasi saraf simpatis dan pelepasan
katekolamin, sehingga menyebabkan kenaikan tekanan darah. Asap rokok juga
menyebabkan berkembangnya status prokoagulan peredaran darah global
sehingga menyebabkan perubahan proses hemostasis (pengentalan plasma darah
dan sel pembekuan darah bekerja aktif) dan marker pada proses inflamasi, jika hal
ini terus berlangsung, dapat menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi
fibrinogen, penurunan aktivitas fibrinolitik, peningkatan kemampuan agregasi
3
darah ke otak. Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan
kematian jaringan otak (Bhat et al, 2008). Pernyataan tersebut menjelaskan
bahwa seseorang yang merokok aktif sangat berisiko terhadap kejadian stroke, hal
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ohira et al. (2006) yang
menunjukkan bahwa perokok aktif berisiko mengalami stroke sebesar RR=1,94
dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
Kandungan yang ada dalam rokok sangat berpengaruh terhadap kejadian
stroke, hal ini juga dipengaruhi oleh lamanya seseorang dalam merokok serta
jumlah rokok yang dikonsumsi, semakin banyak rokok yang dikonsumsi maka
semakin tinggi risiko stroke yang dapat terjadi serta semakin banyak kadar
nikotin yang ada didalam tubuh seseorang yang kemudian menyebabkan
terjadinya atherosclerosis yang berakhir dengan kejadian stroke (Shah dkk,
2010).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Marisa, dkk (2012), tentang
hubungan prilaku merokok dengan kejadian stroke. Hasil penelitian ini tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan kejadian
stroke (p=0,094). Sedangkan untuk jumlah rokok yang dihisap per hari (p=0,047)
dan lama merokok (p=0,017) terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian
stroke. Penelitian Pricyllia dkk tentang sebaran kebiasaan merokok pada pasien
stroke iskemik. Hasil penelitian ditemukan pasien stroke iskemik yang merokok
sebanyak 24 pasien (57,1%) dan yang tidak merokok sebanyak 18 pasien (42,9%)
dari 42 responden (Pricyllia, 2015).
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di RSUD Panembahan
Senopati Bantul pada tanggal 12 juni 2016. Dari sistem pencatatan dan pelaporan
RSUD Panembahan Senopati Bantul didapati dari total laporan pada bulan 1 – 5
tahun 2016, stroke menduduki peringkat ke lima dengan jumlah kasus sebesar
119 kasus. Menurut hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan delapan pasien
stroke dengan status umur ≥ 50 tahun di ruang rawat inap RSUD Panembahan
Senopati Bantul, lima diantaranya merokok, pasien dengan lama merokok ≥ 10
5
tahun, dalam satu hari bisa menghabiskan ≥ 7 batang rokok, dengan jenis rokok
kretek.
Berdasarkan uraian di atas, maka memberi dorongan bagi penulis untuk
meneliti tentang hubungan perilaku merokok dengan nilai skala stroke iskemik di
Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul karena penelitian ini belum pernah
dilakukan di Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah yaitu
“adakah hubungan perilaku merokok dengan nilai NIHSS pada pasien stroke
iskemik di RSUD Panembahan Senopati Bantul” ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan perilaku merokok dengan nilai NIHSS pada
pasien stroke iskemik di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui karakteristik pada pasien stroke iskemik di RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
b. Diketahui perilaku merokok pada pasien stroke iskemik di RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
c. Diketahui nilai skala NIHSS pada pasien stroke iskemik di RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur untuk
ilmu keperawatan medikal bedah.
6
E. Keaslian Penelitian
1. Marisa, dkk (2012), Hubungan Prilaku Merokok dengan Kejadian Stroke
di Bagian Saraf RSU Dokter Soedarso Pontianak Periode Juni-Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara prilaku
merokok, jumlah rokok yang di hisap per hari dan lama merokok dengan
kejadian stroke. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
observasional dengan rancangan cross sectional, objek penelitiannya
pasien yang berobat jalan di klinik saraf dan pasien yang di rawat inap di
bangsal saraf dan ruan Intensif Care Unit (ICU) dr Soedarso Pontianak
periode juni-juli 2012 sebanyak 90 pasien. Pengambilan sampel dengan
cara wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan
kejadian stroke (p=0,094). Sedangkan untuk jumlah rokok yang dihisap
per hari (p=0,047) dan lama merokok (p=0,017) terdapat hubungan yang
bermakna dengan kejadian stroke. Persamaan dengan penelitian ini adalah
7
medik. Hasil analisis data statistic dengan uji Chi Square di dapatkan nilai
p value < 0,05. Persentasi kejadian stroke hemoragik dan non-hemoragik
terhadap kebiasaan merokok terdapat hubungan bermakna dimana nilai p
= .000. Kebiasaan merokok memiliki hubungan yang erat terhadap angka
kejadian stroke hemoragik dan non-hemoragik. Persamaan dengan
penelitian ini adalah tema penelitian dan metode penelitian. Perbedaan
dengan penelitian ini adalah variabel bebas, waktu dan tempat penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta memberikan pelayanan
kesehatan baik secara rawat inap dan rawat jalan. Pelayanan rawat jalan RSUD
Panembahan Senopati saat ini mempunyai 18 poliklinik, pelayanan rawat inap terdiri
dari 9 ruang rawat inap dan 1 ruang ICU dengan semua kapasitas berjumlah 289
tempat tidur dan melalui pintu masuk pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD). Ruang
penyakit dalam di RSUD terdiri dari 3 bangsal yaitu Bakung, Cempaka, Flamboyan.
Jumlah pasien stroke dalam bulan januari sampai mei tahun 2016 pasien stroke
sebanyak 119 orang.
Manajemen pasien stroke di ruang penyakit dalam pengobatan tergantung
jenis stroke, jenis stroke terbanyak adalah stroke iskemik. Pengelolaan di ruang
penyakit dalam setiap pasien stroke akut yang datang di rumah sakit setelah
dilakukan penanganan di ruang Instalasi Rawat Darurat maka harus segera di kelola
di ruang penyakit dalam. Manajemen pasien di ruang penyakit dalam ditujukan untuk
pemberian terapi primer, pengendalian faktor risiko, mencegah perburukan serta
mencegah terjadinya komplikasi pada fase akut serta manajemen rehabilitasi sedini
mungkin dan semuanya dilaksanakan secara komprehensif dan terintegrasi, dan
diawasi selama 24 jam terus menerus, sehingga diharapkan dengan manajemen
tersebut akan menurunkan angka kecacatan, morbiditas dan mortalitas.
2. Analisis Hasil Penelitian
Subjek penelitian adalah pasien stroke iskemik di RSUD Panembahan
Senopati Bantul yang berjumlah 32 pasien. Gambaran tentang karakteristik subjek
penelitian dijelaskan dalam bentuk distribusi frekuensi berdasarkan variabel dalam
penelitian ini.
43
44
a. Analisis Univariat
Analisis univariat untuk mengetahui gambaran perilaku merokok dan Nilai
NIHSS pada pasien stroke iskemik di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Perilaku merokok pasien diukur menggunakan kuesioner dan Nilai NIHSS
menggunakan pengkajian dengan hasil pada tabel:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan usia,
pendidikan, lama merokok dan status merokok di RSUD Panembahan
Senopati Bantul ( N: 32 )
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi perilaku merokok dan Nilai NIHSS pada
pasien stroke iskemik di RSUD Panembahan Senopati Bantul ( N: 32 )
Variabel Frekuensi (f) Persentase (%)
Perilaku merokok
Tinggi 6 18,8
Sedang 25 78,1
Rendah 1 3,1
Nilai NIHSS
Berat 10 31,3
Sedang 17 53,1
Ringan 5 15,6
b. Analisi Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan
nilai NIHSS pasien stroke iskemik di RSUD Panembahan Senopati Bantul
menggunakan korelasi Kendall Tau adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hubungan perilaku merokok dengan nilai NIHSS pasien stroke
iskemik di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Nilai NIHSS
Perilaku Total
Berat Sedang Ringan τ p
merokok
f % f % f % f %
Tinggi 4 12,5 6 18,8 0 0,0 10 31,3
Sedang 2 6,3 15 46,9 0 0,0 17 53,1
0,421 0,013
Rendah 0 0,0 4 12,5 1 3,1 5 15,6
Jumlah 6 18,8 25 78,1 1 3,1 32 100,0
Sumber : Data primer, 2016
46
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan distribusi frekuensi responden menunjukan bahwa pasien stroke
iskemik di RSUD Panembahan Senopati Bantul mayoritas berumur 60-69 tahun 17
(53,1%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stroke iskemik dijumpai pada
orang-orang yang berusia diatas 40 tahun. Makin bertambah usia risiko stroke
makin tinggi, hal ini berkaitan dengan elastisitas pembuluh darah. Insiden stroke
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Setelah umur 55 tahun risiko
iskemik meningkat 2 kali lipat tiap dekade (Junaidi, 2011).
Berdasarkan distribusi frekuensi responden menunjukan bahwa pasien stroke
iskemik di RSUD Panembahan Senopati Bantul mayoritas tingkat pendidikan
pasien adalah SD 13 (40,6%). Pendidikan berkaitan dengan pengetahuan penderita
terhadap sesuatu yang berhubungan dengan stroke iskemik sehingga dapat
mempengaruhi kesuksesan pengobatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka
semakin baik penerimaan informasi tentang pengobatan dan penyakit yang
diderita. Nainggolan (2013) menyatakan tingkat pengetahuan rendah berisiko lebih
dari 2 kali untuk terjadi kegagalan pengobatan dibandingkan penderita dengan
tingkat pengetahuan tinggi.
47
dan faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi stres)
dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman
sebaya). Komalasari dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah
aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau
rokok.
Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang
berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas
merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari
(Komalasari & Helmi, 2000).
Penelitian yang dilakukan Okoli dkk (2011) usia mulai merokok
mempengaruhi lama merokok dimana semakin muda usia seseorang mulai
merokok maka semakin lama seseorang memiliki riwayat merokok dan makin sulit
untuk berhenti merokok. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
salah satunya ádalah pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.
Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah
pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika tingkat pendidikan seseorang
rendah, akan menghambat perkembangan perilaku seseorang terhadap penerimaan,
informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan lebih menekankan
pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai) (Mubarak et al.,
2007). Durasi merokok 11 sampai dengan ≤ 20 tahun memiliki risiko 2,5 kali lebih
berisiko terhadap hasil kepositifan TB paru (Ghasemia, 2009). Semakin lama
seseorang merokok, maka semakin banyak gangguan kesehatan yang ditimbulkan
dari kandungan dalam rokok. Hal ini dikarenakan zat kimia berbahaya yang
terdapat pada rokok maupun asap rokok jika dihisap akan terakumulasi dalam
tubuh dan berakibat pada rusaknya fungsi organ dalam tubuh.
49
3. Nilai NIHSS
Nilai NIHSS pasien stroke iskemik di RSUD Panembahan Senopati Bantul
mayoritas dalam kategori sedang 17 (53,1%), kategori tinggi sebanyak 10 (31,3%),
dan kategori rendah 5 (15,6%). National Institutes of health Stroke Scale (NIHSS)
merupakan skala kuantitatif yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1989,
dalam buku guidelines stroke yang diterbitkan Persatuan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI). NIHSS adalah skala penilaian yang dilakukan pada
pasien stroke untuk melihat kemajuan hasil perawatan fase akut (akibat
impairment) baik di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun di Unit Perawatan
Stroke. Penilaian NIHSS meliputi tingkat kesadaran, fungsi bahasa, negleg,
gangguan visual, pergerakan bola mata, kelemahan wajah, kekuatan motorik,
gangguan fungsi sensorik dan koordinasi (Bill dkk., 2012). NIHSS berkisar antara
0-42. Nilai dikatakan <4 stroke ringan, nilai antara 4-15 stroke sedang dan nilai
>15 stroke berat (Yuliana, 2015). Penilaian ini untuk menilai hasil keberhasilan
perawatan (Boone dkk., 2012). Nilai NIHSS dalam kategori sedang dikarenakan
perilaku merokok dalam kategori sedang. Semakin tinggi perilaku merokok
menyebabkan semakin beratnya gejala-gejala stroke iskemik yang timbul.
4. Hubungan perilaku merokok dengan nilai NIHSS
Berdasarkan hasil penelitian pasien dengan perilaku merokok kategori tinggi
lebih banyak memiliki nilai NIHSS kategori tinggi 6 (18,8%) dan berat 4 (12,5%),
pasien dengan perilaku merokok kategori sedang memiliki nilai NIHSS kategori
sedang 15 (46,9%), dan pasien dengan perilaku merokok kategori rendah memiliki
nilai NIHSS kategori sedang 4 (12,5%) dan ringan 1 (3,1%). Hasil uji korelasi
Kendall Tau diperoleh nilai p=0,013 (p<0,05) yang berarti ada hubungan yang
signifikan perilaku merokok dengan nilai NIHSS pasien stroke iskemik di RSUD
Panembahan Senopati Bantul dengan keeratan hubungan kategori sedang yaitu
τ=0,421 berada pada interval 0,400-0,599. Hasil penelitian ini sesuai dengan Zuhdi
(2015) hasil menunjukkan ada hubungan kebiasaan merokok dengan angka
50
oleh darah. Sekitar 85 % kasus stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau infark,
stroke infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak.
Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan kematian
jaringan otak (Bhat et al, 2008). Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa
seseorang yang merokok aktif sangat berisiko terhadap kejadian stroke, hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ohira et al. (2006) yang
menunjukkan bahwa perokok aktif berisiko mengalami stroke sebesar RR=1,94
dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
Kandungan yang ada dalam rokok sangat berpengaruh terhadap kejadian
stroke, hal ini juga dipengaruhi oleh lamanya seseorang dalam merokok serta
jumlah rokok yang dikonsumsi, semakin banyak rokok yang dikonsumsi maka
semakin tinggi risiko stroke yang dapat terjadi serta semakin banyak kadar nikotin
yang ada didalam tubuh seseorang yang kemudian menyebabkan terjadinya
atherosclerosis yang berakhir dengan kejadian stroke (Shah dkk, 2010). Perilaku
merokok akan berdampak pada biaya yang harus dikeluarkan untuk
menyembuhkan penyakit terkait dengan konsumsi rokok mencapai 2,9 triliun
sampai 11 triliun (Gafar, 2011). Di Indonesia, paling sedikitnya 200.000 orang
meninggal dunia yang diakibatkan konsumsi tembakau, dan 1 diantara 8 orang
yang meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok adalah perokok
pasif (Ahsan, 2008).
C. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan:
1. Pada penelitian ini pemeriksaan nilai NIHSS dilakukan oleh peneliti sendiri.
2. Pada penelitian ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya stroke
iskemik yang tidak dikendalikan seperti Ras, Jenis Kelamin, Hipertensi, Diabetes
Melitus, Obesitas, Kolestrol dan Trigliserida, sehingga berpengaruh terhadap
hasil. Faktor yang dikendalikan hanya Usia dan Pendidikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Karakteristik pasien stroke iskemik di RSUD Panembahan Senopati Bantul
mayoritas berumur 60-69 tahun 17 (53,1%). Dengan ingkat pendidikan SD 13
(40,6%), telah merokok > 10 tahun dan sekarang merupakan mantan perokok 22
(68,8%).
2. Perilaku merokok pasien stroke iskemik di RSUD Panembahan Senopati Bantul
sebagian besar dalam kategori sedang 25 (78,1%)
3. Nilai NIHSS pasien stroke iskemik di RSUD Panembahan Senopati Bantul
mayoritas dalam kategori sedang 17 (53,1%).
4. Terdapat hubungan yang bermakna perilaku merokok dengan nilai NIHSS pada
pasien stroke iskemik di ruang Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul
p=0,013 (p<0,05) dan r=0,421 berada pada interval 0,400-0,599.
B. Saran
i. Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi acuan bagi peneliti
yang mempunyai minat melakukan penelitian tentang keperawatan pada pasien
stroke dengan memperhatikan pasien stroke dengan riwayat merokok dan
pemeriksaan nilai NIHSS dilakukan oleh perawat yang berpengalaman.
ii. Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pasien
stroke iskemik yaitu dengan melakukan pemeriksaan NIHSS bagi pasien stroke
iskemik oleh perawat.
53
54
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung &
Stroke. Edisi 2. Yogyakarta: Dianloka Pustaka.
Ahsan, A., Barber, S., Adietomo, SM., & Setynaluri, DH. (2008). Ekonomi
Tembakau di Indonesia. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
American Heart Association. (2011). Heart and Stroke statistics. Dallas: American
Heart Association
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azkiyati, A, D. (2012). Hubungan Perilaku Merokok Dengan Harga Diri Remaja
Laki-Laki Yang Merokok Di SMK Putra Bangsa. Skripsi Fakultas Ilmu
Keperawatan. Depok
Bhat, V.M., Cole, J.W., Sorkin, J.D. (2008). Dose-Response Relationship Between
Cigarette Smoking and Risk of Ischemic Stroke in Young Women. Stroke ;
39:2439-2443.
Becker, J.U., Wira, C.R., and Arnold, J.L., (2010). Stroke, Ischemic. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-print.html. [Accessed 16 Mei
2016]
Bill,O., Zufferey,P., Faouz,M., dan Michel,P. (2012). Severe stroke: Patient Profile
and Predictors of Favorable Outcome. Journal of Thrombosis and
Haemostasis. Vol11: 92–99.
Boone, M., et., al. (2012). NIHSS and acute complications after anterior and posterior
circulation strokes. Therapeutics and Clinical Risk Management, 8:87–93
Brott, T., et., al. (1989) Measurements of acute cerebral infarction: a clinical
examination scale. Stroke, 20, 964-970.
Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Rineka
Cipta: Jakarta.
. (2015). Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
Rineka Cipta
Candradewi, D.I. (2012). Pengaruh SMS (Short Message Service) Dan Konseling
Berhenti Merokok Selama 2 Bulan Terhadap pengetahuan Dan Perilaku
Merokok Pada Siswa Di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Skripsi UMY.
Yogyakarta
Caplan,LR. (2009). Caplan’s Stroke: A Clinical Approach, Fourth Edition.
Philadelphia, Saunders Elsevier.
Dahlan, Ms. (2010). Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika
Depkes. (2006). Panduan Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Dewanto, G., Suwono, W.J., Riyanto B., Turana Y. (2009). Panduan Praktis
Diagnosis Dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Gafar, A. (2011). Evaluasi Proses Penerapan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di
Kota Padang Panjang Sumatra Utara. UGM. Yogyakarta. Tesis.
Ghasemia, Roya, Najafi, Narges, Yadegarinia, Davood, Alian, Shahriar. (2009).
Association Between Cigarette Smoking and Pulmonary Tuberculosis In Men:
A Case-Control Study In Mazandaran, Iran, Irianian Journal of Clinical
Infectious Diseases, Vol 4, No. 3 hal 135-141.
Gofir, A. (2009). Manajemen Stroke: Evidence Based Medicine. Pustaka Cendekia
Press: Yogyakarta.
Harsono. (2007). Kapita Selekta Neurologi Edisi 2. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Hidayat, A.A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika
. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.
Surabaya: Health Books Publishing. Jakarta: Heath Books
. (2011).Metode Penelitian Kesehatan: Paradigma Kuantitatif.
Surabaya: Health Books Publishing.Jakarta : Heath Books
Istiqomah, U. (2003). Upaya menuju generasi tanpa rokok. Seti Aji.
Surakarta.hlm.46
Japardi, I. (2002). Patomekanisme Stroke Infark Aterotrombotik. Bagian Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Dari: http://library.usu.ac.id.
(Di Akses 20 mei 2016)
Junaidi, (2011). Stroke Waspadai Ancamannya.Penerbit. Andi Yogyakarta.
Komalasari, Dian & Helmi, Avin Fadilla. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku
Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 28: 37-47.
Komariah, I. (2012), Efektifitas Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)
untuk menurunkan Perilaku Merokok pada Mahasiswa Fakultas Psikologi.
Universitas Ahmad Dahlan. Skripsi.
Mansjoer, Arif. (2007). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Marisa, Dyan R.L.D., Andriani. (2012). Hubungan Perilaku Merokok dengan
Kejadian Stroke di bagian Saraf RSU Dokter Soedarso Pontianak Periode juni-
juli 2012. Jurnal Kedokteran Universitas Tanjungpura
Mieke K, Theresia R, Pricyllia T (2015). Sebaran Kebiasaan Merokok pada Pasien
Stroke Iskemik yang di Rawat Inap di Bagian Neurologi RSU Prof. Dr. R. D.
Kandou manado. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, No. 1, Januari-April.
Mubarak, dkk. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mangajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muttaqin, A (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan sistem persarafan.
Jakarta : Selemba Medika.
Nainggolan, Helena RN, 2013, Faktor yang berhubungan dengan gagal konvers
pasien TB paru kategori I pada akhir pengobatan fase intensif di Kota Medan,
Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Nasution, I.K. (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja. Medan: USU.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta
. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Ohira T, Shahar, E., Chambless, L.E., Rosamond, C.W., Mosley, T.H., Folsom, A.R.
(2006). Risk Factors for Ischemic Stroke Subtype: The Atherosclerosis Risk in
Communiti Study. Stroke. 37:2493-2498.
Okoli, et., al. (2011) differences in the smoking identitas of adolescent boys and girls.
Addictive Behaviors. Volume 36, Issues 1-2, January-February 2011, pages
110-115.
Ovina. (2013). Hubungan Pola Makan, Olahraga dan Merokok Terhadap Prevalensi
Penyakit Stroke Non Hemoragik. Skripsi. Jambi: Fakultas Kedokteran.
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan RI.
Setyopranoto, S. (2012). Odem Otak Pada Pasien stroke Iskemik Akut. Edisi 1.
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Shah RS, Cole JW. (2010) . Smoking and stroke the more you smoke the more you
stroke. Expert Rev Cardiovasc Ther. July ; 8(7): 917–932
Smeltzer S.C,. Bare,B.G., Hinkle,J.L & Cheever, K.H. (2008). Brunner &Suddarth's
Textbook of medical surgical nursing (11 Ed). Philadelphia : Lippincott
William & Wilkins.
Suanprasert N, Tantirithisak T. (2011). Impact of risk factor for recurrent ischemic
stroke in prasat neurological institute. J Med Assoc Thai. Hal. 1035-43.
Sudoyo AW. 2010. Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI: Jakarta
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukma, D. (2011). Perilaku Merokok Siswa Serta Peranan Guru Pembimbing.
Universitas Negeri Padang. Diakses juni, 2, 2016, dari
www.pustaka.unp.ac.id/abstrak/dina2011a.pdf.
World Health Organization. (2010). WHO Report on the global tobacco epidemic.
World Health Organization: Geneva
Yuliana, (2015). Hipertermi dalam 72 jam Awitam Sebagai Prediktor Perburukan
Klinis Penderita Stroke Iskemik Akut Selama Perawatan Di Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar. Tesis.
Zuhid MN. (2015). Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Angka Kejadian Stroke
Hemoragik dan Non-Hemoragik di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo
Makassar. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makasar. Skripsi.