Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

A. PERMASALAHAN
Ditingkat Global, kesehatan diakui sebagai instrumen strategis untuk mengurangi
kemiskinan yang harus dicapai pada tahun 2015, seperti dinyatakan dalam MDGs (Millenium
Development Goals). Dari delapan tujuan MDGs, enam menyangkut intervensi kesehatan, yaitu :
(a) perbaikan gizi, (b) penurunan jumlah kematian ibu, (c) penurunan jumlah kematian bayi (d)
eliminasi malaria, penurunan rev TBC dan HIV/AIDS, (e) akses terhadap air bersih dan (f) akses
terhadap obat essensial
Pembangunan kesehatan secara umum bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat, bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan kegiatan pembangunan
kesehatan secara menyeluruh, terpadu, sistematis, dan berkesinambungan oleh pemerintah
beserta masyarakat.
Status gizi didefinisikan sebagai keadaan yang di akibatkan oleh status keseimbangan
antara jumlah asupan (Intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh
untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktifitas pemeliharaan
kesehatan dll). Status gizi masyarakat merupakan salah satu ukuran keberhasilan pembangunan
kesehatan yang diindikasikan dengan kondisi gizi balita melalui pengukuran BB dan TB. Balita
merupakan kelompok yang rawan terhadap masalah kesehatan dan kekurangan gizi.
Prevalensi gizi kurang di dunia adalah 14,9% dengan prevalensi tertinggi Asia Tenggara
sebesar 27,3% (WHO,2010). Secara nasional di Indonesia prevalensi balita gizi buruk menurun
sebanyak 0,5 persen yaitu dari 18,4 persen pada tahun 2007 menjadi 17,9 persen pada tahun
2010. Prevalensi balita pendek yang menurun sebanyak 1,2 persen yaitu dari 36,8 persen pada
tahun 2007 menjadi 35,6 persen pada tahun 2010, dan prevalensi balita kurus menurun sebanyak
0,3 persen yaitu dari 13,6 persen pada tahun 2007 menjadi 13,3 persen pada tahun 2010
(RISKESDAS,2010). Pada tahun 2012 terjadi penurunan prevalensi Gizi kurang pada balita dari
18,4% menjadi 15% (Depkes RI, 2012). Berdasarkan data survey awal dari puskesmas
Sukakarya kota Sabang didapakan data sebanyak 4 orang balita gizi kurang di desa nelayan dari
220 jumlah balita secara keseluruhan.
Masalah gizi berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang. Anak yang
menderita gizi kurang akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental,
dimana anak akan mempunyai IQ lebih rendah. Setiap anak yang berstatus gizi buruk
mempunyai status risiko kehilangan IQ 10-13 poin dan daya tahan anak cenderung menurun,
sehingga mudah terserang infeksi.
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Anak
Balita rentan untuk menjadi gizi buruk karena balita merupakan anak yang dalam masa tumbuh
kembang. Gizi buruk menyebabkan 10,9 Juta kematian anak balita didunia setiap tahun. Masa
balita sering dinyatakan sebagai masa kritis dalam rangka mendapatkan sumber daya manusia
yang berkualitas, terlebih periode 2 tahun pertama merupakan masa emas pertumbuhan dan
perkembangan otak yang optimal. Jika masalah gangguan gizi pada balita dibiarkan akan
berakibat fatal, Indonesia akan kehilangan generasi penerus bangsa yang berkualitas (loss
generation).
Penilaian status gizi dapat diartikan sebagai suatu proses pengumpulan formasi, analisis
dan membuat interpretasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan. Salah satu cara yang paling
sering digunakan untuk mengukur status gizi adalah pengukuran antropometri. Antropometri
merupakan salah satu metode untuk penentuan status gizi, praktis dilaksanakan di lapangan, telah
lama dikenal di Indonesia baik untuk penentuan status gizi perorangan maupun masyarakat.
Untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan
variabel lain, seperti berat badan menurut umur (BB/U), panjang badan atau tinggi badan
menurut umur (PB/U atau TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan atau panjang badan
(BB/TB atau BB/PB). Masing-masing indeks antropometri memiliki baku rujukan atau nilai
patokan untuk memperkirakan status gizi seseorang.

B. Sasaran
Balita di kampung Nelayan Kota Sabang yaitu sebanyak 220 orang.
C. Lokasi
Kampung Nelayan Jurong MKB Gampong Krueng Raya Kecamatan Sukakarya, Kota
Sabang, Provinsi Aceh
D. Tujuan Penelitian
1. Mengurangi angka kejadian terjadinya permasalahan gizi pada balita di desa nelayan
Gampong Krueng Raya Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, Provinsi Aceh
2. Meningkatkan pengetahuan orang tua yang memiliki balita di desa nelayan Gampong
Krueng Raya Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, Provinsi Aceh tentang makanan
sehat dan gizi seimbang.

E. Manfaat Penelitian
1. Untuk pengambil kebijakan ; dapat menjadi acuan tingkat kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya.
2. Untuk masyarakat setempat ; dapat terciptanya masyarakat kampung nelayan yang sehat
secara fisik, mental dan sosial, serta memiliki pengetahuan kesehatan yang baik
terutama tentang peningkatan status gizi
3. Untuk peserta PIDI ; dapat mempraktikkan pengetahuan dan kompetensi yang telah di
peroleh selama pendidikan ke dalam masyarakat

BAB II STRATEGI PEMECAHAN MASALAH


A. Lokasi
Kampung Nelayan Jurong MKB Gampong Krueng Raya Kecamatan Sukakarya, Kota
Sabang, Provinsi Aceh
B. Waktu
15 April 2017 s.d 15 Juli 2017
C. Pelaksana
Dokter Intership Wahana Sabang Angkatan V 2016-2017

Kelompok 1 :

1. dr. Dayang Melani, melanie2608_aku@yahoo.com , Kota Bakti Kab. Pidie, FK


UNSYIAH, Bank BRI 3339-01-036704-53-9

Pendamping Dokter Bahari :

dr. Muharramningsih
BAB III PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH

1. Menilai status gizi balita dengan melakukan pengukuran antropometri di Kampung


Nelayan Kota Sabang.
2. Mencari penyebab terjadinya permasalahan status gizi pada balita di Kampung
Nelayan Kota Sabang.
3. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada balita melalui
pemberian intervensi gizi (suplementasi) seperti MP-ASI dan makanan tambahan.
4. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi dan sosialisasi mengenai
makanan sehat dan gizi seimbang.

BAB IV HASIL PEMECAHAN MASALAH

LAMPIRAN
- Rencana Kegiatan Dokter Bahari
1. Melakukan pendataan balita di Desa Nelayan Kota Sabang
2. Melakukan home visite balita di Desa Nelayan Kota Sabang
3. Melakukan Pengukuran Tinggi Badan/Panjang Badan, dan penimbangan Berat
Badan (BB) terhadap balita di Desa Nelayan Kota Sabang
4. Melakukan rekapitulasi hasil pengukuran Tinggi Badan/Panjang Badan, dan
penimbangan Berat Badan (BB) terhadap balita di Desa Nelayan Kota Sabang
5. Menentukan status gizi balita berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan
5. Melakukan promosi kesehatan mengenai makanan bergizi dan seimbang.
6. Melakukan promosi kesehatan mengenai pemberian ASI Ekslusif dan makanan
pendamping ASI.
7. Melakukan pemberian makanan tambahan untuk balita dengan permasalahan gizi
8. Evaluasi
- Rencana Pembiayaan
Harga Bukti Volume
No. Rincian Satuan
Satuan Pengeluaran Maksimal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
A Dokter Internsip
Prestasi Kerja Dokter Internsip 4 OB per
1 1 OB 2.000.000 Kwitansi
(non PNS) bulan
1 PKT per
2 Alat Tulis Kantor 1 PKT 250.000 Nota pembelian
bulan
1 PKT per
3 Komputer Supplies 1 PKT 250.000 Nota pembelian
bulan
1 PKT per
4 Fotocopy/penjilidan /pencetakan 1 PKT 500.000 Nota pembelian
bulan
1 PKT per 4
6 Bahan peraga mini proyek 1 PKT 1.000.000 Nota pembelian
bulan
20 OK per
7 Konsumsi 1 OK 50.000 Nota pembelian
bulan
16 OT per
8 Transportasi Darat 1 OT 150.000 DPR
bulan

Indikator keberhasilan
1. Meningakatnya status gizi balita di Desa Nelayan Kota Sabang
2. Meningkatnya pengetahuan Masyarakat Tentang gizi seimbang

Anda mungkin juga menyukai