1. Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dan bagian
tumbuhan obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif
tersebut terdapat di dalam sel, namun sel tumbuhan dan hewan memiliki perbedaan
begitu pula ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu
untuk mengekstraksinya ( Tobo F, 2001).
Ada beberapa metode sederhana yang dapat dilakukan untuk mengambil komponen
berkhasiat ini; diantaranya dengan melakukan perendaman, mengaliri simplisia dengan
pelarut tertentu ataupun yang lebih umum dengan melakukan perebusan dengan tidak
melakukan proses pendidihan (Makhmud, 2001).
Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan lebih mudah tarut
dalam petarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai ketika pelarut organik
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga set yang mengandung zat aktif, zat
aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dan pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar
sel, dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi
zat aktif di dalam dan di luar sel (Tobo F, 2001).
2. Pemilihan pelarut
Dalam memilih pelarut yang akan dipakai harus diperhatikan sifat kandungan kimia
(metabolit sekunder) yang akan diekstraksi. Sifat yang penting adalah sifat kepolaran,
dapat dilihat dari gugus polar senyawa tersebut yaitu gugus OH, COOH. Senyawa polar
lebih mudah larut dalam pelarut polar, dan senyawa non polar akan lebih mudah larut
dalam pelarut non polar. Derajat kepolaran tergantung kepada ketetapan dielektrik,
makin besar tetapan dielektrik makin polar pelarut tersebut (Ditjen POM, 1992).
1. Kapasitas besar
2. Selektif
3. Volabilitas cukup rendah (kemudahan menguap/titik didihnya cukup rendah) Cara memperoleh
penguapannya adalah dengan cara penguapan diatas penangas air dengan wadah lebar pada
temperature 60oC, destilasi, dan penyulingan vakum.
4. Harus dapat diregenerasi
5. Relative tidak mahal
6. Non toksik, non korosif, tidak memberikan kontaminasi serius dalam keadaan uap
7. Viskositas cukup rendah
3. Pemilihan metode ekstraksi
Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan, bahan yang
mengandung mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh dengancara
maserasi. sedangkan kulit dan akar sebaiknya di perkolasi. untuk bahan yang tahan
panas sebaiknya diekstrasi dengan cara refluks sedangkan simplisia yang mudah rusak
karna pemanasan dapat diekstrasi dengan metode soxhlet (Agoes, 2007).
1. Metode Maserasi
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya (Ditjen POM, 1986).
Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang
mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang
seperti benzoin, stiraks dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang
berupa daun, contohnya pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melarutkan
lemak/lipid (Ditjen POM, 1986).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan
yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Selain itu, kerusakan pada
komponen kimia sangat minimal. Adapun kerugian cara maserasi ini adalah
pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Ditjen POM, 1986).
2. Metode Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari
dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.
Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan
beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi dengan
kromatografi lapis tipis tidak memberikan noda lagi. (Ditjen POM, 1986).
Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas, karena pelarut
atau cairan penyarinya dipanaskan agar dapat menguap melalui pipa samping dan
masuk ke dalam kondensor, walaupun pemanasan yang dilakukan tidak langsung tapi
hanya menggunakan suatu alat yang bersifat konduktor sebagai penghantar panas.
Namun, proses ekstraksinya secara dingin karena pelarut yang masuk ke dalam
kondensor didinginkan terlebih dahulu sebelum turun ke dalam tabung yang berisi
simplisia yang akan dibasahi atau di sari. Hal tersebutlah yang mendasari sehingga
metode soxhlet digolongkan dalam cara dingin. Pendinginan pelarut atau cairan penyari
sebelum turun ke dalam tabung yang berisi simplisia dilakukan karena simplisia yang
disari tidak tahan terhadap pemanasan. (Ditjen POM, 1986).
Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu diserbukkan dan ditimbang
kemudian dimasukkan ke dalam klongsong yang telah dilapisi dengan kertas saring
sedemikian rupa (tinggi sampel dalam klongsong tidak boleh melebihi pipa sifon),
karena dapat mempengaruhi kesetimbangan pergerakan eluen yang telah terelusi
keluar dari pipa sifon, dimana jika tinggi sampel melebihi kertas saring (pipa sifon),
maka eluen hasil elusi akan keluar melalui pipa aliran uap yang berada diatas sampel,
bukan keluar melalui pipa sifon . Selanjutnya labu alas bulat diisi dengan cairan penyari
yang sesuai kemudian ditempatkan di atas waterbath atau heating mantel dan diklem
dengan kuat kemudian klongsong yang telah diisi sampel dipasang pada labu alas bulat
yang dikuatkan dengan klem dan cairan penyari ditambahkan untuk membasahkan
sampel yang ada dalam klongsong. Setelah itu kondensor dipasang tegak lurus dan
diklem pada statif dengan kuat. Aliran air dan pemanas dijalankan hingga terjadi proses
ekstraksi dimana pada saat pelarut telah mendidih, maka uapnya akan melalui pipa
samping lalu naik ke kondensor. Di sini uap akan didinginkan sehingga uap
mengembun dan menjadi tetesan- tetesan cairan yang akan menetes turun ke
klongsong dan membasahi simplisia. Tetesan – tetesan uap air cairan penyari ini akan
ditampung di dalam klongsong hingga suatu ketika ekstrak mencapai ketinggian ujung
sifon sehingga pelarut ini akan turun kembali ke dalam wadah pelarut secara cepat.
Proses ini berulang hingga penyarian yang dilakukan sempurna dalam hal ini, cairan
penyari yang pada awalnya berwarna, di dalam pipa sifon sudah tidak berwarna lagi
atau jika cairan penyari pada awalnya memang tidak berwarna maka biasanya
dilakukan 20-25 kali sirkulasi. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
dengan rotavapor (Ditjen POM, 1986).
Adapun keuntungan dari proses soxhletasi ini adalah cara ini lebih menguntungkan
karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping.
Kerugiannya adalah jumlah ekstrak yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan
metode maserasi (Ditjen POM, 1986).
3. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkanpenyari melalui serbuk simplisia
yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia
ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori,
cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh.
Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan
penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk
menahan gerakan ke bawah (Ditjen POM, 1986).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena (Ditjen POM,
1986) :
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang
konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
2. Ruangan diantara butir – butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan
penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk
mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Adapun kerugian dari cara perkolasi ini adalah serbuk kina yang mengadung sejumlah
besar zat aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit,
sebab perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir (Ditjen POM, 1986).
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut,
tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi)
(Ditjen POM, 1986).
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk
menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari
perkolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian
disebut ampas atau sisa perkolasi (Ditjen POM, 1986).
1. Metode Refluks
Metode refluks adalah termasuk metode berkesinambungan dimana cairan penyari
secara kontinyu menyari komponen kimia dalam simplisia cairan penyari dipanaskan
sehingga menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga
mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke labu alas
bulat sambil menyari simplisia. Proses ini berlangsung secara berkesinambungan dan
biasanya dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam (Ditjen POM, 1986).
Simplisia yang biasa diekstraksi adalah simplisia yang mempunyai komponen kimia
yang tahan terhadap pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar,
batang, buah, biji dan herba (Ditjen POM, 1986).
Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara refluks ditimbang kemudian
dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan ditambahkan pelarut organik misalnya
methanol sampai serbuk simplisia terendam kurang lebih 2 cm di atas permukaaan
simplisia atau 2/3 dari volume labu, kemudian labu alas bulat dipasang kuat pada statif
pada waterbath atau heating mantel, lalu kondendor dipasang pada labu alas bulat
yang dikuatkan dengan klem dan statif. Aliran air dan pemanas (water bath) dijalankan
sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan. Setelah 4 jam dilakukan penyarian.
Filtratnya ditampung pada wadah penampung dan ampasnya ditambah lagi pelarut dan
dikerjakan seperti semula, ekstraksi dilakukan selama 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor, kemudian dilakukan pengujian
selanjutnya (Ditjen POM, 1986).
Dapat mencegah kehilangan pelarut oleh penguapan selama proses pemanasan jika digunakan
pelarut yang mudah menguap atau dilakukan ekstraksi jangka panjang.
Dapat digunakan untuk ekstraksi sampel yang tidak mudah rusak dengan adanya pemanasan.
Adapun kerugian dari metode ini adalah prosesnya sangat lama dan diperlukan alat –
alat yang tahan terhadap pemanasan (Ditjen POM, 1986).
Prinsip fisik destilasi uap yaitu jika dua cairan tidak bercampur digabungkan, tiap cairan
bertindak seolah – olah pelarut itu hanya sendiri, dan menggunakan tekanan uap.
Tekanan uap total dari campuran yang mendidih sama dengan jumlah tekanan uap
parsial, yaitu tekanan yang digunakan oleh komponen tunggal, karena pendidihan yang
dimaksud yaitu tekanan uap total sama dengan tekanan atmosfer, titik didih dicapai
pada temperatur yang lebih rendah daripada jika tiap – tiap cairan berada dalam
keadaan murni (Ditjen POM, 1986).
Keuntungan dari destilasi uap ini adalah titik didih dicapai pada temperatur yang lebih
rendah daripada jika tiap– tiap cairan berada dalam keadaan murni. Selain itu,
kerusakan zat aktif pada destilasi langsung dapat diatasi pada destilasi uap ini.
Kerugiannya adalah diperlukannya alat yang lebih kompleks dan pengetahuan yang
lebih banyak sebelum melakukan destilasi uap ini (Ditjen POM : 1986).
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu
dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan
diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam
simplisia tersebut, demikian seterusnya. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali dan
setiap kali diekstraksi selama 4 jam.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang tidak berkesinambungan karena dilakukan
dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok,
menggunakan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari dimasukkan dalam bejana
tertutup sekurang-kurangnya 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam
perkolator, ditambahkan cairan penyari. Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam,
kemudian kran dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit, sehingga simplisia tetap
terendam. Filtrat dipindahkan ke dalam bejana, ditutup dan dibiarkan selama 2 hari
pada tempat terlindung dari cahaya.
BAB III
METODE KERJA
1. Alat dan Bahan
2. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alcohol meter, batang pengaduk,
corong, gelas kimia, gelas ukur, klem, kondensor, labu alas bulat, pompa vakum,
penangas, dan toples.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktium ini yaitu aquadest, aluminium foil, etanol
70%, kertas saring, methanol, rimpang lengkuas, dan tissue.
1. Cara Kerja
2. Maserasi
3. Disiapkan alat dan bahan
4. Ditimbang simplisia kering yang telah diserbukkan sebanyak 300 gram.
5. Simplisia dimasukkan ke dalam toples dan direndam dengan cairan penyari alkohol sebanyak
1800 ml.
6. Dilakukan pengadukan dan toples ditutup rapat-rapat.
7. Didiamkan hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel
yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi pekat pada cairan penyari.
8. Disaring simplisia yang telah dimaserasi dengan kain saring dan kertas saring.
9. Diuapkan pelarutnya hingga terbentuk ekstrak kental.
10. Reflux
11. Disiapkan alat dan bahan
12. Ditimbang simplisia kering yang telah diserbukkan sebanyak 30 gram.
13. Simplisia dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan direndam dengan cairan penyari secukupnya
sampai 1/3 bagian labu alas bulat.
14. Ditempatkan diatas water bath atau heating mantel dan diklem dengan kuat mantel
disambungkan kesumber arus listrik kemudian distel pada suhu yang sesuai sampai mendidih.
15. Cairan penyari yang telah menguap akan dikondensasikan oleh pendingin balik.
16. Proses ekstraksi berlangsung secara berkesinambungan.
17. Dilakukan 2 kali dan setiap kali ekstraksi selama 4 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tabel Pengamatan
No Pengamatan Sampel
1. Pembahasan
Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang larut dari bahan yang tidak dapat larut
dengan pelrut cair.ada beberapa macam metode ekstraksi yaitu maserasi,perkolasi,dan
infudasi.Maserasi merupakan penyarian yang serderhana dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari.Perlokasi adalah penyarian yang dilakukan
dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi.Infudasi proses ini dilakukan untuk mendapatkan sediaan cair dengan cara
menyari simplisia dengan air pada suhu 90o C selama 15 menit.
Pada percobaan ini menggunakan metanol karena metanol mudah menguap selain itu
juga mudah didapatkan dan harganya sangat murahdan bersifat seni polar. Keuntungan
dari pada metode maserasi ini adalah sangat mudah dilakukan tetapi ada juga
kerugiannya yaitu hasil penyarian yang diperoleh kurang sempurna.
Tujuan dilakukannya ekstraksi atau penyarian ini adalah menarik keluar bahan yang
diperlukan saja, atau apabila bahan tersebut ikut tersari maka harus dilakukan tahapan
berikutnya, yaitu isolasi bahan yang dikehendaki saja. Pada pelaksanaannya mungkin
kita harus melakukan tindakan pendahuluan menyingkirkan bahan yang tidak
diperlukan dan yang mengganggu dalam penyarian. Misalnya lemak, apabila tidak
dipisahkan terlebih dahulu sering mengganggu dalam penyarian bahan berkhasiat.
Pemisahan lemak ini dapat dilakukan dengan melarutkannya dalam pelarut yang
sesuai, misalnya heksana atau petroleumeter, perlakuan ini dikenal sebagai mengawa
lemak bahan baku.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati
atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahayamataharilangsung.
Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang biasa
digunakan air, eter atau campuran etanol dan air
Syarat-syarat penyari yang baik :
2. Murah
Cairan penyari maserasi murah, walaupun mahal belum tentu menghasilkan ekstrak
yang baik/kita inginkan.
3. Aman
Tidak menggunakan cairan penyari yang merusak praktikan / peneliti, misalnya penyari
yang mengandung racun dapat menyebabkan mandul dalam jumlah berlebih.
4. Bersifat Selektif
Menarik senyawa yang kita inginkan, misalnya jika ingin menarik polar maka
penggunaan pelarutnya non polar.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun hasil yang didapat setelah melakukan praktikum ekstraksi rimpang lengkuas
dengan metode maserasi dan reflux adalah ekstrak cair dari rimpang lengkuas.
1. Saran
Perlunya keterampilan dan ketelitian saat praktikum dilakukan.
BAB VI
DAPTAR PUSTAKA
Agoes. Goeswin, 2007, Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB: Bandung.
Anonim. 2014. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I. Universitas Muslim
Indonesia : Makassar
Ditjen POM, 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Ditjen POM, 1990, Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.
Ditjen POM, 1992, Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.
Gembong T., 1998, Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta, UGM UI Press :, Yogyakarta.
Harborne. J.B. 1987. Metode Fitokimia. ITB Press. Bandung
Makhmud, AI. 2001. Metode Pemisahan. Departemen Farmasi Fakultas Sains Dan
tekhnologi, Universitas Hasanuddin : Makassar.
Shevla. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Cetakan Pertama.
Penerbit PT Kalman Media Pustaka : Jakarta
Tobo, F. 2001. Buku Pengangan Laboratorium Fitokimia I. Universitas Hasanuddin :
Makassar.
LAMPIRAN
1. Pembagian Jenis Ekstraksi
a. dingin
Proses ektraksi secara dingin pada prinsipnya tidak memerlukan pemanasan. Hal ini
diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung komponen kimia yang tidak tahan
pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang lunak. Yang termasuk ekstraksi secara
dingin adalah (Ditjen POM, 1986) :
Metode Maserasi
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya (Ditjen POM : 1986).
Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah
larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang seperti benzoin,
stiraks dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang berupa daun, contohnya
pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melarutkan lemak/lipid (Ditjen POM, 1986).
Maserasi umumnya dilakukan dengan cara: memasukkan simplisia yang sudah diserbukkan
dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian dalam bejana maserasi yang dilengkapi
pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari ditutup dan dibiarkan
selama 5 hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk.
Setelah 5 hari, cairan penyari disaring ke dalam wadah penampung, kemudian ampasnya diperas
dan ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi sehingga
diperoleh sari 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung
dari cahaya selama 2 hari, endapan yang terbentuk dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Ditjen
POM, 1986).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang
digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Selain itu, kerusakan pada komponen kimia sangat
minimal. Adapun kerugian cara maserasi ini adalah pengerjaannya lama dan penyariannya
kurang sempurna (Ditjen POM : 1986).
Metode Soxhletasi
Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas, karena pelarut atau cairan
penyarinya dipanaskan agar dapat menguap melalui pipa samping dan masuk ke dalam
kondensor, walaupun pemanasan yang dilakukan tidak langsung tapi hanya menggunakan suatu
alat yang bersifat konduktor sebagai penghantar panas. Namun, proses ekstraksinya secara
dingin karena pelarut yang masuk ke dalam kondensor didinginkan terlebih dahulu sebelum
turun ke dalam tabung yang berisi simplisia yang akan dibasahi atau di sari. Hal tersebutlah yang
mendasari sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara dingin. Pendinginan pelarut atau
cairan penyari sebelum turun ke dalam tabung yang berisi simplisia dilakukan karena simplisia
yang disari tidak tahan terhadap pemanasan. (Ditjen POM, 1986).
Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu diserbukkan dan ditimbang kemudian
dimasukkan ke dalam klongsong yang telah dilapisi dengan kertas saring sedemikian rupa (tinggi
sampel dalam klongsong tidak boleh melebihi pipa sifon), karena dapat mempengaruhi
kesetimbangan pergerakan eluen yang telah terelusi keluar dari pipa sifon, dimana jika tinggi
sampel melebihi kertas saring (pipa sifon), maka eluen hasil elusi akan keluar melalui pipa aliran
uap yang berada diatas sampel, bukan keluar melalui pipa sifon . Selanjutnya labu alas bulat diisi
dengan cairan penyari yang sesuai kemudian ditempatkan di atas waterbath atau heating mantel
dan diklem dengan kuat kemudian klongsong yang telah diisi sampel dipasang pada labu alas
bulat yang dikuatkan dengan klem dan cairan penyari ditambahkan untuk membasahkan sampel
yang ada dalam klongsong. Setelah itu kondensor dipasang tegak lurus dan diklem pada statif
dengan kuat. Aliran air dan pemanas dijalankan hingga terjadi proses ekstraksi dimana pada saat
pelarut telah mendidih, maka uapnya akan melalui pipa samping lalu naik ke kondensor. Di sini
uap akan didinginkan sehingga uap mengembun dan menjadi tetesan – tetesan cairan yang akan
menetes turun ke klongsong dan membasahi simplisia. Tetesan – tetesan uap air cairan penyari
ini akan ditampung di dalam klongsong hingga suatu ketika ekstrak mencapai ketinggian ujung
sifon sehingga pelarut ini akan turun kembali ke dalam wadah pelarut secara cepat. Proses ini
berulang hingga penyarian yang dilakukan sempurna dalam hal ini, cairan penyari yang pada
awalnya berwarna, di dalam pipa sifon sudah tidak berwarna lagi atau jika cairan penyari pada
awalnya memang tidak berwarna maka biasanya dilakukan 20-25 kali sirkulasi. Ekstrak yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor (Ditjen POM : 1986).
Adapun keuntungan dari proses soxhletasi ini adalah cara ini lebih menguntungkan karena uap
panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping. Kerugiannya adalah jumlah
ekstrak yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan metode maserasi (Ditjen POM : 1986).
Metode Perkolasi
cara dingin
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkanpenyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu
bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia
yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya
beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang
cenderung untuk menahan gerakan ke bawah (Ditjen POM : 1986).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena (Ditjen POM : 1986):
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan
larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi.
2. Ruangan diantara butir – butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir
cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup
untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Adapun kerugian dari cara perkolasi ini adalah serbuk kina yang mengadung sejumlah besar zat
aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat
akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir (Ditjen POM, 1986).
Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi) (Ditjen POM : 1986).
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari
disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari
atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi
(Ditjen POM : 1986).
Ekstraksi secara panas dilakukan untuk mengekstraksi komponen kimia yang tahan terhadap
pemanasan seperti glikosida, saponin dan minyak-minyak menguap yang mempunyai titik didih
yang tinggi, selain itu pemanasan juga diperuntukkan untuk membuka pori-pori sel simplisia
sehingga pelarut organik mudah masuk ke dalam sel untuk melarutkan komponen kimia. Metode
ekstraksi yang termasuk cara panas yaitu (Tobo :2001)
Metode Refluks
Metode refluks adalah termasuk metode berkesinambungan dimana cairan penyari secara
kontinyu menyari komponen kimia dalam simplisia cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami
kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke labu alas bulat sambil menyari
simplisia. Proses ini berlangsung secara berkesinambungan dan biasanya dilakukan 3 kali dalam
waktu 4 jam. (Ditjen POM : 1986)
Simplisia yang biasa diekstraksi adalah simplisia yang mempunyai komponen kimia yang tahan
terhadap pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah, biji dan herba
(Ditjen POM : 1986).
Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara refluks ditimbang kemudian
dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan ditambahkan pelarut organik misalnya methanol
sampai serbuk simplisia terendam kurang lebih 2 cm di atas permukaaan simplisia atau 2/3 dari
volume labu, kemudian labu alas bulat dipasang kuat pada statif pada waterbath atau heating
mantel, lalu kondendor dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem dan statif.
Aliran air dan pemanas (water bath) dijalankan sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan.
Setelah 4 jam dilakukan penyarian. Filtratnya ditampung pada wadah penampung dan ampasnya
ditambah lagi pelarut dan dikerjakan seperti semula, ekstraksi dilakukan selama 3-4 jam. Filtrat
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor, kemudian dilakukan pengujian
selanjutnya (Ditjen POM : 1986).
1. Dapat mencegah kehilangan pelarut oleh penguapan selama proses pemanasan jika
digunakan pelarut yang mudah menguap atau dilakukan ekstraksi jangka panjang.
2. Dapat digunakan untuk ekstraksi sampel yang tidak mudah rusak dengan adanya
pemanasan.
Adapun kerugian dari metode ini adalah prosesnya sangat lama dan diperlukan alat – alat yang
tahan terhadap pemanasan (Ditjen POM : 1986).
Metode Destilasi Uap Air
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak
menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan
udara normal, misalnya pada penyarian minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman Sereh
(Cymbopogon nardus). Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia dengan
adanya pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul-molekul air yang menetes ke dalam
corong pisah penampung yang telah diisi air. Penyulingan dilakukan hingga sempurna (Ditjen
POM : 1986).
Sampel yang akan diekstraksi direndam dalam gelas kimia selama 2 jam setelah itu dimasukkan
ke dalam bejana B, bejana A diisi air dan pipa-pipa penyambung serta kondensor dan
penampung corong pisah dipasang dengan kuat. Api Bunsen bejana A dinyalakan sehingga
airnya mendidih dan diperoleh uap air yang selanjutnya masuk ke dalam bejana B melalui pipa
penghubung untuk menyari sampel dengan adanya bantuan api kecil pada bejana B, minyak
menguap yang telah tersari selanjutnya menguap menuju kondensor, karena adanya pendinginan
balik uap dari minyak menguap ini, maka uap air yang terbentuk menetes ke dalam corong pisah
penampung yang telah berisi air (Ditjen POM : 1986).
Prinsip fisik destilasi uap yaitu jika dua cairan tidak bercampur digabungkan, tiap cairan
bertindak seolah – olah pelarut itu hanya sendiri, dan menggunakan tekanan uap. Tekanan uap
total dari campuran yang mendidih sama dengan jumlah tekanan uap parsial, yaitu tekanan yang
digunakan oleh komponen tunggal, karena pendidihan yang dimaksud yaitu tekanan uap total
sama dengan tekanan atmosfer, titik didih dicapai pada temperatur yang lebih rendah daripada
jika tiap – tiap cairan berada dalam keadaan murni (Ditjen POM : 1986).
b. Ekstraksi Secara Dingin
Pembagian Jenis Ekstraksi
a. Ekstraksi secara dingin
Proses ektraksi secara dingin pada prinsipnya tidak memerlukan
pemanasan. Hal ini diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung
komponen kimia yang tidak tahan pemanasan dan bahan alam yang mempunyai
tekstur yang lunak. Yang termasuk ekstraksi secara dingin adalah (Ditjen POM,
1986) :
· Metode maserasi
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya (Ditjen POM :
1986).
Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat
yang mudah mengembang seperti benzoin, stiraks dan lilin. Penggunaan metode
ini misalnya pada sampel yang berupa daun, contohnya pada penggunaan pelarut
eter atau aseton untuk melarutkan lemak/lipid (Ditjen POM, 1986).
Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau
pelarutnon-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan dimaserasi direndam
dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyai akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada
pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat
aktifnyalarut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut
akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang
berada di luarsel belum terisi zat aktif (0 %) akibat adanya perbedaan konsentrasi
zat aktif didalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat
akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara
zataktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah
terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi ini, proses
ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif didalam dan di luar sel akan memiliki
konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%. Alat maserasi ditunjukkan
pada gambar berikut (Anonim, 2007).
Gambar 1. (a) maserasi sederhana (b) maserasi yang dilengkapi pengaduk
https://html2-f.scribdassets.com/5tv3f7otc03ppqap/images/4-
d6f3778d28.jpghttps://html2-f.scribdassets.com/5tv3f7otc03ppqap/images/4-
d6f3778d28.jpg
Kelebihan dan kekurangan metode maserasi (anonim, 2007).
Kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:
a). Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana
perendam
b). Biaya operasionalnya relatif rendah
c). Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan Kelemahan dari
ekstraksi dengan metode maserasi adalah:
a) Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya
mamputerekstraksi sebesar 50% saja
b) Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
· Metode perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkanpenyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi
adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia
yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh
kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya,
dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah
(Ditjen POM : 1986).
Ukuran percolator yang digunakan harus dipilih sesuai dengan
jumlah bahan yang disari. Jumlah bahan yang disari tidak lebih dari 2/3 tinggi
percolator. Percolator dibuat dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang
tidak saling mempengaruhi dengan obat atau cairan penyari.Percolator dilengkapi
dengan tutup dari karet atau bahan lain, yang berfungsi untuk mencegah
penguapan. Tutup karet dilengkapi dengan lubang bertutup yang dapat dibuka
atau ditutup dengan menggesernya. Pada beberapa percolator sering dilengkapi
dengan botol yang berisi cairan penyari yang dihubungkan ke percolator melalui
pipa yang dilengkapi dengan keran. Aliran percolator diatur oleh keran. Pada
bagian bawah, pada leher percolator tepat diatas keran diberi kapas yang di atur di
atas sarangan yang dibuat dari porselin ataudi atas gabus bertoreh yang telah
dibalut kertas tapisKapas yang digunakan adalah yang tidak terlalu banyak
mengandung lemak. Untuk menampung perkkolat digunakan botol perkolat, yang
bermulut tidak terlalu lebar tetapi mudah dibersihkan. Di bawah ini adalah
gambar alat perkolasi (Sulaiman, 2011).
https://html2-f.scribdassets.com/5tv3f7otc03ppqap/images/9-f3e44d0d7c.jpg
https://html1-f.scribdassets.com/5tv3f7otc03ppqap/images/11-961001292d.jpg
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepatoleh putaran dari
labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh
karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap
naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang
ditampung dalam labu alas bulat penampung.
Metode Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian suatu senyawa kimia dari suatu
bahan alam dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan
dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada
proses ekstraksi ini dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau yang telah
dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi.
Untuk mengekstraksi senyawa utama yang terdapat dalam bahan tumbuhan dapat
digunakan pelarut yang cocok.
2.Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut
yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi
bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk
zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan.
3. Digestasi
Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan
menggunakan pemanasan pada suhu 30oC – 40oC. Cara ini dilakukan untuk
simplisia yang pada suhu biasa tidak tersari dengan baik. Jika pelarut yang
dipakai mudah menguap pada suhu kamar dapat digunakan alat pendingin tegak,
sehingga penguapan dapat dicegah.
4.Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara
sebagai berikut : simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam
panci dan ditambahkan air secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15
menit, dihitung mulai suhu mencapai 90oC sambil sesekali diaduk, serkai selagi
panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas
sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
5.Dekokta
Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus,
perbedaannya pada dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung
mulai suhu mencapai 90oC. Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang
mengandung bahan aktif yang tahan terhadap pemanasan
6. Sokletasi
Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat
soklet. Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi
digunakan untuk simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap
pemanasan. Prinsip sokletasi adalah penyarian secara terus menerus sehingga
penyarian lebih sempurna dengan memakai pelarut yang relatif sedikit. Jika
penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan sisanya adalah zat yang
tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah menguap
atau mempunyai titik didih yang rendah.
Pelarut beserta zat yang tersari pada labu didih akan menguap lagi dan peristiwa
ini akan terjadi berulang-ulang sampai seluruh zat yang ada dalam sampel tersari
sempurna (ditandai dengan pelarut yang turun melewati pipa kapiler tidak
berwarna dan dapat diperiksa dengan pereaksi yang cocok).
Ekstraksi dengan cara sokletasi mempunyai kelebihan antara lain yaitu :
1.Proses ekstraksi simplisia sempurna.
2.Pelarut yang digunakan sedikit.
3.Proses isolasi lebih cepat.
Kelemahan dari cara sokletasi ini, yaitu :
1.Tidak dapat digunakan untuk mengisolasi senyawa yang termolabil atau bahan
tumbuhan yang peka terhadap suhu.
2.Memerlukan energi listrik.
DAFTAR PUSTAKA
Djamal, R., Prinsip-Prinsip bekerja Dalam Bidang Kimia Bahan Alam, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Padang, 1990.
Ansel, H. C., Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, edisi 4, diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim, Penerbit UI press, Jakarta, 1989.
Voigt, R., Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke-5, UGM Press,
Yogyakarta, 1995.