D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA: DWI MARYANI
LENY ANGGRAINI
RABIYATUL ADAWIYAH LUBIS
KELOMPOK : VIII
Nitrimetri
Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode
penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit.
Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina
aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium (Zulfikar, 2010).
Prinsipnya adalah reaksi diazotasi :
1. Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatik primer
(amin aromatik sekuder dan gugus nitro aromatik),
2. Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder,
3. Pembentukan senyawa azo dari gugus hidrazida, dan
4. Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi dengan
menggunakan asam nitrit dalam suasana asam.
Contoh zat yang memiliki gugu amin aromatic primer misalnya benzokain,
sulfa; yang mempunyai gugus amin alifatis misalnya Na siklamat; yang memiliki
gugus hidrazida misalnya INH; yang memiliki gugu amin aromatis sekunder adalah
parasetamol, fenasetin, dan yang memiliki gugus nitroaromatik adalah
kloramfenikol (Syamsuni, 2007).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam nitrimetri adalah :
a. Suhu
Pada saat melakukan titrasi, suhu harus antara 5-150C. walaupun sebenarnya
pembentukan garam diazonium berlangsung pada suhu yang lebih rendah yaitu 0-
50C. pada temperature 5-150C digunakan KBr sebagai stabilisator. Titrasi tidak dapat
dilakukan dalam suhu tinggi karena :
HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi.
Garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi fenol.
b. Keasaman
Titrasi ini berlangsung pada PH + 2, hal ini dibutuhkan untuk :
1. Mengubah NaNO2 menjadi HNO2-
2. Pembentukan garam diazonium.
c. Kecepatan reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi sempurna maka
titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan pengocokan yang kuat. Frekuensi
tetesan pada awal titrasi kira-kira 1 ml/menit, lalu menjelang titik-titik akhir menjadi
2 tetes/menit (Zulfikar, 2010).
Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan
indicator luar, indicator dalam, dan secara potensiometri.
Indikator Luar
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat pula
menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau kertas,
adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodide menjadi iodium dan dengan
adanya kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml natrium nitrit dalam
200 ml larutan. Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang
dititrasi pada pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan terbentuk warna biru
segera sebab warna biru juga terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan di udara. Hal
ini disebabkan karena oksidasi iodide oleh udara (O2) menurut reaksi :
4 KI + 4 HCI + O2 2H2O + 212 + 4 KCI
I2 Kanji kanji iod (biru)
Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka
pengujian seperti di atas dilakukan lagi setelah dua menit (Zulfikar, 2010).
Indikator Dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru.
Tropeolin OO merupakan indicator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana
asam dan berwarna kuning bila dioksidari oleh adanya kelebihan asam nitrit,
sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi
akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa
yang dititrasi (Zulfikar, 2010).
Pemakaian kedua indicator ini ternyata memiliki kekuarangan. Pada indicator
luar harus dikerahui dulu perkiraan jumlah titran yang diperlukan, sebab kalau tidak
tahu perkiraan jumlah titran yang dibutuhkan, maka sering melakukan pengujian
apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum. Di samping itu, kalau sering
melakukan pengujian, dikhawatirkan akan banyak larutan yang dititrasi (sampel)
yang hilang pada saat pengujian titik akhir sementara itu pada pemakaian indicator
dalam walaupun pelaksanaannya mudah tetapi seringkali untuk mengatasi hal ini,
maka digunakan metode pengamatan titik akhir secara potensiomerti (Zulfikar,
2010).
Tirtasi diazotasi dapat digunakan untuk :
a) Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin aromatis primer
bebas seperti sulfamilamid.
b) Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatic terikat dengan
gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan parasetamol. Pada
penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatic yang terikat dengan
gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga
diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi dengan natrium
nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium
c) Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis
seperti kloramfenikol. Senyawa-senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan kadarnya
secara nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu untuk menghasilkan senyawa
amin aromatis primer (Zulfikar, 2010).
Dalam farmakope Indonesia, titrasi diazotasi digunakan untuk menetapkan
kadar: benzokain; primakuin fosfat dan sediaan tabletnya; prokain
HCI; sulfasetamid; natrium sulfasetamid; sulfametazin; selfadoksin; sulfametoksaz
l; tetrakain; dan tetrakain SCI (Zulfikar, 2010).