Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

BILANGAN RASIONAL DAN IRASIONAL


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Pendidikan Matematika SD
Kelas Tinggi
Dosen pengampu : Indhira Asih, M. Pd

Disusun oleh :
Kelompok 7 (IV B)
Jihan Safaturrahmah 2227160031
Nurkholisoh Agustiani 2227160064
Yuli Yulianti 2227160075
Siska Aprillian 2227160101
Ani Khoirunnisa 2227160102

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Bilangan
Rasional dan Irasional” ini dengan lancar.

Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Matematika SD Kelas Tinggi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kategori sempurna, karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang di
miliki oleh kami sebagai penyusun.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penyusun umumnya bagi
kita semua, Amin.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI ......................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 5

BAB II ISI

A. Bilngan Rasional dan Sifat-Sifatnya ................................................... 6


B. Bilangan Irasional dan Sifatnya ........................................................... 27
C. Mengajarkan Bilangan Rasional dan Irasional di SD ......................... 35

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................. 50
B. Penutup ................................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang isi
muatannya berkaitan dengan hitung menghitung. Matematika juga
merupakan salah satu ilmu yang universal dan menjadi dasar bagi
pengembangan ilmu pengetahuan lainnya. Sebagai ilmu yang universal,
matematika mendapatkan tempat yang strategis dalam struktur kurikulum
pendidikan ditanah air, utamanya pada pendidikan dasar dan menengah,
yakni sebagai mata pelajaran wajib dalam kelompok mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (PP 19 tahun 2005, pasal 7 ayat 4). Sebagai
mata pelajaran dalam rumpun tersebut, mata pelajaran matematika bagi
peserta didik pada jenjang pendidikan dasar berguna untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis
dan kreatif serta kemampuan bekerjasama .
Keadaan ini menuntut setiap orang baik itu anak-anak ataupun
dewasa hingga tua sekalipun harus teliti dalam berhitung. Tujuannya adalah
agar tidak terjadi kesalahan dalam proses menghitung yang berakibat fatal.
Orang yang mahir matematika bukan berarti karena kebetulan. Untuk
menguasai materi matematika di syaratkan mengetahui dan menguasai
kajian dasarnya. Selanjutnya dia sering berlatih dengan soal-soal yang
berkaitan dengan apa yang sedang di pelajarinya. Sehingga dia bisa
menguasai secara benar teori, konsep dan penerapannya untuk mempelajari
salah satu disiplin ilmu ini. Oleh karena itu untuk memenuhi tuntutan
tersebut, dalam makalah ini di cantumkan uraian singkat tentang bilangan
rasional dan bilangan irasional.

B. Rumusan Masalah
Dalam Makalah ini, masalah yang akan dibahas adalah :
1. Bagaimana bilangan rasional dan sifat-sifatya ?
2. Bagaimana bilangan irasional dan sifat-sifatnya ?
3. Bagaimana cara mengajarkan bilangan rasional dan irasional di SD ?

4
C. Tujuan
Dalam makalah ini, tujuan yang akan dicapai adalah :
1. Mengetahui bilangan rasional dan sifatnya
2. Mengetahui bilangan irasional dan sifatnya
3. Mengetahui cara mengajarkan bilan rasional dan irasionnal di SD

5
BAB II
ISI
A. Bilangan Rasional dan Sifatnya
a. Pengertian bilangan rasional
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dengan
a
perbandingan (rasio) , yang mana a adalah bilangan bulat, b adalah
b

bilangan bulat dan b ≠ 0.


a
Selanjutnya dari bilangan , a disebut pembilang (numerator)
b

atau pengatas dan b disebut penyebut (denumerotor) atau pembawah.


Himpunan yang anggota-anggotanya adalah semua bilangan rasional
tersebut himpunan bilangan rasional, dilambnagkan dengan Q. Jika N
lambang himpunan bilaangan asli, dan 1 adalah lambang himpunan
bilangan bulat maka dalam notasi pembentukan himpunan, Q dapat
dingatakan dengan:
a a
Q = {b ⃓ a ∈ I, b N}, atau Q = {b ⃓ a, b ∈ I, b ≠ 0}
a
disebut hasil bagi a : b.
b

Contoh :
12
a) 12 : 3 mempunyai hasil bagi bilangan rasional 3
12
12 = 3 . 4 maka =4
3

Dengan jalan yang sama, dapat ditentukan bahwa


6
= 2 sebab 6 = 2 . 3
2
10
= 2 sebab 10 = 5 . 2
5
20
= 5 sebab 20 = 4 . 5
4

Bilangan-bilangan rasional 4, 3, 3 dan 5 merupakan bilangan-


bilangan bulat sehingga disebut bilangan-bilangan rasional bulat.
1 2 5 7
b) Bilangan-bilangan rasional , , dan merupakan bilangan-
2 3 6 12

bilangan rasional yang tidak dapat dinyatakan sebagai bilangan-


bilangan bulat sehingga disebut bilangan-bilangan rasional pecahan,
dan dikatakan sebagai bilangan pecahan biasa.

6
c) Bilangan-bilangan rasional
2 2 2
1 5 dapat dinyatakan sebagai 1 5 = 1 + 5
16 1 1
dapat dinyatakan sebagai 5 3 = 5 + 3
3
20 2 2
dapat dnyatakan sebagi 3 6 = 3 + 6
3
2 1 2
d) Bilangan-bilangan rasional 1 5 , 5 3 , 3 6 masing-masing memuat

bilangan bulat dan lambang pecahan sehingga disebut dengan


bilangan pecahan campuran.
b. Kesamaan bilangan rasional
a c a c
Bilangan-bilangan rasional dan adaah sama, ditulis = jika dan
b d b d

hanya jika ad = bc
Contoh :
3 9
a) = sebab 3 . 12 = 4 . 9 = 36
4 12
c −60
b) = −20 sebab 15 (-20) = 5 (-60) = -300
d
4 6
c) ≠ 10 sebab 4 (10) ≠ 7 (6) atau 40 ≠ 42
7

Dalil :

Relasi sama dengan (=) pada himpunan bilangan rasional adalah


bersifat refleksi, bersifat simetris, dan bersfat transituf.

Bukti :

a) Untuk membuktikan relasi sama dengan bersifat refleksi, harus


a a a
dibuktikan bahwa untuk sebarang b ∈ Q berlaku b = b

a dan b adalah bilangan-bilangan bulat maka berlaku sifat komutatif


a a
perkalian, taitu bahwa b = b

Jadi, relasi sama dengan bersifat refleksif.


b) Untuk membuktikan relasi sama dengan bersifat simetris,
a c a c c a
dibuktikan bahwa untuk sembarang b , d ∈ Q, jika b , d maka d = b,

(ingat a, b, c, d ∈ I, b ≠ 0, d ≠ 0).
a c
= (diketahui) maka sesuai dengan definisi, berlaku ad = bc.
b d

7
Relasi sama dengan di dalam himpunan bilangan bulat bersifat
simetris maka ad = bc berakibat bc = ad.
Perkalian bilangan bulat bersifa komutatif maka bc = da berakibat
cb = da.
c a
cb = da maka d = , jadi relasi sama dengan bersifat simetris.
b

c) Untuk membuktikan relasi sama dengan bersifat transitif, harus


a c e
dibuktikan bahwa untuk sembarang b , d , f ∈ Q,
a c c e a e
Jika b = dan d = f maka b =
d f

a c
= → ad = bc
b d
c e
= → cf = de
d f

ad = bc → (ad)f = (bc)f (substitusi)


cf = de → b(cf) = b (de) (substitusi)
(bc)f = b(ef) (sifat asosiatif)
(ad)f = b(de) (sifat transitif)
Af = be (sifat kanselasi)
a e
Af = be maka b = f

Jadi, relasi sama dengan bersifat transitif.


Dari bukt dalili, karena relasi sama dengan bersifat refleksif,
simetris, dan transitif maka dapat ditentukan bahwa relasi sama
dengan bersifat ekuivalen. Bilangan-bilangan rasional yang sama
dapat di kelompokkan dalam himpunan atau kelas ekuivalen. Unsur-
unsur dalam kelas ekuivalen adalah bilangan-bilangan rasional yang
mempunyai nilai sama tetapi lambangnya berbeda sehingga disebut
dengan nama-nama lain satu bilangan rasional yang merupakan
unsur dari kelas ekuivalennya.
Contoh :
1
Himpunan atau kelas dari ekuivalen dari 2 adalah:

−4 −3 −2 −1 1 2 3 4
{… , , , , , , , , ,…}
−8 −6 −4 −2 2 4 6 8

8
1 −4 −2 3 4
Sehingga nama-nama lain dari 2 , antara lain adalah , , ,
−8 −4 6 8

Dari contoh tersebut tampak bahwa konsep bilangan rasional


adalah konsep abstrak matematika, sama halnya seperti konsep-
konsep abstrak bilangan asli, bilanan cacah, dan bilangan bulat.
Sebagai konsep abstrak bilangan rasional memiliki banyak nama,
tetapi semua nama dari suatu bilangan rasional hanya dapat
ditunjukkan dengan atau diwakili oleh suatu titik pada garis
bilangan.
a
Perhatikan bahwa lambang bilangan rasional meyatakan
b
a
penyelesaian persamaan a = bx sehingga bilangan rasional b

merpakan penyelesaian persamaan a = bx


1
Bilangan rasional 6 adalah penyelesaian persmaan 1 = 6x
5
Bilangan rasional 30 adalah penyelesaian persamaan 5 = 30x
3
Bilangan rasional 9 adalah penyelesaian persamaan 3 = 9x

c. Sifat-sifat bilangan rasional


Pada uraian sebelumnyatelah diketahui definisi bilangan
rasional dan kelas ekuivalensi bilangan rasional yang unsur-unsurnya
adalah bilangan-bilangan rasional yang sama meskipun masing-masing
hubungannya berbeda. Uraian berikutnya, akan membahas hubungan
antara unsur-unsur yang ada di dalam saru kelas ekuivalen. Secara nyata
a ac a ac
akan ditunjukkan bahwa c≠ 0, maka b = bc , artinya b dan bc ada di dalam
a
satu kels ekuivalen bilangan rasional yang lambangnya b .

Dalil :
a ac
Jika a, b, c, ∈ I, b ≠ 0 dan c ≠ 0, maka b = bc

Bukti :
a ac
Harus dibuktikan bahwa b = bc , berarti harus dibuktikan bahwa

a (bc) = b (ac)
a(bc) = (bc)a (sifat komutatif)
a(bc) = b(ca) (sifat asosiatif)

9
a(bc) = b(ac) (sifat asosiatif)
contoh :
3
a) Ambil bilangan rasional dan bilangan bulat 5 maka dapat
4

ditentukan bahwa:

3 3.5
=
4 4.5

3 15
= (perhatikan bahwa 3.20 = 4.15 = 60)
4 20
2
b) Ambil bilangan rasional 5 dan bilangan-bilangan bulat 2, 3, 4, dan 5

maka dapat ditentukan bahwa:


2 2.2 2.3 2.4 2.5
= = = = 5.5
5 5.2 5.3 5.4
2 4 6 8 10
= = = 20 = 25
5 6 15

Dari dau contoh diatas tampak hubungan bilangan-bilangan


rasional dalam satu kelas ekuivalen.

Hubungan yang diamksud adalah mengalikan pembilang dan


dan penyebut bilangan rasional yang diketahui dengan bilangan bulat
yang tidak nol. Selanjutnya jika c adalah faktor persekutuan dari
pembilang dan penyebut suatu bilangan rasional maka dengan membagi
pembilang dan penyebut dengan c, akan dipero;eh bilangan rasional
yang sama dengan bilangan rasional semula.

Jika anda mempunya suatu bilangan rasional dengan nilai


pembilang dan penyebut yang cukup besar maka anda berusaha untuk
mencari bilangan rasional lain yang pembilang dan penyebutnya lebih
kecil, tetapi ekuivalen dengan bilangan semula. Proses mengganti
bilangan rasional menjadi bilangan rasional lai yang mempunyai
pembilang dan penyebut lebih kecil disebut menyedergnakan
(simplifying) atau mereduksikan (reducing) bilangan rasional.

Penyederhanaan bilangan rasional dilakukan sampai diperoleh


bilanagan rasional yang mana faktor persekutuan terbesar dari

10
pembilang dan penyebut adalah 1 atau sering dikatakan pembilang
relatif prima dengan penyebut.

Bilangan-bilangan rasional dengan pembilang dan penyebut


relatif prima disebut sederhana .

Definisi :

Jika a dan b faktor persekutuan terbesar 1 maka bilangan rasional


a
disebut sederhana.
b

Contoh :

2
a) Bilangan rasional adalah sederhana sebab faktor persekutuan
5

terbesar dari 2 dan 5 adalah 1 atau relatif 2 prima dengan 5


4
b) Bilangan rasional adalah sederhana sebab faktor persekutuan
7

terbesar dari 4 dan 7 adalah 1 dan 4 relatif prima dengan 7.


12
c) Bilangan rasional tidak sederhana sebab faktor persekutuan
16

terbesar dari 12 dan 16 adalah 4.


3
Setelah pembilang dan penyebut dibagi 4 maka diperoleh , yang
4
3
mana 4 adalah bilangan rasional sederhana.
12 3
Jadi, 16 dapat disederhanakan sehingga diperoleh 4 .

d. Penjumlahan dan pengurangan bilanganrasional


Penjumlahan bilangan rasional perlu memperhatikan berbagai keadaan
penyebutnya masing-masing, yaitu penyebutnya sama atukah penyebut
berbeda. Sebelum sampai pada defini, coba perhatikan prinsip dasar
yang digunakan dalam penjumlahan bilangan rasional :
2 3
a) Jumlah 1 + 1
2 3 2 3 2 3
= 2 dan 1 , serta 2 + 3 = 5 maka 1 + = 5 maka 1 + = 5 berarti
1 1 1
2 3 2+3 5
juga 1 + = =
1 1 1
3 5 8
b) Jumlah 6 + =
6 6

11
3 2 17
c) Jumlah 4 + = 12
3

3 3.3 9
= =
4 4.3 12

2 2.4 8
= =
3 3.4 12

3 2 9 8 17 3.3 + 2.4
+ = + = =
4 3 12 12 12 4.3

Dengan latar belakang pemikiran di atas maka penjumlahan


bilangan rasional didefinisikan sesuai dengan keadaan.
Defini :
Jika p, q, r, s ∈ I, q ≠ 0, dan s ≠ 0, maka:
p r p+r
a) + =
I I 1
p r p+r
b) + =
q q q
p r ps + qr
c) + =
q s qs

Contoh :

5 4 5.7+6.4 35+24 59
a) + = = = 42
6 7 6.7 42
4 −3 4.5+3(−3) 20−9 11
b) + = = = 15
3 5 3.5 15
1 3 1 3 3 1 4 3
c) 3 2 + 4 5 = (3 + 2) + (4 + 5) = (1 + 2) + (1 + 5)

𝟑.𝟐+𝟏.𝟏 𝟒.𝟓+𝟏.𝟑 𝟔+𝟏 𝟐𝟎 + 𝟑


= + = +
𝟏.𝟐 𝟏.𝟓 𝟐 𝟓

𝟕 𝟐𝟑
=𝟐+ 𝟓

𝟕.𝟓+𝟐.𝟐𝟑 𝟑𝟓+𝟒𝟔 𝟑𝟎 + 𝟒𝟎 + 𝟓 + 𝟔
= = =
𝟐.𝟓 𝟏𝟎 𝟏𝟎

𝟕𝟎 +𝟏𝟏 𝟕𝟎 +𝟏𝟎 +𝟏 𝟖𝟎+𝟏 𝟖𝟎 𝟏


= = = = +
𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎 𝟏𝟎

1 1
= 8 + 10 = 810

12
Dari contoh-contoh di atas dapat dketahui bahwa
penjumlahan bilangan nasional dilakukan dengan jalan
menyamakan penyebut. Penyamaan penyebut dikerjakan dengan
mengalikan penyebut-penyebut bilangan rasional yang dijumlahkan.
Cara ini adalah cara yang mudah untuk mencari jumlah dua bilangan
rasional.

Khususnya untuk menjumlahkan dua bilangan rasional


dengan penyebut yang tidak relatif prima, yaitu faktor persekutuan
terbesar penyebut tidak sama dengan 1, penyamaan penyebt
dilakukan ke kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari penyebut-
penyebutnya. Dengan cara ini, akan diperoleh bilangan rasional
yang lebih sederhana karena nilainya lebih kecil. Bandingkan hasil
penjumlahan yang diperoleh dari contoh-contoh berikut :

5 3
a) Carilah: 6 + 4

Jawab :
Cara 1
5 3 5.4+4.3 20+18 38
+ = = =
6 4 6.4 24 24

Cara 2
Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 6 dan 4 adalah 2, berarti
6 dan 4 tidak relatif prima. Kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
dari 6 dan 4 adalah 12. Berarti penyebut untuk penyamaan
adalah 12.
5 3 5.2 3.3
+ = +
6 4 6.2 4.3
10 9
= 12 + 12
19
= 12
5 7
a) Carilah: 6 + 9

Jawab:
Cara 1
5 7 5.9+6.7 45+42 87
+ = = = 54
6 9 6.9 54

13
Cara 2
FPB 6 dan 9 adalah 3, berarti 6 tidak relatif prima 9.
KPK 6 dan 9 adalah 18, berarti penyebut yang disamakan adalah
18.
5 7 5.3 7.2
+ = +
6 9 6.3 9.2
15 14
= 18 + 18
29
= 18

Perlu diingat bahwa meskipun hasil penjumlahan yang diperoleh


dari cara 1 dan 2 mempunyai lambang yang berbeda, tetapi hasil
penjumlahan itu sesungguhnya sama, nilainya sama, yaitu
berbeda tetapi dalam satu kelas ekuivalen.

Definisi :

Jika p, q, r, s ∈ I, q ≠ 0, dan s ≠ 0 maka:

p r p−r
a) − =
I I I
p r p−r
b) − =
q q q
p r ps − qr
c) − =
q s qs

Contoh :

3 1 3.3 − 4.1 9−4 5


a) − = = = 12
4 3 4.3 12
2 6 2.7 − 3.6 14 − 18 −4
b) − = = =
3 7 3.7 21 21
5 3 5.2 3.3 3.9
c) − = 6.2 - 4.3 = 4.3
6 4
10 9 1
= 12 − =
12 12

e. Perkalian dan pembagian bilangan rasional


Seperti halnya dalam memahami prinsip yang mendasari definis
penjumlahan maka sebelum samapai definisi perkalian, cobalah anda

14
perhatikan prinsip dasar yang digunakan dalam perkalian bilangan
rasional.

3 4
1) .
1 1

3 4 3 4
 3 dan  4, serta 3 x 4 = 12 maka .  12 berati juga
1 1 1 1
3 4 12 3x 4 3.4
.  12,   
1 1 1 1 1.1
2 3
2) Perkalian .
3 4

2 3
menyatakan 2 bagian dari 3 yang sama, dan menyatakan 3
3 4
2 3
baian dari 4 bagian yang sama maka . dapat di peragakan sebagai
3 4
berikut.

2
Untuk menyatakan arsilah 2 bagian dari 3 bagian yang sama
3
setelah arah mendatar dibagi 3 sama.

3
Untuk menyatakan , arsilah 3 bagian dari 4 bagian yang sama setelah arah
4
melebar dibagi 4 sama.

2 3
Hasil kali dengan dinyakan sebagai daerah persekutuan dari daerah
3 4
2 3
arsiran dan daerah arsiran ; setelah anda amati, tampak bahwa terdapat
3 4
6 bagian dari 12 bagian yang sama sehingga:

15
2 3 6
. 
3 4 12

2 3 2 .3
. 
3 4 3 .4

Definisi 8.6

Jika p, q, r, s, єI, q≠0, dan s ≠ 0, maka:

p r p.q
a. . 
1 1 1

p r p.r
b. . 
q s q.s

Contoh

3 5 3.5 15
.  
1) 8 7 8.7 56
 4 3 (4).3  12
.  
2) 9 5 9.5 45

Seperti halnya pada himpunan bilangan bulat, pembagian dalam


himpunan bilangan rasional dapat dikembangkan berdasarkan konsep
perkalian.

Definis 8.7

p r p r
Jika ,  Q, maka dibagi , di tunjukkan dengan:
q s q s

p r p r t r t p
. atau / adalah sama dengan  Q jika dan hanya jika . 
q s q s u s u q

Contoh

3 5 21 5 21 105 3 35 3
a) :  sebab .   . 
4 7 20 7 20 140 4 35 4

16
7 9 91 9 91 819 7 117 7
b) :  sebab .   . 
5 13 45 13 45 585 5 117 5

2 5 12 5 12 60 2.30 2 2(1)  2
c) :  sebab .     
3 5 15  6 15  90  3.30  3  3(1) 3

p r r p r p r
Jika ,  Q dan  0, maka :  .
q s s q s q s

p r t
Bukti: misalkan : 
q s u

p r p r p p t
Harus dibuktikan bahwa :  . berarti : 
q s q s q q u

p r t p r t
:   : 
q s u q s u
p r r t  s  t r  s t r s 
:  , . . .  .
q s  s u  r  u s  r u  s r 
t r.s t r.s t t
 .  .  .1 
u s.r u s.r u u
p r p s t p r p s
.  dan .  .maka .  .
q s q r u q s q r

Contoh:

4 3 4 3 4.2 8
1) :  .  
5 2 5 2 5.3 15

3 2 3 3 3.3 9
2) :  .  
4 3 4  2 4.(2)  8

f. Sifat-sifat operasi bilangan rasional


Hubungan bilangan rasional dengan operasi penjumlahan dan
perkalian membentuk suatu sistem atau struktur dengan sifat-sifat
tertentu. Beberapa sifat mendasar operasi penjumlahan dan perkalian
pada himpunan bilangan rasional adalah sebagai berikut ini.

17
1) Sifat Ketertutupan ( closure Property)

p r
Jika dan dan adalah sebarang unsur Q maka:
q s
p r p r
  Qdan .  Q
q s q s

2) Sifat Komutatif

p r
Jika dan adalah sebarang unsur Q maka:
q s

p r r p p r r p
   dan .  .
q s s q q s s q

3) Sufat Asosiatif

p r t
Jika , dan adalah sebarang unsur Q maka:
q s u

p r t   p r  t p r t   p r  t
  x       dan  x    . .
q s u  q s u q s u  q s u

4) Sifat Identitas

p
Untuk sebarang  Q ada suatu 0  Q dan 1  Q yang
q
masing-masing adalah tunggal sehingga:

p p p
0  0 
q q q

p p p
.1  1. 
q q q

0 disebut elemen atau unsur identitas penjumlahan

1 disebut elemen atau unsur identitas perkalian

5) Sifat Inverse

18
p
Untuk sebarang  Q ada x  Q dan y Q yang masing-
q
masing adalah tunggal sehingga:

p p
x  x 0
q q

p p
. y  y.  1
q q

p
x disebut inverse penjumlahan (lawan) dari , ditulis dengan
q
p
x
q

p
y disebut inverse perkalian (kebalikan) dari , ditulis dengan
q
1 q
y 
p/q p

6) Sifat Distributif Perkalian Terhadap Penjumlahan

p r t
Jika , dan adalah sebarang unsur Q maka
q s u
p r t  p r p t
.   .  .
q  s u  q s q u

a) Tanpa harus menghitung lebih dahulu, dengan menggunakan


sifat komutatif dapat di tentukan:

2 6 6 2
Jika    x, makax 
3 7 7 3

3 3 3 3
Jika y  , makay 
4 5 4 5

19
7 5 7 5
Jika .z   , maka z 
9 7 9 7

2 2 3
Jika t .  . , maka t = 3/5
3 3 5

b) Tanpa harus menghitung lebih dahulu, dengan menggunakan


sifat asosiatif dapat ditentukan:

2 5  2 5 1
Jika    x       , maka x = 1/2
3 6  3 6 2

 3  4  3 1 4 
Jika   y       , maka y = 1/4
 2  5 2 4 5

1 2  1 2
Jika   z    5, maka z =5
2  3   2 3 

 1  5  1 5 
Jika  t.  .   6     maka t = 6
 2  3  2 3

c) 2 adalah lawan -2 sebab 2+(-2)=0

3 3 3   3
adalah lawan sebab     0
5 5 5  5 

1 7 7 1 7 7
lawan dari  2  adalah  2 sebab  0
3 3 3 3 3 3

lawan dari :

2 22  22 2 22   22 
4  adalah  4 sebab   0
5 5 5 5 5  5 

1 1
d) Kebalikan 2 adalah sebab 2.
2 2

2 3   2    3
Kebalikan adalah sebab  .   1
3 2  3  2 

20
4 19 5 19 5
Kebalikan 3  adalah sebab x  1
5 5 19 5 19

2 8 3   8   3
Kebalikan  2  adalah sebab  .   1
3 3 8  3  8 

Himpunan bilangan rasional terhadap operasi penjumlahan


memenuhi sifat-sifat ketertutupan, asosiatif, identitas, dan invers sehingga
himpunan Q dan operasi + membentuk sistem (sturktur)matematika (Q+)
yang disebur group.

Definisi 8.8

Suatu grup adalah suatu himpunan dengan satu oprasi tertentu yang
memenuhi sifat ketertutupan, asosiatif, identitas dan inverse.
Sistem(strukutura0 matematika yang terdiri dari himpunan G dan operasi*
ditulis dengan (G*). stuktur (G*) Adalah grup jika * memenuhi sifat
ketertutupan, asosiatif, identitas, dan invers. Jika (G,*) adalah grup dan *
bersifat komutatif maka (G,*) Disebut grup komutatif.

Contoh:

1) 1= (..., -2,-1,0,1,2,.....) (1,+) adalah grup karena operasi + memenhui


sifat-sfat ketertutupan, asosiatif, komutatif, dan inverse. (1+) juga grup
Abel.

2) A= ( -1, 0, 1) (A,+) adalah bukan grup karena operasi + tidak memenuhi


sifat ketertutupan, sebagai contoh (-1) + (-1)= -2  A, dan 1+1=2  A.

 2 2
,0, 
3) B=  3 3  adalah bukan grup mengapa?
B, 
(C,x) adalah grup. Mengapa? Apa inverse -1? apa inverse 1?

Apakah (C,x) grup komutatif?

3 4 
4) D=  , ,1 (D,x) adalah bukan grup.
4 3 

21
g. Bilangan rasional desimal
Ada banyak lambang yang dapat digunakan untuk memberi nama
bilangan, tetapi setiap lambang hanya mewakili sebuah bilangan. Lambnag
bilangan yang banyak digunakan sampai sekarang adalah lambang romawi
dan lambang Hindu-Arab. Lambang Romawi tidak menganut nilai tempat,
sedangankan Hindu-Arab menganut nilai tempat artinya nilai bilangan yang
lambangnya sama adalah berbeda karena perbedaan tempat(posisi) di dalam
lambng bilangnnya.

Bilangan 22222 mempunyai lima lambang dua nilainya berebda satu dengan
yang lain.

Tempat ke-1, 2 bernilai 20000 = 2x10 4

3
Tempat ke-2, 2 bernilai 2000 = 2x10

Tempat ke-3, 2 bernilai 200 = 2x10 2

Tempat ke-4, 2 bernilai 20 = 2x10

Tempat ke-5, 2 bernilai 2 = 2x10

Lambang bilangan Hindu-Arab yang menggunakan nilai tempat ini


menggunakan perpangkatan bulat dari sepuluh untuk setiap posisi atau
tempat sehingga disebut desimal. Cara menuliskan pecahan dalam bentuk
desimal sebagai berikut.

a) Tanda koma diletakkan setelah angka satuan

b) Satu angka bilangan setelah koma menyatakan per sepuluhan

c) Setiap angka satu bilangan berikutnya, secara berturut-turut


menyatakan persatuan, per seribuan dan seterusnya

d) Bilangan-bilangan rasioanl dengan penyebut 10 mempunyai desimal,


penyebut 100 mempunyai dua tempat desimal, penyebut 100
mempunyai tiga tempat desimal, dan seterusnya.

Contoh

22
1) Bilangan rasional per sepuluhan mempunyai satu angka desimal setelah
koma

3 5
 0,3  0,5
10 10
28 32 2
 2,8  2  3,2
10 10 10

2) Bilangan-bilangan rasional per seratusan mempunyai dua angka


desimal setelah koma.

35 123 23
 0,35 1  1,23
100 100 100

27 234 34
 0,27 2  2,34
100 100 100

69 5678 78
 0,69  56  56,78
100 100 100

3) Bilangan-bilangan desimal dapat ditulis menjadi bilangan rasional


pecahan dengan penyebut yang sesuai dengan banyaknya angka
desimal setelah koma

0,2= 2/10 0,53= 53/100

0,40 = 40/100 1,135= 1135/100

Untuk bilangan-bilangan rasioanl yang mempunyai penyebut


bukan perpangkatan dari 10( 10 k , k bilangan bulat), ditempuh dengan
cara-cara sebagai berikut.

 Jika penyebut dapat diubah menjadi 10, 100, 1000, .... maka
pecahan rasional diubah menjadi per sepuluhan, perseratusan,
perseribuan, .... atau dilakukan pembagian biasa.
 Jika penyebut tidak dapat diubah menjadi 10, 100, 100, .. maka
pembilang dibagi penyebut dengancara biasa.

Contoh

23
2 2.2 4
a.    0,4
5 5.2 10

13 13.4 52
   0,52
25 25.4 100

3 3.125 375
   0,375
8 8.125 1000

6
b. dibagi sebagai berikut
25

0,24
6
25 6,00  0,24
25
5,0

100
100

0

5
dicari sebagai berikut:
8

0,625
5
8 5,000  0,625
8
48

20
16

40
40

0

6
Dari contoh-contoh diatas, contoh b menghasilkan sisa nol sehingga = 0,24
25
5
dan = 0,625. proses pembagiannya berakhir maka desimal-desimal 0,24 dan
8
0,625 ditulis mempunyai akhir sehingga disebut desimal berakhir. Ternyata
setiap bilangan rasional pecahan mempunyai bentuk desimal berakhir atau
berulang. Jika bilangan rasioanl pecah dapat mempunyai bentuk desimal

24
berakhir atau desimal berulang maka bagaiman konversa? Bahwa desimal
berakhir dan desimal berulang dapat dinyatakan dengan bentuk perbandingan
a/b, dengan a dab b bilangan-bilangan bulat dan b= 0

a. Untuk desimal berkahir, pengubahan menjadi bentuk bilangan rasional


dilakukan dengan menggunakan notasi desimal yang diperluas

1
10  k =
10  k

1
10 1  ;10  2 = 1/10 2 = 1/100;10 3 = 1/10 3 = 1/1000 dan seterusnya
10

b. Untuk desimal berulang, pengubahan menjadi bentuk bilangan rasional


dilakukan dengan melihat banyaknya angka yang berulang. Jika pecahan
desimal n dengan k angka berulang(teratur) maka n dikalikan 10 k sehingga
diperoleh n.10 k . kemudian, n.10 k dikurangi n dan persamaan yang diperoleh
diselesaikan untuk memperoleh n.

Contoh

2 x10   3x10   4 x10 


1 2 3

 1  1   1 
  2 x    3x    4x 
 10   100   1000 
1. 0,234=  2.100  3.10  4
10.100 100.10 1000
200 30 4
  
1000 1000 1000
234

1000

Perhatikan banyak bilangan rasional yang diperoleh, yaitu mempunyai


pembilang 234( memuat ting angka) dan mempunyai penyebut 10 3 banyaknya
angka 234=3 dengan bentuk dan cara yang serupa maka dengan cepat diketahui

2 22147
0,2 = ; 2,2147 
10 10000

25
23
0,23  ;
100
3592375
35,92375 
100000
357
0,357 
1000

2. mengubah n = 0,6666.....

10n= 6,6666...

n= 0,6666..........

9n= 6

6
n=
9

2
n=
3

Menjadi bentuk bilangan rasional ( banyaknya angka berulang


adalah satu sehingga penggalinya adalah 10.

3. mengubah n= 0, 727272

100n= 72,727272.....

n= 0,727272.......

99n=72

72 8.9 8
n=   mengubah bentuk bilangan
99 11.9 11

rasiona(banyaknya angka berulang adalah


dua sehingga penggalinya adalah 100)

4. Mengubah n= 7,624624

1000n= 7624,624624

26
n= 7,624624....

999n=7617

2539
n=7617 =
333

999

mengubah bentuk bilangan rasiona(banyaknya angka berulang adalah


tiga sehingga penggalinya adalah 1000).

B. Bilangan Irasional dan Sifatnya


Ada tiga alasan mengapa manusia mempelajari bilangan, yaitu (1)
bilangan dapat dikaitkan dengan keperluan praktis, antara lain untuk
membilang (menghitung), membandingkan, dan menyatakan hasil
pengukuran; (2) bilangan dapat memberikan inspirasi untuk bahan
permainan; (3) bilangan merupakan bagian hidup yang perlu di hargai
karena kecantikan dan struktur keterkaitannya.
Menurut sejarah, pada abad ke-6 sebelum masehi, ada sekelompok
masyarakat orang yunani kuno (Greek) yang disebut kelompok Pythagoras.
Kelompok ini menyelidiki musik, astronomi, geometri, dan sifat-sifat
bilangan.
Salah satu penemuan kelompok pythagoras yang terkenal adalah
sifat bilangan kuadrat, yang mana keadaannya dapat ditunjukan dengan
hubungan luas daerah bujur sangkar yang sisi-sisinya adalah sisi-sisi
segitiga siku-siku. Jika a dan b adalah panjang kaki-kaki suatu segitiga siku-
siku dan c adalah panjang sisi miringnyamaka luasbujur sangkar yang sisi-
sisinya a, b, dan c mempunyai hubungan:
a² + b² = c² (Dalil Phythagoras)

perhatikan peragaan dari temuan Phythagoras:

3² = 9
4² = 16
5² = 25
9 + 16 = 25
3² + 4² = 5²

27
Meskipun temuan pythagoras pada awalnya sangat sederhana, tetapi telah
membawa revolusi ide-ide di dalam matematika, yaitu munculnya
tantangan-tantangan baru.
Misalnya, untuk a = 1 dan b = 1 maka sesuai dengan Dalil Pythagoras:
a² + b² = c²
1² + 1² = c²
2 = c²
Jika suatu bilangan yang nilainya kuadratnya adalah 2 ditunjukkan
dengan √2 maka dapat ditentukan bahwa c = √2 dari keadaan ini, kemudian
orang mencoba-coba mencari nilai c yang mana jika dikalikan dengan
dirinya sendiri menghasilkan 2.
7 7 7
c = → c.c = ∙
5 5 5

49 49 . 4
c² = 25 = 25 . 4

c² = 1,196

707 707 707


c = 500 → c.c = 500 ∙ 500

499849 499849 . 4
c² = 250000 ∙ 250000 . 4

1999396
c² = 1000000

c² = 1,999396

Pendekatan lain dalam mencari nilai c adalah sebagai berikut.


1² = 1 < 2 dan 2² = 4 < 2 maka jelas bahwa 1< √2 < 2.
Jika interval 1 < c < 2 dipersempit dalam per sepuluhan maka dapat
diketahui bahwa (1,4)² = 1,96 < 2 dan (1,5)² = 2,25 < 2 sehingga nilai c
berada di antara 1,4 dan 1,5.

28
1,4 < c < 1,5
Jika interval 1,4 < c < 1,5 dipersempit dalam per seratusan maka
dapat diketahui bahwa (1,4)² = 1,9881 < 2 dan (1,42)² = 2,0164 > 2 sehingga
nilai c berada di antara:
1,41 dan 1,42
Jika proses serupa diteruskan maka dapat diperoleh:
1,414 < c < 1,415
1,4142 < c < 1,4143
Meskipun kerja di atas diteruskan maka tidak akan pernah diperoleh
bilangan c yang sesungguhnya sedemikian hingga c² = 2. Nilai-nilai yang
diperoleh sekedar nilai pendekatan. Dari proses di atas juga dapat diketahui
bahwa bilangan desimal yang diperoleh tidak berakhir dan tidak berulang
(teratur). Keadaan ini menunjukkan bahwa ada bilangan yang tidak
dinyatakan sebagai bilangan desimal berakhir maupun desimal berulang.
Artinya ada bilangan yang bukan bilangan rasional.

Definisi
Suatu bilangan yang tidak rasional disebut bilangan irasional.
Bilangan irasional tidak dapat dinyatakan sebagai desimal berakhir atau
desimal berulang.

Contoh
a. Buktikan:
1) Kuadrat suatu bilangan genap adalah bilangan genap;
2) Kuadrat suatu bilangan gasal (ganjil) adalah bilangan gasal;
3) Jika a ϵ I dan a² adalah genap maka a adalah genap.

Bukti:
1) Sebarang bilangan bulat genap dapat dinyatakan dengan 2k
dengan k ϵ I (2k)² = 4k² = 2.2k² = 2 (2k)² = 2t, dengan t ϵ I.
Jadi, (2k)² adalah bilangan genap. Dengan kata lain, kuadrat
suatu bilangan genap adalah bilangan genap.

29
2) Sebarang bilangan bulat gasal dapat dinyatakan dengan 2k + 1
dengan k ϵ I
(2k + 1)² = 4k² + 4k + 1= 2(2k² + 2k) + 1 =2r + 1 (r = 2k² + 2k ϵ
I) jadi, (2k + 1)² adalah bilangan gasal. Dengan kata lain, kuadrat
suatu bilangan gasal adalah bilangan gasal.
3) Misalkan, a ϵ I adalah bilangan gasal maka sesuai hasil (b), a
adalah genap maka terjadi kontradiksi. Jadi, a adalah bilangan
genap.
4)
b. Buktikan: √2 adalah bilangan irasional
Bukti:
Misalkan √2 adalah bilangan rasional, berarti ada pecahan sederhana
sehingga:
𝑎
= √2
𝑏

a = b √2

a² = 2b² √2

2b² adalah bilangan genap sebab mempunyai faktor 2.


ab² = 2b² adalah bilangan genap maka a² adalah bilangan genap.
a² adalah genap maka sesuai hasil contoh butir 1(c), a adalah bilangan
genap. Misalkan, a = 2c.
a = 2c
a² = 4c²
a² = 2b²
a² = 4c² dan a² = 2b² maka:
2b² = 4c²
b² = 2c²
2c² adalah bilangan genap (mengapa?), berarti b² juga bilangan genap b²
bilangan genap, akibatnya b juga bilangan genap berarti a dan b

30
𝑎
mempunyai faktor persekutuan 2, dengan kata lain bukan pecahan
𝑏

sederhana.
𝑎
Diketahui adalah pecahan sederhana maka dapat ditentukan bahwa
𝑏

terjadi kontradiksi. Jadi, √2 adalah bilangan irasional

c. Buktikan: √3 adalah bilangan irasional


Bukti:
Misalkan, √3 adalah bilangan irasional, berarti ada pecahan sederhana
𝑎
sehingga √3.
𝑏
𝑎
= √3
𝑏
𝑎
= √3
𝑏

𝑎² = 3b²
Angka terakhir dari lambang bilangan a kemungkinannya adalah 0, 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, berarti angka terakhir dari lambang bilangan a²
kemungkinannya adalah 0, 1, 4, 5, 6, 9, sehingga angka terakhir lambang
bilangan 3b² adalah 0, 2, 3, 5, 7, 8.
a² = 3b² maka angka terakhir dari lambang bilangan a² dan 3b² adalah
sama sehingga kemungkinannya adalah 0 atau 5
 jika a² berakhir dengan angka 0 maka a juga berakhir dengan angka
0.
Jika 3b² berakhir dengan angka 0 maka b² berakhir dengan angka 0 dan
akibatnya b juga berakhir dengan angka 0. a dan b keduanya berakhir
𝑎
dengan angka nol berarti 𝑏 dapat disederhanakan (bertentangan dengan

yang diketahui).
 Jika a² berakhir dengan angka 5 maka a juga berakhir dengan angka
5.
Jika 3b² berakhir dengan angka 5 maka b² berakhir dengan angka 5
sehingga akibatnya b juga berakhir dengan angka 5.
𝑎
a dan b keduanya berakhir dengan angka 5 berarti dapat
𝑏

disederhanakan (bertentangan dengan yang diketahui). Pemisalan

31
√3 adalah bilangan rasional menghasilkan kontradiksi. Jadi, √3
adalah bilangan irasional.
Ada istilah yang salah dan sering dipakai, yaitu bilangan irasional
disebut bilangan tak terukur. Sesungguhnya jika bilangan irasional
ini diperoleh dari suatu hasil pengukuran, misalnya mengukur
panjang sesuatu maka ukuran yang dicari dapat di wujudkan sebagai
panjang suatu ruas garis. Perhatikan bagaimana √2 satuan, √3
satuan, √4 satuan, √5 satuan, √6 satuan, √7 satuan, √8 satuan dapat
“diukur”.
Selanjutnya, dengan menggunakan penggaris dan atau jangka,
kombinasi dari penjumlahan ukuran panjang dapat dilakukan.
misalnya, √2 + √2 + √2 = 3√2 satuan, (3 + √2) satuan, dan (√2 +
√5) satuan dapat ditunjukkan sebagai berikut.
Namun demikian, bilangan irasional dapat dipakai untuk
menyatakan suatu ukuran, banyak orang “belum puas” jika tidak
dapat melihat nilainya. Untuk mendapatkan atau menunjukkan nilai
bilangan irasional, digunakan suatu cara yang disebut metode rata-
rata sehingga menghasilkan nilai pendekatan. Langkah-langkah
yang perlu dilakukan untuk mencari nilai pendekatan bilangan
irasional dengan bentuk akar adalah berikut ini.
a. Menentukan hampiran dari nilai pendekatan, biasanya dipilih
yang nilainya lebih kecil dari nilai bilangannya.
b. Mencari hasil bagi bilangan yang di akar dengan bilangan
hampiran, dengan angka desimal sesuai dengan keinginan.
c. Mencari nilai rata-rata bilangan hampiran dengan bilangan hasil
bagi, sebutlah dengan bilangan pendekatan pertama.
d. Mengulang langkah b dan langkah c untuk memperoleh nilai
pendekatan yang lebih baik.
Contoh
a. Mencari nilai pendekatan √2
(1,4)² = 1,96 maka 1,4 dapat dipilih sebagai nilai hampiran.
Kemudian, 2 (bilangan yang diakar), dibagi dengan 1,4:

32
2 : 1,4 = 1,4268
1,4+1,4286
Selanjutnya mencari nilai rata-rata: = 1,4143
2

Nilai pendekatan pertama √2 adalah 1,4143


Untuk mendapatkan nilai pendekatan yang lebih baik,
gunakan 1,4143 sebagai nilai hampiran 2 : 1,4143 = 1,4141
1,4143 + 1,4141
= 1,4142
2
Jadi, 1,4142 adalah nilai pendekatan √2 sampai dengan 3
tempat desimal.
b. Mencari nilai pendekatan √3
(1,7)² = 2,89 maka 1,7 dapat dipilih sebagai nilai hampiran.
Kemudian, 3 (bilangan yang diakar) dibagi dengan 1,7:
3 : 1,7 = 1,7647
Selanjutnya mencari nilai rata-rata:
1,7+1,7647
= 1,73235
2

1,73235 dipilih sebagai nilai hampiran baru


3 ∶ 1,73235 = 1,73175
1,73235+1,73205
= 1,73205
2

Nilai pendekatan √3 adalah 1,73205


Sebagai pengecekan atau pemeriksaan ulang, kuadratkan
1,73205
(1,73205)² = (1,73205) . (1,73205) = 2,9999972025
Yang mana diperoleh hasil pengkuadratan yang “sangat
dekat” atau “hampir sama” dengan 3.
c. Mencari nilai pendekatan √375,281
(19)² = 361 maka 19 dapat dipilih sebagai nilai hampiran.
Kemudian, 375,281 dibagi 19:
375,281 : 19 = 19,7516
Dan berikutnya dicari nilai rata-rata:
19+19,7516
= 19,3758
2

19,3758 dipakai sebagai nilai hampiran:

33
375,281 : 19,3758 = 19,3658
19,3758+19,3685
= 19,37215
2

Nilai pendekatan √375,281 adalah 19,37215.


Sebagai pemeriksaan ulang, kuadratkan 19,37215
(19,37215)² = 375,2802
Nilai yang diperoleh hampir sama dengan 375,281. Selain
dalam bentuk akar, contoh lain bilangan irasional adalah П.
Bilangan П ini dapat diperoleh dari hasil pembagian panjang
keliling suatu lungkaran dengan diameternya. Dalam
keperluan sehari-hari untuk perhitungan-perhitungan
tertentu, nilai pendekatan П yang dipilih, antara lain adalah
22
, (3,14), atau (3,1416). Ingat bahwa nilai П sesungguhnya
7

merupakan desimal yang tidak berakhir dan tidak berulang


(secara teratur). Bilangan irasional yang lain adalah bilangan
e, yang nilai pendekatannya adalah 2,71828 = 2,72.
1
Marilah dihitung ⌠1 + 𝑥 ⌡ˣ untuk berbagi nilai x.
1 1
Untuk x = 2, ⌠1+ 𝑥⌡ˣ = ⌠1 + 2⌡² = [1,5]² =2,25
1 1 3 64
Untuk x = 3, ⌠1 + 𝑥⌡ˣ = ⌠1 + 3⌡³ = ⌠4⌡³ = 27 ≈ 2,37

Perhatikan bahwa untuk nilai-nilai x yang semakin besar,


hasil yang diperoleh juga semakin besar, tetapi masih di
dalam interval (selang) 2 < x < 3.
Untuk nilai x yang cukup besar, nilai yang diperoleh akan
semakin dekat dengan, 2,72 dan hal ini biasanya ditulis
dengan:
𝑙𝑖𝑚 1 ˣ
(1 + 𝑥) e = ≈ 2,72
𝑥→~
Bilangan irasional yang lain dapat dikaitkain dengan
logaritma. Ambil log 2, misalkan x = log 2
x = log 2 ↔ 10ˣ = 2
1 1
x = 2 → 10ˣ = 102 = √10 ≈ 3,16

34
1 1 3
x = 3 → 10ˣ = 103 = √10 ≈ 2,15
1 1 4
x = 4 → 10ˣ = 104 = √10 ≈ 1,77
1 1
dari hitungan di atas tampak bahwa 4 < x < 3 atau 0,25 < x <

0,33
3
untuk x = 0,3 10ˣ = 10 = 1000 = √1000 ≈ 1,995 ini berarti
bahwa 0,30 < x < 0,333
tentu saja pencarian nilai x= log 2 dapat diteruskan sehingga
diperoleh nilai x yang semakin dekat dengan log 2 atau 10ˣ
semakin dekat dengan 2.
Di dalam daftar logaritma dengan empat desimal, nilai dari
x = 0,3010. Tentu saja nilai tersebut berubah jika dicari
dengan daftar logaritma lima desimal. Jika digunakan
kalkulator, nilai log 2 = 0,30103.
Jadi, sebetulnya log 2 menghasilkan bilangan desimal yang
tidak berakhir maupun tidak berulang teratur.
Bilangan-bilangan irasional selain log 2 adalah log 3, log 4,
log 5, log 45, log 257, dan seterusnya. Anda perlu hati-hati
karena tidak semua logaritma suatu bilangan akan
menghasilkan bilangan irasional, misalnya:
Log 1 = 0 log 0,1 = 1 ²log 8 = 3
Log 10 = 1 log 0,01 = -2 ³log 81 = 4

C. Mengajarkan bilangan rasional danirsional di SD


a. Memperkenalkan pecahan
Bilangan rasional pecahan pada dasarnya menyatakan sejumlah
bagian dari beberapa bagian yang sama. Untuk menyelenggarakan
kegiatan belajar sehingga siswa belajar dengan aktif dan memahami
bahan-bahan yang diberikan, Anda dapat memilih daerah-daerah
bangun geometris tertentu yang dapat dilipat-lipat atau dipotong-potong
menjadi beberapa bagian yang sama atau menggunakan sejumlah benda
(kelereng, manik-manik, mata uang) yang dianggap benar-benar sama.

35
1 1 1
1. Perkenalkan pecahan-pecahan , , , dengan menggunakan
2 4 8

daerah-daerah bangun geometri yang bisa dilipat-lipat atau


dipotong-potong sebagai berikut.

1 1 1
2 2 2

1 1 1
4 4 4

1
8

1 1 1
8 8 8

Cara lain yang dapat digunakan adalah memanfaatkan


butir-butir, benda, atau bangun-bangun yang sama.

1
1 kelereng dari 2 kelereng yang sama menyatakan 2

1
1 pensil dari 2 pensil yang sama menyatakan 2

1
1 mata uang dari 2 mata uang yang sama menyatakan
2

2. Perkenalkan pecahan-pecahan yang penyebutnya 2, 4 atau


8, dan pembilangnya bukan 1 (tetapi kurang dari penyebut).

36
3 5 5
4 8 8

Cara lain yang dapat digunakan adalah


memanfaatkan butir-butir, benda, bangun-bangun atau
pernik-pernik yang sama.

2 3 5
8 4 8

3. Kenalkan pecahan-pecahan yang pembilangnya 1 dan penyebutnya


selain 2, 4 atau 8.

1 1 1
6 3 5

4. Perkenalkan pecahan-pecahan yang pembilangnya bukan 1, tetapi


pembilang kurang dari penyebut, dan penyebutnya selain 2, 4, dan
8.

37
2 3
3 5

Tentu saja pengenalan pecahan ini dilengkapi dengan nilai-nilai


penyebut yang bervariasi. Usahakan berbagai contoh dengan
penyebut 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan dengan menggunakan
berbagai daerah bangun geometri. Akhirnya Anda perlu menyadari
bahwa benda manipulatif yang sangat cocok untuk menjelaskan
pengenalan bilangan rasional ini adalah potongan-potongan kertas
berbentuk persegi panjang dengan warna dan berbagai ukuran, serta
daerah satuan (misal berukuran 1 cm x 1 cm).

u f

a g

b h

c i

d j

e k

Jika Anda perhatikan maka bangun-bangun persegi panjang di atas


mempunyai lembar yang sama, dan panjang masing-masing berturut-turut

38
adalah 1 cm, 2 cm, 3 cm, 4 cm, 5 cm, 6 cm, 7 cm, 8 cm, 9 cm, 10 cm, 11
cm, 12 cm. Untuk mengganti warna, Anda dapat menggunakan berbagai
arsiran yang berbeda. Dengan berbagai manipulatif di atas, anda dapat
memperkenalkan berbagai pecahan dengan penyebut bilangan-bilangan
bulat 2, 3, …, 12, dan dengan berbagai pembilang. Siapkan pula potongan-
potongan persegi panjang seperti di atas tetapi diberi warna sebagai
sasaran pembanding. Jika potongan kertas/karton berwarna diganti bahan
kayu maka disebut Cuisenaire rods (batang-batang Cuisenaire).

b. Pecahan campuran
Dengan sedikit pengembangan, pecahan-pecahan campuran dapat
ditunjukkan dengan memilih atau menetapkan salah satu potongan sebagai
satuan. Model atau cara ini dapat memantapkan pemahaman siswa bahan
ukuran satuan dapat ditentukan atau dipilih sendiri.

Contoh 8.20.

a. Jika d digunakan sebagai ukuran satuan maka potongan-potongan yang


lain akan mempunyai nilai sebagai berikut.
1 7 2
u=5 f = 5 = 15

2 8 3
a=5 g = 5 = 15

3 9 4
b=5 h = 5 = 15

4 10
c=5 i= =2
5

11 1
d=1 j= =25
5

6 12 2
e=5 k= = 25
5

b. Jika f digunakan sebagi ukuran satuan maka nilai potongan adalah


sebagai berikut.

39
1 7
u=7 f=7=1

2 8 1
a=7 g=7=17

3 9 2
b=7 h=7=17

4 10 3
c=7 i= =17
7

5 11 4
d=7 j= =17
7

6 12 5
e=7 k= =17
7

c. Beberapa pengembangan yang lain dapat anda lakukan antara lain


sebagai berikut.
c.1

c
a a
1
a adalah 2 dari c

c.2
d
c c
1
c bukan 2 dari d

c.3
I
b B B
1
b bukan 3 dari i

c.4

40
g C
e E
1
e adalah 2 dari ( g dan c)

c.5
d G a
c c C
1
c bukan 3 dari (d dan g dan a)

c.6
e I
c c C c
1
c adalah 4 dari (e dan i)

Untuk pecahan-pecahan yang pembilangnya bukan 1, perhatikan


contoh-contoh berikut.

a.
E
a a A
a A
1
dari e = a
3
2
dari e = 2a
3

b.
K
b b B b
b b B
1
dari k = b
4
3
dari k = 3b
4

41
c. Pecahan sama

Anda tentu sudah memahami betul bahwa suatu pecahan mempuyai


1 2 3 4 5 6
banyak nama. Nama-nama lain dari 2 , adalah 4 , 6 , 8 , 10 , 10 ,…, merupakan

pecahan-pecahan yang nilainya sama dan disebut dengan pecahan-pecahan


ekuivalen ini. Mereka perlu diajak berpikir kreatif untuk mengubah atau
mengganti lambang bilangan tertentu dengan lambang-lambang lain di
dalam kelas ekuivalennya.

Contoh 8.21.

a.

G
C C
A A A a
U u u U U u u u
1 4
dari g = u dari g = 4u
8 8

1 2
dari g = a dari g = 4u
4 4

1 1
dari g = c dari g = 4u
2 2

1 2 4
Karena c = 2a = 4u maka 2 , 4 , dan 8 , menyatakan panjang sama sehingga
1 2 4 𝑐
dikatakan: 2 = 4 = 8 = 𝑔

b.

k
E e
B B b b
a a a a a a
U u U u U u u u u u u u
1 6
dari k = u dari k = 6u = e
12 12

42
1 3
dari k = a dari k = 3a = e
6 6

1 2
dari k = b dari k = 2b = e
4 4

1
dari k = e
2

Karena e = 3a = 6u maka dapat dikatakan bahwa:

1 2 3 4 6 𝑒
= 4 = 6 = 8 = 12 = 𝑘
2

d. Menjumlahkan dan mengurangkan pecahan


Untuk dapat memberikan penjelasan yang sebaik-baiknya kepada siswa,
anda harus memahami dengan ungguh- sungguh ke arah mana siswa akan
dibawa. Jika mereka akan di bawa untuk memahami jumlah
1 1 1 1
𝑑𝑎𝑛 2 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑎𝑛 maka cara yang terbaik adalah menggunakan
3 3 6
ukuran a,b dan e serta di bantu e .

1
e b = 2 𝑑𝑎𝑛 𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑒 = 2𝑏

1
a= 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑒 = 3𝑎
3

1
u =6 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏 = 3𝑢

1
u = 3 dari b atau b = 2u

1
b =2 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎 = 2𝑢

b + a =5u maka dapat di tentukan bahwa


1 1 1
[2] 𝑑𝑎𝑟𝑖 + [3 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒] = 5 [ 6 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒]

1 1 5
+ =
2 3 6
A + u = 3u maka dapat di tentukan bahwa
1 1 1
[ 2 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒] + [6 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒] = 3 [6 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑢]

1 1 3
+ = (𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 3𝑢 = 𝑏)
3 6 6

43
b + u = 4u maka dapat di tentukan bahwa
1 1 1
[2 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒]+ [6 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒] = 4 [6 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒]

1 1 4 2
+ = = (𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 2𝑢 = 2)
2 6 6 3
Anda dapat mengembangkan dengan model – model yang lain. Jika anda dapat
menjelaskan yang melibatkan per duaan ,per limaan, dan per sepuluhan maka
gunakan ukuran a, d, i dan jangan lupa u

Jika anda akan menjelaskan jumlah yangmelibatkan per duaan, per duaan,
per tigaan,per enaman dan perduabelasan maka gunakan ukuran a,b,c,e,k dan
jangan lupa u. Tentu saja per delapan (ukuran g ) juga dapat di temukan antara
lain :

1 1
+ =
12 2
1 1
+ =
12 3
1 1
+ =
6 3
1 1
+ =
2 6
1 1
+ =
6 12
1 1
+ =
4 3
1 1
+ =
12 4
1 1
+ =
2 12
Sekitarnya dapat di sederhanakan, usahakan asli yang di peroleh di ubah menjadi
pecahan sederhana .

Cara lain yang dapat di tempuh adalah menggabungkan ukuran – ukuran


1 1
yang di gunakan dalam satu keadaan . misalnya, jumlah 2 𝑑𝑎𝑛 di tunjukan
6
dengan menggunakan kelipatan persekutuan terkecil ( KpK) dari penyebut, yaitu
kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari penyebut yaitu kelipatan persekutuan
(KPK) 2 dan 3.2

44
A A A
B B
E
→2

→3

→ 6 (𝐾𝑃𝐾)

Pengurangan di lakukan serupa dengan penjumlahan. Misalkan, anda ingin


mencari
3 2
𝑑𝑖 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑑𝑖 𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟𝑖
4 3

Kpk dari 3 dan 4.

C c C
B b b B
K
→3

→4

→ 12 (𝐾𝑃𝐾)

1 3.2 2 2.4 3 2 9 8 1
= = 𝑑𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑘𝑎 − − = =
4 4.3 3 3.4 4 3 12 12 12
e. Mengalikan dan membagi pecahan
Pada tahap awal, untuk mengalikan dua pecahan, misalnya
2 2
perkalian 4 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 3 , anda da[atmenggunakan benda – benda
menipulatif yang tersedia,yaitu dengan langkah –langkah sebagai
berikut.
1. Menentukan perkalian pembilang
a. Ambil ukuran b, letakan mendatar.
b. Ambil ukuran a, letakan tegak di atas b.yang lain sehingga
terbentuk bangun persegi panjang
c. Lengkapilah dengan ukuran b, yang sehingga bersisisran
memanjang sehingga di tentukan ukuran panjangnya dengan
ukuran u.

B
1.1

45
b
1.2

A A

B
1.3

B b
1.4

2. menentukan perkalian penyebut


a. ambil ukuran c letakan mendatar
b. ambil ukuran b, letakan tegak di atas c
c. lengkapilah dengan ukuran c, dan letakan bersiiran memanjang
sehingga dapat di tentukan ukuran panjangnya dengan
menggunakan u.
d. ambil semua ukuran c dan letakan bersisiran memanjang sehingga
dapat di tentukan ukuran panjangdengan menggunakan u.

3. menbandingkan Perkalian Pembilang dan perkalian penyebut

B B
C C C

4. Menentukan Hasil Perkalian


3 2 𝑒 6 3.2
𝑥 = 𝑥 =
4 3 𝑥 12 4.3
Peragaan di atas di lakukan berulang – ulang dengan paangan
pecahan yang berbedasetelah parasiiwa mengenal cukup baik dan
terampil melakukan perkalian dengan alat bantu di atas kemudaian di
ajakmenggunakan carayang lebih singkat tanpa menggunakan alat
bantu.

Contoh :
4 2
Mencari 5 𝑥 3 dengan empat langkah berikut

46
4

Dari langkah 4 dapatdi ketahuibahwaada 8 daerah bersisir rangkap


dari 15 daerah yang tersedia sehingga

4 2 4
𝑥 =
5 5 15
6 3
Mencari 5 𝑥 4 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑢𝑡

Daripatdi ketahui bahwa langkah 2 dapat di ketahui bahwa tersedia 20 daerah,


dan dari langkah 4 ada 18 daerah yang berarsir rangkap sehingga.

47
6 3 18
𝑥 =
5 4 20
Ulanglah kegiatan serupa berulang –ulang sehingga para iswa terampil
menggunakan cara- ara tersebut di atas dalam mengalikan pecahan padaakhir
pelajaran, para siswa memahami dengan benar bahwa
𝑎 𝑐 𝑎𝑐
𝑥 =
𝑏 𝑑 𝑏𝑑
Untuk operasi pembagian, sebaiknya anda mengajarkan kepadasiswa melalui
tahap pembagian dengan nkemudian penggunaan invres perkalian ( kebalikan)
dan menggunakan kaidah perkalian terhadap pembilangan penyebut tahap
tersebut secara singkat dapat di jelaskan sebagai berikut

1. Jika ada 12 bagian yang sama untuk di berikan kepada 3 orang sehingga
masing – masing orang menerima bagian yang sama maka setiap orang
akan menerima 4 bagian.pernyataan matemati proses ini adalah
12
12 : 3 =4
3
2. Jika ada 12 bagian yang sama untuk di berikan kepada seeorang itu akan
menerima 12 bagian pernyataan matematis proses ini adalah
12
12 : 3 1 = 12
1
3. Jika ada 3 bagian untuk di berikan kepada seseorang maka jelas orang itu
menerima semua bagian yang tersedia pernyataan matematis proses ini
adalah
3 4 3
∶11=
4 4
3 4 3 4 12
4. Kebalikan dari 4 adalah 3 sebab 4. 3 =12 = 1
5. Dengan kaidah perkalian
𝑎 𝑎𝑐
=
𝑏 𝑏𝑐
𝑎 𝑐 𝑏 𝑏 𝑐 𝑎𝑑 𝑎 𝑑
: = =𝑐=𝑑= = 𝑏.𝑐
𝑏 𝑑 𝑐 𝑏𝑐

Sehingga dapat di cari bahwa


5 6 6 4 6.3 54 54
∶ 3=3 = = 6.3 = 6 3
6 4 1
Pada akhir kegiatan setelahsiswa mempunyai cukup pengalaman berlatih,
di harapkan siswa dapat memahami sebaik- baiknya berikut
𝑎 𝑐 𝑏 𝑎 𝑑
∶ = = .
𝑏 𝑑 𝑐 𝑏 𝑐

f. Mengerjakan bilangan irasional

48
Bilangan irasional memang perlu di perkenalkankepada siswa SD sejak
awal sehingga wawasan mkereka lebih luas dan mendalam. Sebagai bahan
pertama, bilangan iraional akan di berikan melalui model pendekatan.

Bilangan irasional √2 𝑑𝑖 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 r sehingga r =


2 dalam hal ini, siswa di minta untuk mencoba menemukan nilai r sehingga rxr
=2 ada baiknya anda mengarahkan mereka untuk memperoleh pendekatan
terbaik untuk satu tempat desimal dua tempat desimal dan tiga tempat
desimal.beberapa bilangan akar yang dapatdi beriakn dalah √3, √5, √7 𝑑𝑎𝑛√10

Usahakan mereka memahami bahwa proses mencari nilai pendekatan


bilangan akar yang irasional, dapat di kerjakan terus menerus samapai berapa
tempat desimal yang di inginkan. Nilai hasil pendekatan juga –perlu di minta
untuk di amati sehingga siswa mengerti bawa tidak ada pola berulang teratur dari
lambang bilangan dan pendekatan.

Selanjutnya siswa di ajak brfikir untuk mampu membedakan bilangan


rasional dan irasional dengan menggunakan contoh – contoh pengubahan
pecahan menjadi desimal berakhir atau desimal berulang ( teratur) mereka
akhirnya tahu bahwa pengubahan initidak terjadi pada irasional.

Untuk melengkapi penjelaan tentangbilangan irasioanl siswa perlu tahu


bilangan irasioanl selain yangmempunyai bentuk akar, misalnya bilangan n.
Bilangan n ini dapat di cari melalui kegiatan pengukuran panjang keliling
lingkaran di bagi panjang diameter. Dengan berbagai ukuran lingkaran, siswa di
minta melakukan sehinggamereka mempunayi pengalaman menemukan
bilangan n dan yakin bahwa biangan n itu ada.

49
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam disiplin ilmu matematika bilangan dapat dibagi
menjadi dua sekup besar yaitu bilangan rasional dan bilangan irasional.
Bilangan rasional di dalamnya mencakub bilangan-bilangan lain seperti:
bilangan bulat, bilangan asli, bilangan cacah, bilangan prima dan bilangan-
bilangan lain yang menjadi subset dari bilangan rasional.
B. Penutup
Demikian tadi makalah yang dapat kami buat. Kami menyadari bahwa
makalah tersebut pasti masih jauh dari sempurna . Maka dari itu kritik dan
saran yang membagun dari para pembaca selalu kami nantikan demi
terwujudnya makalah yang lebih baik

50
DAFTAR PUSTAKA

Karso, dkk. 2007. Pendidikan Matematika 1, Cetakan. Kesatu, Jakarta: Universitas


terbuka
http://fauzinsblog.blogspot.co.id/2011/03/bilangan-rasional-dan-irasional-
makalah.html

51

Anda mungkin juga menyukai