Disusun oleh :
Kelompok 7 (IV B)
Jihan Safaturrahmah 2227160031
Nurkholisoh Agustiani 2227160064
Yuli Yulianti 2227160075
Siska Aprillian 2227160101
Ani Khoirunnisa 2227160102
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Bilangan
Rasional dan Irasional” ini dengan lancar.
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Matematika SD Kelas Tinggi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kategori sempurna, karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang di
miliki oleh kami sebagai penyusun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penyusun umumnya bagi
kita semua, Amin.
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
A. Simpulan ............................................................................................. 50
B. Penutup ................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang isi
muatannya berkaitan dengan hitung menghitung. Matematika juga
merupakan salah satu ilmu yang universal dan menjadi dasar bagi
pengembangan ilmu pengetahuan lainnya. Sebagai ilmu yang universal,
matematika mendapatkan tempat yang strategis dalam struktur kurikulum
pendidikan ditanah air, utamanya pada pendidikan dasar dan menengah,
yakni sebagai mata pelajaran wajib dalam kelompok mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (PP 19 tahun 2005, pasal 7 ayat 4). Sebagai
mata pelajaran dalam rumpun tersebut, mata pelajaran matematika bagi
peserta didik pada jenjang pendidikan dasar berguna untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis
dan kreatif serta kemampuan bekerjasama .
Keadaan ini menuntut setiap orang baik itu anak-anak ataupun
dewasa hingga tua sekalipun harus teliti dalam berhitung. Tujuannya adalah
agar tidak terjadi kesalahan dalam proses menghitung yang berakibat fatal.
Orang yang mahir matematika bukan berarti karena kebetulan. Untuk
menguasai materi matematika di syaratkan mengetahui dan menguasai
kajian dasarnya. Selanjutnya dia sering berlatih dengan soal-soal yang
berkaitan dengan apa yang sedang di pelajarinya. Sehingga dia bisa
menguasai secara benar teori, konsep dan penerapannya untuk mempelajari
salah satu disiplin ilmu ini. Oleh karena itu untuk memenuhi tuntutan
tersebut, dalam makalah ini di cantumkan uraian singkat tentang bilangan
rasional dan bilangan irasional.
B. Rumusan Masalah
Dalam Makalah ini, masalah yang akan dibahas adalah :
1. Bagaimana bilangan rasional dan sifat-sifatya ?
2. Bagaimana bilangan irasional dan sifat-sifatnya ?
3. Bagaimana cara mengajarkan bilangan rasional dan irasional di SD ?
4
C. Tujuan
Dalam makalah ini, tujuan yang akan dicapai adalah :
1. Mengetahui bilangan rasional dan sifatnya
2. Mengetahui bilangan irasional dan sifatnya
3. Mengetahui cara mengajarkan bilan rasional dan irasionnal di SD
5
BAB II
ISI
A. Bilangan Rasional dan Sifatnya
a. Pengertian bilangan rasional
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dengan
a
perbandingan (rasio) , yang mana a adalah bilangan bulat, b adalah
b
Contoh :
12
a) 12 : 3 mempunyai hasil bagi bilangan rasional 3
12
12 = 3 . 4 maka =4
3
6
c) Bilangan-bilangan rasional
2 2 2
1 5 dapat dinyatakan sebagai 1 5 = 1 + 5
16 1 1
dapat dinyatakan sebagai 5 3 = 5 + 3
3
20 2 2
dapat dnyatakan sebagi 3 6 = 3 + 6
3
2 1 2
d) Bilangan-bilangan rasional 1 5 , 5 3 , 3 6 masing-masing memuat
hanya jika ad = bc
Contoh :
3 9
a) = sebab 3 . 12 = 4 . 9 = 36
4 12
c −60
b) = −20 sebab 15 (-20) = 5 (-60) = -300
d
4 6
c) ≠ 10 sebab 4 (10) ≠ 7 (6) atau 40 ≠ 42
7
Dalil :
Bukti :
(ingat a, b, c, d ∈ I, b ≠ 0, d ≠ 0).
a c
= (diketahui) maka sesuai dengan definisi, berlaku ad = bc.
b d
7
Relasi sama dengan di dalam himpunan bilangan bulat bersifat
simetris maka ad = bc berakibat bc = ad.
Perkalian bilangan bulat bersifa komutatif maka bc = da berakibat
cb = da.
c a
cb = da maka d = , jadi relasi sama dengan bersifat simetris.
b
a c
= → ad = bc
b d
c e
= → cf = de
d f
−4 −3 −2 −1 1 2 3 4
{… , , , , , , , , ,…}
−8 −6 −4 −2 2 4 6 8
8
1 −4 −2 3 4
Sehingga nama-nama lain dari 2 , antara lain adalah , , ,
−8 −4 6 8
Dalil :
a ac
Jika a, b, c, ∈ I, b ≠ 0 dan c ≠ 0, maka b = bc
Bukti :
a ac
Harus dibuktikan bahwa b = bc , berarti harus dibuktikan bahwa
a (bc) = b (ac)
a(bc) = (bc)a (sifat komutatif)
a(bc) = b(ca) (sifat asosiatif)
9
a(bc) = b(ac) (sifat asosiatif)
contoh :
3
a) Ambil bilangan rasional dan bilangan bulat 5 maka dapat
4
ditentukan bahwa:
3 3.5
=
4 4.5
3 15
= (perhatikan bahwa 3.20 = 4.15 = 60)
4 20
2
b) Ambil bilangan rasional 5 dan bilangan-bilangan bulat 2, 3, 4, dan 5
10
pembilang dan penyebut adalah 1 atau sering dikatakan pembilang
relatif prima dengan penyebut.
Definisi :
Contoh :
2
a) Bilangan rasional adalah sederhana sebab faktor persekutuan
5
11
3 2 17
c) Jumlah 4 + = 12
3
3 3.3 9
= =
4 4.3 12
2 2.4 8
= =
3 3.4 12
3 2 9 8 17 3.3 + 2.4
+ = + = =
4 3 12 12 12 4.3
Contoh :
5 4 5.7+6.4 35+24 59
a) + = = = 42
6 7 6.7 42
4 −3 4.5+3(−3) 20−9 11
b) + = = = 15
3 5 3.5 15
1 3 1 3 3 1 4 3
c) 3 2 + 4 5 = (3 + 2) + (4 + 5) = (1 + 2) + (1 + 5)
𝟕 𝟐𝟑
=𝟐+ 𝟓
𝟕.𝟓+𝟐.𝟐𝟑 𝟑𝟓+𝟒𝟔 𝟑𝟎 + 𝟒𝟎 + 𝟓 + 𝟔
= = =
𝟐.𝟓 𝟏𝟎 𝟏𝟎
1 1
= 8 + 10 = 810
12
Dari contoh-contoh di atas dapat dketahui bahwa
penjumlahan bilangan nasional dilakukan dengan jalan
menyamakan penyebut. Penyamaan penyebut dikerjakan dengan
mengalikan penyebut-penyebut bilangan rasional yang dijumlahkan.
Cara ini adalah cara yang mudah untuk mencari jumlah dua bilangan
rasional.
5 3
a) Carilah: 6 + 4
Jawab :
Cara 1
5 3 5.4+4.3 20+18 38
+ = = =
6 4 6.4 24 24
Cara 2
Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 6 dan 4 adalah 2, berarti
6 dan 4 tidak relatif prima. Kelipatan persekutuan terkecil (KPK)
dari 6 dan 4 adalah 12. Berarti penyebut untuk penyamaan
adalah 12.
5 3 5.2 3.3
+ = +
6 4 6.2 4.3
10 9
= 12 + 12
19
= 12
5 7
a) Carilah: 6 + 9
Jawab:
Cara 1
5 7 5.9+6.7 45+42 87
+ = = = 54
6 9 6.9 54
13
Cara 2
FPB 6 dan 9 adalah 3, berarti 6 tidak relatif prima 9.
KPK 6 dan 9 adalah 18, berarti penyebut yang disamakan adalah
18.
5 7 5.3 7.2
+ = +
6 9 6.3 9.2
15 14
= 18 + 18
29
= 18
Definisi :
p r p−r
a) − =
I I I
p r p−r
b) − =
q q q
p r ps − qr
c) − =
q s qs
Contoh :
14
perhatikan prinsip dasar yang digunakan dalam perkalian bilangan
rasional.
3 4
1) .
1 1
3 4 3 4
3 dan 4, serta 3 x 4 = 12 maka . 12 berati juga
1 1 1 1
3 4 12 3x 4 3.4
. 12,
1 1 1 1 1.1
2 3
2) Perkalian .
3 4
2 3
menyatakan 2 bagian dari 3 yang sama, dan menyatakan 3
3 4
2 3
baian dari 4 bagian yang sama maka . dapat di peragakan sebagai
3 4
berikut.
2
Untuk menyatakan arsilah 2 bagian dari 3 bagian yang sama
3
setelah arah mendatar dibagi 3 sama.
3
Untuk menyatakan , arsilah 3 bagian dari 4 bagian yang sama setelah arah
4
melebar dibagi 4 sama.
2 3
Hasil kali dengan dinyakan sebagai daerah persekutuan dari daerah
3 4
2 3
arsiran dan daerah arsiran ; setelah anda amati, tampak bahwa terdapat
3 4
6 bagian dari 12 bagian yang sama sehingga:
15
2 3 6
.
3 4 12
2 3 2 .3
.
3 4 3 .4
Definisi 8.6
p r p.q
a. .
1 1 1
p r p.r
b. .
q s q.s
Contoh
3 5 3.5 15
.
1) 8 7 8.7 56
4 3 (4).3 12
.
2) 9 5 9.5 45
Definis 8.7
p r p r
Jika , Q, maka dibagi , di tunjukkan dengan:
q s q s
p r p r t r t p
. atau / adalah sama dengan Q jika dan hanya jika .
q s q s u s u q
Contoh
3 5 21 5 21 105 3 35 3
a) : sebab . .
4 7 20 7 20 140 4 35 4
16
7 9 91 9 91 819 7 117 7
b) : sebab . .
5 13 45 13 45 585 5 117 5
2 5 12 5 12 60 2.30 2 2(1) 2
c) : sebab .
3 5 15 6 15 90 3.30 3 3(1) 3
p r r p r p r
Jika , Q dan 0, maka : .
q s s q s q s
p r t
Bukti: misalkan :
q s u
p r p r p p t
Harus dibuktikan bahwa : . berarti :
q s q s q q u
p r t p r t
: :
q s u q s u
p r r t s t r s t r s
: , . . . .
q s s u r u s r u s r
t r.s t r.s t t
. . .1
u s.r u s.r u u
p r p s t p r p s
. dan . .maka . .
q s q r u q s q r
Contoh:
4 3 4 3 4.2 8
1) : .
5 2 5 2 5.3 15
3 2 3 3 3.3 9
2) : .
4 3 4 2 4.(2) 8
17
1) Sifat Ketertutupan ( closure Property)
p r
Jika dan dan adalah sebarang unsur Q maka:
q s
p r p r
Qdan . Q
q s q s
2) Sifat Komutatif
p r
Jika dan adalah sebarang unsur Q maka:
q s
p r r p p r r p
dan . .
q s s q q s s q
3) Sufat Asosiatif
p r t
Jika , dan adalah sebarang unsur Q maka:
q s u
p r t p r t p r t p r t
x dan x . .
q s u q s u q s u q s u
4) Sifat Identitas
p
Untuk sebarang Q ada suatu 0 Q dan 1 Q yang
q
masing-masing adalah tunggal sehingga:
p p p
0 0
q q q
p p p
.1 1.
q q q
5) Sifat Inverse
18
p
Untuk sebarang Q ada x Q dan y Q yang masing-
q
masing adalah tunggal sehingga:
p p
x x 0
q q
p p
. y y. 1
q q
p
x disebut inverse penjumlahan (lawan) dari , ditulis dengan
q
p
x
q
p
y disebut inverse perkalian (kebalikan) dari , ditulis dengan
q
1 q
y
p/q p
p r t
Jika , dan adalah sebarang unsur Q maka
q s u
p r t p r p t
. . .
q s u q s q u
2 6 6 2
Jika x, makax
3 7 7 3
3 3 3 3
Jika y , makay
4 5 4 5
19
7 5 7 5
Jika .z , maka z
9 7 9 7
2 2 3
Jika t . . , maka t = 3/5
3 3 5
2 5 2 5 1
Jika x , maka x = 1/2
3 6 3 6 2
3 4 3 1 4
Jika y , maka y = 1/4
2 5 2 4 5
1 2 1 2
Jika z 5, maka z =5
2 3 2 3
1 5 1 5
Jika t. . 6 maka t = 6
2 3 2 3
3 3 3 3
adalah lawan sebab 0
5 5 5 5
1 7 7 1 7 7
lawan dari 2 adalah 2 sebab 0
3 3 3 3 3 3
lawan dari :
2 22 22 2 22 22
4 adalah 4 sebab 0
5 5 5 5 5 5
1 1
d) Kebalikan 2 adalah sebab 2.
2 2
2 3 2 3
Kebalikan adalah sebab . 1
3 2 3 2
20
4 19 5 19 5
Kebalikan 3 adalah sebab x 1
5 5 19 5 19
2 8 3 8 3
Kebalikan 2 adalah sebab . 1
3 3 8 3 8
Definisi 8.8
Suatu grup adalah suatu himpunan dengan satu oprasi tertentu yang
memenuhi sifat ketertutupan, asosiatif, identitas dan inverse.
Sistem(strukutura0 matematika yang terdiri dari himpunan G dan operasi*
ditulis dengan (G*). stuktur (G*) Adalah grup jika * memenuhi sifat
ketertutupan, asosiatif, identitas, dan invers. Jika (G,*) adalah grup dan *
bersifat komutatif maka (G,*) Disebut grup komutatif.
Contoh:
2 2
,0,
3) B= 3 3 adalah bukan grup mengapa?
B,
(C,x) adalah grup. Mengapa? Apa inverse -1? apa inverse 1?
3 4
4) D= , ,1 (D,x) adalah bukan grup.
4 3
21
g. Bilangan rasional desimal
Ada banyak lambang yang dapat digunakan untuk memberi nama
bilangan, tetapi setiap lambang hanya mewakili sebuah bilangan. Lambnag
bilangan yang banyak digunakan sampai sekarang adalah lambang romawi
dan lambang Hindu-Arab. Lambang Romawi tidak menganut nilai tempat,
sedangankan Hindu-Arab menganut nilai tempat artinya nilai bilangan yang
lambangnya sama adalah berbeda karena perbedaan tempat(posisi) di dalam
lambng bilangnnya.
Bilangan 22222 mempunyai lima lambang dua nilainya berebda satu dengan
yang lain.
3
Tempat ke-2, 2 bernilai 2000 = 2x10
Contoh
22
1) Bilangan rasional per sepuluhan mempunyai satu angka desimal setelah
koma
3 5
0,3 0,5
10 10
28 32 2
2,8 2 3,2
10 10 10
35 123 23
0,35 1 1,23
100 100 100
27 234 34
0,27 2 2,34
100 100 100
69 5678 78
0,69 56 56,78
100 100 100
Jika penyebut dapat diubah menjadi 10, 100, 1000, .... maka
pecahan rasional diubah menjadi per sepuluhan, perseratusan,
perseribuan, .... atau dilakukan pembagian biasa.
Jika penyebut tidak dapat diubah menjadi 10, 100, 100, .. maka
pembilang dibagi penyebut dengancara biasa.
Contoh
23
2 2.2 4
a. 0,4
5 5.2 10
13 13.4 52
0,52
25 25.4 100
3 3.125 375
0,375
8 8.125 1000
6
b. dibagi sebagai berikut
25
0,24
6
25 6,00 0,24
25
5,0
100
100
0
5
dicari sebagai berikut:
8
0,625
5
8 5,000 0,625
8
48
20
16
40
40
0
6
Dari contoh-contoh diatas, contoh b menghasilkan sisa nol sehingga = 0,24
25
5
dan = 0,625. proses pembagiannya berakhir maka desimal-desimal 0,24 dan
8
0,625 ditulis mempunyai akhir sehingga disebut desimal berakhir. Ternyata
setiap bilangan rasional pecahan mempunyai bentuk desimal berakhir atau
berulang. Jika bilangan rasioanl pecah dapat mempunyai bentuk desimal
24
berakhir atau desimal berulang maka bagaiman konversa? Bahwa desimal
berakhir dan desimal berulang dapat dinyatakan dengan bentuk perbandingan
a/b, dengan a dab b bilangan-bilangan bulat dan b= 0
1
10 k =
10 k
1
10 1 ;10 2 = 1/10 2 = 1/100;10 3 = 1/10 3 = 1/1000 dan seterusnya
10
Contoh
1 1 1
2 x 3x 4x
10 100 1000
1. 0,234= 2.100 3.10 4
10.100 100.10 1000
200 30 4
1000 1000 1000
234
1000
2 22147
0,2 = ; 2,2147
10 10000
25
23
0,23 ;
100
3592375
35,92375
100000
357
0,357
1000
2. mengubah n = 0,6666.....
10n= 6,6666...
n= 0,6666..........
9n= 6
6
n=
9
2
n=
3
3. mengubah n= 0, 727272
100n= 72,727272.....
n= 0,727272.......
99n=72
72 8.9 8
n= mengubah bentuk bilangan
99 11.9 11
4. Mengubah n= 7,624624
1000n= 7624,624624
26
n= 7,624624....
999n=7617
2539
n=7617 =
333
999
3² = 9
4² = 16
5² = 25
9 + 16 = 25
3² + 4² = 5²
27
Meskipun temuan pythagoras pada awalnya sangat sederhana, tetapi telah
membawa revolusi ide-ide di dalam matematika, yaitu munculnya
tantangan-tantangan baru.
Misalnya, untuk a = 1 dan b = 1 maka sesuai dengan Dalil Pythagoras:
a² + b² = c²
1² + 1² = c²
2 = c²
Jika suatu bilangan yang nilainya kuadratnya adalah 2 ditunjukkan
dengan √2 maka dapat ditentukan bahwa c = √2 dari keadaan ini, kemudian
orang mencoba-coba mencari nilai c yang mana jika dikalikan dengan
dirinya sendiri menghasilkan 2.
7 7 7
c = → c.c = ∙
5 5 5
49 49 . 4
c² = 25 = 25 . 4
c² = 1,196
499849 499849 . 4
c² = 250000 ∙ 250000 . 4
1999396
c² = 1000000
c² = 1,999396
28
1,4 < c < 1,5
Jika interval 1,4 < c < 1,5 dipersempit dalam per seratusan maka
dapat diketahui bahwa (1,4)² = 1,9881 < 2 dan (1,42)² = 2,0164 > 2 sehingga
nilai c berada di antara:
1,41 dan 1,42
Jika proses serupa diteruskan maka dapat diperoleh:
1,414 < c < 1,415
1,4142 < c < 1,4143
Meskipun kerja di atas diteruskan maka tidak akan pernah diperoleh
bilangan c yang sesungguhnya sedemikian hingga c² = 2. Nilai-nilai yang
diperoleh sekedar nilai pendekatan. Dari proses di atas juga dapat diketahui
bahwa bilangan desimal yang diperoleh tidak berakhir dan tidak berulang
(teratur). Keadaan ini menunjukkan bahwa ada bilangan yang tidak
dinyatakan sebagai bilangan desimal berakhir maupun desimal berulang.
Artinya ada bilangan yang bukan bilangan rasional.
Definisi
Suatu bilangan yang tidak rasional disebut bilangan irasional.
Bilangan irasional tidak dapat dinyatakan sebagai desimal berakhir atau
desimal berulang.
Contoh
a. Buktikan:
1) Kuadrat suatu bilangan genap adalah bilangan genap;
2) Kuadrat suatu bilangan gasal (ganjil) adalah bilangan gasal;
3) Jika a ϵ I dan a² adalah genap maka a adalah genap.
Bukti:
1) Sebarang bilangan bulat genap dapat dinyatakan dengan 2k
dengan k ϵ I (2k)² = 4k² = 2.2k² = 2 (2k)² = 2t, dengan t ϵ I.
Jadi, (2k)² adalah bilangan genap. Dengan kata lain, kuadrat
suatu bilangan genap adalah bilangan genap.
29
2) Sebarang bilangan bulat gasal dapat dinyatakan dengan 2k + 1
dengan k ϵ I
(2k + 1)² = 4k² + 4k + 1= 2(2k² + 2k) + 1 =2r + 1 (r = 2k² + 2k ϵ
I) jadi, (2k + 1)² adalah bilangan gasal. Dengan kata lain, kuadrat
suatu bilangan gasal adalah bilangan gasal.
3) Misalkan, a ϵ I adalah bilangan gasal maka sesuai hasil (b), a
adalah genap maka terjadi kontradiksi. Jadi, a adalah bilangan
genap.
4)
b. Buktikan: √2 adalah bilangan irasional
Bukti:
Misalkan √2 adalah bilangan rasional, berarti ada pecahan sederhana
sehingga:
𝑎
= √2
𝑏
a = b √2
a² = 2b² √2
30
𝑎
mempunyai faktor persekutuan 2, dengan kata lain bukan pecahan
𝑏
sederhana.
𝑎
Diketahui adalah pecahan sederhana maka dapat ditentukan bahwa
𝑏
𝑎² = 3b²
Angka terakhir dari lambang bilangan a kemungkinannya adalah 0, 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, berarti angka terakhir dari lambang bilangan a²
kemungkinannya adalah 0, 1, 4, 5, 6, 9, sehingga angka terakhir lambang
bilangan 3b² adalah 0, 2, 3, 5, 7, 8.
a² = 3b² maka angka terakhir dari lambang bilangan a² dan 3b² adalah
sama sehingga kemungkinannya adalah 0 atau 5
jika a² berakhir dengan angka 0 maka a juga berakhir dengan angka
0.
Jika 3b² berakhir dengan angka 0 maka b² berakhir dengan angka 0 dan
akibatnya b juga berakhir dengan angka 0. a dan b keduanya berakhir
𝑎
dengan angka nol berarti 𝑏 dapat disederhanakan (bertentangan dengan
yang diketahui).
Jika a² berakhir dengan angka 5 maka a juga berakhir dengan angka
5.
Jika 3b² berakhir dengan angka 5 maka b² berakhir dengan angka 5
sehingga akibatnya b juga berakhir dengan angka 5.
𝑎
a dan b keduanya berakhir dengan angka 5 berarti dapat
𝑏
31
√3 adalah bilangan rasional menghasilkan kontradiksi. Jadi, √3
adalah bilangan irasional.
Ada istilah yang salah dan sering dipakai, yaitu bilangan irasional
disebut bilangan tak terukur. Sesungguhnya jika bilangan irasional
ini diperoleh dari suatu hasil pengukuran, misalnya mengukur
panjang sesuatu maka ukuran yang dicari dapat di wujudkan sebagai
panjang suatu ruas garis. Perhatikan bagaimana √2 satuan, √3
satuan, √4 satuan, √5 satuan, √6 satuan, √7 satuan, √8 satuan dapat
“diukur”.
Selanjutnya, dengan menggunakan penggaris dan atau jangka,
kombinasi dari penjumlahan ukuran panjang dapat dilakukan.
misalnya, √2 + √2 + √2 = 3√2 satuan, (3 + √2) satuan, dan (√2 +
√5) satuan dapat ditunjukkan sebagai berikut.
Namun demikian, bilangan irasional dapat dipakai untuk
menyatakan suatu ukuran, banyak orang “belum puas” jika tidak
dapat melihat nilainya. Untuk mendapatkan atau menunjukkan nilai
bilangan irasional, digunakan suatu cara yang disebut metode rata-
rata sehingga menghasilkan nilai pendekatan. Langkah-langkah
yang perlu dilakukan untuk mencari nilai pendekatan bilangan
irasional dengan bentuk akar adalah berikut ini.
a. Menentukan hampiran dari nilai pendekatan, biasanya dipilih
yang nilainya lebih kecil dari nilai bilangannya.
b. Mencari hasil bagi bilangan yang di akar dengan bilangan
hampiran, dengan angka desimal sesuai dengan keinginan.
c. Mencari nilai rata-rata bilangan hampiran dengan bilangan hasil
bagi, sebutlah dengan bilangan pendekatan pertama.
d. Mengulang langkah b dan langkah c untuk memperoleh nilai
pendekatan yang lebih baik.
Contoh
a. Mencari nilai pendekatan √2
(1,4)² = 1,96 maka 1,4 dapat dipilih sebagai nilai hampiran.
Kemudian, 2 (bilangan yang diakar), dibagi dengan 1,4:
32
2 : 1,4 = 1,4268
1,4+1,4286
Selanjutnya mencari nilai rata-rata: = 1,4143
2
33
375,281 : 19,3758 = 19,3658
19,3758+19,3685
= 19,37215
2
34
1 1 3
x = 3 → 10ˣ = 103 = √10 ≈ 2,15
1 1 4
x = 4 → 10ˣ = 104 = √10 ≈ 1,77
1 1
dari hitungan di atas tampak bahwa 4 < x < 3 atau 0,25 < x <
0,33
3
untuk x = 0,3 10ˣ = 10 = 1000 = √1000 ≈ 1,995 ini berarti
bahwa 0,30 < x < 0,333
tentu saja pencarian nilai x= log 2 dapat diteruskan sehingga
diperoleh nilai x yang semakin dekat dengan log 2 atau 10ˣ
semakin dekat dengan 2.
Di dalam daftar logaritma dengan empat desimal, nilai dari
x = 0,3010. Tentu saja nilai tersebut berubah jika dicari
dengan daftar logaritma lima desimal. Jika digunakan
kalkulator, nilai log 2 = 0,30103.
Jadi, sebetulnya log 2 menghasilkan bilangan desimal yang
tidak berakhir maupun tidak berulang teratur.
Bilangan-bilangan irasional selain log 2 adalah log 3, log 4,
log 5, log 45, log 257, dan seterusnya. Anda perlu hati-hati
karena tidak semua logaritma suatu bilangan akan
menghasilkan bilangan irasional, misalnya:
Log 1 = 0 log 0,1 = 1 ²log 8 = 3
Log 10 = 1 log 0,01 = -2 ³log 81 = 4
35
1 1 1
1. Perkenalkan pecahan-pecahan , , , dengan menggunakan
2 4 8
1 1 1
2 2 2
1 1 1
4 4 4
1
8
1 1 1
8 8 8
1
1 kelereng dari 2 kelereng yang sama menyatakan 2
1
1 pensil dari 2 pensil yang sama menyatakan 2
1
1 mata uang dari 2 mata uang yang sama menyatakan
2
36
3 5 5
4 8 8
2 3 5
8 4 8
1 1 1
6 3 5
37
2 3
3 5
u f
a g
b h
c i
d j
e k
38
adalah 1 cm, 2 cm, 3 cm, 4 cm, 5 cm, 6 cm, 7 cm, 8 cm, 9 cm, 10 cm, 11
cm, 12 cm. Untuk mengganti warna, Anda dapat menggunakan berbagai
arsiran yang berbeda. Dengan berbagai manipulatif di atas, anda dapat
memperkenalkan berbagai pecahan dengan penyebut bilangan-bilangan
bulat 2, 3, …, 12, dan dengan berbagai pembilang. Siapkan pula potongan-
potongan persegi panjang seperti di atas tetapi diberi warna sebagai
sasaran pembanding. Jika potongan kertas/karton berwarna diganti bahan
kayu maka disebut Cuisenaire rods (batang-batang Cuisenaire).
b. Pecahan campuran
Dengan sedikit pengembangan, pecahan-pecahan campuran dapat
ditunjukkan dengan memilih atau menetapkan salah satu potongan sebagai
satuan. Model atau cara ini dapat memantapkan pemahaman siswa bahan
ukuran satuan dapat ditentukan atau dipilih sendiri.
Contoh 8.20.
2 8 3
a=5 g = 5 = 15
3 9 4
b=5 h = 5 = 15
4 10
c=5 i= =2
5
11 1
d=1 j= =25
5
6 12 2
e=5 k= = 25
5
39
1 7
u=7 f=7=1
2 8 1
a=7 g=7=17
3 9 2
b=7 h=7=17
4 10 3
c=7 i= =17
7
5 11 4
d=7 j= =17
7
6 12 5
e=7 k= =17
7
c
a a
1
a adalah 2 dari c
c.2
d
c c
1
c bukan 2 dari d
c.3
I
b B B
1
b bukan 3 dari i
c.4
40
g C
e E
1
e adalah 2 dari ( g dan c)
c.5
d G a
c c C
1
c bukan 3 dari (d dan g dan a)
c.6
e I
c c C c
1
c adalah 4 dari (e dan i)
a.
E
a a A
a A
1
dari e = a
3
2
dari e = 2a
3
b.
K
b b B b
b b B
1
dari k = b
4
3
dari k = 3b
4
41
c. Pecahan sama
Contoh 8.21.
a.
G
C C
A A A a
U u u U U u u u
1 4
dari g = u dari g = 4u
8 8
1 2
dari g = a dari g = 4u
4 4
1 1
dari g = c dari g = 4u
2 2
1 2 4
Karena c = 2a = 4u maka 2 , 4 , dan 8 , menyatakan panjang sama sehingga
1 2 4 𝑐
dikatakan: 2 = 4 = 8 = 𝑔
b.
k
E e
B B b b
a a a a a a
U u U u U u u u u u u u
1 6
dari k = u dari k = 6u = e
12 12
42
1 3
dari k = a dari k = 3a = e
6 6
1 2
dari k = b dari k = 2b = e
4 4
1
dari k = e
2
1 2 3 4 6 𝑒
= 4 = 6 = 8 = 12 = 𝑘
2
1
e b = 2 𝑑𝑎𝑛 𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑒 = 2𝑏
1
a= 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑒 = 3𝑎
3
1
u =6 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏 = 3𝑢
1
u = 3 dari b atau b = 2u
1
b =2 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎 = 2𝑢
1 1 5
+ =
2 3 6
A + u = 3u maka dapat di tentukan bahwa
1 1 1
[ 2 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒] + [6 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒] = 3 [6 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑢]
1 1 3
+ = (𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 3𝑢 = 𝑏)
3 6 6
43
b + u = 4u maka dapat di tentukan bahwa
1 1 1
[2 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒]+ [6 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒] = 4 [6 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑒]
1 1 4 2
+ = = (𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 2𝑢 = 2)
2 6 6 3
Anda dapat mengembangkan dengan model – model yang lain. Jika anda dapat
menjelaskan yang melibatkan per duaan ,per limaan, dan per sepuluhan maka
gunakan ukuran a, d, i dan jangan lupa u
Jika anda akan menjelaskan jumlah yangmelibatkan per duaan, per duaan,
per tigaan,per enaman dan perduabelasan maka gunakan ukuran a,b,c,e,k dan
jangan lupa u. Tentu saja per delapan (ukuran g ) juga dapat di temukan antara
lain :
1 1
+ =
12 2
1 1
+ =
12 3
1 1
+ =
6 3
1 1
+ =
2 6
1 1
+ =
6 12
1 1
+ =
4 3
1 1
+ =
12 4
1 1
+ =
2 12
Sekitarnya dapat di sederhanakan, usahakan asli yang di peroleh di ubah menjadi
pecahan sederhana .
44
A A A
B B
E
→2
→3
→ 6 (𝐾𝑃𝐾)
C c C
B b b B
K
→3
→4
→ 12 (𝐾𝑃𝐾)
1 3.2 2 2.4 3 2 9 8 1
= = 𝑑𝑎𝑛 = 𝑚𝑎𝑘𝑎 − − = =
4 4.3 3 3.4 4 3 12 12 12
e. Mengalikan dan membagi pecahan
Pada tahap awal, untuk mengalikan dua pecahan, misalnya
2 2
perkalian 4 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 3 , anda da[atmenggunakan benda – benda
menipulatif yang tersedia,yaitu dengan langkah –langkah sebagai
berikut.
1. Menentukan perkalian pembilang
a. Ambil ukuran b, letakan mendatar.
b. Ambil ukuran a, letakan tegak di atas b.yang lain sehingga
terbentuk bangun persegi panjang
c. Lengkapilah dengan ukuran b, yang sehingga bersisisran
memanjang sehingga di tentukan ukuran panjangnya dengan
ukuran u.
B
1.1
45
b
1.2
A A
B
1.3
B b
1.4
B B
C C C
Contoh :
4 2
Mencari 5 𝑥 3 dengan empat langkah berikut
46
4
4 2 4
𝑥 =
5 5 15
6 3
Mencari 5 𝑥 4 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑢𝑡
47
6 3 18
𝑥 =
5 4 20
Ulanglah kegiatan serupa berulang –ulang sehingga para iswa terampil
menggunakan cara- ara tersebut di atas dalam mengalikan pecahan padaakhir
pelajaran, para siswa memahami dengan benar bahwa
𝑎 𝑐 𝑎𝑐
𝑥 =
𝑏 𝑑 𝑏𝑑
Untuk operasi pembagian, sebaiknya anda mengajarkan kepadasiswa melalui
tahap pembagian dengan nkemudian penggunaan invres perkalian ( kebalikan)
dan menggunakan kaidah perkalian terhadap pembilangan penyebut tahap
tersebut secara singkat dapat di jelaskan sebagai berikut
1. Jika ada 12 bagian yang sama untuk di berikan kepada 3 orang sehingga
masing – masing orang menerima bagian yang sama maka setiap orang
akan menerima 4 bagian.pernyataan matemati proses ini adalah
12
12 : 3 =4
3
2. Jika ada 12 bagian yang sama untuk di berikan kepada seeorang itu akan
menerima 12 bagian pernyataan matematis proses ini adalah
12
12 : 3 1 = 12
1
3. Jika ada 3 bagian untuk di berikan kepada seseorang maka jelas orang itu
menerima semua bagian yang tersedia pernyataan matematis proses ini
adalah
3 4 3
∶11=
4 4
3 4 3 4 12
4. Kebalikan dari 4 adalah 3 sebab 4. 3 =12 = 1
5. Dengan kaidah perkalian
𝑎 𝑎𝑐
=
𝑏 𝑏𝑐
𝑎 𝑐 𝑏 𝑏 𝑐 𝑎𝑑 𝑎 𝑑
: = =𝑐=𝑑= = 𝑏.𝑐
𝑏 𝑑 𝑐 𝑏𝑐
48
Bilangan irasional memang perlu di perkenalkankepada siswa SD sejak
awal sehingga wawasan mkereka lebih luas dan mendalam. Sebagai bahan
pertama, bilangan iraional akan di berikan melalui model pendekatan.
49
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam disiplin ilmu matematika bilangan dapat dibagi
menjadi dua sekup besar yaitu bilangan rasional dan bilangan irasional.
Bilangan rasional di dalamnya mencakub bilangan-bilangan lain seperti:
bilangan bulat, bilangan asli, bilangan cacah, bilangan prima dan bilangan-
bilangan lain yang menjadi subset dari bilangan rasional.
B. Penutup
Demikian tadi makalah yang dapat kami buat. Kami menyadari bahwa
makalah tersebut pasti masih jauh dari sempurna . Maka dari itu kritik dan
saran yang membagun dari para pembaca selalu kami nantikan demi
terwujudnya makalah yang lebih baik
50
DAFTAR PUSTAKA
51