Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan karakter merupakan sarana yang berperan penting dalam
menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi. Permasalahan yang
timbul adalah terjadinya hal–hal yang kurang pantas justru dilakukan oleh
beberapa pelajar di negeri ini. Fenomena mencontek, tawuran antar pelajar,
serta kejadian–kejadian lain yang tidak mencerminkan perilaku seorang
akademisi semakin hari malah semakin menjamur saja. Disamping itu, tingkat
kesopanan seorang siswa terhadap gurunya atau seorang anak terhadap kedua
orang tuanya juga semakin memprihatinkan.
Peristiwa–peristiwa yang menyimpang menunjukkan karakter generasi
muda Indonesia sudah berada pada titik yang mengkhawatirkan. Beberapa
faktor penyebab rendahnya pendidikan karakter adalah pertama, sistem
pendidikan yang kurang menekankan pembentukan karakter, tetapi lebih
menekankan pengembangan intelektual. Kedua, kondisi lingkungan yang
kurang mendukung pembangunan karakter yang baik. Lingkungan sekolah
dapat menjadi tempat pendidikan yang baik bagi pertumbuhan karakter siswa.
Segala peristiwa yang terjadi di dalam sekolah semuanya dapat diintegrasikan
melalui pendidikan karakter. Dengan demikian, pendidikan karakter
merupakan sebuah usaha bersama dari seluruh warga sekolah untuk
menciptakan sebuah kultur baru di sekolah, yaitu kultur pendidikan karakter.
Pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non-formal. Pendidikan
formal pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga
pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMA/MAK dan perguruan
tinggi melalui pembelajaran, kegiatan kurikuler atau ekstra-kurikuler,
penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada
pendidikan formal adalah peserta didik, dan tenaga kependidikan. Pendidikan
non-formal merupakan pendidikan karakter yang berlangsung pada lembaga

1
kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan lembaga
pendidikan non-formal lain melalui pembelajaran kegiatan kurikuler dan
ekstra-kurikuler, penciptaan budaya lembaga, dan pembiasaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter dan realisasi pendidikan
karakter?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan formal dan non-formal?
3. Apa yang dimaksud dengan nilai pendidikan karakter peduli lingkungan dan
bagaimana realisasinya dalam pendidikan formal dan non-formal?
4. Apa yang dimaksud dengan nilai pendidikan karakter peduli sosial dan
bagaimana realisasinya dalam pendidikan formal dan non-formal?
5. Apa yang dimaksud dengan nilai pendidikan karakter bertanggung jawab
dan bagaimana realisasinya dalam pendidikan formal dan non-formal?

C. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Karakter.
b. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pendidikan karakter dan realisasi pendidikan karakter.
b. Untuk mengetahui pendidikan formal dan non-formal.
c. Untuk mengetahui nilai pendidikan karakter peduli lingkungan dan
bagaimana realisasinya dalam pendidikan formal dan non-formal.
d. Untuk mengetahui nilai pendidikan karakter peduli sosial dan bagaimana
realisasinya dalam pendidikan formal dan non-formal.
e. Untuk mengetahui nilai pendidikan karakter bertanggung jawab dan
bagaimana realisasinya dalam pendidikan formal dan non-formal.

2
D. Manfaat
Makalah ini dapat membantu pembaca dalam memahami apa itu nilai
pendidikan karakter pada lingkungan formal dan lingkungan non-formal serta
mengetahui bagaimana realisasi/pengaplikasian nilai-nilai pendidikan karakter
peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab di lingkungan formal dan
non-formal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian pendidikan karakter dan realisasi pendidikan karakter


Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan
potensi peserta didik. Menurut wikipedia Pendidikan adalah pembelajaran
pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan
dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau
penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak. Karakter atau watak adalah sifat batin yang
memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki
manusia atau makhluk hidup lainnya. Lebih lengkap lagi Karakter adalah nilai-
nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan dipergunakan
sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari (Aceplutvi, 2017: 1).
Pendidikan Karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik
guna membangun karakter pribadi atau kelompok yang unik baik sebagai
warga negara. Dalam kamus lain Pendidikan Karakter merupakan bentuk
kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik
diperuntukkan bagi generasi selanjutnya (Aceplutvi, 2017: 1).
Menurut Rahman (2012: 2) pengertian pendidikan karakter menurut
beberapa ahli:
1. Pendidikan Karakter Menurut Lickona
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala
usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi
untuk mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi
pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona
menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang

4
disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami,
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
2. Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.
3. Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu.
Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau
individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana
seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya,
2010).
4. Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikolog
Menurut kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik
tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan
dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: 29)
Secara umum untuk mewujudkan pendidikan karakter dapat dilakukan
melalui pendidikan formal, non formal, dan informal. Saling melengkapi dan
mempercayai dan diatur dalam peraturan dan undang-undang. Pendidikan
formal dilaksanakan secara berjenjang dan pendidikan tersebut mencakup pada
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, evokasi keagamaan dan
khusus. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui
jenjang pendidikan yang diimplementasikan pada kurikulum di tingkat satuan
pendidikan yang memuat pelajaran normatif, adaptif, produktif, muatan lokal,
dan pengembangan diri.
Pendidikan karakter di sekolah yang diimplementasikan pada pendidikan
pengembangan diri antara lain; melalui kegiatan kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah, semisal : pengurus OSIS, Pramuka, PMR, PKS, KIR, Olahraga, Seni,
Keagamaan dan lainnya. Dengan kegiatan ekstrakurikuler ini sangat
menyentuh, mudah dipahami, dan dilakukan siswa sebagai bagian penyaluran

5
minat dan dilakukan siswa sebagai bagian penyaluran minat dan bakat yang
dapat dikembangkan sebagai perwujudan pendidikan karakter bangsa

Gambar 1: nilai-nilai pendidikan karakter


Sumber: (Aceplutvi, 2017:1)

B. Pengertian pendidikan formal dan non-formal


1. Pendidikan formal
Pasal 14 disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
“Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat atau
berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan
yang setaraf dengannya: termasuk kedalamnya ialah kegiatan studi yang
berorientasi akademis dan umu, program spesialisasi, dan latihan
professional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus (Coombs
1973)”.
Pendidikan formal adalah yang dilakukan melalui jalur pendidikan
disekolah-sekolah. jalur ini memiliki jenjang pendidikan yang runtut dan
jelas. Pendidikan formal dimulai dari pendidikan usia dini (PAUD), taman
kanak-kanak, pendidikan dasar, berlanjut ke menengah pertama dan
menengah atas hingga pendidikan tinggi atau perguruan tinggi Ramacahyati
(2012: 1).
Menurut Ramacahyati (2012: 2) ciri-ciri dari pendidikan formal adalah:
a. Adanya kurikulum yang jelas
b. Terdapat persyaratan khusus untuk masuk sebagai peserta didik
c. Materi pembelajarann yang digunakan bersifat akademis

6
d. Pendidikannya memakan proses yang cukup lama
e. Untuk menjadi tenaga pengajar, diperlukan klasifikasi tertentu
f. Pihak penyelenggaraan pendidikan berasal dari pemerintah atau swasta
g. Terdapat ujian formal
h. Diberlakukannya administrasi yang seragam

Gambar 2: Contoh pendidikan formal


Sumber: www.google.com
2. Pendidikan non-formal
Pendidikan non-formal adalah suatu jalur pendidikan yang dilakukan
diluar pendidikan formal. Pendidikan ini biasa dilakukan secara terstruktur
dan berjenjang. Beberapa pendidikan non-formal yang paling banyak
dilakukan antara lain adalah ketika anak berada di usia dini seperti TPA atau
taman pendidikan Al-Qur’an. Pendidikan non-formal yang biasa dilakukan
adalah yang terdapat di masjid, pondok pesantren, sekolah minggu, gereja
dan lain sebagainya. Selain itu terdapat pada jalur pendidikan non-formal
yang dijadikan sebagai pendidikan tambahan seperti kursus music,
bimbingan belajar dan lain-lain (Anonim, 2016: 3).
Pendidikan non-formal umumnya dilakukan bagi mereka yang merasa
membutuhkan pendidikan sebagai penambah, pengganti ataupun pelengkap
dari pendidikan formal yang diikuti. Fungsi dari pendidikan non-formal
adalah untuk mengembangkan potensi dari peserta didik dengan cara
menekankan penguasaan dan pengetahuan serta perkembangan dari masing-
masing peserta didik (Anonim, 2016: 3).
Ciri-ciri pendidikan non-formal adalah:

7
a. Tempat diselenggarakannya pendidikan, biasanya diluar Gedung
b. Terkadang tidak ada persyaratan khusus untuk masuk sebagai peserta
didik
c. Tidak memiliki jenjang pendidikan yang jelas
d. Terdapat program khusus yang akan ditangani
e. Terkadang ada ujian
f. Bisa dilakukan oleh swasta ataupun pemerintah
g. Pendidikan yang dilakukan berlangsung singkat

Gambar 3: Contoh pendidikan non-formal


Sumber: www.google.com

C. Pengertian nilai pendidikan karakter peduli lingkungan dan realisasinya dalam


pendidikan formal dan non-formal
Yaumi (2014: 111) menjelaskan bahwa peduli lingkungan adalah sikap
manusia terhadap lingkungan hidup, dengan pemanfaatkan sumber daya alam
secara bijaksana, serta melindungi dari pencemaran atau perusakan lingkungan
hidup. Zubaedi (2013: 76) juga menjelaskan peduli lingkungan merupakan
sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peduli
lingkungan merupakan sikap yang dimiliki manusia terhadap lingkungan untuk
selalu berusaha menjaga kelestarian lingkungan.
1. Realisasinya dalam pendidikan formal

8
Menurut Fitri (2012:43) menyebutkan beberapa indikator pendidikan
karakter peduli lingkungan antara lain:
a. Menjaga lingkungan kelas dan sekolah. Kebersihan lingkungan sekolah
sangat penting demi mensukseskan kegiatan belajar mengajar
Sikap peduli lingkungan pada diri siswa dapat dilihat dari cara siswa
menjaga lingkungan kelas dan sekolah, seperti membuang sampah pada
tempatnya, menjaga kebersihan kelas, melaksanakan kegiatan piket atau
kebersihan.
b. Memelihara tumbuh-tumbuhan dengan baik tanpa menginjak atau
merusaknya. Siswa yang mempunyai sikappeduli terhadap lingkungan
selalu berusaha memelihara tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan
sekolah dengan cara tidak menginjak dan merusak. Siswa sejak dini
harus diberi penjelasan akan pentingnya memelihara lingkungan, jika
lingkungan terpelihara maka akan berdampak baik bagi kegiatan belajar
mengajar.
c. Mendukung program go green (penghijauan) di lingkungan sekolah.
Penghijauan merupakan salah satu kegiatan penting yang harus
dilaksanakan di setiap lingkungan khususnya lingkungan sekolah. Peran
serta warga sekolah dalam mensukseskan kegiatan penghijauan sangat
diperlukan. Kegiatan penghijauan di lingkungan sekolah dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti menanam pohon, mengelola sampah di
sekolah untuk didaur ulang, memisahkan sampah berdasarkan jenisnya.
d. Tersedianya tempat untuk membuang sampah organik dan sampah
nonorganik. Tersedianya tempat sampah organik dan non organik di
sekolah menjadi salah satu cara menumbuhkan sikap peduli lingkungan.
Siswa yang membuang sampah sesuai dengan jenis sampah tersebut,
maka secara tidak langsung telah ikut
melestarikan lingkungan.
e. Menyediakan kamar mandi, air bersih, dan tempat cuci tangan. Merawat
kebersihan lingkungan sekolah terutama kamar mandi tidak hanya tugas
penjaga sekolah tapi semua warga sekolah terutama siswa. Sikap peduli

9
lingkungan juga dapat dilihat dari cara siswa menjaga kebersihan kamar
mandi sekolah.
2. Realisasinya dalam pendidikan non-formal

D. Pengertian nilai pendidikan karakter peduli sosial dan realisasinya dalam


pendidikan formal dan non-formal
Kepedulian sosial yaitu sebuah sikap keterhubungan dengan kemanusiaan
pada umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota komunitas manusia.
Kepedulian sosial adalah kondisi alamiah spesies manusia dan perangkat yang
mengikat masyarakat secara bersama-sama. Oleh karena itu, kepedulian sosial
adalah minat atau ketertarikan kita untuk membantu orang lain. Lingkungan
terdekat kita yang berpengaruh besar dalam menentukan tingkat kepedulian
sosial kita. Lingkungan yang dimaksud di sini adalah keluarga, teman-teman,
dan lingkungan masyarakat tempat kita tumbuh. Karena merekalah kita
mendapat nilai-nilai tentang kepedulian sosial. Nilai-nilai yang tertanam itulah
yang nanti akan menjadi suara hati kita untuk selalu membantu dan menjaga
sesama. Kepedulian sosial yang di maksud bukanlah untuk mencampuri urusan
orang lain, tetapi lebih pada membantu menyelesaikan permasalahan yang di
hadapi orang lain dengan tujuan kebaikan dan perdamaian.
Kepedulian sosial adalah perasaan bertanggung jawab atas kesulitan yang
dihadapi oleh orang lain di mana seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu
untuk mengatasinya. “Kepedulian Sosial” dalam kehidupan bermasyarakat
lebih kental diartikan sebagai perilaku baik seseorang terhadap orang lain di
sekitarnya. Kepedulian sosial dimulai dari kemauan “memberi” bukan
“menerima” Bagaimana ajaran Nabi Muhammad untuk mengasihi yang
KECIL dan Menghormati yang BESAR; orang-orang kelompok ‘besar’
hendaknya mengasihi dan menyayangi orang-orang kelompok ‘kecil’,
sebaliknya orang ‘kecil’ agar mampu memposisikan diri, menghormati, dan
memberikan hak kelompok ‘besar’.
Berjiwa sosial dan senang membantu merupakan sebuah ajaran yang
universal dan dianjurkan oleh semua agama. Meski begitu, kepekaan untuk

10
melakukan semua itu tidak bisa tumbuh begitu saja pada diri setiap orang
karena membutuhkan proses melatih dan mendidik. Memiliki jiwa peduli
terhadap sesama sangat penting bagi setiap orang karena kita tidak bisa hidup
sendirian di dunia ini. Faktor lingkungan tentunya sangat berpengaruh dalam
proses menumbuhkan jiwa kepedulian sosial. Lingkungan terdekat seperti
keluarga, teman-teman, dan lingkungan masyarakat tempat dimana kita tumbuh
dan bersosialisasi sangat berpengaruh besar dalam menentukan tingkat
kepedulian sosial. Semua nilai-nilai tentang kepedulian sosial kita dapatkan
melalui lingkungan. Kepedulian sosial yang dimaksud bukanlah untuk
mencampuri urusan orang lain, tetapi lebih pada membantu menyelesaikan
permasalahan yang di hadapi orang lain dengan tujuan kebaikan dan
perdamaian. Nilai-nilai yang tertanam itulah yang nanti akan menjadi suara
hati kita untuk selalu membantu dan menjaga sesame
1. Realisasi kepedulian sosial di lingkungan formal seperti sekolah yaitu:
a. Membantu teman yg kesusahan dalam belajar

Gambar: Siswa yang membantu temannya dalam pelajaran matematika


Sumber: www.google.com

Belajar dengan sistem tutor sebaya menjadi salah satu andalan di


SMAN 7 Malang. Sekolah memilih para siswa andalan yang unggul di
bidang tertentu, mereka dipercaya untuk mengajari temannya. Seperti apa
pelaksanananya di sekolah? Belajar kelompok bukan hal baru bagi
masyarakat Indonesia. Biasanya belajar kelompok dilaksanakan di rumah
sepulang sekolah. Berbeda dengan tutor sebaya yang diterapkan di
SMAN 7. Dimana siswa belajar berkelompok di sela kegiatan sekolah.
Dalam satu kelompok telah dipilih beberapa siswa terbaik pada bidang
studi tertentu. Siswa pilihan inilah yang kemudian akan membimbing

11
temannya. Di SMAN 7, pelajaran matematika dan kimia sementara ini
dipilih dalam program tutor sebaya di SMAN 7 Malang. Seperti
diketahui, dua mapel ini memang banyak dianggap sulit bagi siswa.
Bahkan, ada yang menyebut pelajaran tersebut adalah momok. “Program
tutor sebaya ini juga menjadi andalan, karena dengan belajar dengan
teman sebaya, siswa tidak akan canggung atau rasa takut untuk bertanya.
Karena tidak semua siswa punya rasa kepercayaan diri untuk bertanya
kepada guru,” ujar Kepala SMAN 7 Abdul Tedy Rahman kepada Malang
Post. Dalam penerapan program tutor, lanjutnya, guru pengajar akan
memilih beberapa siswa yang dianggap memiliki kemampuan lebih
dalam dua mata pelajaran, matematika dan kimia. Para tutor yang terdiri
dari siswa- siswa pilihan tersebut sebelumnya juga diberi penguatan agar
lebih mantap dalam membimbing teman-temannya. Kemudian, masing-
masing siswa pilihan akan tergabung dengan beberapa teman yang
menjadi anggota bimbingannya.
b. Menjaga kebersihan sekolah semampu yg kita bisa lakukan

Gambar 2: siswa yang bergotong royong membersihkan halaman sekolah


Sumber: www.google.com
Cara menjaga kebersihan lingkungan sekolah di dalam sebuah dunia
pendidikan tentunya sangatlah diterapkan sekali pola hidup bersih, hidup
sehat, hidup damai. khususnya di sebuah sekolah karena di dalam sebuah
tersebut merupakan sebuah tempat dimana seseorang di didik, di latih
dalam segala asfek kepribadiannya. contoh kecilnya menjaga lingkungan
sekolahnya agar bisa tetap bersih, sehat, alami, dan subur. mungkin
sekarang-sekarang banyak kita temukan juga sekolah-sekolah yang
predikat kebersihannya belum begitu maksimal dan terlihat masih di
bilang kotor. Itu semua diakibatkan oleh orang-orang yang menghuni

12
sebuah sekolah tersebut dengan merawatnya yang kurang maksimal.
Oleh sebab itu sekolah tersebut menjadi terlihat kurang bersih. dan
banyak sekali pula sekolah-sekolah yang terlihat sanga bagus. Sehingga
menumbuhkan efek baik bagi seseorang yang mengunjunginya. Mereka
yang berkunjung ke sekolah tersebut akan terasa nyaman, tentram,
merasa betah akan kelestarian sekolah tersebut terasa bersih dan terawat.
Antisipasinya, bagaimana bila sekolah kita kotor. apa yang semestinya
kita lakukan terhadap sekolah kita yang kotor itu. Munkin teman-teman pun
sudah mengetahuinya lebih dulu dari saya. mungkin hal yang pertama yang
harus kita lakukan agar sekolah kita terlihat rapih, bersih, serta terawat yaitu
merasa memiliki terlebih dahulu sekolah tersebut, bisa kita bayangkan bila
kita tidak mencintai sekolah kita sekolah akan terbengkalai, yang kedua
menjaga sikap, maksud disini yaitu kita harus selalu memperhatikan sikap
kita selama disekolah dengan cara tidak membuang sampah bukan pada
tempatnya. Karena bisa mengakibatkan kesalahan yang bahaya akibat dari
sampah tersebut. Selain itu bila di sekolah kita terasa kurang nyaman dan
terasa kotor. Alangkah baiknya bila kita melakukan aktifitas kita bagaimana
caranya sekolah itu bisa bersh kembali, yaitu dengan cara
membersihkannya, seperti menyapu semua halaman sekolah tersebut,
intinya membersihkan semua yang ada disekolah tersebut. yang ketiga yaitu
di anjurkan untuk menanam sebuah tanaman, apotek hidup, bunga-bunga,
agar sekolah kita terlihat cantik, rapih dengan berhiaskan penghijauan-
penghijauan disekitarnya namun selain itu juga dengan adanya penghijauan
di sekoah kita kita pun harus terjun ikut serta dalam hal pelestarian serta
pemeliharaannya dan tingkat kesehatan yang terjaga sehat. Karena sebuah
tanaman juga bilakita tidak merawatnya, dia akan mati karena tidak terawat,
yang ke empat yaitu hal yang paling di takutkan dalam kebersihan sekolah
tersebut yaitu WC sekolah. Sering saya temukan sekolah-sekolah disekitar
kita kebanyakan siswa-siswanya tidak bersikap disiplin, dalam pemakaian
WC sekolah. karena sebuah WC sekolah tersebut kotor karena ulah siswa
tersebut yang tidak menjaga WC sekolah mereka. dan akibatnya WC akan

13
terasa kotor, terasa gersang, dan yang pasti akan menimbulkan efek Bau
dikalangan lingkungan sekolah tersebut.
2. Realisasi kepedulian sosial di lingkungan non-formal yaitu:
a. Membantu/memberikan sumbangan untuk pembangunan/perbaikan
rumah ibadah, pos kamling, jembatan, dan lain-lain.

Gambar : Memberikan sumbangan untuk pembangunan masjid


Sumber: www.humas.com
b. Membantu/menjadi orang tua asuh bagi anak dari keluarga yang tidak
mampu.

Gambar : Tempat penitipan anak


Sumber: www.kompasmania.com
c. Ikut serta dalam gotong royong mendirikan/membangun rumah warga
masyarakat sebagai wujud kesetiakawanan.

14
Gambar : Gotong royong dalam membangun rumah wrga
Sumber: www.kompasmania.com
d. Menjaga keamanan lingkungan.

Gambar : Menjaga keamaan lingkungan


Sumber: www.tribatanews.com
e. Membantu atau menolong warga masyrakat yang teraniaya.

Gambar : Membantu masyarakat yang teraniaya


Sumber: www.google .com

15
Kasus peracunan ternak sapi warga dikecamatan wates, kediri. Tersangka
komplotan peracun sapi bertambah menjadi 5 orang. Satu tersangka yang
ditangkap paling akhir sempat diarak massa dari Desa Jajar ke Mapolsek
Wates, Kediri, Kamis (3/9/2015). Arak-arakan massa ini membawa Nawi,
salah satu tersangka, jadi perhatian masyarakat. Warga mengarak dengan
jalan kaki dari Desa Jajar menuju ke Mapolsek Wates yang berjarak sekitar
3 km. Nawi merupakan salah satu anggota komplotan tersangka peracun
sapi. Empat tersangka lainnya Dika, Heri, Ismiyatun warga Desa Jajar,
Kecamatan Wates. Satu tersangka lagi Aris warga Papar, Kabupaten
Kediri.Komplotan peracun sapi ini terungkap setelah warga Dusun Bondo,
Desa Wates melakukan patroli malam hari memergoki dua pelaku yang
mencurigakan. Saat digeledah, pelaku berupaya membuang barang bukti
cairan racun. Setelah diperiksa, diduga cairan yang dibuang merupakan
racun untuk membunuh sapi milik salah satu warga. Pelaku kemudian
diamankan, dua sepeda motor yang dibawa juga sempat dirusak massa.
Diduga otak dari peracunan sapi ini dilakukan Ismiyatun, pedagang daging
di Pasar Wates. Karena sapi warga yang mati mendadak itu kemudian
ditawar oleh orang-orang suruhan Ismiyatun. Sapi yang telah mati itu
ditawar murah Rp 3000 per kg atau satu ekor sapi hanya Rp 3 jutaan.
Petugas sempat mengalami kesulitan untuk mengevakuasi pelaku yang
diamankan warga. Sehingga didatangkan bala bantuan pasukan Sabhara
dari Polres Kediri. Sementara Kapolsek Wates AKP Agus Tri saat
dikonfirmasi Surya menjelaskan, petugas telah mengamankan serbuk yang
diduga racun sapi sebanyak satu kaleng kecil. "Serbuknya jenis apa nanti
akan diperiksa di laboraratoriun," jelasnya. Kasus peracunan sapi ini
penanganannya telah diambil alih Satreskrim Polres Kediri. Seluruh
tersangka dan barang buktinya telah diboyong ke Mapolres Kediri. Saat
kejadian salah satu sapi milik warga diketahui juga mati mendadak yang
diduga diracun oleh komplotan pelaku. Sehingga warga sempat emosi
menghakimi pelaku hingga babak belur. Dari kasus diatas dapat
disimpulkan bahwa kepedulian masyarakat golongan paguyuban atau

16
masyarakat pedesaan masih sangatlah tinggi itu dapat dilihat dari
kesukarelaan para masyarakat yang bahkan tidak memiliki ternak sapi untuk
berjaga karena ada kecurigaan kematian ternak tersebut tidaklah wajar.
Masyarakat merasa perlu bersolidaritas atas kemalangan para warga yang
ternak sapi mereka mati tiba-tiba. Karena tingkat solidaritas mereka yang
tinggi warga yang tidak tertimpa masalah tersebut pun merasa satu
sepenanggungan dan mewujudkan solidaritas mereka dengan cara represif
yaitu dengan melakukan pengeroyokan terhadap para pelaku yang
tertangkap tangan membawa sebuah botol mencurigakan yang diduga racun
yang digunakan untuk meracuni ternak sapi warga dan mengarak mereka
sejauh hampir 3 km menuju mapolres Wates. Masyarakat menerapkan
hukum represif terhadapa pelaku sebagai sanksi atas pelanggaran yang
dilakukan oleh anggota masyarakat yang dianggap merugikan dan
melanggar norma serta aturan-aturan hukum yang berlaku dimasyarakat.
Solidaritas seperti ini dikatakan sebagai solidaritas mekanik dalam
masyarakat paguyuban yang telah dirumuskan oleh emile durkheim,
solidaritas yang terjadi karena keakraban dan keintesitasan interaksi mereka
dalam lingkungan sehari-hari. Solidaritas semacam ini tidak akan ada
didalam masyarakat patembayan atau perkotaan yang lebih kepada
solidaritas organis, menanggapi setiap masalah dengan lebih tenang tanpa
perilaku menyakiti dan merusak mereka cenderung menerapkan hukum
restitutif yaitu hukum dengan cara memulihkan keadaan kembali menjadi
aman. Mereka menyerahkan semuanya kepada pihak yang berwajib untuk
menangangi masalah yang terjadi pada masyarakat tersebut. Jadi teori yang
dirumuskan oleh emile durkheim benar terjadi disekitar kita disetiap pola
interaksi masyarakat dilingkungan yang berbeda tinggal kita termasuk
kedalam masyarakat yang mana yang lebih bersolidaritas mekanik yang
kekeluargaan atau solidaritas organis yang lebih individualis dengan tingkat
solidaritas terhadap lingkungan tidak terlalu peka.

17
Memiliki kesadaran sosial juga berarti menyadari kondisi lingkungan
sekitar dan orang lain, serta pengaruh lingkungan terhadap diri sendiri.
Dengan meningkatkan kesadaran, maka keadaan sekitar akan dapat:
a. Mengembangkan empati, Dengan berempati, Anda bisa memahami
seseorang dari sudut pandangnya. Empati merupakan aspek penting
dalam hubungan yang jujur, komunikasi yang tulus, dan pemecahan
masalah. Karena kita adalah makhluk sosial, kita sering kali berada pada
situasi yang (sebenarnya) mengharuskan diri untuk lebih berempati (atau
setidaknya berempati pada orang lain).
b. Jadilah pendengar aktif. Dengan menjadi pendengar aktif, Anda bisa
mengembangkan empati karena Anda benar-benar mendengarkan orang
yang berbicara pada Anda (dengan mata, bahasa tubuh, dan juga telinga).
Anda juga bisa menjelaskan kembali apa yang diucapkan oleh lawan
bicara.
c. Kumpulkan cerita-cerita dari orang lain. Dengan mempelajari cerita-
cerita orang lain, Anda bisa membangun empati untuk orang lain karena
kita setidaknya telah mengetahui seperti apa rasanya berada di posisi
orang tersebut. Manusia sebetulnya memiliki naluri atau pembawaan
untuk menangkap makna dan belajar dari cerita-cerita yang
didengarnya. Banyak cerita-cerita dengan makna yang kuat yang
cenderung tetap bisa diingat dalam waktu yang panjang sejak cerita
tersebut diceritakan.
d. Carilah kesamaan. Carilah kesamaan atau minat yang sama dengan orang
lain. Hal tersebut dapat menjadi batu loncatan untuk memahaminya dengan
lebih baik.
E. Pengertian nilai pendidikan karakter tanggung jawab dan realisasinya dalam
pendidikan formal dan non-formal
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya, yang disengaja maupun yang tidak sengaja. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tanggung jawab adalah keadaan wajib

18
menanggung segala sesuatunya. Menurut Ensiklopedia, tanggung jawab
merupakan kewajiban dalam melakukan tugas tertentu.
Tanggung jawab adalah suatu yang menjadikan kewajiban (keharusan)
untuk dilaksanakan, dibahas dan sebagainya. Tanggung jawab adalah
kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja
maupun yang tidak disengaja, tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudaan kesadaran akan kewajiban.
“Responsibility = having the character of a free moral agent capable of
determining one’s own acts; capable of deterred by consideration of sanction
or consequences”

Gambar 22: Tanggung jawab


Sumber: google.com
Definisi tersebut memberikan pengertian yang dititik beratkan pada:
1. Harus ada kesanggupan untuk menempatkan sikap terhadap sesuatu
perbuatan.
2. Harus ada kesanggupan untuk memikul resiko dalam suatu perbuatan.
Bila pengertian disebut dianalisis akan kita dapati bahwa dalam kata
“having the character” itu dituntut sebagai sesuatu keharusan akan adanya
pertanggung jawaban moral karakter. Karakter yang dimaksud adalah nilai-
nilai dari perbuatan. Konsekuensi selanjutnya berarti bahwa terhadap suatu
perbuatan hanya ada alternative penilaian, yaitu: tahu bertanggung jawab, atau
tidak tahu bertanggungjawab.
Dalam falsafah hidup, nilai dari tanggung jawab itu dijadikan sebagai salah
satu kreteria dari kepribadian atau personality, seseorang. Dari segi filsafat,
suatu tanggung jawab itu paling sedikit didukung oleh (tiga) unsur, yaitu:

19
1. Kesadaran (cosciouness). Tahu, kenal, mengerti dapat memperhitungkan
arti, guna sampai kepada soal akibat dari pada sesuatu perbuatan atau
pekerjaan yangdihadapi. Seseorang baru dapat dimintai tanggung jawab,
bila ia sadar tentang apa yang diperbuatnya.
2. Kecintaan (Love, affection). Cinta, suka menimbulkan rasa kepatuhan,
kerelaan dan kesedihan untuk berkorban. Contoh: cinta kepada tanah air.
3. Keberanian (courage, bravery). Berani berbuat, berani bertanggung jawab.
Berani disini didorong oleh rasa keikhlasan, tidak bersikap ragu-ragu dan
takut terhadap segala macam rintangan yang timbul kemudian sebagai
konsekuensi dari tindak perbuatan. Karena adanya tanggung jawab itulah,
maka seseorang berani, juga memerlukan adanya pertimbangan-
pertimbangan, perhitungan dan kewaspadaan sebelum bertindak; jadi tidak
berlaku sembrono atau membabi buta. Dipikirkan terlebih dahulu dengan
akal sehatnya.
4. Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah
sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan
perbandingan terhadap hak, dan dapat juga tidak mengacu kepada hak.
Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap
kewajibannya. Kewajiban dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Kewajiban terbatas: kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan kepada
setiap orang, sama, tidak dibeda-bedakan. Contohnya: undang-undang
larangan membunuh, mencuri, yang disampingnya dapat diadakan
hukuman-hukuman.
2. Kewajiban tidak terbatas: kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan
kepada semua orang. Tanggung jawab terhadap kewajiban ini nilainya lebih
tinggi, sebab dijalankan oleh suara hati, seperti: keadilan dan kebajikan.
Manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang menyatakan dirinya
sendiri baik bahwa tindakan yang dilakukannya adalah baik dalam artian sesuai
dengan norma umum, karena hak menurut seseorang belum tentu baik menurut
pandangan orang lain, atau apa yang dikatakan baik menurut dirinya ternyata

20
ditolak oleh orang lain. Berikut merupakan macam tanggung jawab yang
dimiliki oleh manusia:
1. Tanggung jawab kepada diri sendiri
Menurut sifat dasarnya manusia adalah makhluk bermoral tatapi juga
seorang pribadi. Karena merupakan seorang pribadi maka manusia
mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, angan-angan itu manusia
berbuat atau bertindak,. Dalam hal ini manusia tak luput dari kesalahan,
kekeliruan, baik disengaja maupun tidak. Oleh karena itu, dalam hal ini
manusia harus bertanggung jawab atas dirinya pribadi.
2. Tanggung jawab kepada keluarga
Masyarakat kecil ialah keluarga. Tiap anggota keluarga wajib
bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut
nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan,
keselamatan, pendidikan dan kehidupan.
3. Tanggung jawab kepada masyarakat
Manusia adalah makhluk sosial yang merupakan anggota masyarakat.
Karena itu, dalam berpikir, bertingkah laku, berbicara, dan sebagainya
manusia terikat oleh masyarakat. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan
perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
4. Tanggung jawab kepada Bangsa/Negara
Tiap manusia adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat,
bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-
ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya
sendiri, bila perbuatan manusiaitu salah, maka ia harus bertanggung jawab
kepada negara.
5. Tanggung jawab kepada Tuhan
Sebagai ciptaan Tuhan manusia dapat mengembangkan diri sendiri dengan
sarana-sarana pada dirinya yaitu pikiran, perasaan, seluruh anggota tubuhnya,
dan alam sekitarnya. Sebagai hamba Tuhan, manusia harus bertanggung jawab
atas segala perbuatan yang salah dengan istilah agama atas segala dosanya.

21
Implementasi menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah
pelaksanaan; penerapan. Jika dijelaskan lebih luas, implementasi merupakan
tindakan atau pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan rancangan yang telah
dibuat sebelumnya. Tujuan manusia berjuang itu untuk memenuhi
keperluannya sendiri, atau untuk keperluan pihak lain. Untuk itu ia menghadapi
manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam
usahanya itu, manusia juga menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut
menentukan, yaitu kekuasaan Tuhan. Dengan demikian, tanggung jawab itu
dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya atas
dasar ini, lalu dikenal penerapan tanggung jawab.
1. Implementasi Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
Sebagai manusia yang beradab, mau tidak mau harus memiliki sikap
tanggung jawab, terutama tanggung jawab kepada diri sendiri. Jika
seseorang tidak dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri akan sulit
untuk menjadi manusia semestinya, yaitu sebagai makhluk sosial. Contoh
dari implementasi tanggungjawab terhadap diri sendiri yaitu :
a. Kita menjadi seorang mahasiswa bertanggung jawab menjadi seorang
mahasiswa yang berusaha belajar di kampus untuk meraih gelar sarjana.

b. Ketika kita salah dalam berucap kepada orang lain, dengan kesadaran
sendiri kita meminta maaf atas kesalahan kita
c. Kita selalu menjaga kebersihan diri kita, dengan mandi dan mencuci
tangan sebelum makan

22
2. Implementasi Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri di
lingkungan dimana ia tumbuh dan berkembang. Ia perlu memiliki sikap
tanggung jawab terhadap masyarakat disekitar mereka, contohnya seperti:

a. Menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar


b. Ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan, seperti ronda dan kegiatan
PKK.
c. Ikut membantu tetangga yang sedang terkena musibah dan yang sedang
mengadakan hajatan.
3. Penerapan Tanggung Jawab Terhadap Bangsa dan Negara
Sebagai warga negara Indonesia, kita memiliki berbagai hak dan
kewajiban sebagai warga negara. Manusia tidak dapat berbuat seenaknya
karena semuanya diatur dalam hukum. Implementasi nilai tanggung jawab
terhadap bangsa dan negara yaitu:

23
a. Menaati peraturan yang dibuat oleh pemerintah, baik yang ada dalam
hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.
b. Taat membayar pajak
c. Ikut serta dalam kegiatan pemilu sebagai wujud tanggung jawab sebagai
penduduk yang baik.
d. Ikut serta dalam kegiatan bela negara. Bela negara ini bukan berarti
mengharuskan untuk ikut berperang tetapi sebagai warga negara harus
bertanggung jawab dalam menjaga ketertiban bangsa dengan tidak
berbuat kerusakan pada bangsa sendiri.

1. Realisasi tanggung jawab di lingkungan non-formal yaitu:


a. Pondok Pesantren Sebagai Satuan Pendidikan Non-formal
Arti pondok pesantren dalam kamus bahasa Indonesia adalah asrama
atau pondokan tempat murid-murid (santri) mendalami berbagai ilmu
agama yang berhubungan dengan keislaman. Pondok pesantren
merupakan sebuah sistem pendidikan luar sekolah.

24
Gambar: Pondok pesantren
Sumber: encrypted-tbn0-gstatic.com
Dalam upaya mencegah dan menanggulangi kenakalan remaja tidak
berhasil apabila tidak melibatkan pribadi remaja itu sendiri, keluarga dan
masyarakat. Secara garis besar upaya ini dalam upaya preventif dan
represif. Untuk upaya preventif diawali dari pribadi remaja, lingkungan
keluarga dan masyarakat. Sedangkan upaya represif merupakan upaya
penanggulangan melalui sarana hukum. Pondok pesantren merupakan
salah satu lembaga yang bergerak juga dalam bidang kemasyarakatan.
Beberapa upaya dapat dilakukan oleh komponen pondok pesantren baik
itu menyangkut upaya pribadi remaja, upaya keluaga dan upaya yang
dilakukan oleh masyarakat. Dalam upaya membentuk pribadi remaja
yang diharapkan pesantren dapat melakukannya dengan cara sebagai
berikut:
1) Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada remaja agar menjadi
remaja yang beriman, sehat dan berilmu.
2) Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada remaja agar para
remaja dapat mengisi kegiatan yang positif, penuh kreatifitas
produktif dan dinamis.
3) Memberikan bimbingan dan pengarahan remaja agar para remaja
membiasakan sejak dini untuk memecahkan persoalan dengan
keluarga. Sehingga jalinan komunikasi menjadi remaja yang terbuka.
4) Memberikan bimbmgan dan pengarahan kepada remaja agar para
remaja bergaul baik di lingkungan tempat tinggal, di sekolah
mempunyai teman yang mempunyai latar belakang, kepribadian yang
baik.

25
Sedangkan upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam hal ini
pondok pesantren secara langsung diantaranya adalah
1) Meningkatkan kegiatan keagamaan yang melibatkan peran aktif
remaja.
2) Memberikan kesempatan kepada remaja untuk berkembang,
menyalurkan ide kegiatan positif dalam masyarakat.
3) Mengadakan forum diskusi remaja tentang kenakalan remaja serta
akibat yang ditimbulkan dari kenakalan remaja tersebut untuk masa
sekarang dan masa yang akan datang.
b. Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat
John Kao (1991: 14) dalam Sudjana, D. (2004: 131) misalnya,
menyebutkan bahwa: “Kewirausahaan adalah sikap dan perilaku
wirausaha. Wirausaha ialah orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif,
pengambil resiko, dan berorientasi laba.” Winarto (2004: 2-3)
mengemukakan bahwa “entrepreneurship (kewirausahaan) adalah suatu
proses melakukan sesuatu yang baru dan berbeda dengan tujuan
menciptakan kemakmuran bagi individu dan memberi nilai tambah pada
masyarakat.” Suryana (2007: 10) juga mengemukakan bahwa:
kewirausahaan merupakan terjemahan dari “entrepreneurship”, yang
dapat diartikan sebagai “the backbone of economy”, yaitu syaraf pusat
perekonomian atau sebagai “tailbone of economy”, yaitu pengendali
perekonomian suatu bangsa (Suharto, 1997: 1).

Gambar: Santri yang sedang berwirausaha


Sumber: bina-insani.org
Menurut Soemanto (2000: 74) mengungkapkan beberapa keterampilan
manajerial yang diperlukan bagi seorang wirausahaan:

26
1) Manusia wirausaha harus terampil dalam perencanaan. Setiap usaha
atau kegiatan mempunyai tujuan.
2) Manusia wirausaha harus terampil dalam pengorganisasian.
3) Manusia wirausaha harus dapat memberikan dorongan dan motivasi
kerja kepada orang-orang lain yang diajak bekerja sama.
4) Manusia wirausaha harus dapat mengkoordinir pelaksanaan tugas dan
pekerjaan dari orang-orang atau bagian-bagian, sehingga tidak terjadi
kesimpang siuran atau tumpang suh pelaksanaan tugas-tugas.
5) Manusia wirausaha hendaknya dapat mengadakan pengawasan
pelaksanaan kerja oleh orang-orang yang telah diberi kepercayaan
olehnya.
6) Manusia wirausaha hendaknya mampu mengadakan penilaian terus-
menerus terhadap pelaksanaan dan prestasi yang dapat dicapai oleh
para pelaksana pekerjaan, sehingga dengan demikian ia dapat
mengadakan usaha-usaha peningkatan hasil/produksi.
c. Implementasi Pendidikan Karakter Tanggung Jawab pada Anggota
Marching Band Purna Paskibraka Kabupaten Sukoharjo
Pendidikan karakter tanggung jawab dan disiplin selalu diupayakan
dalam kegiatan Marching Band Purna Paskibraka Kabupaten Sukoharjo.
Adapun cara untuk melakukan pendidikan karakter tanggung jawab pada
anggota Marching Band adalah dengan membiasakan karakter tanggung
jawab yang dilakukan oleh pelatih atau guru dengan berbagai bentuk
kegiatan dan metode masing-masing. Pelatih atau guru berusaha untuk
memberikan contoh mentaati peraturan kepada para anggota agar dapat
menaati peraturan yang telah disepakati, berperan aktif serta wajib
memelihara peralatan Marching Band serta merapikan kembali setelah
alat atau properti digunakan. Anggota Marching Band selalu
menggunakan atribut lengkap, baik pada saat latihan maupun saat
kegiatan pementasan. Setiap anggota berusaha menguasai instrument
atau peralatan yang dimiliki guna menjaga suatu keutuhan team yang
terdiri dari berbagai unsur saat melakukan pementasan.

27
Gambar: Marching Band
Sumber: encrypted-tbn3.gratis.com
Adapun solusi yang digunakan dalam menghadapi kendala-kendala
implementasi pendidikan karakter tanggung jawab yang dilakukan
pelatih antara lain dengan memberikan tutorial kepada anggota yang
berhalangan hadir latihan. Selain itu pelatih selalu berusaha untuk
memberikan motivasi dan semangat kepada setiap anggota untuk bisa
selalu bersemangat dan berkreatifitas dalam proses latihan maupun dalam
melakukan pementasan. Pelatih atau guru berusaha untuk melakukan
evaluasi terhadap program maupun jadwal latihan sehingga dapat
meminimalisir segala kendala dalam proses latihan.

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pendidikan Karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik
guna membangun karakter pribadi atau kelompok yang unik baik sebagai
warga negara.
2. Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat atau
berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan
yang setaraf. Adapun pendidikan non-formal adalah suatu jalur pendidikan
yang dilakukan diluar pendidikan formal. Pendidikan ini biasa dilakukan
secara terstruktur dan berjenjang.
3. Peduli lingkungan merupakan sikap yang dimiliki manusia terhadap
lingkungan untuk selalu berusaha menjaga kelestarian lingkungan. Realisai
di lingkungan formal dan nonformal.

4. Kepedulian sosial yaitu sebuah sikap keterhubungan dengan kemanusiaan


pada umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota komunitas manusia.
Realisasi di lingkungan formal yaitu membantu teman yang kesusahan dan
menjaga kebersihan sekolah. Lingkungan non-formal yaitu

5. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau


perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja, tanggung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudaan kesadaran akan kewajiban.
Realisai dilingkungan formal dan non-formal yaitu pondok pesantren,
kewirausahaan masyarakat dan marching band.
B. Saran

29
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mohon kritik
saran serta masukkannya untuk makalah ini lebih baik lagi dari segi isi,
pemaparan serta yang membaca lebih memahami dan mengerti.

DAFTAR PUSTAKA

Aceplutvi. 2017. Pengertian Pendidikan Karakter. http://belajarpsikologi.


com/pengertian-pendidikan-karakter. Diakses pada tanggal 19 April
2018 pukul 19:40 WITA
Anonim, 2016. Pengertian Pendidikan Formal, Non-formal, dan Informal Beserta
Contohnya. https://www.websitependidikan.com/2016/07/ pengertian-
pendidikan-formal-non-formal-informal-dan-ciri-ciri-serta contohnya.
html. Diakses pada tanggal 19 April 2017 pukul 20:10 WITA

30
Hermawan, Marko Sebira. 2013. Marching Band Sebagai Pendidikan
Berkarakter: Sebuah Solusi Komprehensip Pendidikan Non-Formal
Bagi Remaja. https://www.academia.edu/5096981/MARCHING_
BAND_SEBAGAI_PENDIDIKAN _BERKARAKTER. Diakses pada
19 April 2018 pukul 20.13 WITA
Muhaimin dan Mujib, A. 1993. Pondok Pesantren dari Masa Kemasa. Jakarta:
Balai Pustaka.
Rahman, Arif. 2012. Pengaruh Pendidikan Formal, Non-formal, dan Informal
Terhadap Prestasi Pendidikan. https://ariefrahmans.com/2012/01/01/
pengaruh-pendidikan-formal-non-formal-dan-informal-terhadap-
prestasi-pendidikan. Diakses pada tanggal 19 April 2017 pukul 20:20
WITA
Ramacahyati, 2012. Perbedaan Pendidikan Formal, Non-formal, dan Informal.
https://ramacahyati8910. /2012/11/15/perbedaan-pendidikan-formal-
non-formal-dan-informal/. Diakses pada tanggal 19 April 2017 pukul
20:00 WITA
Safira, 2014. Implementasi Kejujuran dan Tanggung Jawab.
https://www.academia.edu/30414506/IMPLEMENTASI_KEJUJURA
N_DAN_TANGGUNG_JAWAB. Diakses pada tanggal 19 April
2017 pukul 18:20 WITA
Sudjana, D. 2004. Pendidikan Nonformal, Wawasan, Sejarah Perkembangan,
Falsafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Falah Production.
Suryana. 2007. Kewirausahaan, Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
Soemanto, W. 2000. Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: Bumi Aksara.
Winarto, 2004. First Step to Be An Entrepreneur. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

31

Anda mungkin juga menyukai