Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL DISKUSI

MODUL LINGKUNGAN HIDUP

KELOMPOK DISKUSI 7

1. Rina Paramita Utami I1011141007


2. Muhammad Deni Kurniawan I1011141010
3. Mustarhfiroh I1011141027
4. Edi Aluk I1011141029
5. Esty Feira Yuliana I1011141033
6. Muhammad Fathur Arief K. I1011141039
7. Syafitri Khadijah Kesuma I1011141049
8. Wahyu Fathurrachman I1011141057
9. Maudy Nadya I1011141064
10. Muhammad Hamam Faisal F. I1011141066
11. Ledi Rati Nurcahyani S. I1011141072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Pemicu

1
Sampah di kota Pontianak sudah sangat meresahkan warga dikarenakan tempat
pembuangannya yang belum juga tertata rapi dengan bau yang sangat menganggu
serta masih kurangnya kesadaran masyarakat akan sampah, membuat masyarakat
membuang sampah tidak pada tempatnya, contoh sungai, parit, tepi jalan. Lokasi
dan pengelolaan sampah yang kurang memadai merupakan tempat yang cocok
bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan
anjing yang dapat menjadi sumber penyebaran penyakit.

A. Kata Kunci
Sampah, pengelolaan, penyakit, organisme, lokasi

B. Klarifikasi dan Definisi Masalah.


1. Organisme
Organisme merupakan kumpulan sistem organ yang memiliki fungsi yang
saling melengkapi guna mendukung kehidupan.
2. Pengelolaan
Pengelolaan merupakan suatu proses mengordinasi dan integrasi sumber
daya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

C. Rumusan Masalah
Bagaimana kriteria lokasi dan pengelolaan sampah yang tepat?

D. Analisis Masalah

Dampak Sampah Lokasi

Positif Negatif Organik


Pengelolaan
Anorganik
Pencegahan

E. Hipotesis
Pengelolaan sampah yang tepat bergantung pada pengurangan, penanganan,
dan lokasi yang tidak bertentangan dengan aturan yang ada.

F. Identifikasi Pengetahuan yang Diperlukan

2
1. Adakah alat yang bisa mengatasi pengelolaan sampah?
2. Apakah ada UU yang membahas lingkungan hidup khususnya pengelolaan
sampah?
3. Mengapa lalat dan anjing sebagai sumber penyakit?
4. Bagaimanan cara meningkatkan kesadaran masyarakat akan sampah dan
lingkungan sekitar?
5. Mengapa masyrakat tidak membuang sampah pada tempatnya?
6. Penyakit seperti apa yang dapat timbul karena tidak dikelolanya sampah
tersebut?
7. Apa dampak lain dari membuang sampah?
8. Apa tujuan diadakannya pengelolaan sampah?
9. Apa kriteria lokasi/tempat dan pengelolaan sampah yang tepat?
10. Bagaimana peran masyarakat dan pemerintah terhadap pengelolaan
sampah yang baik?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Alat yang Mengatasi Masalah Pengelolaan Sampah


Menurut Arief Fadhillah (2011) terdapat alat-alat guna mengatasi
pengelolaan sampah, yakni:
1. Insenerator
Insenerator digunakan untuk membakar sampah-sampah yang tidak
dapat didaur ulang seperti kertas yang tidak bisa di daur ulang, plastik
yang tidak diambil pemulung, dan lain-lain. Menurut A. Latief (2010)
Insinerator adalah tungku pembakaran untuk mengolah limbah padat, yang
mengkonversi materi padat (sampah) menjadi materi gas, dan abu,
(bottom ash dan fly ash). Insinerasi merupakan proses pengolahan limbah
padat dengan cara pembakaran pada temperature lebih dari 800 oC
untuk mereduksi sampah mudah terbakar (combustible) yang sudah tidak
dapat didaur ulang lagi, membunuh bakteri, virus, dan kimia toksik.
Proses insinerasi berlangsung melalui 3 tahap, yaitu:
a) mengubah air dalam sampah menjadi uap air, hasilnya limbah menjadi
kering yang akan siap terbakar,
b) proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna, dimana temperature
belum terlalu tinggi,
c) proses pembakaran sempurna. Insinerasi dapat mengurangi berat
sampah 70-80 % atau volume 85-95 %.
Salah satu kelebihan yang dikembangkan terus dalam teknologi terbaru
dari insinerator ini adalah pemanfaatan energi. Disamping itu sampah
dapat dimusnahkan dengan cepat, terkendali dan insitu, serta tidak
memerlukan lahan yang luas seperti halnya proses landfill. Di beberapa
negara maju, teknologi insinerasi sudah diterapkan dengan kapasitas besar,
namun dianggap bermasalah dalam pencemaran, merupakan sumber polusi
dioxin dan logam berat, seperti merkuri dan kadmium, arsen dan kromium
di udara. Teknologi ini membutuhkan biaya investasi, operasi dan
pemeliharaan yang cukup tinggi.
Menurut Hans Chiristian (2008) terdapat berbagai jenis insinerator yang
telah dikembangkan, namun teknologi insinerator yang paling umum
digunakan selama ini adalah seperti rotary kiln incinerator, multiple
hearth Incinerator, dan fluidized bed incinerator.

4
a. Multiple Hearth Incinerator
Multiple hearth incinerator yang telah digunakan sejak
pertengahan tahun 1900-an, terdiri dari suatu kerangka lapisan baja
tahan api dengan serangkaian tungku (hearth) yang tersusun secara
vertikal, satu di atas yang lainnya dan biasanya berjumlah 5-8 buah
tungku, shaft rabble arms beserta rabble teeth-nya dengan kecepatan
putaran 3⁄4 – 2 rpm. Limbah yang dapat diproses dalam multiple
hearth incinerator memiliki kandungan padatan minimum antara 15-
50 %-berat. Limbah yang kandungan padatannya di bawah 15 %-berat
padatan mempunyai sifat seperti cairan daripada padatan. Limbah
semacam ini cenderung untuk mengalir di dalam tungku dan manfaat
rabble tidak akan efektif
b. Rotary Kiln Incinerator
Rotary kiln incinerator merupakan suatu kerangka silindris yang
dilapisi bahan tahan api yang terpasang pada sudut kemiringan yang
rendah. Rotary kiln incinerator memutar-mutar sampah dalam
kerangka silindris yang memungkinkan terjadinya pencampuran yang
seksama dengan udara. Kondisi operasional dapat mencapai suhu 1500
– 3000 °F (800 – 1650 °C), sehingga insinerator jenis ini memiliki
resistansi paling baik terhadap pembakaran temperatur tinggi.
c. Fluidized Bed Incinerator
Fluidized bed incinerator adalah sebuah tungku pembakar yang
menggunakan media pengaduk berupa pasir seperti pasir kuarsa atau
pasir silika, sehingga akan terjadi pencampuran (mixing) yang
homogen antara udara dengan butiran-butiran pasir tersebut. Mixing
yang konstan antara partikel-partikel mendorong terjadinya laju
perpindahan panas yang cepat serta terjadinya pembakaran sempurna.
Fluidized bed incinerator berorientasi bentuk tegak lurus, silindris,
dengan kerangka baja yang dilapisi bahan tahan api, berisi hamparan
pasir (sand bed) dan distributor untuk fluidisasi udara. Fluidized bed
incinerator normalnya tersedia dalam ukuran berdiameter dari 9
sampai 34 ft.
Pembakaran dengan teknologi fluidized bed merupakan satu
rancangan alternatif untuk pembakaran limbah padat. Hamparan pasir

5
tersebut diletakkan di atas distributor yang berupa grid logam dengan
dilapisi bahan tahan api.
2. Rumah Kompos
Rumah kompos digunakan sebagai area komposting. Dimana dengan
penerapan sistem komposting sampah daun dapat diolah menjadi sesuatu
yang bermanfaat yaitu pupuk kompos.

B. Undang-Undang yang Membahas Mengenai Pengelolaan Sampah


1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81
Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga, pada pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa
penyelenggaran pengelolaan sampah meliputi pengurangan sampah dan
penanganan sampah. Mengenai pengurangan sampah dijelaskan lebih
lanjut pada pasal 11 hingga 15 yang mana pengurangan sampah meliputi
pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan
kembali sampah. Sedangkan penangan sampah dijelaskan pada pasal 16
hingga 30 yang mana penanganan sampah meliputi pemilahan,
pegumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.
2. Undang-Undang Republik Indonesia
Berdasarkan perturan yang tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008, seluruh TPA sampah di
Indonesia diharuskan dikelola dengan basis sanitary landfill atau control
landfill.

C. Sebab Lalat dan Anjing Menjadi Sumber Penyebaran Penyakit


Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1992) lalat dapat
menjadi sumber penyebaran penyakit karena bermacam-macam
mikroorganisme penyebab penyakit menempel di kaki lalat dan rambut-
rambut halus di sekujur tubuhnya. Berbagai penyakit yang disebabkan oleh
lalat biasanya berhubungan dengan saluran pencernaan dan perpindahan
kuman dan mikroorganisme dari lalat ke dalam tubuh manusia terjadi secara
mekanis.

6
Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi akut pada susunan
saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, serta ditularkan melalui gigitan
hewan menular rabies terutama anjing, kucing, dan kera (Depkes, 2000).
Menurut Herlinae (2013) penyakit rabies atau disebut juga penyakit anjing
gila adalah akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus pada
hewan yang menderita rabies sangat berbahaya dan ditakuti karena bila
menyerang manusia atau hewan akan selalu berakhir dengan kematian.

D. Cara Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Sampah dan


Lingkungan Sekitar

E. Sebab Masyrakat Tidak Membuang Sampah Pada Tempatnya


Menurut Surahma Asti Mulasari (2014) perilaku membuang sampah tidak
pada tempatnya kemungkinan disebabkan karena pengetahuan tentang
lingkungan yang belum baik. Perilaku masyarakat terbentuk sejak lama dan
bertahan apabila didasarkan pada pengetahuan yang baik. Pengetahuan dapat
meliputi pengetahuan tentang sampah, dampak, dan cara pengelolaannya.
Pengatahuan yang baik akan mengarahkan pola pikir, persepsi/sikap seseorang
sehingga akan melakukan hal yang benar karena sadar dan tahu akan dampak
akibat perbuatan tersebut.

F. Penyakit yang Timbul Akibat Tidak Dikelolanya Sampah


Menurut Adianto Sukirno (2010) penyakit yang dapat timbul karena tidak
dikelolanya sampah, yaitu:
1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air
minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai.
2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan atau sampah.

G. Dampak Lain Membuang Sampah

7
1. Dampak Postif dari Membuang Sampah
Menurut Budiman Chandra (2007) membuang sampah dengan
pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap masyarakat maupun lingkungannya, yaitu:
a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-
rawa dan dataran rendah.
b. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
c. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani
proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk
mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.
d. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk
berkembang biak serangga dan binatang pengerat.
e. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya
dengan sampah.
f. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan
hidup masyarakat.
g. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya
masyarakat.
h. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana
kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk
keperluan lain
2. Dampak Negatif dari Membuang Sampah
Menurut Imran SL Tobing (2005) dampak negatif dari membuang
sampah, yaitu:
a. Dampak Terhadap Lingkungan
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi penyebab
gangguan dan ketidak seimbangan lingkungan. Sampah padat yang
menumpuk ataupun yang berserakan menimbulkan terjadinya
pencemaran udara, air, serta penyebab terjadinya banjir.
1) Pencemaran Udara
Sampah (organik dan padat) yang membusuk umumnya
mengeluarkan gas seperti methan (CH4) dan karbon dioksida
(CO2) serta senyawa lainnya. Secara global, gas-gas ini
merupakan salah satu penyebab menurunnya kualitas lingkungan
(udara) karena memiliki efek rumah kaca (green house effect)
yang menyebabkan peningkatan suhu, dan menyebabkan hujan
asam. Sedangkan secara lokal, senyawa-senyawa ini, selain berbau

8
tidak sedap atau bau busuk, juga dapat mengganggu kesehatan
manusia. Sampah yang dibuang di TPA-pun masih tetap berisiko
karena bila TPA ditutup atau ditimbun terutama dengan bangunan
akan mengakibatkan gas methan tidak dapat keluar ke udara. Gas
methan yang terkurung, lama kelamaan akan semakin banyak
sehingga berpotensi menimbulkan ledakan. Hal seperti ini telah
terjadi di sebuah TPA di Bandung, sehingga menimbulkan korban
kematian.
2) Pencemaran Air
Proses pencucian sampah padat oleh air terutama oleh air
hujan merupakan sumber timbulnya pencemaran air, baik air
permukaan maupun air tanah. Akibatnya, berbagai sumber air yang
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (sumur) di daerah
pemukiman telah terkontaminasi yang mengakibatkan terjadinya
penurunan tingkat kesehatan manusia atau penduduk. Pencemaran
air tidak hanya akibat proses pencucian sampah padat, tetapi
pencemar terbesar justru berasal dari limbah cair yang masih
mengandung zat-zat kimia dari berbagai jenis pabrik dan jenis
industri lainnya. Air yang tercemar tidak hanya air permukaan saja,
tetapi juga air tanah, sehingga sangat mengganggu dan berbahaya
bagi manusia.
3) Penyebab Banjir
Fisik sampah (sampah padat) baik yang masih segar maupun
yang sudah membusuk, yang terbawa masuk ke got atau selokan
dan sungai akan menghambat aliran air dan memperdangkal
sungai. Pendangkalan mengakibatkan kapasitas sungai akan
berkurang, sehingga air menjadi tergenang dan meluap
menyebabkan banjir. Banjir tentunya akan mengakibatkan kerugian
secara fisik dan mengancam kehidupan manusia (hanyut atau
tergenang air). Tetapi yang paling meresahkan adalah akibat
lanjutan dari banjir yang selalu membawa penyakit.
b. Dampak Terhadap Ekonomi
Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya
tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya

9
pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan
pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya
produktivitas).
Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir
dan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan,
jembatan, drainase, dan lain-lain.
Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah
yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk
pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak
efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini
mengakibatkan jalan perlu sering dibersihkan dan diperbaiki.

H. Tujuan Diadakannya Pengeleloan Sampah


Berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah pasal ke-4,
tujuan diadakannya pengelolaan sampah ialah untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber
daya.

I. Kriteria Lokasi Serta Pengelolaan Sampah yang Tepat


1. Kriteria Lokasi Pengelolaan Sampah
Berdasarkan Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Pemukiman Departemen Kesehatan Nomor 281 tahun 1989
tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Sampah, lokasi untuk tempat
pengelolaan sampah yang tepat harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. Tidak mencemari sumber air baku untuk minum dengan jarak
sedikitnya 200 meter dan perlu memperhatikan struktur geologi
setempat.
b. Tidak terletak pada daerah banjir.
c. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan airnya tinggi.
d. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memperhatikan aspek
estetika.
e. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 kilometer.
f. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembang biak
dan tidak menimbulkan bau.
g. Memiliki drainase yang baik dan lancar.
2. Pengelolaan Sampah yang Tepat

10
Menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, terdapat 2
kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu:
a. Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari
pembatasan terjadinya sampah (R1), guna-ulang (R2) dan daur-ulang
(R3)
b. Penanganan sampah (waste handling) terdiri dari:
1) Pemilahan Sampah
Pemilahan sampah adalah pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.
2) Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah pengambilan dan pemindahan
sampah dari sumber sampah ketempat penampungan sementara
atau tempat pengolahan sampah terpadu.
3) Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah adalah membawa sampah dari sumber
dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari
tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan
akhir.
4) Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah adalah mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah.
5) Pemrosesan Akhir Sampah
Pemrosesan akhir sampah adalah pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara
aman.

J. Peran Masyarakat dan Pemerintah Tentang Pengelolaan Sampah yang


Baik
1. Peran Masyarakat
Berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah pasal ke-28,
peran masyarakat:
a. Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
b. Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:
1) Pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah
2) Perumusan kebijakan pengelolaan sampah

11
3) Pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa
persampahan.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah.
2. Peran Pemerintah
Berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah
pasal ke-6, tugas pemerintah dan pemerintahan daerah:
1. Menumbuh kembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam pengelolaan sampah.
2. Melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan
penanganan sampah.
3. Memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya
pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah.
4. Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan
prasarana dan sarana pengelolaan sampah.
5. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil
pengolahan sampah.
6. Memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang
pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah.
7. Melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan
dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kriteria lokasi pengelolaan sampah yang tepat harus sesuai dengan peraturan yang
berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adianto,Sukirno. 2010. Kajiann Peningkatan Peran Serta Masyrakat Dalam


Pengelolaan Persampahan Di Kabupaten Malang. Malang : Universitas
Wisnuwardhana
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC
Chirstian, Hans. 2008. Modifikasi Sistem Burner. Jakarta : Universitas Indonesia
Depertamen Kesehatan RI. 1992. Pedoman Teknis Pengendalian Lalat. Jakarta :
Republik Indonesia
Fadhillah, Arieg. 2011. Kajian Pengelolaan Sampah Kampus Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang : UNDIP
Herlinae. 2013. Hubungan Pengetahuan Masyarakat Pemelihara Anjing Tentang
Bahaya Rabies Terhadap Partisipasi Pencegahan. Palangk Raya: Universitas
Kristen Palangka Raya
Imran SL Tobing. 2005. Dampak Sampah Terhadap Kesehatan Lingkungan Daya
Manusia. Jakarta:Fakultas Biologi Universitas Nasional
Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Pemukiman
Departemen kesehatan nomor 281. 1989. Persyaratan Kesehatan Pengelolaan
Sampah. Jakarta : Republik Indonesia
Latief,A. Sutowo,2010. Manfaat dan Dampak Penggunaan Insinerator . TEKNIS
Vol. 5 No.1 April 2010 : 20 - 24
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 81. 2012. Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga . Jakarta : Republika
Indonesia
Surahma Asti Mulasari. 2014. KEBERADAAN TPS LEGAL DAN TPS ILEGAL DI
KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN. Yogyakarta: Universitas
Ahmad Dahlan
Undang-Undang Republik Indonesia no.18. 2008. Pengelolaan Sampah.
Jakarta:Republik Indonesia

14

Anda mungkin juga menyukai