LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. Endang Kalsid
Usia : 62 Tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : PNS
Keluhan Utama
Sesak nafas
Pasien datang ke RSU Pakuwon dengan keluhan sesak nafas yang senakin memberat
sejak 2 hari SMRS. Sesak mulai dirasakan sudah cukup lama sekitar 1 minggu SMRS.
Sesak napas hilang timbul, semakin memberat dengan aktivitas fisik, tidak dipengaruhi
cuaca, dan emosi. Pasien akhir-akhir ini menjadi semakin sesak bahkan saat melakukan
aktivitas ringan. Pasien sering terbangun dimalam hari dikarenakan sesak. Sesak berkurang
Selain itu pasien mengeluh timbul bengkak seluruh tubuh sejak 1 minggu SMRS.
Sebelumnya bengkak muncul lebih dulu di kedua tungkai. Pasien juga mengeluh, mual dan
pernah muntah 1 kali. Nafsu makan berkurang.
Pasien merasa BAK menjadi lebih sedikit sejak lebih kurang 1 bulan SMRS. Tidak
terasa nyeri atau panas saat BAK. BAK berwarna kuning. Tidak terdapat nyeri pinggang
atau perut bagian bawah. Pasien minum 3 - 4 gelas sehari. BAB tidak ada keluhan. Riwayat
BAB hitam disangkal pasien.
Pasien mengaku memiliki riwayat kencing manis dan darah tinggi yang dideritanya
selama 10 tahun, dan sering berobat ke puskesmas.
III.PEMERIKSAAN FISIK
Cronic Kidney Disease| 2
Status generalis
Kesadaran : Composmentis
RR : 30 x/ menit
Suhu : 36,4 C
Gizi :
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi dan jaringan parut (-), pigmentasi masih dalam batas
normal, keringat umum dan lokal (+), turgor tidak menurun.
Kelenjar getah bening submandibula, leher, axilla dan inguinal tidak ada pembesaran.
Kepala
Mata
Eksopthalmus dan endopthalmus (-), edema palpebra (-), conjunctiva palpebra pucat
(+) pada kedua mata, sklera ikterik (-) pada kedua mata, pupil isokhor, reflek cahaya
normal, pergerakan bola mata ke segala arah baik, lapangan pandang luas.
Hidung
Telinga
Kedua meatus akustikus dalam keadaan normal, lubang telinga cukup bersih, tophi (-)
, nyeri tekan proc. Mastoideus (-), selaput pendengaran tidak ada kelainan.
Mulut
Bibir simetris, pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), rhagaden(-), stomatitis (-),
atropi papil (-), sianosis (-).
Leher
Dada
Paru-paru
Auskultasi : vesikuler (+), ronkhi basah halus (+) basal paru kanan dan kiri,
wheezing (-)
Jantung
Perkusi : batas atas jantung atas ICS 2, batas kanan LS Dextra, atas kiri LMC
sinistra
Abdomen
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Nyeri sendi (-), gerakan bebas, pitting edema (+), jaringan parut (-),
pigmentasi normal, telapak tangan pucat (+), jari tabuh (-) turgor
kembali lambat (-)
Ekstremitas bawah : Nyeri sendi (-), gerakan bebas, pitting edema (+), jaringan parut (-),
pigmentasi normal, telapak kaki pucat (+), jari tabuh (-), turgor
kembali lambat (-)
= (140-62) x 65 kg
72 x 11,37 mg/dl
V. RESUME
Pasien datang keluhan dypsneu yang senakin memberat sejak 2 hari SMRS.
Dirasakan sudah cukup lama sekitar 1 minggu SMRS. Pasien menjadi semakin sesak
Cronic Kidney Disease| 6
walaupun hanya melakukan aktivitas ringan. Sesak berkurang dengan posisi berbaring
setengah duduk. Timbul edema seluruh tubuh sejak 1 minggu SMRS. Sebelumnya edema
muncul lebih dulu di kedua tungkai. Pasien juga mengeluh, mual dan muntah. BAK
menjadi lebih sedikit sejak lebih kurang 1 bulan SMRS. Pada PF ditemukan hipertensi
emergensi (+), kunjungtiva anemis (+), JVP meningkat, BJ reguler, rhonki basah halus di
bagian basal kedua lapang paru (+), asites (+), dan edema pretibia dan edema anasarka.
VI. DIAGNOSIS
Dypsneu et causa Susp. Chronik Kidney Disease e.c Susp Hipertensi Emergensi dengan
DM tipe II
PENATALAKSAAN (Ruangan )
Non Medikamentosa:
Medikamentosa
IX. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad malam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Quo ad sanactionam : dubia ad malam
X. DAFTAR MASALAH
- Dyspnoe
- Oliguria
- Edema tungkai
- Anemia
- Hipertensi Emergensi
- Sindrom Azotemia
O :
Nadi : 101x/menit
Pernapasan : 30 x/menit
Suhu : 36,3 C
A: Dypsneu et causa Susp. Chronik Kidney Disease e.c Susp Hipertensi Emergensi
dengan DM tipe II
P :
Bed Rest
O2 nasal kanul 2-4 liter/ menit
Furosemid 3 x 2 ampul IV
Amlodipin 1 x 10 mg
Captopril 2 x 25 mg
Omeprazole 2 x 1 ampul
Bicnat 3 x 1 tab
Transfusi PRC 4 kantong
O :
Pernapasan : 28 x/menit
Suhu : 36,6 C
A : Dypsneu et causa Susp. Chronik Kidney Disease e.c Susp Hipertensi Emergensi
dengan DM tipe II
P :
Bed Rest
O2 nasal kanul 2-4 liter/ menit
Meylon 150 meq dalam NaCl 0,9% 500 cc drip dalam 8 jam
Ceftriakson 1 x 2 gram IV
Furosemid 3 x 2 ampul IV
Amlodipin 1 x 10 mg
Captopril 2 x 25 mg
Omeprazole 2 x 1 ampul
Transfusi PRC 4 kantong
S : CM, sesak mulai berkurang, lemas +, mual +, muntah -, BAB +, BAK sedikit
O :
Pernapasan : 30 x/menit
Suhu : 36,6 C
A : Dypsneu et causa Susp. Chronik Kidney Disease e.c Susp Hipertensi Emergensi
dengan DM tipe II
P :
Bed Rest
O2 nasal kanul 2-4 liter/ menit
Ceftriakson 1 x 2 gram IV
Furosemid 3 x 2 ampul IV
Amlodipin 1 x 10 mg
Captopril 2 x 25 mg
Omeprazole 2 x 1 ampul
Bicnat 3 x 1 tab
S : CM, sesak mulai berkurang, lemas +, mual +, muntah -, BAB +, BAK sedikit
O :
Pernapasan : 28 x/menit
Suhu : 36,6 C
A : Dypsneu et causa Susp. Chronik Kidney Disease e.c Susp Hipertensi Emergensi
dengan DM tipe II
P :
Bed Rest
O2 nasal kanul 2-4 liter/ menit
Ceftriakson 1 x 2 gram IV
Furosemid 3 x 2 ampul IV
Amlodipin 1 x 10 mg
Captopril 2 x 25 mg
Omeprazole 2 x 1 ampul
Bicnat 3 x 1 tab
Allopurinol 1 x 100 mg
Definisi
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan
kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda
kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus
kurang dari 60 ml/menit/1,73m², seperti pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Kriteria Penyakit Ginjal Kronik
1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan stuktural atau
fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju fitrasi glomerolus (LFG), dengan
manifestasi:
- Kelainan patologis
- Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin,
atau kelaian dalam tes pencitraan
2. LFG kurang dari 60 ml/menit/1,73m², selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan
ginjal.
Klasifikasi4
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat (stage)
penyakit dan dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar
LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcorft-Gault sebagai berikut:
Keracunanobat (siklosporin/takrolimus)
Transplant glomerulopathy
1,4
Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama.
Pengurangan massa ginjal menyebabkan hipertrofi sisa nefron secara struktural dan fungsional
sebagai upaya kompensasi. Hipertrofi “kompensatori” ini akibat hiperfiltrasi adaptif yang
diperantarai oleh penambahan tekanan kapiler dan aliran glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih
tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif walaupun
penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-
angiotensinaldosteron intrarenal ikut memberikan konstribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi,
sklerosis dan progesifitas tersebut. Aktivitas jangka panjang aksis renin-angiotensinaldosteron,
sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor ß.
Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit
ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia. Pada stadium yang
paling dini penyakit ginjal kronik terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada
keadaan dimana basal LFG masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi
pasti akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan
kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan
keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai
pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti nokturia, badan lemah, mual,
nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien
memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah,
gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien
juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, maupun infeksi
saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemia,
gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium.
kardiovaskuler
fungsi ginjal
25-60 0,6-0,8/kg/hari
BAB III
ANALISIS KASUS
Seorang laki-laki usia 53 tahun di rawat di RSUD Arjawinangun dengan diagnosis kerja
CKD stage V et causa nefropati diabetik. Berdasarkan keluhan pasien yaitu sesak nafas yg
dirasakan 1 bulan SMRS dan semakin memberat sejak 1 hari terakhir, disertai edema tungkai dan
seluruh tubuh, mual muntah, serta oliguria, dengan nilai LFG 4,47 ml/menit/1,73m² dan riwayat
DM tipe 2 dan hipertensi yang tidak terkontrol mengarahkan ke diagnosa gagal ginjal kronik atau
CKD. Sesuai dengan definisinya yaitu kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada
Daftar masalah:
1. Dyspnoe
Sesak nafas sejak 1 bulan SMRS dan di rasakan semakin memberat sejak 1 hari SMRS.
Sesak di rasakan hilang timbul, sesak terutama saat berjalan atau saat melakukan aktivitas
harian misalnya ke kamar mandi, dan berkurang saat istirahat, sesak napas juga di rasakan
saat berbaring dan berkurang dengan posisi duduk. Kadang sesak di rasakan lebih berat pada
malam hari sehingga pasien tidak bisa tidur. Merasa lebih nyaman dengan tidur
menggunakan 2-3 bantal.
Sesak nafas merupakan keluhan yang terjadi pada keadaan patologis yang bisa berasal
dari paru, jantung, ginjal dan anemia. Pada pasien ini onset sesak subakut (2minggu-3bulan)
yang kemungkinan bisa disebabkan karena terakumulasinya cairan di paru yang diakibatkan
oleh kerusakan ginjal pada pasien dan riwayat hipertensi sehingga terjadi kongesti cairan
paru dan pleura. Anemia pada pasien juga memperberat sesak yang dialami.
2. Oliguria
Penurunan fungsi nefron yang diakibatkan karena sklerosis nefron menyebabkan produksi
urin menurun, hal ini dapat mengakibatnya meningkatkan kadar ureum dan creatinin di
dalam darah, retensi natrium dan air, asidosis dan hiperkalemia.
3. Edema tungkai
Edema terjadi pada kondisi dimana tekanan hidrostatik kapiler meningkat, peningkatan
permeabilitas kapiler, peningkatan tekanan osmotik interstisial, atau penurunan tekanan
osmotik plasma. Ginjal mempunyai peran sentral dalam mempertahankan homeostasis
cairan memalui kontrol ekskresi natrium dan air. Penurunan aliran darah ke ginjal akan akan
di kompensasi dengan menahan natrium dan air melalui mekanisme peningkatan reabsorpi
garam dan air di tubulus proksimal dan ubulus distal. Cairan yang teretensi di dalam ttubuh
ini akan menyebabkan edema terutama pada tungkai karena pengaruh gravitasi.
4. Anemia
Pada pasien di dapatkan Hb 6,5 g/dl (3/3/2018).
Kemungkinan anemia pada pasien bisa disebabkan oleh adanya perdarahan yang tidak di
ketahui, dan di sebabkan oleh penyakit ginjal nya sendiri. Pada CKD produksi eritropoetin
tidak adekuat oleh ginjal yang menyebabkan kadar Hb menurun.
6. Sindroma azotemia
Peningkatan ureum dalam darah dapat menimbulkan gejala seperti lemah, letargi, anoreksia,
mual, muntah, gatal-gatal, uremic lung, dan bahkan ensefalopati uremicum.
PATOFISIOLOGI CKD