Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
B. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari
campuran/pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut
setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Jika suatu larutan senyawa
tersebut dijenuhkan dalam keadaan panas dan kemudian
didinginkan,senyawa terlarut akan berkurang kelarutannya dan mulai
mengendap, membentuk kristal yang murni dan bebas dari pengotor.
Kemurnian zat ini disebabkan oleh pertumbuahan kristal zat telarut,
sehingga za-zat ini dapat dipisahkan dari pengotornya. Oleh karena itu,
teknik ini digunakan untuk pemurnian senyawa hasil sintesis atau hasil
isolasi dari bahan alami, sebelum dianalisa lebih lanjut, misalnya dengan
cara spektrofotometri (UV, IR, NMR, MS). (Austin, 1984)
Sebagian materi padat baik alami maupun buatan terdapat dalam
bentuk kristal. Bentuk dari kristal dapat berupa kubik, orthorhombic,
heksagonal, monoklinik, triklinik, dan trigonal. Namun banyak dari kristal
ini berupa polycrystalline yang juga terbentuk dari kristal tunggal. Dalam
kehidupan sehari-hari, kristal tunggal yang sering dikonsumsi oleh
manusia, antara lain kristal garam dan gula (Austin, 1984).
Seperti dijelaskan di atas, proses kristalisasi dimulai dengan
menambahkan senyawa yang akan dimurnikan dengan pelarut panas
sampai kelarutan senyawa tersebut berada pada level super jenuh. Pada
keadaan ini, bila larutan tersebut didinginkan, maka molekul-molekul
senyawa terlarut akan saling menempel, tumbuh menjadi kristal-kristal
yang akan mengendap di dasar wadah. Sementara kotoran-kotoran yang
terlarut tidak ikut mengendap (Austin, 1984).
Adapun beberapa tahap untuk melakukan proses rekrisalisasi zat-zat:
a. Memilih pelarut yang cocok
Pelarut yang cocok untuk rekristalisasi adalah pelarut yang
dapat melarutkan secara baik zat tersebut dalam keadaan panas, tetapi
sedikit melarutkan dalam keadaan dingin. Misalnya, senyawa yang
dalam keadaan polar direkristalisasi dalam pelarut kurang polar dan
sebaliknya.Kombinasi dua pelarut kadang juga digunakan dalam
rasa sakit, demam, dan peradangan kemudian khasiat obat ini tersebar
luas (Baysinger,2004).
Reverend Edward Stone dari Chipping Norton, Inggris, merupakan
orang pertama yang mempublikasikan penggunaan medis dari aspirin.
Pada tahun 1763, ia telah berhasil melakukan pengobatan terhadap
berbagai jenis penyakit dengan menggunakan senyawa tersebut. Pada
tahun 1826, peneliti berkebangsaan Italia, Brugnatelli dan Fentana
melakukan uji coba terhadap penggunaan suatu senyawa dari daun willow
sebagai agen medis. Dua tahun berselang, pada tahun 1828, seorang ahli
farmasi Jerman, Buchner, berhasil mengisolasi senyawa tersebut dan
diberi nama salicin yang berasal dari bahasa latin willow, yaitu salix.
Senyawa ini memiliki aktivitas antipretik yang mampu menyembuhkan
demam. Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh ahli farmasi Jerman
bernama Merck pada 1833. Sebagai hasil penelitiannya, ia berhasil
mendapatkan kristal senyawa salisin dalam kondisi yang sangat murni.
Senyawa asam salisilat sendiri baru ditemukan pada tahun 1839 oleh
Raffaele Piria dengan rumus empiris C7H6O3 (George Austin, 1984 ).
Bayer adalah perusahaan pertama yang berhasil menciptakan
senyawa aspirin. Pada tahun 1845, Arthur Eichengrum dari perusahaan
Bayer mengemukakan idenya untuk menambahkan gugus asetil dari
senyawa asam salisilat untuk mengurangi efek negatif sekaligus
meningkatkan efisiensi dan toleransinya. Pada tahun 1897, Felix Hoffman
berhasil melanjutkan gagasan tersebut dan menciptakan senyawa asam
asetil salisilat yang kemudian umum dikenal dengan istilah aspirin( Marry,
2010 ).
D. Pembuatan Aspirin
Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa
sakit. Selain itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk
mengurangi sakit pada cedera ringan seperti bengkak dan luka yang
memerah. Aspirin juga merupakan zat antipiretik yang berfungsi untuk
mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari 40 juta pound aspirin
2. Asetat Anhidridat
Asetat anhidrat merupakan anhidrat dari asam asetat yang
struktur antar molekulnya simetris. Asetat anhidrat memiliki berbagai
macam kegunaan antara lain sebagai fungisida dan bakterisida, pelarut
senyawa organik, berperan dalam proses asetilasi, pembuatan aspirin
dan dapat digunakan untuk membuat acetylmorphine aserat anhidrat
paling banyak digunakan dalam industri selulosa asetat
untuk menghasilkan serat asetat, plastik, serat kain dan lapisan kain
(Baysinger,2004).
Tabel 2.1 Sifat fisika asetat anhidrat (Baysinger,2004).
C= 1(16,67%), H= 4 (66,67%), O= 1
% Unsur Penyusun
(16,67%)
Rumus molekul (CH3CO)2O
Berat molekul 102,09 gr/mol
Titik didih (760
139,060C
mmHg)
Titik beku -730C
Panas pembakaran 431,9 kkal/mol
Tekanan kritis 46.81 atm
Suhu kritis 2960C
Densitas pada 20°C 1.08 g/ml
Viskositas pada
0.843a.s
25°C
3. Asam sulfat
Asam sulfat H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang
kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat
mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk
utamaindustri kimia (Baysinger,2004).
\
Tabel 3.1 Sifat fisika Asam Sulfat (Baysinger,2004).
H=2 (28,57%), S=1 (14,28 %), O = 4
% UnsurPenyusun
(57,14%)
Rumus Molekul H2SO4
Bobot molekul 98,07 gr/mol
Titik didih 340oC
Titik beku 10,49oC
Densitas 1,9224 gr/cm3
4. Aspirin
Aspirin adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering
digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri),
antipiretik (terhadap demam) dan peradangan (Baysinger,2004).
Tabel 4.1 Sifat fisika Aspirin (Baysinger,2004).
Bobot Molekul 180,2 gr/mol
Titik didih 1400C
V. ALAT BAHAN :
1. Alat
1. Erlenmeyer 250 mL 3 buah
2. Erlenmeyer pipa samping 1 buah
3. Gelas Kimia 1000 mL 1 buah
4. Gelas ukur 100 mL 1 buah
5. Pengaduk gelas 1 buah
6. Corong Buchner 1 buah
7. Pipet tetes 5 buah
8. Pembakar spiritus 1 buah
9. Termometer 1 buah
B. Bahan :
1. Asam salisilat
2. Aquadest
3. Norit
4. Asam asetat anhidrida
5. Asam sulfat pekat
6. Etanol 96%
7. Larutan FeCl3
8. Aquadest
I. SKEMA/ALUR PERCOBAAN
1. Rekristalisasi
Residu Filtrat
Terbentuk kristal
Residu Filtrat
Massa
2. Pembuatan Aspirin
3.
2,5 gram asam salisilat Air
Residu Filtrat
Filtrat Residu
Terbentuk Kristal
Residu Filtrat
Residu Filtrat
tetapi, pada percobaan ini, diperoleh larutan tidak berwarna jadi tidak
diperlukan penambahan norit, saat larutan tersebut dididihkan. Reaksi yang
terjadi pada asam salisilat dan aquades sebagai berikut:
O OH O OH
C C
OH OH
+ H2O (l)
(s) (aq)
nanometer dan memiliki afinitas yang kuat untuk molekul air. Silika gel yang
masih bisa menyerap uap air berwarna biru sedangkan apabila sudah jenuh
akan berwarna merah muda, sehingga silika gel perlu dipanaskan dalam oven
bersuhu 1050C sampai warnanya kembali biru.
Kristal disimpan minimal 24 jam untuk memastikan bahwa kristal
telah kering. Setelah kering, kristal ditimbang dengan dan dicatat massa yang
diperoleh. Dalam percobaan ini, praktikan mendapatkan massa kristal
sebanyak 0,6924 gram. Hasil yang didapat praktikan dirasa cukup sedikit
dikarenakan ketika penyaringan, kristal yang dihasilkan sebagian masih
berada dalam erlenmeyer dan tidak dicuci dengan filtrat. Setelah didapatkan
massa, kristal selanjutnya dibagi untuk diuji titik lelehnya dan uji FeCl3.
Untuk pengujian titik leleh, maka yang pertama dilakukan adalah
dengan mempersiapkan melting block yang telah diletakkan diatas kompor
listrik yang diatasnya telah diberi termometer dan pipa kapiler yang telah diisi
sampel. Setelah itu, diamati suhu yang ada ketika meleleh. Pada percobaan
ini, praktikan menghasilkan titik leleh sebesar 162 0C. Titik leleh yang didapat
praktikan dirasa tidak sesuai dikarenakan suhu yang ada pada teori sebesar
1570C pada http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927249 . Hasil
yang tidak sesuai ini, dikarenakan masih ada zat pengotor yang ada didalam
kristal yang telah didapat. Selain didapatkan massa dan titik leleh kristal,
didapatkan pula rendemen sebesar 69,24%. Dan untuk uji dengan FeCl3
diawali dengan memasukkan kristal dalam tabung reaksi lalu ditetesi FeCl3
yang berupa larutan kuning sebanyak tiga tetes dan menghasilkan warna ungu
pekat. Warna ungu pada kristal yang telah ditambahkan FeCl3 berasal dari
gugus fenolik yang terkandung dalam kristal. Dimana kristal berubah menjadi
warna ungu, ini dikarenakan gugus –OH dalam cincin benzena akan melepas
H+ dan digantikan oleh Fe. Berikut reaksi yang terjadi:
O OH
C
OH
Rendemen =
2. Pembuatan Aspirin
asam asesat anhidrida menjadi asam asetat sebagai hasil samping dan asam
asetil salisilat (aspirin). Digunakannya asam asetat anhidrida pada pembuatan
aspirin karena asam asetat anhidrida tidak mengandung air dan lebih mudah
menyerap air, sehingga air yang dapat menghidrolisis kristal aspirin menjadi
asam salisilat dan asam asetat, dapat dihindari. Reaksi yang terjadi adalah:
Asetilasi adalah terjadinya pergantian atom H pada gugus –OH dan asam
salisilat dengan gugus asetil dari asam asetil anhidrat. Karena asam salisilat
adalah desalat phenol, maka reaksinya adalah asetilasi destilat phenol.
Asetilasi ini tidak melibatkan ikatan C - O yang kuat dari phenol, tetapi
tergantung pada pemakaian, pemisahan ikatan –OH. Jika dipakai asam
karboksilat untuk asetilasi biasanya rendemen rendah. Hasil yang diperoleh
akan lebih baik. Jika digunakan suatu derivat yang lebih reaktif menghasilkan
ester asetat. Nama lain aspirin adalah metil ester asetanol (karena doperoleh
dari esterifikasi asam salisilat sehingga merupakan asam asetat dan
fenilsalisilat (Vogel, 1990).
Setelah diaduk dalam penangas air bersuhu (50 – 60)0C, campuran
dalam erlenmeyer ditambah 3,7mL aquades. Penambahan air bertujuan agar
saat pendinginan akan terbentuk kristal, karena ketika suhu dingin molekul-
molekul aspirin dalam larutan akan bergerak melambat dan membentuk
endapan. Endapan yang terbentuk berupa asam asetil salisilat atau aspirin.
Lalu disaring dengan corong buchner dalam keadaan panas dengan labu
isap serta kertas saring untuk menahan residu. Proses ini dilakukan untuk
memisahkan aspirin dengan campuran lain yang mungkin masih terkandung
didalam sampel hingga didapatkan kristal aspirin. Hasil filtrasi yang diperoleh
adalah residu yang berupa endapan berwarna putih dan filtrat yang berupa
larutan tidak berwarna. Endapan putih yang dihasilkan merupakan aspirin.
Aspirin yang diperoleh yang diperoleh tersebut belum murni, karena masih
mengandung zat pengotor dalam reaksi pembentukan aspirin. Oleh karena itu
perlu dilakukan pemurnian dengan cara rekristalisasi, rekristalisasi didasarkan
perbedaan kelarutan antara padatan yang dimurnikan dengan pengotor dalam
suatu pelarut tertentu. Selain itu metode yang dipakai yaitu dengan
penyaringan vakum menggunakan corong buchner untuk mempercepat proses
penyaringan padatan dari larutannya. Zat pengotor yang berupa CH3COOH
akan menguap karena CH3COOH mempunyai titik didih 130°C yang lebih
rendah dari titik didih aspirin yaitu 133,4°C oleh karena itu akan diperoleh
aspirin murni.
dalam percobaan ini 160˚C. Titik leleh aspirin yang didapatkan sebesar 1390C
dan persentase rendemen yang didapat sebesar 46,47%. Titik leleh yang
didapat oleh praktikan telah sesuai dengan teori yang tertera pada MSDS yakni
sebesar 1390C (Sumber:
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9922977). Sisa aspirin hasil
percobaan, diuji dengan FeCl3 dan menghasilkan warna ungu. Hasil yang
didapat praktikan tidak sesuai dengan teori dan aspirin belum sepenuhnya
murni, karena saat pemanasan suhu harus dijaga pada 50-60˚C . Reaksi akan
berlangsung baik pada suhu 50-60˚C apabila dipanaskan terlalu tinggi maka
aspirin yang terbentuk akan terhidrolisis menjadi asam asetat dan asam
salisilat untuk itu harus dijaga suhunya.. Berikut reaksi yang terjadi
Pengujian dengan FeCl3
C O
O
+ FeCl3(aq)
O C CH3
(s)
Aspirin Senyawa kompleks tidak berwarna
Rendemen =
IV. DISKUSI
Pengujian dengan menggunakan pereaksi FeCl3 berdasarkan teori
menghasilkan perubahan warna kristal aspirin dari putih menjadi kuning. Akan
tetapi dalam percobaan yang telah dilakukan praktikan mengalami perubahan
warna menjadi ungu. Hal ini disebabkan karena aspirin yang dihasilkan masih
mengandung gugus OH- dari alkohol, sehingga tidak tergantikan oleh gugus
asetil. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa aspirin yang didapatkan dari
hasil percobaan merupakan aspirin yang tidak murni.
Bentuk aspirin hasil dari rekristalisasi menurut teori berbentuk seperti
jarum panjang panjang . Akan tetapi, hasil aspirin yang didapat praktikan tidak
sesuai dengan teori yaitu berbentuk seperti serbuk putih. Hal ini disebabkan
karena ketika penyaringan kristal berwarna putih sebenarnya kristal tersebut
belum sepenuhnya terbentuk, sehingga kristal yang terbentuk seperti bubuk
berwarna putih.
Penyebab aspirin yang dihasilkan tidak murni dikarenakan aspirin
mudah terhidrolisis dalam keadaan berair menjadi asam salisilat dan asam asetat
atau juga dapat terjadi karena perlakuan dalam melakukan proses kristalisasi
terdapat kesalahan yang dapat mempengaruhi saat proses pengkristalan sehingga
kristal aspirin tidak terbentuk secara sempurna.
V. KESIMPULAN
Pada praktikum rekristalisasi dan pembuatan aspirin dapat disimpulkan bahwa:
Rekristalisasi dinyatakan berhasil menunjukkan hasil yang mueni
dikarenakan timbul warna ungu ketika pengujian FeCl3. Pelarut yang sesuai
adalah air karena asam salisilat dan air merupakan zat yang bersifat polar.
Rekristalisasi yang dilakukan telah menghasilkan massa sebesar 0,6924
gram dan titik leleh sebesar 1620C. Titik leleh yang didapt tidak sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa titik leleh asam salisilat sebesar
1590C. Rendemen yang dihasilkan sebesar 69,24%
Pembuatan aspirin dengan cara asetilasi terhadap gugus fenol positif dengan
pengujian FeCl3 yang merubah serbuk aspirin putih menjadi kuning. Akan
tetapi, hasil yang dimiliki praktikan berwarna ungu yang menandakan masih
adanya zat pengotor dalam aspirin. Pembuatan aspirin yang dilakukan telah
menghasilkan massa sebesar 3,2580 gram dan titik leleh sebesar 1520C.
Titik leleh yang didapatkan telah sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa titik leleh asam salisilat sebesar 1590C. Rendemen yang dihasilkan
sebesar 46,47%
2. Sebutkan air dan kerja yang harus dilakukan dalam pekerjaan rekristalisasi ?
Jawab :
Memilih pelarut yang sesuai
Melarutkan senyawa kedalam pelarut panas sedikit mungkin
Menyaring larutan dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor
yang tidak larut
Mendinginkan filtrat hingga terbentuk kristal
Melakukan penyaringan kemudian pengeringan residu
3. Sifat – sifat apakah yang harus dipunyai oleh suatu pelarut agar dapat
digunakan untuk mengkristalisasi suatu senyawa organik tertentu ?
Jawab :
Yang harus dipunyai oleh suatu pelarut yaitu harus sesuai yakni pelarut
yang memiliki sifat dapat melarutkan secara baik dan zat tersebut dalam
keadaan panas, tetapi sedikit melarutkan dalam keadaan dingin. Biasanya
senyawa yang dalam keadaan polar dikristalisasi dalam pelarut yang kurang
polar, begitu juga sebaliknya.
% Rendemen = x 100%
% Rendemen = 69,24%
Jadi % rendemen dari rekristalisasi (menghasilkan kristal) sebesar 69,24%.
1. Pembuatan Aspirin
1. Tulis reaksi pembuatan aspirin secara lengkap !
Jawab :
(s)
+ CH3COOH (aq)
M 0,0181 mol 0,0397 mol
R 0,0181 mol 0,0181 mol 0,0181 mol 0,0181 mol
S - 0,019 mol 0,0181 mol 0,0181 mol
= 3,258 gram
Massa aspirin hasil percobaan = (2,1993 – 0,6852) gram
= 3,258 gram
% Rendemen = x 100%
%Rendemen = x 100%
%Rendemen = 46,47%
% Rendemen = x 100%
% Rendemen = 69,24%
Jadi % rendemen dari rekristalisasi (menghasilkan kristal) sebesar 69,24%.
2. Pembuatan Aspirin
Diketahui: Massa asam salisilat = 2,5 gram
V asam asetat anhidrat = 3,75 gram
ρ asam asetat anhidrat = 1,08 gram/mL
gram asam asetat anhidrat =ρxV
= 1,08 gram/mL x 3,75 gram
= 4,05 gram/mL
Mr asam salisilat = 138,12 gram/mol
Mr asam asetat anhidrat = 102 gram/mol
Massa kertas saring = 0,2684 gram
Massa aspirin = 2,3 gram
Ditanya : % Rendemen?
Jawab : mol asam salisilat =
= 0,0181 mol
mol asam asetat anhidrat =
= 0,0397 mol
(s)
+ CH3COOH (aq)
M 0,0181 mol 0,0397 mol
R 0,0181 mol 0,0181 mol 0,0181 mol 0,0181 mol
S - 0,019 mol 0,0181 mol
0,0181 mol
Massa Aspirin teoritis = mol aspirin x Mr aspirin
= 0,0181 mol x 180 gram/mol
= 3,258 gram
Massa aspirin hasil percobaan = (2,1993 – 0,6852) gram
= 3,258 gram
% Rendemen = x 100%
%Rendemen = x 100%
%Rendemen = 46,47%
Jadi persentase rendemen aspirin yang dihasilkan dari pembuatan aspirin sebesar
46,47%
2. 3. Rekristalisasi
Alat yang 1 gram asam
digunakan salisilat
dalam dimasukkan
Praktikum ke dalam
Rekristalisasi erlenmeyer
dan
Pembuatan
Aspirin
Filtrat
Ditambahkan didinginkan
5 mL aquades pada suhu
kamar sampai
terbentuk
kristal
Dipanaskan Disaring
diatas kembali
penangas air dengan
sambil diaduk corong
buchner
Tiap 1 menit
ditambahkan Residu
5 mL aquades dikeringkan
lalu diaduk, dalam
dilakukan hal desikator
serupa hingga
asam salisilat
larut
Larutan Setelah
disaring dikeringkan,
dalam ditimbang
keadaan massa kristal
panas dengan nya
corong
buchner
dilengkapi
dengan labu
4. Pembuatan Aspirin
Diukur titik 2,5 gram
lelehnya asam salisilat
menggunakan kering
melting block dimasukkan
kedalam
erlenmeyer
Suhu
pengukuran Ditambah
Kristal
dimasukkan Ditambah 3
kedalam tetes H2SO4
tabung dan pekat
ditambahkan
FeCl3 1%
Diaduk
Menghasilkan hingga
warna ungu homogen lalu
dimasukkan
kedalam
penangas
bersuhu 50-
60oC selama
5 menit
Ditambah Ditambahkan
3,75 mL 25 mL
aquades aquades
Didinginkan
pada suhu Larutan
kamar sambil diaduk hingga
diaduk homogen lalu
didiamkan
Endapan Larutan
disaring disaring
dengan dengan
penyaring corong
dalam corong buchner
buchner dilengkapi
labu hisap
Filtrat
Filtrat didinginka
ditambahkan menggunakan
7,5 mL etanol air dingin
96% sampai
terbentuk
hablur
Disaring Menghasilkan
kembali warna ungu
menggunakan pudar
corong
buchner
Setelah Suhu
kering, pengukuran
ditimbang titik leleh
massanya 161o C
Dimasukkan
dalam tabung
reaksi dan
ditambahkan
FeCl3 untuk
menguji
aspirin