Disusun oleh :
Ni Luh Wisma Eka Yanti (10613006)
Ahmad Ardiansyah (10613007)
Aggy Agatha (10613012)
Nur Safitri Rusiwardani (10613044)
Marchelia Santoso (10613056)
Hestin Yuliati D. A. (10613061)
Kelompok 2
Asisten:
Ogi Novrian Zulkarnain
1061200x
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Menentukan pola perilaku monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
selama 8 jam melalui metode adlibitum
2. Menentukan proporsi individu monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) yang melakukan aktivitas harian selama 8 jam melalui
metode scan sampling
3. Menentukan durasi aktivitas harian monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) selama 8 jam melalui metode focal sampling
4. Menentukan pola perilaku monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
selama 8 jam menggunakan diagram kinematik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
0,9 Resting
0,8
Moving
proporsi individu
0,7
0,6 Grooming
0,5
0,4 Vocalization
0,3 Foraging
0,2
0,1 Interaction
0
Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4
periode
Gambar 4.1 Proporsi individu Macaca fascicularis terhadap perilaku tertentu pada
4 periode yang berbeda
Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa perilaku moving sangat
mendominasi pada periode 1, 2, dan 3 dengan nilai proporsi masing-masing
adalah 0,52; 0,45; dan 0,33. Dapat dilihat bahwa perilaku moving paling
banyak dilakukan pada periode 1 (06.00-08.00 WIB) atau pagi hari. Dengan
kata lain, pagi hari dapat dikatakan sebagai periode aktif dari Macaca
fascicularis. Menurut Nasution et al. (2011), monyet berekor panjang
memulai aktivitas harian dari mulai bangun pukul 5.30 hingga sore hari pukul
18.00 menjelang tidur. Setelah bangun monyet tidak langsung melakukan
aktivitas, namun tetap berada di pohon tempat tidurnya hingga pukul 07.00.
Hal ini bisa menjadi penyebab, pada saat pengamatan yang dimulai pukul
06.00 belum dapat ditemukan monyet di lantai hutan. Namun aktivitas monyet
akan mulai meningkat mulai pukul 07.00-10.00 dan didominasi oleh aktivitas
mengembara yang termasuk didalamnya adalah perilaku bergerak atau moving
(Nasution et al., 2011). Namun, aktivitas mengembara ini akan turun pada
siang hari dan meningkat kembali pada sore hari (Maida et al., 2015). Seperti
yang ditunjukkan data proporsi bahwa individu yang melakukan aktivitas
bergerak menurun pada periode 2 (11.00-13.00), namun tidak meningkat lagi
pada periode 3 (16.00-18.00) seperti yang dijelaskan pada literatur, akan tetapi
tetap lebih tinggi proporsi individu yang melakukannya. Hal ini karena pada
pengamatan terdapat peningkatan proporsi individu untuk perilaku lainnya.
Berdasarkan pengamatan, aktivitas moving yang muncul terdiri atas berjalan,
berlari, memanjat, serta berpindah dari dahan yang satu ke dahan yang lain.
Hal yang sama disampaikan oleh Lee (2012), bahwa bergerak merupakan
kegiatan berjalan, memanjat, melompat, dan berpindah tempat. Monyet ekor
panjang atau Macaca fascicularis, merupakan salah satu satwa primata yang
menggunakan kaki depan dan belakang dalam berbagai variasi untuk berjalan
dan berlari (quan-drapedalisme).
Tipe perilaku dominan lainnya yang terjadi adalah resting. Proporsi
individu untuk perilaku resting paling banyak terjadi pada periode ke-4 (pukul
19.00-21.00) yaitu sebesar 1 yang artinya semua individu yang teramati
melakukan perilaku resting pada periode tersebut. Pada periode 4 tersebut
akitivitas resting yang dilakukan adalah sleeping. Menurut Nasution et al.
(2011), pukul 18.00 adalah waktu menjelang tidur dari monyet berekor
panjang. Dengan demikian hal ini sesuai yang terjadi di lapangan bahwa pada
periode ke-4 tersebut sudah tidak ada aktivitas dari Macaca fascicularis selain
tidur di dahan pohon yang cukup tinggi. Aktivitas istirahat paling banyak
dilakukan pada siang hari mulai pukul 11.30-15.00, namun terdapat sebagian
besar monyet masih ada yang beraktivitas. Hal ini dipengaruhi oleh temperatur
pada siang hari yang relatif lebih panas daripada di pagi hari dan sore hari
(Nasution et al., 2011). Menurut data mikroklimat yang dicuplik pada periode
pengamatan, temperatur pada siang hari memang paling tinggi dibandingkan
di pagi hari atau sore hari yaitu mencapai 32,2°C.
Namun proporsi individu yang melakukan perilaku resting tidak lebih
tinggi daripada saat pagi hari. Hal ini terutama disebabkan oleh perbedaan
tempat pengamatan antara pagi dan siang hari. Pada pagi hari pengamatan
dilakukan di dekat balai, sementara pada siang hari spot pengamatan
berpindah karena tidak ditemukan aktivitas monyet di dekat balai, seperti yang
diketahui bahwa di dekat balai tidak terlalu banyak pohon sebagai tempat
bernanung dan semakin siang monyet banyak yang kembali memasuki hutan.
Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada literatur bahwa aktivitas monyet
dipengaruhi oleh temperatur, bahwa terbukti monyet akan kembali ke dalam
hutan mencari pepohonan untuk tempatnya bernaung saat temperatur
mencapai angka maksimum di siang hari.
Sementara pada periode ke-3 proporsi individu terhadap perilaku
resting menurun karena sesuai yang disebutkan di literatur bahwa ketika sore
hari aktivitas monyet meningkat kembali terutama aktivitas bergerak dan
foraging (Nasution et al., 201; Maida et al., 2015). Resting atau istirahat
secara umum merupakan aktivitas yang paling sering dilakukan oleh Macaca
fascicularis. Menurut Sinaga (2010), aktivitas resting banyak dilakukan di
tajuk pohon karena rindang dan disukai monyet ekor panjang. Adapun
aktivitas resting yang dilakukan Macaca fascicularis selama pengamatan
yaitu berdiri (standing), duduk (sitting), berbaring (laying), dan tidur
(sleeping). Resting termasuk aktivitas inaktif non-sosial yang terjadi dalam
suatu populasi berupa aktivitas duduk, berdiri, berbaring, dan menatap
sekeliling serta merupakan aktivitas penting yang dilakukan individu setelah
melakukan aktivitas makan (Sinaga, 2010; Widarteti et al., 2009). Pentingnya
aktivitas resting tersebut terbukti dengan banyaknya proporsi perilaku resting
yang dilakukan oleh Macaca fascicularis selama pengamatan.
Perilaku lainnya yang teramati selama 4 periode yaitu grooming,
foraging, vokalisasi, dan interaksi. Berdasarkan gambar 4.1, grooming paling
banyak muncul pada periode ke-3 dengan proporsi individu sebesar 0,12.
Perilaku grooming hampir dilakukan sehari penuh sejak pagi hingga sore hari,
namun biasanya terjadi peningkatan aktivitas grooming pada pagi hari yaitu
pada pukul 06.30-07.30 dan sore hari yaitu pada pukul 14.40-16.30 (Nasution
et al., 2011). Sehingga data yang diperoleh sesuai dengan yang terdapat pada
literatur yang mana proporsi individu yang melakukan grooming meningkat
pada periode le-3 atau sore hari. Grooming adalah kegiatan social affiliation
yang dilakukan oleh individu dalam populasi monyet. Lee (2012),
menjabarkan bahwa perilaku grooming dilakukan dengan mengambil,
membelai, dan menjilati bulu pasangan atau anaknya. Perilaku grooming
demikian disebut dengan alogrooming karena dilakukan secara berpasangan
dan diasumsikan sebagai perilaku kooperatif yang dapat menghasilkan
keuntungan bagi kedua pihak. Sementara terdapat juga perilaku self-grooming
yang disebut autogrooming yaitu perilaku grooming yang dilakukan sendiri
atau tidak berpasangan. Grooming termasuk ke dalam perilaku sosial karena
dilakukan dengan tujuan untuk merawat dan mencari kutu di semua
rambutnya (Kamilah et al., 2013). Aktivitas grooming pada monyet paling
lama terjadi setelah kopulasi terjadi antara jantan dan betina. Individu
pradewasa lebih cenderung melakukan aktivitas grooming terbatas pada
hubungan kekerabatan antara strata yang sama untuk mempererat kekerabatan
meskipun beberapa kejadian berlanjut pada hubungan seksual (Nasution et al.,
2011).
Berdasarkan gambar 4.1, aktivitas foraging paling banyak dilakukan
oleh individu pada pengamatan periode ke-3 dengan proporsi individu sebesar
0,23. Aktivitas foraging pada dasarnya rutinitas harian yang selalu dilakukan
oleh monyet berekor panjang namun cenderung meningkat pada sore hari
karena monyet memerlukan cadangan makanan sebelum mereka tidur dan
melakukan aktivitas di keesokan harinya. Menurut IUCN (2000), monyet
berekor panjang di alam memakan tumbuhan terutama ficus dan buah-buahan
serta hewan golongan crustacea. Monyet berekor panjang mencari makan
dengan cara duduk di ujung cabang atau ranting yang relatif besar. Macaca
fascicularis menggunakan salah satu tangannya untuk berpegangan pada
cabang atau ranting, sedangkan tangan lainnya digunakan untuk menarik daun
atau buah (Nasution et al., 2011). Pada pengamatan, kebanyakan individu
mencari makan di lantai hutan atau di dekat tempat sampah dan mencari
makan bekas pengunjung. Kehidupan monyet berekor panjang di kawasan
Taman Wisata Pangandaran telah terdomestikasi dan banyak perilakunya
yang telah dipengaruhi oleh kehadiran pengunjung yang berdatangan setiap
hari. Menurut Riley (2007), aktivitas dari manusia sangat dimungkinkan dapat
merubah aktivitas atau perilaku suatu hewan, dan bahkan menurut Hambali et
al. (2012), monyet berekor panjang merubah perilaku mereka sehingga
terkadang menghasilkan konflik antara primata dan manusia, misalnya
perilaku mencuri makanan manusia yang banyak terjadi pada pengamatan
tersebut.
Kehidupan monyet terutama monyet berekor panjang ditandai oleh
adanya aktivitas sosial dalam kelompok yang sangat tinggi. Individu jantan
berperan penting dalam mempertahankan keselamaan anggota kelompok dari
ancaman kelompok lain atau satwa predator. Komunikasi menjadi salah satu
cara untuk melakukan pengawasan kelompok sehingga vokalisasi dapat juga
digolongkan perilaku interaksi. Kode suara untuk komunikasi berbeda-beda
tiap-tiap kelompok dan bergantung pada keadaan yang mendorong untuk
bersuara (Nasution et al., 2011). Hal tersebut diduga yang menyebabkan
proporsi individu yang melakukan perilaku vokalisasi tidak terlalu banyak dan
hanya muncul pada periode 1 dan 3 yang dapat dilihat pada gambar 4.1 dengan
proporsi individu yang sangat kecil yaitu 0,03 dan 0,01.
Proporsi individu terhadap aktivitas interaksi paling banyak ditemukan
pada periode 1 yaitu pagi hari yaitu sebesar 0,12, yang mana menurut Nasution
et al. (2011), merupakan periode paling aktif. Sesuai periode aktifnya tersebut,
interaksi yang paling banyak ditemukan terutama pada pagi hari seperti
tingkah laku bermain, berkejar-kejaran, saling memandang, berkelahi,
perilaku kawin (mating), dan pengasuhan anak oleh induknya. Perilaku yang
banyak muncul dalam interaksi ini adalah aktivitas bermain yang dominan
terjadi pada monyet yang masih muda. Menurut Lee (2012), Bermain
merupakan bentuk interaksi Macaca fascicularis terhadap individu lain dalam
populasi. Bermain merupakan perilaku sosial yang berfungsi meningkatkan
kondisi fisik, mengambangkan kemampuan dan ikatan sosial, membantu
hewan untuk belajar kemampuan spesifik. Perilaku berkelahi dan kawin juga
teramati pada siang hari dan sore hari. Namun perilaku interaksi khususnya
kawin bergantung pada kesempatan untuk melakukan pendekatan (courtship).
Suprihandini (1993) menemukan bahwa perilaku kawin dilakukan pada
periode aktif pada waktu tertentu. Sementara perilaku agonistik yang meliputi
mengancam, mengejar, dan bergulat banyak dilakukan oleh alpha male.
Perilaku agonistik ini bertujuan untuk menjaga status hierarki dominansi
(Meishvili et al., 2009). Keberadaan alpha male yang berada di puncak
dominansi memungkinkan alpha male untuk memiliki akses yang lebih
terhadap makanan dan menjaga hierarki ini melaui perilaku agonistik (Boccia
et al., 1988).
Proporsi individu terhadap beberapa tipe perilaku juga dilakukan
analisis statistik untuk mengetahui apakah terjadi beda signifikan antara
proporsi individu yang melakukan perilaku satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan Two Way Anova
(Lampiran A), proporsi individu terhadap perilaku yang satu dengan yang lain
pada keempat periode adalah berbeda signifikan (p<0,05). Hal ini
mengindikasikan bahwa proporsi individu tiap periode memang berbeda
dengan periode yang lain. Dengan kata lain, monyek berekor panjang
mempunyai periode aktif tertentu untuk melakukan aktivitas atau perilaku
tertentu, misalnya perilaku foraging lebih dominan di sore hari dibandingkan
dengan periode lainnya. Sementara berdasarkan hasil Post-Hoc Test
(Lampiran B), urutan proporsi individu terhadap perilaku tertentu sebagai
aktivitas harian monyet berekor panjang dari yang paling tinggi hingga paling
rendah adalah resting, moving, foraging, interaction, grooming, dan
vocalisation.
9000
8000
Durasi perilaku (detik)
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
agonistik grooming resting interaction locomotion mating foraging
tipe perilaku
periode 1 periode 2 periode 3 periode 4
Gambar 4.2 Durasi beberapa tipe perilaku yang dilakukan Macaca fascicularis
pada 4 periode
Berdasarkan uji statistik dengan analisis Two-way ANOVA pada
perbandingan durasi perilaku (Lampiran C) didapatkan nilai sig.durasi pada
tipe perilaku < taraf signifikansi yang digunakan yakni 0.007 > 0.05 yang
artinya terdapat perbedaan nyata antar durasi perilaku pada Macaca fasciclaris
yang satu dengan Macaca fasciclaris lainnya yang signifikan dalam 4 periode
pengamatan yang dilakukan dengan taraf signifikansi 0.95. Sedangkan pada
pengamatan uji Post hoc Tukey test HSD (Lampiran D) diperoleh urutan
perilaku dengan durasi tertinggi ke rendah antara lain resting, lokomosi,
foraging, grooming, interaksi, dan perilaku kawin. Sinaga (2010) menyatakan
bahwa aktifitas resting sering dilakukan oleh monyet ekor panjang dan
dilakukan di tajuk-tajuk pohon karena tajuk pohon yang rindang merupakan
tempat yang disukai monyet ekor panjang. Selain itu menurut Widarteti (2009)
menyatakan bahwa aktifitas istirahat merupakan aktifitas yang penting
dilakukan oleh individu setelah melakukan aktifitas makan.
Selanjutnya berdasarkan uji statistik dengan analisis Two-way ANOVA
pada perbandingan frekuensi perilaku (Lampiran E) didapatkan nilai sig. durasi
pada tipe perilaku < taraf signifikansi yang digunakan yakni 0.047 > 0.05 yang
artinya terdapat perbedaan nyata antar frekuensi perilaku pada Macaca
fasciclaris yang satu dengan Macaca fasciclaris lainnya yang signifikan dalam
4 periode pengamatan yang dilakukan dengan taraf signifikansi 0.95.
Sedangkan pada pengamatan uji Post hoc Tukey test HSD (Lampiran F)
diperoleh nilai mean difference semua frekuensi perilaku menunjukkan hasil
positif yang lebih banyak terdapat pada periode 3 yang menandakan frekuensi
perilaku dari monyet ekor panjang di kawasan TWA Pangandaran yang diamati
pada periode 3 lebih dominan daripada periode 1, 2, dan 4 berdasarkan mean
differencenya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Brookei (2012) yang
menyatakan bahwa Monyet ekor panjang memiliki jam aktif antara pukul
08.00-10.00 dan 15.00-17.00, waktu aktif ini dipengaruhi oleh cuaca, jika
cuaca cerah monyet ekor panjang akan cenderung melakukan banyak aktifitas.
Hal inilah yang menyebabkan pada periode 3 yang diamati terhadap monyet
ekor panjang di area Balai TWA Pangandaran, frekuensi perilaku menjadi
dominan pada periode 3 yakni antara pukul 14.00-18.00 yang menandakan
banyaknya perilaku yang dilakukan.
Gambar 4.3 Diagram kinematik beberapa perilaku
Berdasarkan gambar 4.3 diagram kinematik diatas, perilaku dominan
monyet berekor panjang adalah istirahat (resting) dan bergerak (locomotion),
tanda panah yang besar dan tebal diantara mengindikasikan bahwa sekuens
perilaku tersebut dimunculkan secara resiprokal dengan frekuensi tinggi.
Menurut Puspitasari et.al (2011) dan aktivitas bergerak dan istirahat
merupakan perilaku yang sering terlihat pada monyet ekor panjang. Aktivitas
bergerak pada Macaca fascicularis dipengaruhi oleh kelimpahan makanan
dan faktor lingkungan seperti suhu. Suhu yang tinggi dan tidak diimbangi
kelimpahan makanan yang tinggi akan menurunkan mobilitas dari monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis) karena tiap spesies mempertimbangakan
cost and benefit dalam melakukan aktivitas motorik.
Aktivitas bergerak pada monyet ekor panjang meliputi kegiatan
berjalan, memanjat, melompat dan berpindah tempat dengan menggunakan
keempat kakinya atau secara quadripedal. Aktivitas ini tentunya memakan
energi yang cukup tinggi karena didukung dengan kondisi mikroklimat pada
TWA/CA Pangandaran yang menunjukkan kelembaban hingga 82 % namun
agak panas (Chalmers,1979) sehingga aktivitas ini diikuti oleh istirahat
(resting). Aktivitas istirahat (resting) merupakan aktivitas non sosial yang
terjadi didalam suatu populasi berupa duduk,berdiri,berbaring dan menatap
sekeliling.Aktivitas ini sering dilakukan oleh monyet ekor panjang ketika
telah melakukan aktivitas bergerak kemudian beristirahat dengan memandang
area sekelilingnya (Md Zain et.al,2010). Aktivitas resting ini juga didahului
oleh aktivitas mencari makan (foraging) ,hal ini dilakukan pada spesies
monyet ekor panjang akan berusaha untuk memulihkan energi dan hasil
pengamatan pada penelitian ini serupa dengan Widarteti et.al (2009) bahwa
aktivitas istirahat merupakan aktivitas yang penting dilakukan oleh individu
setelah melakukan aktivitas.
Disamping itu hasil pengamatan menjelaskan bahwa perilaku monyet
ekor panjang di TWA/CA Pangandaran telah teradaptasi oleh keberadaan
manusia dimana seringkali sampah di kawasan tersebut sering dijadikan oleh
spesies ini untuk mencari makan dan tak jarang beberapa individu secara
soliter maupun berkelompok berusaha menarik perhatian pengunjung untuk
memberikan makan sehingga tentunya banyak energi yang dikeluarkan
sehingga hal ini menjelaskan mengapa perilaku locomotion sangat
berhubungan erat dengan perilaku foraging dan resting, yaitu untuk
memenuhi kebutuhan energi per satuan waktu.Aktivitas grooming juga diikuti
oleh aktivitas resting pada diagram kinematik. Aktivitas grooming merupakan
aktivitas membersihkan diri dari organisme parasit seperti kutu yang berada
pada rambut spesies monyet ekor panjang dan terkadang spesies ini juga
mengonsumsi organisme tersebut untuk memenuhi kebutuhan energi tiap
individu sehingga kedua perilaku ini berasosiasi dalam aktivitas harian
Macaca fascicularis (Md Zain et.al, 2010).Aktivitas grooming pada monyet
ekor panjang sering dilakukan oleh betina pada anaknya serta kebanyakan
individu dominan atau yang hierarkinya lebih tinggi menerima grooming dari
individu yang struktur hierarkinya lebih rendah (Lazaro – Perea et.al ,2004).
Foraging Mematuk-
matukan paruh ke
tanah sambil kaki
yang mengais
Flying Melayang di
udara sambil
mengepakkan
kedua sayap
Foraging Mematuk-
matukan paruh ke
tanah sambil kaki
yang mengais
15.11 Sunda Resting Berdiam di batang
Flying utama pohon
Lemur secara vertikal
(Galeopterus dengan cara
variegatus) mencengkram
batang pohon
dengan kuku
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan terhadap pengamatan
perilaku aktivitas harian monyet ekor panjang, maka kesimpulannya adalah:
1. Pola perilaku monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) selama 8 jam
melalui metode adlibitum adalah agonistik, interaksi, foraging, resting,
display, lokomosi, grooming, dan mating.
2. Proporsi individu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) terhadap
beberapa perilaku dalam aktivitas hariannya selama 8 jam melalui metode
scan sampling adalah yang tertinggi 0,52 untuk proporsi individu yang
melakukan perilaku moving pada periode 1, dan proporsi individu sebesar
1 yang melakukan perilaku resting pada periode 4.
3. Durasi aktivitas harian monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
selama 8 jam melalui metode focal sampling adalah yang tertinggi yaitu
perilaku lokomosi dan resting dengan durasi masing-masing 7000 dan
6000 detik, diikuti oleh perilaku foraging 3000 detik, dan perilaku
agonistik, interaksi, mating, dan grooming yang kurang dari 2000 detik.
4. Pola perilaku monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) selama 8 jam
menggunakan diagram kinematik adalah perilaku lokomosi, diikuti
perilaku istirahat, mencari makan, diikuti istirahat, kemudian perilaku
membersihkan diri.
DAFTAR PUSTAKA
Agoramoorthy G., Sha C.M., Hsu M.J. 2006. "Population, diet and conservation of
Malayan flying lemurs in altered and fragmented habitats in Singapore".
Biodiversity and Conservation 15: 2177–218.
Angst, W. 1975. Basic data and concepts on the social organization of Macaca
fascicularis. Primate behavior 4 : 325-388
Assefa, N. & Yosief T. 2003. Human Anatomy and Physiology. Diakses dari
http://www.cartercenter.org/.../LN_human_anat_final.pdf pada 17 Mei 2016
pukul 17.45 WIB.
Baetson, K. 2014. “Galeopterus variegates: Sunda Flying Lemur”. Animal Diversity.
Universiy of Michigan. [online]
http://animaldiversity.org/accounts/Galeopterus_variegates/. Diakses pada
tanggal 17 Mei 2016. Pukul 17.05.
Bennet, D. 1995. Monitor Lizard: Natural History, Biology and Husbandry. Second
Edotion. Fankrut.
Boccia., Maria L., Laudenslager, Mark., dan Reite, Martin. 1988. “Food Distribution,
Dominance, and Aggressive Behaviors in Bonnet Macaques”. American
Journal of Primatology. 6: 123-130.
Bradley, W. G. (1968). "Food habits of the antelope ground squirrel in southern
Nevada". Journal of Mammalogy. 49(1): 14–21.
Bundle, M.W and Dial, K.P. (2003). "Mechanics of wing-assisted incline running
(WAIR)". The Journal of Experimental Biology 206(24): 4553–4564.
Bunlungsup S, Imai H, Hamada Y, Gumert MD, San AM, Malaivijitnond S, Am J
Primatol. 2015. “Morphological Characteristics and Genetic Diversity of
Burmese Long-Tailed Macaques (Macaca fascicularis aurea)”. doi:
10.1002/ajp.22512.
Chalmers N. 1979. Social Behaviour In Primates. London: Edward Arnold (Publisher)
Limited.
Djuwantoko, Retno, N.U., Wiyono. 2008.Perilaku Agresif Monyet, Macaca
fascicularis (Raffl es, 1821) terhadap Wisatawan di Hutan Wisata Alam
Kaliurang, Yogyakarta.BIODIVERSITAS. 9(4): 301-305.
De Lisle, H. F. 2007. “Observation on Varanus s. salvator in North Sulawesi”. Biawak
1(2): 59-66. International Varanid Interest Group.
Eimerl S dan De Vore L.1984.Primata.Tira Pustaka,penerjemah : Pustaka Time-Life.
Jakarta: PT Dainippon Gita Karya Printing.Terjemahan dari The Primates.
Eudey, Ardith A. 2008. “The Crab-eating Macaque (Macaca fascicularis):
Widespread and Rapidly Declining”. Primate Conservation, Vol. 23 : pp. 129-
132.
Giri, M. S. 2014. “Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Desa Baru
Pangkalan Jambu Kec. Pangkalan Jambu, Kab. Merangin”. Diakses dari
http://www.kerinciseblat.dephut.go.id pada 17 Mei 2016.
Hambali, K., Ismail., A., Zulkifli, S.Z., Md-Zain, B.M., Amir, A., Firdaus. 2014. “Diet
of Long-Tailed Macaques (Macaca fascicularis) at the Entrance of Kuala
Selangor Nature Park (Anthropogenic Habitat): Food Selection that Leads to
Human – Macaque Conflict. Acta Biologica Malaysiana. 3(2): 58-68.
Harvery, R., R. Martin, T. Clutton-Brock. 1987. “Life Histories in Comparative
Perspective. Pp. 181-196 in B Smuts, D Cheney, R Seyfarth, R Wrangham, T
Struhsaker, eds “. Primate Societies. Chicago and London : The University of
Chicago Press.
IUCN.2000. “Red List of Threatened Species”. [online]
http//www.incnredlist.org/search/details.php/12551/summ. Diakses pada 18
Mei 2016 pukul 22.30 WIB.
Karmilah, S.N., Deni, S., Jarulis. 2013. Perilaku Grooming Macaca fascicularis
Raffles,1821. di Taman Hutan Raya Rajolelo Bengkulu. Konservasi Hayati.
09(2): 16.
Karyawati, A. T. 2012. “Tinjauan Umum Tingkah Laku Makan pada Hewan Primata”.
Jurnal Penelitian Sains. 15(1): 44-47.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2008. “Data Kawasan Konservasi”.
http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basisdata-kawasan-
konservasi/details/1/80. Diakses tanggal 16 Mei 2016 pukul 21.09 WIB.
Lazaro-Perea C, MF De Arruda, CT Snowdon. 2004. “Grooming as a reward: Social
function of grooming between females in cooperatively breeding marmosets.”
Anim. Behav., 67:627-636.
Lee, G.H. 2012. “Comparing the Relative Benefits of Grooming contact and
Fullcontact Pairing for Laboratory housed Adult Female Macaca fascicularis”.
Applied Animal Behaviour Science. 137: 157-165.
Maida, S., Izzati, A., Ni Wayan E., Febrianto, H., Hanny A. N., Nita, L., Oktavia, D.,
Herda, S. B. 2015. Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) di Hutan Lindung Muara Angke, Jakarta Utara. Jakarta: KSP
Macaca Universitas Jakarta.
Marulitua, H. 1995. Beberapa Perilaku Sosial Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) di Cagar Budaya Ciung Wanara Ciamis Jawa Barat [Skripsi].
Bogor, Institut Pertanian Bogor, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Md -Zain BM, NA Sha’ari, M Mohd - Zaki, F Ruslin, NI Idris, MD Kadderi,WMR
Idris.2010. “A comprehensive population survey and daily activity budget on
long-tailed macaques of Universiti Kebangsaan Malaysia”. Journal of
Biological Sciences, 10 (7) : 608 -615.
Meishvili, N. V., Chalyan, V. G., Rozkova, Ya Yu. 2009. “The Causes of Intragroup
Aggression in Rhesus Macaques”. Neuroscience and Behavioural Physiology.
39(2): 147-151.
Moller, Anders Pape (1988). "Badge size in the house sparrow Passer domesticus".
Behavioral Ecology and Sociobiology. 22(5): 373–78.
Molles, M.C Jr.2010.Ecology : Concepts and Applications 5th Edition.McGraw-Hill –
New York.
Morgart, J. R. (May 1985). "Carnivorous behavior by a white-tailed antelope ground
squirrel Ammospermophilus leucurus". The Southwestern Naturalist 30 (2):
304–305.
Napier, J. R. and Napier, P.H. A.1976. Hand Book of Living Primate. Academic Press:
London.
Nasution, E. K., Swandyastuti, S.N.O., Wiryanto. 2011. “Aktivitas Harian dan
Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis Raffles) di Kawasan
Wisata Cikakak Wangon”. Prosiding Seminar Nasional Hari Lingkungan
Hidup. Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Puspitasari. 2011. “Studi Perilaku Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis).”
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam.
Raffles. 1981. Macaca fascicularis.
http://www.discoverlife.org/mp/20q?search=Macaca+fascicularis. Diakses
tanggal 17 Mei 2016 pukul 20.01 WIB.
Riley, E. 2007. “The Human – Macaque Interface: Conservation Implications of
Current and Future Overlap and Conflict in Lore Lindu National Park,
Sulawesi, Indonesia. American Anthropologist. 109: 473-484.
Shively C, Kaplan J. 1984. “Effects of social factors on adrenal weight and related
physiology of Macaca fascicularis”. Physiol Behav. Nov;33(5):777-82.
Sinaga, S.M., Utomo, P., Hadi, S., Archaitra, N.A. 2010. Pemanfaatan Habitat oleh
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Kampus IPB Darmaga. Bogor:
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Siregar, Y.I. 2014. Kandungan Logam Beratkadmium (Cd) dan Timbal (Pb) Pada
Sedimen, Air Dan Ikan Tembakul (Periophthalmus sp.) di Perairan Dumai.
Jurnal Kajian Lingkungan. 1(2), pp.251-262.
Supriatna, J. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Suprihandini, W. 1993. Studi Variasi Ritme Aktivitas Populasi Monyet Ekor Panjang
(M. fascicularis Raffles 1821) Menurut Jenis Kelamin dan Kelas Kelompok
Umur di Pulau Tinjil Kabupaten Pandeglang Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor.
Fakultas Kehutanan, Institus Pertanian Bogor.
Suke, M.D. 2014. Kepadatan Populasi Ikan Gelodok (Periophthalmus
Argentilineatus) Pada Tegakan Mangrove Desa Bulalo Kecamatan Kwandang
Kabupaten Gorontalo Utara (Doctoral Dissertation, Universitas Negeri
Gorontalo).
Sutherland, W. J. dan Hill, D. A. 1995. Managing Habitats for Conservation. United
Kingdom : University Press Cambridge.
Suwarno. 2014. “Studi Perilaku Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di
Pulau Tinjil”. Prosiding Seminar Nasional XI Biologi, Sains, Lingkungan, dan
Pembelajarannya. Surakarta: Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNS.
Thankappan Nair, P. (1974). "The Peacock Cult in Asia". Asian Folklore Studies 33
(2): 93–170.
Wheatley, B.P., 1980. Feeding and Ranging of East Bornean Macaca fascicularis. In
:The Macaques: Studies in Ecology,Behavior and Evolution, Lindburg,D.G.
(Ed.). Van Nostrand Reinhold Co., New York, pp: 215-246.
Widarteti. 2009. Perilaku Harian Lutung (Trachypithecus cristatus) di Penangkaran
Pusat Penylamatan Satwa Gadog Ciawi-Bogor. Zoo Indonesia. 18(1): 33-40.
LAMPIRAN
Lampiran A
Two Way Anova
LAMPIRAN B
Post-Hoc Test
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Proporsi
Tukey HSD
LAMPIRAN D
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Durasi_perilaku
Tukey HSD
95% Confidence
Interval
Upper
Mean Difference Boun
(I) Tipe_perilaku (J) Tipe_perilaku (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound d
Agonistik Grooming 1243.
-419.2500 503.18998 .978 -2081.9926
4926
Resting -
-1940.2500* 503.18998 .016 -3602.9926 277.5
074
Interaction 1308.
-353.7500 503.18998 .991 -2016.4926
9926
Locomotion 88.74
-1574.0000 503.18998 .070 -3236.7426
26
Mating 1562.
-100.0000 503.18998 1.000 -1762.7426
7426
Foraging 992.9
-669.7500 503.18998 .829 -2332.4926
926
Grooming Agonistik 2081.
419.2500 503.18998 .978 -1243.4926
9926
Resting 141.7
-1521.0000 503.18998 .086 -3183.7426
426
Interaction 1728.
65.5000 503.18998 1.000 -1597.2426
2426
Locomotion 507.9
-1154.7500 503.18998 .298 -2817.4926
926
Mating 1981.
319.2500 503.18998 .995 -1343.4926
9926
Foraging 1412.
-250.5000 503.18998 .999 -1913.2426
2426
Resting Agonistik 3602.
1940.2500* 503.18998 .016 277.5074
9926
Grooming 3183.
1521.0000 503.18998 .086 -141.7426
7426
Interaction 3249.
1586.5000 503.18998 .067 -76.2426
2426
Locomotion 2028.
366.2500 503.18998 .989 -1296.4926
9926
Mating 3502.
1840.2500* 503.18998 .025 177.5074
9926
Foraging 2933.
1270.5000 503.18998 .208 -392.2426
2426
Interaction Agonistik 2016.
353.7500 503.18998 .991 -1308.9926
4926
Grooming 1597.
-65.5000 503.18998 1.000 -1728.2426
2426
Resting 76.24
-1586.5000 503.18998 .067 -3249.2426
26
Locomotion 442.4
-1220.2500 503.18998 .244 -2882.9926
926
Mating 1916.
253.7500 503.18998 .998 -1408.9926
4926
Foraging 1346.
-316.0000 503.18998 .995 -1978.7426
7426
Locomotion Agonistik 3236.
1574.0000 503.18998 .070 -88.7426
7426
Grooming 2817.
1154.7500 503.18998 .298 -507.9926
4926
Resting 1296.
-366.2500 503.18998 .989 -2028.9926
4926
Interaction 2882.
1220.2500 503.18998 .244 -442.4926
9926
Mating 3136.
1474.0000 503.18998 .102 -188.7426
7426
Foraging 2566.
904.2500 503.18998 .566 -758.4926
9926
Mating Agonistik 1762.
100.0000 503.18998 1.000 -1562.7426
7426
Grooming 1343.
-319.2500 503.18998 .995 -1981.9926
4926
Resting -
-1840.2500* 503.18998 .025 -3502.9926 177.5
074
Interaction 1408.
-253.7500 503.18998 .998 -1916.4926
9926
Locomotion 188.7
-1474.0000 503.18998 .102 -3136.7426
426
Foraging 1092.
-569.7500 503.18998 .910 -2232.4926
9926
Foraging Agonistik 2332.
669.7500 503.18998 .829 -992.9926
4926
Grooming 1913.
250.5000 503.18998 .999 -1412.2426
2426
Resting 392.2
-1270.5000 503.18998 .208 -2933.2426
426
Interaction 1978.
316.0000 503.18998 .995 -1346.7426
7426
Locomotion 758.4
-904.2500 503.18998 .566 -2566.9926
926
Mating 2232.
569.7500 503.18998 .910 -1092.9926
4926
ANOVA
Frekuensi_perilaku
LAMPIRAN E.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Frekuensi_perilaku
Tukey HSD
(I) Periode (J) Periode Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound