PENDAHULUAN
1
9 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka
100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979
HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan
karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat
estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000.
Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India,
yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
4
kerusakan permukaan kulit.Ditularkan dari orang ke orang melalui
pertukaran cairan tubuh, termasuk darah,semen, cairan vagina dan air
susu ibu.
Faktor resiko :
3) Pengguna IV drug
4) Transfuse darh
2.3 Patofsiologi
5
HIV ditularkan melalaui kontak seksual, injeksi perkuatan
terhadap darah yang terkontaminasi, atau perinatal dan infeksi ibu ke
bayinya. Umumnya infeksi itu melalui jalur perkutan yaitu penggunaan
obat IV yang menggunakan jarum bergantian, tapi penularannya juga
berhubungan dengan transfusi darah yang terkontaminasi. Sejak tahun
1983, semua transfusi darah telah disaring dan penularan HIV melalui
transfusi darah sangat tidak mungkin.
Resiko bagi petugas perawatan kesehatan :
Petugas perawatan kesehatan dapat terinfeksi melalui jalur
perkutan jika mendapat cidera baik dari jarum suntik atau dari cidera
lain karena benda tajam yang terkontaminasi darah. Penelitian terhadap
resiko menunjukan bahwa lebih dari 1 % pekerjaan terpajan (dimana
sumbernya adalah pasien yang terinfeksi HIV) berperan terhadap
penularan. Meskipun penularannya jarang, pencegahan umum
direkomendasikan oleh CDC dan didukung oleh OSHA sebagai strategi
untuk menurunkan resiko ini. Petugas perawatan kesehatan di sarankan
untuk menghindari jarum suntik atau membran mukosa yang terpajar
darah semua pasien.
PMS dan HIV. Terdapat bukti kuat bahwa PMS lain, khususnya
yang dicirikan dengan ulserasi, meningkarkan resiko penularan HIV
seksual. Karena kegagalan sistem kekebalan, seseorang yang terinfeksi
HIV menjadi lebih rentan terhadap PMS lain. Faktor lain yang
berhubungan dengan meningkatnya resiko penularan seksual adalah
kegagalan untuk menggunakan kondom, kontak seksual sering,
hubungan seksual melalui anal, dan aktivitas seksual pada saat
menstruasi.
6
mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes serologi baru akan
positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan ini disebut
window periode, di mana penderita dapat menularkan namun secara
laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.
Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam
masa tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara
progresif di kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang, yaitu
5 10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown
AIDS. Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun )
adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan
dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian
yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya
kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu,
dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler
makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan
makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama
waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml
darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3
tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes
zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun
akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi.
Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap
AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau
apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS
7
2.4 Manifestasi klinis
4) TBC
8
kulit dan meningkatkan ketidak nyamanan serta kerentanan terhadap
infeksi.
2.5 Komplikasi
a) Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan
dan cacat
b) Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,
dan isolasi social
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan
efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik,
dan maranik endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c) Gastrointestinal
9
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit
dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d) Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.
e) Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus
dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
f) Sensorik
1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes Serologi Antibodi (rapid test, CMIA, EIA, western blot). Dasar
diagnosis awal dan utama HIV, mendeteksi adanya antibodi yang
spesifik dibentuk oleh tubuh sebagai respon Antigen-Antibodi.
10
antibodi terhadap HIV hingga dapat terdeteksi oleh alat
pemeriksaan).
e) Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat
dibagi dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus
tersebut dalam tubuh penderita :
1). Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
1. ELISA
2. Western blot
4. Kultur HIV
11
2). Tes untuk deteksi gangguan system imun.
1. Hematokrit.
2. LED
3. CD4 limfosit
4. Rasio CD4/CD limfosit
5. Serum mikroglobulin B2
6. Hemoglobulin
2.7 Penatalaksanaan medis
2. Pneomunia pneumocystis
a) adalah terapi pilihan untuk PCP kortikoriod tambahan dimulai
sedini mungkin dan tentu saja dalam waktu 72 jam.
b) regimen terapeutik alternative ringan sampai sedang mencakup 1
daapson dan TMP primaquin dirambah klindamisin dan suspense
atoquon.
c) efek merugikan mencakup hipotensi ,gangguan metabolism
glukosa sehingga memicuterjadinya diabetes mellitus akibat
kerusakan pada pancreas ,kerusakan ginjal,disfungi hati dan
neutropenia .
12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a) Identitas pasien :
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, no.MR ,status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan terakhir, alamat,dll.
b) Keluhan Utama
Meliputi Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu,
flu, pusing, dan diare
c) Riwayat kesehatan
Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di alaminya
saat ini. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga yang mengidap penyakit menular seperti ini
sebelumnya.
d) Pola sehari-hari
Aktivitas/istirahat
Gejala : Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya
progresi kelelahan/malaise.
Perubahan pola tidur
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot
Respons fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD,
frekuensi jantung, pernapasan
Sirkulasi
Gejala : Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia), perdarahan
lama pada cedera (jarang terjadi)
Tanda : Takikardia, perubahan TD postural, Menurunnya volume nadi
perifer, Pucat atau sianosis, perpanjangan pengisian kapiler
Integritas
Gejala : Faktor stress yang berhubungan dengan
kehilangan.mis,dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain,
penghasilan, gaya hidup tertentu, dan distress spiritual, Mengkuatirkan
penampilan: alopesia, lesi cacat, dan menurunya berat badan,
Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna,
rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, dan depresi
13
Tanda : Cemas, depresi, takut, menarik diri, Perilaku marah,postur tubuh
mengelak, menangis, dan kontak mata yang kurang
Eliminasi
Gejala : Diare yang intermiten, terus menerus,sering dengan atau tanpa
disertai kram abdominal, Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feses encer dengan atau tanpa disertai mukus atau darah, Diare
pekat yang sering, Nyeri tekan abdominal, Lesi atau abes rektal,
perianal, Perubahan dalam jumlah warna, dan karakteristik urine.
Makanan/cairan
Gejala : Tidak nafsu makan, perubahan dalam kemampuan mengenali
makan, mual/muntah, Disfagia nyeri retrosternal saat menelan,
Penurunan berat badan yang cepat/, progresif
Tanda : Dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif, Penurunan
berat badan: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan/massa otot,
Turgor kulit buruk, edema (umum, dependen), Lesi pada rongga mulut,
adanya selaput putih dan perubahan warna,
Kesehatan gigi/gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal.
Hygine
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Memperlihatkan penampilan yang tidak rapi, Kekurangan dalam
banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
Neuronsensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, Perubahan status mental, kehilangan
ketajamaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak
mampu mengingat dan konsentrasi menurun, Kerusakan sensasi atau
indera posisi dan getaran, Kelemahan otot, tremor, dan perubahan
ketajaman pengelihatan, Kebas,kesemutan pada ekstremitas
(kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal)
Tanda : Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental
sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk,tingkat kesadaran menurun,
apatis, retradasi psikomotor/respons melambat, Ide paranoid, ansietas
yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis, Timbul refleks
14
tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia,
Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis:
hemiparesis, kejang.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum atau lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki, Sakit
kepala, Nyeri dada pleuritis
Tanda : Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan,
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang.
Pernafasan
Gejala : ISK sering, menetap, Nafas pendek yang progresif, Batuk (mulai
dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum (tanda awal
dari adanya PCP mungkin
batuk spasmodic saat napas dalam), Bendungan atau sesak pada dada.
Tanda : Takipnea,distress pernapasan, Perubahan pada bunyi napas/bunyi
napas adventisius
Sputum : kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh,terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penye
mbuhannya, Riwayat menjalani transfuse darah yang sering atau
berulang (mis. Hemophilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis),
Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut,
Riwayat/berulangnya infeksi dengan PHS, Demam berulang; suhu
rendah, peningkatan suhu intermiten/memuncak berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit: Terpotong, ruam, mis, eczema,
eksantem, psoriaris, perubahan warna, perubahan ukuran/warna mola;
mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebab nya,
Menurunnya kekuatan umum,tekanan otot, perubahan pada gaya
berjalan, Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua area
tubuh atau lebih (mis.Leher, ketiak, paha)
Seksualitas
Gejala : Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan
seksual dengan pasangan yang (+) HIV, pasangan seksual multiple,
15
aktivitas seksual yang tidak terlindung, dans seks anal, Menurunnya
libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seksual, Penggunaan
kondom yang tidak konsisten, Menggunakan pil pencegah kehamilan
(meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan
dapat terpajang karena peningkatan kekeringan/friabilitas vagina)
Tanda : Kehamilan atau resiko terhadap hamil, Genetalia: Manifestasi
kulit (mis, herpes, kulit)
Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis; mis, kehilangan
kerabat/orang terdekat, teman pendukung. Rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan
pendapatan, Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual
yang meninggal karena AIDS, Menpertanyakan kemampuan untuk
tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana
Tanda : Perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat, Aktivitas yang
tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan
Penyuluhan
Gejala : Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku
beresiko tinggi (mis. Seksual ataupun penggunaan obat-obatan
IV), Penggunaan/penyalahgunaan oabt-
obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alcohol
Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 10,2 hari
Rencana Pemulangan:
16
hipermetabolisme, demam , pembatasan pemasukan ;
mual,anoreksia,letargi.
PERENCANAAN
17
1. Setelah dilakukan interve 1. Pantau tanda- 1. Indikator dari
nsi keperawatan, Klien tanda vital, volume cairan
tidak tampak kekurangan termasuk CVP sirkulasi
2. Meningkatkan
cairan bilang
kebutuhan
Kriteria Hasil : terpasang
2. Catat metabolism dan
- Mempertahankan
peningkatan diaphoresis
hidrasi dibuktikan
suhu dan yang berlebihan
oleh membran
durasi demam. yang
mukosa lembab
- Turgor kulit baik Berikan dihubungkan
- Tanda-tanda vital
kompres dengan demam
stabil
hangat sesuai dalam
- Haluaran urine
indikasi meningkatkan
adekuat secara
3. Kaji turgor
kehilangan
pribadi
kulit,
cairan
membrane 3. Indicator tidak
mukosa dan langsung dari
rasa haus status cairan
4. Ukur keluaran 4. Peningkatan
urin dan berat berat jenis urin
jenis urin. atau penurunan
Ukur/kaji keluaran urin
jumlah menunjukan
kehilangan perubahan
diarea perfusi ginjal
5. Timbang berat
atau volume
badan sesuai
sirkulasi
indikasi 5. Meskipun
6. Pantau
kehilangan berat
pemasukan
badan dapat
oral dan
menunjukan
memasukan
penggunaan otot
cairan
fluktuasi tiba-
sedikitnya
tiba
18
2500 ml/hari menunjukan
7. Buat cairan
status hidrasi
mudah 6. Mempertahanka
diberikan pada n keseimbangan
pasien ; cairan,mengura
gunakan cairan ngi rasa haus,
yang mudah dan
ditoleransi melembabkan
oleh pasien membran
dan yang mukosa
7. Meningkatkan
menggantikan
pemasukan
elektrolit yang
cairan tertentu
dibutuhkan
8. Hilangkan mungkin terlalu
makanan yang menimbulkan
potensial dikonsumsi
menyebabkan ( mis. Jeruk
diare, yakni asam ) karena
yang pedas/ lesi pada mulut
8. Mungkin dapat
makanan yang
mengurangi
berkadar
diare
lemak tinggi,
9. Mungkin
kacang-
diperlukan
kacang,kubis,s
untuk
usu. Mengatur
mendukung /
kecepatan/kose
memperbesar
ntrasi makanan
volume
yang diberikan
sirkulasi,
per selang jika
terutama jika
diperlukan
pemasukan oral
9. Berikan cairan/
tidak
elektrolit
adekuat,mual/m
melalui selang
untah terus
19
pemberi menerus
10. Mengurangi
makanan/IV
10. Berikan obat- insiden muntah
obatan sesuai untuk
indikasi ; mengurangi
Antiemetic,
kehilangan
mis.
cairan/elektrolit
Proklorperazin
lebih lanjut
maleat Menurunkan
Antidiarea,
jumlah dan
mis.
keenceran feses;
Difenoksilat,
mungkin
loperamid
mengurangi
Antipiretik,
kejang usus dan
mis.
peristaltis
asetaminofen
Membantu
mengurangi
demam dan
respons
hipermetabolis
me
2. Setelah dilakukan interve 1. Kaji 1. Lesi mulut,
nsi keperawatan, Klien kemampuan tenggorokan
Kriteria Hasil : untuk dan esophagus
- Mempertahankan mengunyah,me dapat
berat badan atau rasakan, dan menyebabkan
memperlihatkan menelan disfagia,
2. Auskultasi
peningkatkan penurunan
bising usus
berat badan yang kemampuan
3. Timbang berat
mengacu pada pasien untuk
badan sesuai
tujuan yang mengolah
kebutuhan
diinginkan makanan dan
Evaluasi berat
- Mendemonstrasik
mengurangi
badan dalam
an keseimbangan
keinginan untuk
20
nitrogen positif hal adanya makan
- Bebas dari tanda- 2. Hipermotilitas
berat badan
tanda malnutrisi saluran
yang tidak
- Menunjukan
intestinal umum
sesuai
perbaikan tingkat
4. Hilangkan terjadi dan
energi
rangsang dihubungkan
lingkungan dengan muntah
yang dan diare yang
berbahaya atau dapat
kondisi yang mempengaruhi
memperburuk pilihan diet/cara
reflek gag makan
5. Berikan 3. Indicator
perawatan kebutuhan
mulut yang nutrisi atau
terus menerus, pemasukan
awasi tindakan yang adekuat
4. Mengurangi
pencegahan
stimulus pusat
sekresi.
6. Rencanakan muntah di
diet dengan medulla
5. Mengurangi
pasien atau
ketidaknyamana
orang terdekat,
n yang
jika
berhubungan
memungkinka
dengan
n sarankan
mual/muntah,
makananan
lesi oral,
dari rumah,
pengeringan
sediakan
mukosa dan
makanan yang
halitosis
sedikit tapi
6. Melibatkan
sering berupa
pasien dalam
makanan padat
rencana
21
nutrisi. memberikan
7. Kaji obat-
perasaan control
obatan
lingkungan dan
terhadap efek
mungkin
samping
meningkatkan
nutrisi
pemasukan
8. Batasi
7. Profilaktik dan
makanan yang
obat-obatan
menyebabkan
terapeutikmung
mual/muntah
kin memiliki
mungkin
efek samping
kurang
nutrisi, mis.
ditoleransi
AZT ( pengubah
oleh pasien
rasa,mual/munta
karena luka
h)
pada mulut 8. Rasa sakit pada
atau disfagia mulut atau
9. Jadwalkan
ketakutan akan
obat-obatan
mengiritasi lesi
diantara makan
mulut mungkin
dan batasi
akan
pemasukan
menyebabkan
cairan dengan
pasien enggan
makanan,kecu
untuk makan
ali jika cairan 9. Lambung yang
memiliki nilai penuh akan
gizi mengurangi
10. Tinjau ulang
nafsu makan
pemeriksaan
dan pemasukan
laboratorium
makan
mis. 10. Mengidentifikas
BUN,glukosa,f i stasus nutrisi
ungsi hepar, dan fungsi
elektrolit, organ dan
22
protein,dan mengidentifikas
albumin i kebutuhan
pengganti
3. Setelah dilakukan interve 1. Auskultasi 1. Memperkirakan
nsi keperawatan, Klien bunyi nafas, adanya
Kriteria Hasil : tandai daerah perkembangan
paru yang komplikasi
mengalami pernafasan
2. Takipnea,
penurunan/keh
sianosis, tak
ilangan
beristirahat dan
ventilasi, dan
peningkatan
munculnya
nafas
bunyi
menunjukan
adventisius
kesulitan
mis.
pernafasan dan
Krekels,mengi,
adanya
ronki
2. Catat kebutuhkan
kecepatan/keda untuk
laman meningkatkan
pernafasan, pengawasan/inte
sianosis, rvensi
3. Meningkatkan
penggunaan
fungsi
otot
pernafasan yang
aksesoris/peni
optimal dan
ngkatan kerja
menggaspirasi
pernafasan dan
atau infeksi
munculnya
yang
dispenea,ansiet
ditimbulkan
as
3. Tinggikan karena
kepala tempat atelectasis
4. Membantu
tidur, usahakan
membersihkan
23
pasien untuk jalan nafas,
berbalik,batuk, sebagai
menarik nafas memungkinkan
sesuai terjadinya
kebutuhan pertukaran gas
4. Hisap jalan
dan mencegah
nafas sesuai
komplikasi
kebutuhan
pernafasan
gunakan teknik 5. Hipoksemia
steril dan dapat terjadi
lakukan akibat adanya
tindakan perubahan
pencegahan tingkat
mis. kesadaran mulai
Menggunakan dari ansietas dan
masker,pelindu kekacauan
ng mata mental sampai
5. Kaji perubahan
kondisi tidak
tingkat
responsive
kesadaran 6. Nyeri dada
6. Selidiki
pleuritis dapat
keluhan
menggambarkan
tentang nyeri
adanya
dada
pneumonia
7. Berikan
nonspesifik atau
periode
efusi pleura
istirahat yang
berkenaan
cukup diantara
dengan
waktu aktivitas
keganasan
perawatan,
7. Menurunkan
pertahankan
konsumsi O2
lingkungan 8. Menunjukan
yang tenang status
8. Pantau/buat
pernafasan,
24
kurva hasil kebutuhan
pemeriksaan perawatan/keefe
GDA/nadi ktifan
oksimetri pengobatan
9. Tinjau ulang 9. Adanya
sinar x dada infiltrasi meluas
10. Instruksikan
memungkinkan
untuk
terjadinya
menggunakan
pneumonia atau
spirometer
PCP, sementara
insentif,lakuka
daerah
n fisioterapi
kongestif/konsol
dada, mis.
idasi
Perfusi,vibrasi,
menunjukan
dan drainase
komplikasi
postural
pernafasan yang
lain, mis.
Atelectasis atau
lesi KS
10. Mendorong
teknik
pernafasan yang
tepat dan
meningkatkan
pengembangan
paru.
Melepaskan
sekresi,
mengeluarkan
mucus yang
menyumbat
untuk
meningkatkan
25
bersih jalan
nafas
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
26
27