Kasus
Obyektif Presentasi:
Keluhan keluhan seperti nyeri pada telinga, pendengaran menurun, telinga berdenging,
nyeri kepala, sulit bernapas, batuk pilek, mual muntah, gigi berlubang perubahan suara
disangkal.
Pemeriksaan Fisik:
Tanda vital
Sensorium : Kompos mentis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Nadi : 98 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 18 x/menit
Suhu : 37°C
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Pemeriksaan fisik
Kulit : teraba hangat, turgor kulit baik
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Mulut : bibir kering tidak ada, sianosis tidak ada, stomatitis tidak ada, lidah kotor dan
tremor tidak ada, gigi ada karies tidak ada.
Paru, jantung dan abdomen : dalam batas normal.
Ekstremitas : akral hangat
Genitalia: dalam batas normal
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum diberi obat apapun.
4. Riwayat Keluarga:
Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
5. Riwayat Pekerjaan: -
DaftarPustaka
1. Rusmarjono, Kartoesoediro S. Tonsilitis kronik. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher ed Keenam. FKUI Jakarta: 2007. p212-25.
2. Medical Disbility Advisor. Tonsillitis and Adenoiditis. [online]. 2011 .[cited, 2014 Aug 7).
Available from URL: http://www.mdguidelines.com/tonsillitis-and-adenoiditis/
3. Christopher MD, David HD, Peter JK. Infectious Indications for Tonsillectomy. In: The
Pediatric Clinics Of North America. 2003. p445-58
4. Adnan D, Ionita E. Contributions To The Clinical, Histological, Histochimical and
Microbiological Study Of Chronic Tonsillitis. Pdf.
5. Andrews BT, Hoffman HT, Trask DK. Pharyngitis/Tonsillitis. In: Head and Neck
Manifestations of Systemic Disease. USA:2007.p493-508
Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subyektif:
Sejak 5 tahun SMRS pasien sering datang ke dokter karena mengeluh nyeri menelan yang
membuat pasien sulit makan. Nyeri menelan ini dirasakan disertai dengan demam yang tidak
terlalu tinggi, badan terasa lemas, keluhan ini hilang timbul lebih kurang 4 kali dalam
setahun, dan setiap keluhan muncul selalu berobat ke dokter. 1 minggu yang lalu pasien
mengeluh nyeri menelan yang dirasakan lebih berat sehingga sulit menelan , nyeri menelan
terutama saat menelan makanan makan padat seperti nasi dan terasa lebih berat apabila
mengkonsumsi makanan pedas dan gorengan. nafsu makan menurun dan merasa berat badan
nya menurun lebih kurang 4 kg selama 1 minggu, panas badan yang dirasakan tidak terlalu
tinggi siang sama dengan malam. Pasien juga mengeluh bau mulut. Saat tidur suami pasien
mengaku mendengar pasien mendekur namun tidak sampai bangun, sering mengantuk pada
siang hari, badan terasa lemas dan lesu.
2. Obyektif:
Tanda vital
Sensorium : Kompos mentis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Nadi : 98 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 18 x/menit
Suhu : 37°C
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Pemeriksaan fisik
Kulit : teraba hangat, turgor kulit baik
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Mulut : bibir kering tidak ada, sianosis tidak ada, stomatitis tidak ada, lidah kotor dan
tremor tidak ada, gigi ada karies tidak ada.
Paru, jantung dan abdomen : dalam batas normal.
Ekstremitas : akral hangat
Genitalia: dalam batas normal
3. Assessment:
Berdasarkan anamnesa didapatkan pasien mengeluh odinofagia residif 4 kali/tahun. Nyeri
menelan terutama saat menelan makanan padat dan terasa lebih berat apabila mengkonsumsi
makanan pedas dan gorengan. nafsu makan menurun dan merasa berat badan nya menurun
lebih kurang 4 kg selama 1 minggu, subfebris(+). Halitosis (+). Dari pemeriksaan fisik
didapatkan Tonsil: T3/T3 hiperemis, permukaan tidak rata kripte melebar, detritus (+).
4. Plan:
Diagnosis: Tonsilitis kronis
Pengobatan: pemberian antipiretik, kortikosteroid dan antibiotik bertujuan untuk Antibiotik
yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, mengurangi peradangan dan menurunkan
hipertermi yang merupakan tanda infeksi yang sedang terjadi pada tonsil.
Pendidikan: Menjelaskan mengenai penyakit pasien, kemungkinan penyebab dari penyakit
pasien dan penanganan yang akan dilakukan.
Presentasi Kasus
No Isi Slide
1 Judul Kasus: Tonsilitis Kronis
Nama Presentan: dr. Siswani
2 Pendahuluan
Kasus ini adalah asli, diangkat menjadi bahan diskusi karena tonsilitis kronis merupakan
kasus yang masih sering terjadi di semua usia. Pembiaran atau penanganan yang tidak tepat
dapat menyebabkan pasien jatuh pada keadaan buruk yang mengakibatkan infeksi
menyebar ke daerah sekitarnya seperti rhinitis kronik, sinusitis atau otitis media. Selain itu,
pengobatan yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya glomerulonefritis.
3 Data Pasien
Nama: Ny. K
Umur: 30 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
No RM:
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
4 Data Biologik
Tinggi Badan: 159 cm
Berat Badan: 50 kg
5 Data Klinis
Anamnesis Terfokus Diagnostik:
Nyeri menelan terutama saat menelan makanan makan padat, pedas dan gorengan.
Hilang timbul lebih kurang 4 kali dalam setahun
Nafsu makan menurun
Berat badan menurun lebih kurang 4 kg selama 1 minggu
Panas badan
Bau mulut
Mendengkur
Badan terasa lemas dan lesu
6 Pemeriksaan Jasmani
Tanda vital
Sensorium : Kompos mentis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Nadi : 98 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 18 x/menit
Suhu : 37°C
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Pemeriksaan fisik
Kulit : teraba hangat, turgor kulit baik
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Mulut : bibir kering tidak ada, sianosis tidak ada, stomatitis tidak ada, lidah kotor
dan tremor tidak ada, gigi ada karies tidak ada.
Paru, jantung dan abdomen : dalam batas normal.
Ekstremitas : akral hangat
Genitalia: dalam batas normal
7 Pemeriksaan Penunjang
Kultur dari dalam tonsil
8 Diagnosis
Tonsilitis Kronis
9 Strategi Penanganan Masalah
Non Medikamentosa: Menjelaskan mengenai penyakit pasien, kemungkinan
penyebab dari penyakit pasien serta rencana tatalakasana selanjutnya
Medikamentosa: pemberian antipiretik, kortikosteroid dan antibiotik bertujuan
untuk Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, mengurangi
peradangan dan menurunkan hipertermi yang merupakan tanda infeksi yang sedang
terjadi pada tonsil.
10 Konsultasi dan Rujukan
Tidak diperlukan
11 Penjelasan Untuk Pasien dan Keluarga
Tonsilitis kronis merupakan peradangan kronis tonsil yang terjadi setelah serangan akut.
Tonsilitis kronis dapat terjadi lebih dari 3 kali dalam setahun.
12 Peran Pasien dan keluarganya Dalam Penanganan Masalah
Mematuhi aturan minum obat untuk mengurangi keluhan yang ada serta mematuhi saran-
saran yang diberikan agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit.
13 Identifikasi Resiko dan Pencegahannya
Etiologi
Tonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptanya secara aerogen
yaitu droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terus
masuk ke tonsil maupun secara foodborn yaitu melalui mulut masuk bersama makanan2.
Etiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis Akut yang
mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat terjadi bila fase
resolusi tidak sempurna.
Beberapa organisme dapat menyebabkan infeksi pada tonsil, termasuk bakteri aerobik dan
anaerobik, virus, jamur, dan parasit. Pada penderita tonsilitis kronis jenis kuman yang
paling sering adalah Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA). Streptokokus grup A
adalah flora normal pada orofaring dan nasofaring. Namun dapat menjadi pathogen
infeksius yang memerlukan pengobatan. Selain itu infeksi juga dapat disebabkan
Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, S. Pneumoniae dan Morexella catarrhalis.
Infeksi jamur seperti Candida sp tidak jarang terjadi khususnya di kalangan bayi atau pada
anak-anak dengan immunocompromised.
Patogenesis
Tonsillitis berawal dari penularan yang terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi
lapisan epitel. Adanya infeksi berulang pada tonsil menyebabkan pada suatu waktu tonsil
tidak dapat membunuh semua kuman sehingga kuman kemudian bersarang di tonsil. Pada
keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi (fokal
infeksi) dan suatu saat kuman dan toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada
saat keadaan umum tubuh menurun. Bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superkistal
bereaksi dimana terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan
limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti
melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga
menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar
fossa tonsilaris. Pada anak disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submadibularis.
Faktor Predisposisi :
Pemeriksaan laboratorium
a. Mikrobiologi
Gold standard pemeriksaan tonsil adalah kultur dari dalam tonsil.
b. Histopatologi
diagnosa Tonsilitis Kronis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi
dengan tiga kriteria histopatologi yaitu ditemukan ringan- sedang infiltrasi limfosit,
adanya Ugra’s abses dan infitrasi limfosit yang difus.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Terapi ini ditujukan pada hygiene mulut dengan cara berkumur atau obat isap, pemberian
antibiotic, pembersihan kripta tonsil dengan alat irigasi gigi atau oral. Pemberian
antibiotika sesuai kultur. Pemberian antibiotika yang bermanfaat pada penderita Tonsilitis
Kronis Cephaleksin ditambah metronidazole, klindamisin ( terutama jika disebabkan
mononukleosis atau abses), amoksisilin dengan asam klavulanat ( jika bukan disebabkan
mononukleosis).
Operatif
Komplikasi