Anda di halaman 1dari 4

Laporan Otopsi untuk Luka Lakar Kimia Akibat Larutan Kresol

Yuko Emotoa,b, Katsuhiko Yoshizawaa,*, Nobuaki Shikatac, Airo Tsuburaa, Yasushi Nagasakib
a
Departemen Patologi II, Kansai Medical University, 2-5-1 Shin-machi, Hirakata, Osaka
573-1010, Jepang
b
Kantor Pemeriksa Medis Prefektur Hyogo, 2-1-31 Arata-machi, Hyogo-ku, Kobe, Hyogo
650-0017, Jepang
c
Divisi Sitopatologi dan Histopatologi Diagnostik, Kansai Medical University Takii Hospital,
Fumizono 10-15, Moriguchi, Osaka 570-8507, Jepang

ABSTRAK
Kresol yang digunakan sebagai desinfektan dan insektisida, memiliki efek erosif pada
jaringan epidermis dan epitel tubuh. Paparan oral menyebabkan luka korosif gastrointestinal
sebagai bahan bakar kimiawi langsung. Di sini kami melaporkan sebuah kasus keracunan
bunuh diri dengan menelan larutan kresol. Seorang pria berusia sekitar 80an yang mengalami
depresi ditemukan meninggal sekitar 14 jam setelah terpapar kurang dari 500 mL larutan
kresol saponasi. Secara makroskopis, lesi korosif seperti epitel berwarna merah-coklat dan
penebalan dinding edematosa terlihat pada kulit, mulut, rongga mulut, kerongkongan, dan
perut. Secara histopatologis, nekrosis koagulatif dan dilatasi pembuluh darah terdeteksi dari
lapisan mukosa sampai otot di kerongkongan, perut, dan duodenum. Terlihat edema kongestif
paru-paru, perubahan edematosa pada otak, dan nekrosis tubulus proksimal ginjal, yang
menunjukkan gangguan peredaran darah akut karena renjatan (shock). Kasus manusia ini
memberikan informasi berharga mengenai iritasi langsung dan renjatan yang disebabkan oleh
paparan sistemik terhadap zat korosif.

Kata kunci: Otopsi, Bahan Bakar Kimia, Kresol, Histopatologi, Bunuh Diri
PENDAHULUAN
Kresol merupakan kelompok senyawa aromatik alami dan banyak diproduksi, yang
dikategorikan sebagai fenol. Kresol digunakan sebagai desinfektan, insektisida, dan prekursor
atau intermediet sintetis untuk senyawa dan bahan lain, termasuk plastik, pestisida, obat-
obatan, dan pewarna. Saat dihirup, ditelan, atau dioleskan ke kulit dengan konsentrasi yang
sangat tinggi, kresol bisa sangat berbahaya. Pada manusia, asupan oral kresol yang tidak
disengaja dapat menyebabkan iritasi pada mulut dan tenggorokan, sakit perut, muntah,
anemia hemolitik, peningkatan denyut jantung, kerusakan hati dan ginjal, sakit kepala,
kelumpuhan wajah, kantuk, kram, dan koma yang diikuti oleh kematian (OECD , 2003).
Banyak metode yang telah dilaporkan untuk kasus bunuh diri (Ajdacic-Gross dkk.,
2008), dan metode yang paling umum di Jepang adalah menggantung diri, sedangkan kasus
keracunan bahan kimia jauh lebih jarang terjadi (Hee Ahn dkk., 2012; Wu dkk., 2012). Racun
korosif secara historis merupakan agen bunuh diri yang paling umum, namun sekarang relatif
jarang digunakan di negara maju, mungkin karena kemudahan akses terhadap metode yang
kurang menyakitkan (Satoh dkk., 2002; Saukko and Knight, 2004). Meskipun larutan kresol
mudah didapat, hanya sedikit kasus fatal yang telah dilaporkan dalam literatur medis
(Monma-Ohtaki dkk., 2002; Kinoshita dkk., 2006).

LAPORAN KASUS
Seorang pria berusia delapan puluhan yang mengalami depresi ditemukan tewas di
tempat tidur di rumahnya. Sebotol larutan kresol 500 mL kosong (kandungan kresol, 42-52
vol%) ditemukan di sisi tempat tidur. Otopsi lengkap dilakukan sekitar 14 jam setelah
perkiraan waktu kematian. Isi gastrointestinal (370 mL) berwarna hijau zaitun dengan bau
yang menyengat (Gambar 1a). Urine berwarna merah gelap dengan bau serupa (Gbr.1b).
Perubahan korosif coklat terlihat dengan pewarnaan epitel merah-coklat dan penebalan
dinding edematosa pada mulut, rongga mulut, kerongkongan, perut, dan duodenum (Gambar
1c dan d), serta kulit pada regio perioral dan daerah leher sampai dada. Secara makroskopis,
tidak ada perforasi yang terdeteksi pada kerongkongan, perut, atau duodenum.
Organ sistemik termasuk otak difiksasi dalam formalin buffer 15%, disematkan pada
parafin, dipotong, dan diwarnai dengan hematoxylin dan eosin untuk pemeriksaan
histopatologis rutin, yang menunjukkan nekrosis koagulatif lapisan mukosa ke submukosa
pada kerongkongan, perut, dan duodenum, yang disertai dengan vasodilatasi arteriovenosa
berat (Gambar 2a dan b). Terlihat edema kongestif paru-paru, edema serebral, dan nekrosis
tubulus proksimal ginjal, yang menunjukkan gangguan peredaran darah akut karena renjatan
(Janssen, 2012) (Gambar 2c-e). Pemeriksaan histopatologis dilakukan oleh dua ahli patologi
(K.Y. and A.T.) yang disertifikasi oleh Japanese Society of Toxicologic Pathology and
Japanese Society of Pathology.
Analisis kualitatif dan kuantitatif isomer kresol dilakukan untuk isi gastrointestinal,
darah vena, dan urin di Medico-legal Consultation and Postmortem Investigation Support
Center, Osaka City University (Osaka, Jepang) dan Kantor Pemeriksa Medis Prefektur
Hyogo (Kobe, Jepang ). Isomer Kresol dikonfirmasi dalam isi gastrointestinal, dengan
konsentrasi kresol bebas 72,500 mg/mL, 13,2 mg/mL, dan 38,7mg/mL masing-masing dalam
isi gastrointestinal, darah vena, dan urin.

PEMBAHASAN
Dari tahun 2003 sampai 2013, total 215 kasus bunuh diri karena keracunan dilaporkan
terjadi di Kantor Pemeriksa Medis Prefektur Hyogo. Metode keracunan yang paling umum
adalah paparan karbon monoksida (130 kasus), yang diikuti oleh overdosis obat resep (61
kasus), paparan hidrogen sulfida (16 kasus), konsumsi bahan kimia pertanian (4 kasus), dan
konsumsi zat korosif (3 kasus) atau akrilamida (1 kasus). Tiga kasus dengan menelan bahan
korosif melibatkan aditif sulfurat, kresol, dan sodium hidrat. Sebagai senyawa fenolik, kresol
mencakup fenol murni dan produk dengan substitusi halogen dan gugus alkil. Bahan kimia
ini mendenaturasi protein dan merupakan racun protoplasma umum (Wickstrom, 2012).
Secara umum, larutan kresol saponasi mudah didapat dan digunakan sebagai desinfektan dan
insektisida (Monma-Otaki dkk., 2002; Badanthadka dkk., 2014). Kresol meliputi tiga isomer,
seperti o-, m- dan p-cresol. Larutan kresol yang digunakan dalam kasus ini mengandung
campuran m- dan p-cresol. Kresol diserap dengan cepat dan secara ekstensif melintasi saluran
pernafasan dan saluran pencernaan, dan didistribusikan ke semua organ utama. Rute utama
untuk eliminasi adalah ekskresi ginjal, dalam bentuk metabolit terkonjugasi. Penelanan kresol
menyebabkan luka bakar ke mulut dan tenggorokan, sakit perut, dan muntah. Toksisitas
akibat kresol meliputi anemia hemolitik, nefrotoksisitas, hepatotoksisitas, gangguan
pernafasan, dan gangguan kardiovaskular dan neurogenik (OECD, 2003; Badanthadka dan
Mehendale, 2014). Dalam kasus ini, kerusakan pada saluran pencernaan bagian atas, paru-
paru, dan ginjal terdeteksi, yang mendukung temuan sebelumnya (Kinoshita dkk., 2006;
Okamoto dkk., 2011).
Pada manusia, dosis oral yang mematikan dari kresol saponasi dilaporkan sekitar 60-
120 mL (Monma-Ohtaki dkk., 2002), atau 50-500 mg/kg body weight (OECD, 2003).
Konsentrasi mematikan kresol yang tidak terkonjugasi dalam darah adalah 71-190mg/mL
(Monma-Ohtaki dkk., 2002). Dalam kasus ini, total konsentrasi kresol bebas adalah 13,2 dan
38,7mg/mL masing-masing pada darah vena dan urin di bawah konsentrasi yang mematikan.
Waktu paruh eliminasi dari kresol telah dilaporkan sekitar 1,5 jam pada kasus keracunan
manusia (Kumano dkk., 1986; Kinoshita dkk., 2006). Oleh karena itu, kresol telah
dimetabolisme sampai tingkat tertentu sebelum pasien dalam kasus kami meninggal. Selain
itu, beberapa jam berlalu sebelum kematiannya, karena reaksi biologis seperti edema paru
dan serebral dan nekrosis tubular terlihat jelas, yang menunjukkan adanya gangguan
peredaran darah akut.

KONFLIK KEPENTINGAN
Penulis tidak memiliki konflik kepentingan untuk dilaporkan sehubungan dengan tulisan ini.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk memastikan bahwa pembaca tidak dapat
mengidentifikasi pasien dalam laporan kasus ini.

Anda mungkin juga menyukai